Seorang namja dengan rambut pirangnya duduk dengan wajah cemberut. Bibir dengan shape "M" di wajahnya sesekali mencibir lucu. Jemari lentiknya pun terus bergerak abstrak mencorat-coret buku. Tampak sekali bahwa ia tidak tertarik dengan materi pelajaran yang disampaikan seonsaeng tampan di depan sana.

Helaan napas terdengar dari namja itu. Ia menoleh kesamping dan mendapati namjachingu nya tampak serius memperhatikan penjelasan seonsaeng.

Ia benar-benar bosan. Materi kuliah yang tengah ia hadapi sungguh tidak ia sukai. Tapi apa yang bisa ia perbuat? Membolos pasti akan berbuah banyak pertanyaan dari namjanya itu.

"Lee Sungmin, apa kau tak memperhatikan penjelasanku tadi?" namja yang ternyata bernama Sungmin itu mendongak.

Seorang seonsaeng tampan berdiri di depannya. Namja terhormat itu yang barusan menegurnya kan? Tapi kenapa ada senyum di wajahnya?

"Aku tahu, kau satu-satunya yang tidak memperhatikan pelajaranku, ne?" seonsaeng itu menaikkan kaca matanya.

Sungmin lagi-lagi menoleh kesamping, dan Kyuhyun hanya menatapnya dengan alis berkerut. Kenapa ia menjadi bingung sekarang?

Namun, entah tersapu angin dari mana, kebingungan Sungmin lenyap. Namja manis itu justru terkekeh meremehkan.

"Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang, Choi seonsaengnim?"

"Coba kau jelaskan di depan, apa yang baru saja kuterangkan." Sungmin berdecak.

"Aish, Siwon-ah, kenapa kau memberi hukuman seperti itu?"

TAK

Seonsaeng itu mengetuk dahi Sungmin dengan spidolnya. Membuahkan gelak tawa dari sepenjuru kelas.

"Sopanlah pada seonsaengmu ini, Lee Sungmin."

Sungmin menatap namja itu dengan tatapan tak suka. Ne, namja itu memang Choi Siwon yang penuh misterius -menurut Sungmin. Seharusnya dari awal ia berkata pada namja berdimple itu kalau ia tak suka pelajaran keagamaan. Mana mungkin makhluk sepertinya suka dengan pelajaran seperti itu. Tapi sepertinya ia harus menyimpan rapat-rapat identitas aslinya.

"Palli!" Sungmin menghela napas panjang. Tapi nyatanya ia tetap melakukan perintah Siwon juga. Kaki-kakinya melangkah pelan, membawanya menuju ke tempat dimana seisi kelas bisa melihatnya.

Namun, setelah berbalik badan dan menghadap ke semua orang, Sungmin malah membungkuk pelan dan kemudian melangkah lagi. Tapi bukan kearah mejanya, melainkan keluar kelas. Menimbulkan tanda tanya besar diseluruh pikiran seisi kelas terutama namjanya, Cho Kyuhyun.

.

.

.

.

Sungmin POV

Kakiku bergerak. Melangkah menyusuri koridor kelas yang tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang berlalu lalang. Aku berjalan tak tentu arah. Bingung pastinya. Pisau dan gelangku sudah hilang, sementara aku belum membunuh orang yang terakhir.

Kalau pisauku hilang bagaimana caranya aku membunuh? Menggunakan pisau dapur? Cih, aku hanya membunuh sia-sia nantinya.

Apa mungkin ini memang takdirku? Apa memang aku tak bisa bersama Kyuhun lagi? Apa sekarang aku hanya bisa menunggu hari terakhirku di dunia ini?

"Huft~" aku menghela napas panjang. Kepalaku terasa mau pecah karena memikirkanya. Sebenarnya di mana...

Duk

"Shit!" umpatku setelah menendang kerikil kecil yang mencoba menghalangi langkahku.

Duk

Kutendang lagi kerikil-kerikil yang menghalangi jalanku. Bahkan aku melampiaskan kekalutanku pada kerikil. Sigh~ seandainya saja Eunhyuk ada disaat seperti ini. Aku pasti akan melampiaskan kekalutanku ke monkey itu. Aku benar-benar membutuhkan seorang teman untuk bercerita. Tapi, tak ada yang lain selain Eunhyuk. Aku tak bisa mengumbar rahasiaku ke semua orang.

Duk

"Aww!"

Eh, suara apa itu? Sepertinya kerikil yang kutendang mengenai seseorang. Ya ampun, satu masalahku saja belum selesai dan sekarang muncul masalah baru.

Lagipula kenapa aku melangkah ke taman Universitas yang sekarang ini sangatlah ramai? Kenapa tidak menuju gerbang, kemudian menyetop taksi lalu pulang? Sigh~

"Ya! Siapa yang melempar kerikil ini?!"

Aku mulai melangkah menuju sumber suara. Kulihat dua orang -yang sepertinya namja- duduk di bawah pohon maple. Semakin kudekati mereka hingga aku benar-benar terkejut melihat siapa yang terkena ulahku.

"Eunhyuk-ah?" panggilku pada salah satu namja itu. Dan namja yang memang bernama Eunhyuk itu mendongak dengan wajah garang bahkan matanya menunjukan kilatan kemarahan. Tapi, kulihat tidak ada luka apapun di wajah Eunhyuk. Kulihat bagian lainnya dan memang benar-benar bersih dari luka. Lalu siapa...

Aku menatap namja satunya yang terus menunduk. Surai dark brown yang menghiasi kepalanya, tidak asing bagiku. Dan juga, pepatah mengatakan jika disitu ada Eunhyuk pasti disitu ada...

"Donghae?"

Namja yang kuanggap Donghae itu mulai mendongak. Dan dugaanku memang benar. Namja itu adalah Donghae, nemo yang terdampar di Sapphire University.

Kutelusuri wajahnya yang bisa dibilang tampan. Semuanya mulus kecuali dahinya yang mengeluarkan darah. Omona! Dahinya bocor. Sesegera mungkin aku berlutut di depannya, "Mianhae Donghae-ya! Aku tidak sengaja!"

"Mwoya?! Jadi kau yang melempar kerikil ini?" kutolehkan kepalaku menatap Eunhyuk yang mengacungkan kerikil kecil kepadaku. Aku menggeleng cepat. Bukan maksudku untuk meyangkal, aku hanya... tidak sengaja kan? Lagipula yang berdarah Donghae, tapi kenapa Eunhyuk yang emosi?

"Aku tidak sengaja.." jawabku lirih.

"Tidak sengaja, eoh? Kalau begitu rasakan apa yang dirasakan Donghae." Eunhyuk mengangkat tangannya bersiap melempar kerikil itu. Apa-apaan dia.

"Sudahlah Eunhyukie chagi."

"Aniya! Tanganku sudah gatal ingin melempar kerikil ini!"

"Ya! Eunhyuk-ah jangan bercanda!"

"Aku tidak bercanda, Sungmin! Apa wajahku terlihat bercanda?!" aku menatap Eunhyuk takut. Benar-benar serius wajahnya. Sepertinya Eunhyuk sudah lama ingin melemparku. Dan kinilah saatnya.

"Ya! Kalian berdua! Aku berdarah di sini. Kenapa tidak ada yang menolongku?"

Aku dan Eunhyuk menoleh bersamaan. Kami terdiam beberapa saat. Memperhatikan darah yang keluar dari dahi Donghae. Memperhatikan bagaimana cairan merah pekat itu terus mengalir dari dahi melewati hidung kemudian pipi kemudian...

"Aaa! Sepertinya aku akan mati sekarang, Hyukie chagi!"

PLAK

Teriakan namja pecinta nemo itu benar-benar mengejutkan. Hingga sadar atau tidak, Eunhyuk menggeplak kepala Donghae. Donghae yang tadinya meringis semakin meringis dibuatnya. Sepertinya memang benar-benar sakit.

"Eunhyuk! Apa yang kau lakukan?! Bagamana kalau darahnya semakin banyak?!" hardikku.

"Aaaa aku tidak tahu, Min! Itu... Itu semua reflek!"

"Ish! Darahnya mengalir terus!"

"Plester Min! Plester!"

"Aku tidak punya! Kau cepat pergi! Ambil P3K di ruang kesehatan!"

Setelah melakukan argumen panjang, Eunhyuk akhirnya berlari cepat meninggalkan aku dan Donghae. Sepertinya ada yang salah, seharusnya aku yang mengambil plester sebagai pertanggung jawabanku. Tapi Nasi sudah menjadi bubur, biakan saja toh tidak ada yang dirugikan hehe.

Lama kami terdiam. Dan lama kelamaan aku merasa ada seseorang yang memandangiku. Kulirik namja disampingku itu lewat ekor mataku.

"Mwo?" tanyaku setelah mendapati Donghae terus memperhatikanku.

"Mwo?" saat kutanya lagi, ia hanya diam saja.

"Aish! Jangan memandangiku terus!"

Akhirnya kuputuskan untuk mengambil ponselku dan memainkannya. Tidak peduli apabila Donghae memandangiku terus. Tidak peduli dengan apa yang namja itu lakukan.

.

.

.

Aku menghela napas lelah. Telingaku panas rasanya karena sejak tadi Eunhyuk tidak berhenti mengoceh. Dan yang paling membuatku risih adalah Donghae yang terus saja menatapku tajam. Padahal, sebuah plester sudah hinggap di dahinya tapi masih saja bisa memelototiku.

"Jadi, kau mengganggu kami untuk apa? Apa Kyuhyun sudah bosan denganmu?" kulirik sesaat wajah Eunhyuk yang tampak datar.

"Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kalian berdua tidak masuk kelas?"

Kulihat senyum miring terukir di wajah Eunhyuk, "Aku muak dengan Choi Siwon, apalagi pelajarannya." aku sedikit terkejut mendengarnya.

"Kenapa kau muak dengannya?"

"Kau ingin tahu? Sebenarnya dia-" ucapan Eunhyuk terhenti begitu Donghae memegang tangannya. Mereka berdua saling berpandangan sejenak dan kemudian kembali menatapku.

"Ada apa? Kenapa tidak dilanjutkan?" Eunhyuk dan Donghae terdiam. Seperti tidak ingin menjawab pertanyaanku. Ada sesutu yang disembunyikannya.

Namja blonde itu menghela napas. Kemudian menatapku dalam. Andai saja aku adalah seorang mind reader, aku pasti bisa mengetahui apa yang dipirkannya dan menghilangkan kebingunganku. "Bagaimana dengan pisau dan gelangmu? Sudah ketemu?"

Tiba-tiba saja Eunhyuk mengalihkan pembicaraan. Ada yang tidak beres di sini. Eunhyuk tidak seperti yang kukenal selama ini. Biasanya Eunhyuk akan menyelesaikan apa yang telah dimulainya. Tapi apa ini?

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi." ucapku. Tapi, ia malah megulangi lagi pertanyannnya tadi. Hingga kuputuskan untuk menjawab pertanyaannya.

"Apa kau mau membantuku mencarinya?"

Eunhyuk terkekeh pelan. Tapi, hey! Aku merasa ia sedang meremehkanku sekarang. "Kau tahu kalau kami dilarang melakukannya, kan?"

Aku lupa dengan pernyataan yang satu itu. Kami tidak boleh membantu sesama untuk mencapai keabadian kami. Bukan sesama manusia, tetapi sesama makhluk seperti kami. Semua sudah ditulis di perjanjiannya. Apabila melanggar? Entahlah... Mungkin belum ada yang melanggar, atau mungkin tidak ada yang bisa bercerita setelah mereka melanggar.

"Kau benar, Hyuk. Mian selama ini selalu memaksa kalian."

"Hey! Apa yang kau katakan? Kami tidak keberatan sama sekali. Kita sahabat, jadi sudah sewajarnya jika kau meminta bantuan kami."

Senyum cerah tercipta di wajahku. Ucapan Eunhyuk benar-benar membuatku tersentuh. Jarang-jarang Eunhyuk mengatakan hal seperti itu, "Gomawo.." dan kini kulihat mereka berdua tersenyum juga. Senyum yang amat tulus hingga membuatku melupakan sejenak keresahanku.

Tapi entah apa yang terjadi, senyum Eunhyuk tiba-tiba menguap. Matanya memicing ke arah belakangku. Aku pun mengikuti pandangannya. Menghadap ke belakang dan menemukan dua orang namja yang cukup mengusik pikiranku. Cho Kyuhyun dan seonsaengnya, Choi Siwon.

"Berhati-hatilah dengan Choi Seonsaengnim, Min." ucap Donghae membuatku sedikit bingung. Kenapa harus berhati-hati pada sosok murah senyum dan kelihatan baik itu?

"Kenapa begitu?" tanyaku akhirnya.

"Tidak ada maksud khusus."

Aku mengernyit heran. Sebenarnya aku sedikit tak percaya dengan ucapan Donghae barusan. Mana ada seseorang yang berkata aneh tanpa ada maksud tertentu di baliknya. Tapi memang harus dimaklumi. Itulah resikonya jika berada di sekeliling orang-orang misterius.

"Hey, Sungmin-ah!" Tersadar dari lamunan, cepat-cepat aku mendongak menatap Eunhyuk.

"Wae?"

Eunhyuk menyeringai dan kemudian terkekeh pelan. "Lihatlah betapa lancangnya Choi seonsaengnim."

Eunhyuk mengarahkan kepalaku kebelakang. Hingga kini kembali menghadap ke arah Kyuhyun dan Siwon. Tapi sekarang berbeda. Jika tadi Kyuhyun dan Siwon hanya bercakap berhadapan, sekarang tampak Siwon memegang salah satu lengan Kyuhyun dan tangan lainnya menyangga pinggang Kyuhyun yang tampak limbung. Memang sepertinya Kyuhyun terjatuh, tapi karena apa? Terpeleset kulit pisang? Huh bahkan beberapa waktu yang lalu mereka hanya bercakap-cakap.

Meski kuakui, letak mereka sekarang berbeda dengan tadi. Tadinya mereka berada tepat di pertigaan (?) koridor dan sekarang berada di depan ruang kesehatan. Dan jarak antara pertigaan (?) tadi dengan ruang kesehatan adalah 10 meter mungkin. Aissh! Kenapa aku malah memikirkan itu?

"Min, sepertinya Choi seonsaeng akan menggantikan posisimu di sisi Kyuhyun."

"Mwoya?!"

Apa kata Donghae barusan? Siwon menggantikan posisiku? Yang benar saja! Jika mereka berdua bersama siapa yang akan menjadi uke? Siwon terlalu manly untuk menjadi uke dan Kyuhyun adalah ultimate seme, tidak mungkin baginya untuk menjadi uke. Cih, membayangkannya saja membuatku gila.

"Aku akan menghampiri mereka." Aku pun berdiri. Melangkah cepat mendekati Kyuhyun yang kini sudah benar-benar berdiri. Kutekankan, benar-benar berdiri di atas kedua kakinya. Bukan disangga lengan seseorang hingga mirip adegan romantis drama-drama.

Tanganku terkepal, gigiku bergemeletuk dengan munculnya perempatan di dahiku. Kesal rasanya ketika baru setengah jalan, Siwon berlalu meninggalkan Kyuhyunku. Padahal bermacam-macam pertanyaan sudah terkumpul di kepalaku, tinggal mengeluarkanya saja.

Kekesalanku bertambah ketika Kyuhyun berhasil menemukanku dan dengan watadosnya, ia malah tersenyum dan melambaikan tangannya. Ukh...

Sungmin's PoV end

Sungmin melangkah pelan mendekati Kyuhyun. Begitu sampai di hadapan namja ikal itu, ia langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Dari mana saja? Kau membuatku khawatir." ucap Kyuhyun seraya memegang kedua bahu Sungmin.

"..."

"Waeyo?" tanya Kyuhyun begitu Sungmin tidak menjawab pertanyaannya tadi.

Sungmin kembali diam tak menjawab. Sekarang ia dalam mood yang buruk. Berbicara saja sepertinya harus menahan untuk tak berteriak. Jadi, lebih baik ia mendiamkan Kyuhyun daripada ia berteriak pada namja itu.

"Min..."

"Jangan mengajakku bicara. Aku sedang kesal." ucap Sungmin akhirnya.

Kyuhyun tercengang dibuatnya. Dari nada bicaranya saja sudah terdengar dingin. Apalagi dengan mata yang memicing tajam dengan alis yang berkerut. Menandakan kalau namja penyuka warna pink itu benar-benar kesal.

"Kau kenapa? Kenapa kau kesal? Aku hanya bertanya kau dari mana. Kau marah padaku? Apa masalahmu?" pertanyaan beruntun terlontar dari bibir Kyuhyun. Sungmin semakin kesal. Perempatan kembali mucul di kepalanya.

"Kau masalahnya!"

"Mwo?"

"Apa kau hendak menjadi uke, huh? Kau ingin meninggalkanku?"

"Ya! Apa maksudmu? Aku tetap seme-mu, Ming. Dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu!" Kyuhyun berucap sambil meremas bahu Sungmin. Lihatlah! Sekarang ia juga merasa kesal.

"Aku melihatmu berpelukan dengan Siwon. Ataukah dia menggendongmu? Cih." Sungmin berusaha melepaskan cengkraman tangan Kyuhyun di bahunya. Tapi susah sekali. Kyuhyun benar-benar mencengkram bahunya.

"Aku hanya terjatuh karena-"

"Terpeleset kulit pisang?" sela Sungmin sebelum Kyuhyun sempat menyelesaikan kalimatnya. Hal itu membuat Kyuhyun semakin mencengkram kuat bahu Sungmin dan Sungmin meringis karenanya.

"Tali sepatuku tidak terikat dengan benar. Sehingga aku tak sengaja menginjaknya. Lalu aku terhuyung dan Siwon seonsaengnim menangkapku sebelum aku taerjatuh." jelas Kyuhyun panjang lebar. Tapi, sigh~ Sungmin malah menutup kedua telinganya dengan tangannya.

"Ya! Apa yang kau lakukan!" Kyuhyun melepaskan kedua tangan Sungmin dari telinganya. Cukup sulit, karena tiba-tiba Sungmin meronta-ronta. Sungmin terlihat seperti tengah menghadapi penculik.

"Kau meragukanku?" satu pertanyaan dari Kyuhyun dan sukses membuat Sungmin menghentikan rontaannya. Sungmin menatapnya sekilas dan akhirnya memalingkan wajahnya lagi.

Dan tiba-tiba saja senyum miring tercetak di wajah namja tampan itu. Wajah yang tadinya penuh kesal tadi telah berubah menjadi raut meremehkan.

"Jadi, kau ingin aku membuktikan kalau aku masih tetap seme-mu, begitu?"

"Eh? Apa maksudmu?"

Kyuhyun tak menjawab pertanyaan Sungmin. Ia malah mengangkat tubuh Sungmin, menggendongnya ala bridal. "Aaa! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku! Ini memalukan!" teriakkan Sungmin tak diindahkannya. Ia mempercepat langkahnya menuju suatu tempat.

-Suspicious_Life-

Isak tangis terdengar dari bibir pinkish seorang namja yang sekarang ada di gendongan -piggy back- seorang namja berambut ikal. Ia meletakkan dagunya di atas bahu namja itu. Membuat kaos abu-abu yang dipakai sang namja berambut ikal sedikit basah. Sementara raut sang penggendong terkekeh kecil sambil sesekali meleletkan lidahnya.

"Hiks... Kyunie jahat!" Sungmin -namja yang digendong- memukul bahu namjanya, Kyuhyun. Pukulan ringan yang tak berasa apapun.

"Sshh.. Uljima hehe.." bukannya menenangkan, ucapan Kyuhyun itu malah membuat tangis Sungmin bertambah keras.

Mendengar isakan Sungmin, Kyuhyun justru semakin terkekeh senang. Teringat lagi apa yang dilakukannya beberapa waktu yang lalu.

Flashback

Kyuhyun melangkah cepat dengan kedua tangan yang masih menyangga tubuh kelinci um maksudnya tubuh Sungmin. Seringai tampan masih hinggap di wajah Kyuhyun. Tak menghiraukan tatapan aneh orang-orang kepadanya. Tak peduli yang penting sampai di tempat tujuan hehe pikir Kyuhyun.

"Kyuhyun! Turunkan aku! Aku malu, Kyuhyuuuun!"

Kyuhyun terkekeh senang, "Tenang, Ming! Cukup lihat wajahku saja. Kau perlu bukti kalau aku ini seme-mu kan?" Sungmin menatap Kyuhyun heran. Pembuktian apa yang akan dilakukan Kyuhyun? Berbicapa langsung pada Siwon kalau Kyuhyun itu seme? Mustahil. Kyuhyun tak senekat itu. Lalu...

"Aaaaaa!" teriak Sungmin ketika Kyuhyun berlari cepat menuju toilet.

Beruntung toilet itu dalam kondisi sepi. Kyuhyun mendudukkan Sungmin di ruang kosong di sisi washtafle. Menimbulkan wajah bingung namja manis berambut pirang itu. "Untuk apa kita ke toilet, Kyu?"

Kyuhyun tak menjawab pertanyaan Sungmin. Dan tanpa peringatan, Kyuhyun mencium bibir Sungmin dengan penuh semangat. Menyesap bibir shape 'M' itu dengan penuh napsu. Kedua tangannya diletakkan di sisi kanan dan kiri Sungmin hingga mengekang namja itu.

Sementara Sungmin masih terdiam. Berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada Kyuhyunnya. Dan saat merasakan hisapan dan jilatan di bibirnya, Sungmin melebarkan matanya. Kyuhyun aneh, tadi katanya ingin membuktikan kalau dia itu seme. Jangan-jangan Kyuhyun akan melakukan 'itu'!

Sungmin mendorong dada Kyuhyun dengan kuat berharap ciuman Kyuhyun bisa terlepas. Tapi tidak bisa, Kyuhyun malah memperdalam ciumannya dengan menekan tengkuk Sungmin. Sungmin pun tak kehabisan akal. Dengan tenaga ekstra, Sungmin menjambak rambut ikal Kyuhyun. Yah, ciuman itu berakhir sudah. Meskipun sekarang matanya disambut tatapan tajam seorang Cho Kyuhyun.

"Apa-apaan kau, Ming?"

"Kau yang apa-apaan! Apa yang kau lakukan barusan, hah?!" Kyuhyun berdecak sebal.

"Kau ini, seperti tidak biasa saja."

"Mwo? Ya! apa maksudnya itu!"

"Kau ingin pembuktian kan? Aku akan membuktikannya sekarang." Kyuhyun berbisik tepat di telinga kanan Sungmin. Kemudian menghisap dan menggigit kecil daun telinga Sungmin. Ia semakin menyeringai. Sungmin tidak memberontak sama sekali, hanya membatu dan meremas kecil bahunya.

Kyuhyun memindahkan kecupannya ke leher Sungmin. Menghisapnya menimbulkan kissmark samar di sana. Tangannya pun beralih membuka satu persatu kancing kemeja Sungmin. "Eungh~" desahan Sungmin makin membuat Kyuhyun bersorak dalam hati.

"Kajja~ Kita lakukan, Min." Kyuhyun sudah berhasil membuka kancing ke-tiga sungmin. Dan tepat setelah itu, Sungmin mulai sadar. Namja manis itu menatap cemas pintu masuk toilet yang sedikit terbuka.

"Kyuhyun! Jangan! Bagaimana kalau ada yang masuk dan melihat?"

Kyuhyun mengangkat kepalanya dari ceruk leher Sungmin. "Tak apa. Buat mereka tahu kalau kau hanya milikku dan aku hanya milikmu."

"Mwo? Berhenti-uhh... Kita bisa dapat masalah." Sungmin semakin cemas. Kyuhyun tak mau berhenti. Tangannya malah telah menyapa perut ratanya.

"Kyuhyun!" air mata sudah mengumpul di pelupuk mata Sungmin kala Kyuhyun tak mengindahkan teriakannya.

"Kyuhyun berhenti! Hiks.. berhenti!" Sungmin menangis keras. Tangannya bergerak memukul-mukul bahu Kyuhyun. Namun Kyuhyun tetap melakukan aksinya, mengecupi leher Sungmin dan mengelus perutnya.

"Kyuhyun! Hiks.. hikss... huaaa.."

Sungmin benar-benar menangis. Saat itu, baru Kyuhyun benar-benar menghentikan tindakannya. Pemuda berambut ikal itu menatap Sungmin lekat. Menatap Sungmin yang kini tengah mengusap air matanya.

"Min..." panggil Kyuhyun.

Sungmin yang masih sesenggukan tak menatap Kyuhyun. Ia terus saja mengusap matanya sembari menunduk.

"Min..." panggil Kyuhyun lagi seraya menyentuh dagu Sungmin.

"Dengan begini, kau tahu kan? Aku benar-benar mencintaimu. Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu kecuali maut yang memisahkan kita. Jadi, jangan meragukanku. Saranghae." Kyuhyun mengecup kedua mata kemudan bibir Sungmin.

Sungmin masih tetap terisak kecil tapi ia mengangguk pelan. Kyuhyun tersenyum senang. "Mau kugendong?" Ia berbalik badan. Menawarkan punggungnya untuk Sungmin. Dan akhirnya, Sungmin naik ke punggungnya dan ia melangkah keluar toilet.

.

.

Kyuhyun memilih terus melangkah tak mengindahkah tatapan aneh penghuni kampus. Tentu saja, dengan Sungmin yang terus menangis keras di punggungnya menarik perhatian banyak orang. Kyuhyun sudah menenangkan namja kelahiran satu januari itu, namun mungkin memang dirinya masih ingin menangis jadi, tangisannya tak berhenti-henti.

Sebenarnya Kyuhyun sedikit risih, tapi ia mencoba tak peduli. Ia tetap melangkah dengan pasti menuju parkiran kampus. Berniat pulang? Ne. Pulang karena Sungmin terus menangis? Aniya. Sepasang kekasih itu berniat pulang karena jam kuliahnya hari ini memang hanya mata kuliah yang Sungmin benci -keagamaan- tadi. Sekarang, karena tidak ada acara apa-apa lagi, mereka akan pulang dan bersiap untuk kencan. Yeah!

"Cho Kyuhyun!" panggil seseorang membuat Kyuhyun menghentikan langkahnya. Kyuhyun menoleh, dan tepat dari samping kiri, Choi Siwon seonsaeng menghampiri mereka lengkap dengan beberapa buku dan kaca mata baca yang membingkai kedua matanya.

"Ye, seonsaengnim?"

Sungmin yang mengenali suara Siwon, dengan segera menyembunyikan wajahnya di bahu Kyuhyun. Ia malu. Bertemu Siwon saat kondisinya berlinang air mata bagaikan pelecehan baginya.

"Sungmin kenapa?" tanya Siwon yang lebih tertarik pada keadaan Sungmin. Mengabaikan Kyuhyun awalnya menemui Sungmin. Seandainya tidak ada Sungmin mungkin ia akan... ugh, aku tidak bisa memberitahu kalian sekarang.

Kyuhyun tersenyum kecil. "Dia terjatuh dan punggungnya menabrak sisi meja." bohong yang ia ucapkan. Mana mungkin ia akan menjawab bahwa Sungmin menangis karena hendak diperkosa olehnya? What the hell!

"Ah, kau harus mengeceknya kalau begitu."

"Gurae. Gamsahamnida atas sarannya tapi kami harus pergi sekarang, ne seonsaeng. Annyeong." Kyuhyun mulai melangkah lagi sampai akhirnya ucapan Siwon menghentikan langkahnya.

"Nikmati waktu kalian selagi sempat."

"Apa maksud anda?" Kyuhyun menatap Siwon heran.

Siwon tertawa kecil. "Maksudku, nikmati waktumu bersama Sungmin sebelum dia sakit karena kelelahan menangis." ia kembali memamerkan senyum dengan dimple di pipinya.

Kyuhyun mengangguk pelan. Sebenarnya ia masih bingung. Apa menangis bisa membuat seseorang sakit? Demam mungkin? Tapi, yah ia harap hal semacam itu tidak terjadi ada Sungminnya.

"Nikmati waktu kalian selagi sempat."

Ucapan aneh itu terus terngiang di kepala Sungmin. Ucapan itu seperti peringatan untuknya dan Kyuhyun. Apa mungkin perkataan Eunhyuk dan Donghae benar adanya? Siwon hendak merebut Kyuhyun? Aish! Mana bisa begitu!

Sungmin yang memang masih penasaran, menengok ke belakang. Dan mata foxy-nya menangkap senyum Siwon yang benar-benar misterius. Aigoo ia tidak rela menyerahkan Kyuhyun.

*Choi-Siwon-ssi*

Drap drap drap... Kyuhyun dan Sungmin berlarian di koridor kampus. Peluh di pelipisnya mengalir melewati pipi sampai akhirnya menetes dari dagu.

"Dua menit lagi, Ming." ucap Kyuhyun sambil tertawa pelan setelah melihat arloji di pergelangan tangannya.

"Berisik! Jalan saja yang benar!"

"Kita sedang berlari bukanya berjalan, chagi-ya."

"Ya jangan banyak bicara! Kau ingin kita terlambat, eoh?

Sungmin kesal. Hari ini ia bangun terlambat dan Kyuhyun pun begitu. Ini semua karena kemarin mereka baru saja berkencan ke taman hiburan, lalu sorenya menonton di bioskop, kemudian malamnya dipaksa Kyuhyun menemaninya bermain play station. Huft~ benar-benar melelahkan, akan tetapi tidurnya benar-benar nyenyak hingga sulit bangun seperti tadi.

"Eh, itu Donghae dan Eunhyuk!" Sungmin menghentikan langkahnya. Ia terdiam di tengah koridor. Menunggu Eunhyuk dan Donghae yang berjalan pelan seperti siput -menurut Sungmin.

"Ish! Palliwa!" gemas juga jika menunggu seseorang yang jalannya begitu pelan dan terkesan santai.

"Waeyo?" tanya Eunhyuk seraya menyedot susu kotak rasa strawberry.

"Kau ingin terlambat masuk kelas? Kajja lari!"

Sungmin menarik lengan Eunhyuk dan berlari bersamanya. Kyuhyun menyusul di belakang. Sementara Donghae masih berdiri bingung karena baru melepas headphone-nya, tetapi sesaat kemudian ia berlari kencang mengejar ketiga namja tadi.

"Pelan-pelan, Sungmin!" seru Eunhyuk keras.

"Aniya! Kita akan terlambat kalau pelan!"

"Hati-hati!" kali ini suara Kyuhyun terdengar setelah Eunhyuk hampir menabrak seorang mahasiswa kutu buku.

Deru napas bersahut-sahutan dari ketiga namja ini dan namja bersurai dark brown yang tertinggal di belakang. Matanya tiba-tiba terbelalak lebar. Choi seonsaeng tengah melangkah menuju arah yang berlawanan dengan rombongannya ini. Ia semakin gelisah saat melihat Kyuhyun, Sungmin, dan Eunhyuk berlari tanpa menatap ke depan malahan mereka saling memaki.

"Awas!"

BRAK

Tabrakan itu tak bisa dihindari. satu namja melawan tiga namja. Tak hanya membuat roboh satu namja saja, melainkan semuanya terjatuh menyapa lantai keramik yang dingin. Semuanya meringis kesakitan. Dan barang-barang bawaan sang seonsaeng berserakan.

Sementara itu, Donghae tampak melangkah tertatih-tatih. Ia meletakkan kedua telapak tangannya di masing-masing lututnya, setelah sampai di dekat namja-namja yang berserakan (?) di lantai koridor.

"Hah... hah... Seharusnya kita hha tidak berlarian meskipun terlambat hhaa.." Donghae berusaha menstabilkan napasnya.

Kyuhyun menatap siapa korban tabrakan tadi. Betapa terkejutnya ia setelah mengetahui Choi Siwon yang ia tabrak. "Jeosonghamnida." dengan cekatan, ia merapikan kertas-kertas yang berserakan. Menatap sekilas nilai-nilai yang tertera di sana. Tidak lebih baik dari nilainya. Ya! kenapa memikirkan itu? Kyuhyun menggelengkan kepalanya mengusir pikiran sombong yang mengisi kepalanya.

Eunhyuk memutar bola matanya, Donghae memilih mendudukan diri dan mencoba menstabilkan napasnya, sementara Sungmin ikut membantu merapikan barang-barang Siwon. Mengambil buku maupun kertas yang berada dalam jangkauannya.

Namun, saat sebuah kertas ia ambil, ia melihat kotak berbentuk balok berwarna hitam dengan simbol salib di atasnya. Karena penasaran, ia pun membuka kotak itu diam-diam dan penuh berhati-hati.

Matanya terbeliak. Begitu kotak tersebut terbuka, sebuah pisau perak tergeletak di sana. Pisau yang sama persis dengan miliknya dan satu lagi benda yang makin memperkuat bukti bahwa pisau itu miliknya, gelang berwarna biru laut. Gelangnya berada di dalam kotak itu. Gelang yang tampak berkilauan diterpa cahaya matahari, yang selama ini ia cari.

Sungmin terdiam, berusaha meredam emosinya. Ia menatap Siwon dan Kyuhyun yang tengah memunguti barang-barang Siwon. Mereka tak memperhatikannya. Matanya beralih menatap Eunhyuk yang juga tengah menatapnya penuh arti. Sepertinya Eunhyuk tahu apa isi kotak itu.

Eunhyuk mengangguk sekali dan Sungmin pun melakukan hal yang sama. Matanya mengawasi gerak-gerik Siwon. Setelah yakin seonsaengnya itu tak memperhatikanya, perlahan-lahan dimasukannya kotak hitam yang begitu penting itu ke dalam tas selempangnya.

Ternyata ia salah menilai Siwon. Seperti kata pepatah 'Jangan menilai seseorang dari covernya', meskipun Siwon terlihat murah senyum dan baik hati, tapi ternyata namja itu yang menyembunyikan barang-barangnya. Ia salah karena telah bersikap baik pada namja itu.

"Ige, seonsaengnim." suara Kyuhyun membuyarkan lamunan Sungmin.

Sungmin menatap Siwon sinis. Setelah mengetahui kenyataannya, ia berbalik menjadi membenci namja berlesung pipi itu

"Jeosonghamnida, Choi seonsaengnim." Sungmin memutar bola matanya ketika mendengar ucapan Kyuhyun. Tadi sudah minta maaf, kenapa meminta maaf lagi. Pikir Sungmin.

"Aniya, gwaenchana. Jangan memanggilku seformal itu ketika kita berada di luar kelas ne?" Kyuhyun dan tiga namja lainnya dengan kompak menatap Siwon bingung.

"Umurmu 21 tahun kan, Kyu? Jadi panggil Siwon hyung saja."

"Ck. Memangnya kau semuda apa sampai menyuruh Kyuhyun-ku memanggilmu begitu?" tanya Sungmin sinis dengan menekan pada kata 'ku'.

Siwon tertawa pelan. "Umurku 22 tahun, Lee Sungmin-ah."

Sungmin membuka mulut lebar. Ia benar-benar berumur 22 tahun? Yang benar saja! Bahkan umur seonsaengnya itu setahun lebih muda darinya yang masih kuliah ini?

"Bagaimana bisa?" ucap Eunhyuk tanpa sadar. Beberapa saat setelahnya, terlihat Eunhyuk yang membekap mulutnya sendiri. Merutuki dirinya sendiri karena kelepasan mengagumi Siwon. Siwon pasti akan semakin besar kepala.

"Aku beberapa kali loncat kelas." lagi-lagi senyum yang memuakkan -menurut Eunhyuk- dipamerkan lagi oleh Siwon.

"Kurasa hal seperti itu tak akan mungkin. Mengaku saja, jika kau sudah tua." Donghae yang awalnya tenang, mulai tertarik untuk mengejek Siwon.

"Aniya, itu memang benar. Sebelum masuk elementary school, aku menyempatkan diri untuk les privat. Kemudian aku menyelesaikan elementary school dalam waktu tiga tahun dan bla.. blaa... bla.." Donghae sudah melengos dari tadi. Ia tidak suka dengan namja berdimple itu.

'Pamer.' batin Donghae sambil menarik Eunhyuk pergi dari hadapan Choi seonsaeng. Sungmin berdecak, ia memutar malas kedua bola matanya.

"Kyuhyun, aku akan ke kelas sekarang." ucap Sungmin, namun diabaikan oleh namja berambut ikal itu. Kyuhyun lebih tertarik berbincang dengan Siwon. Yah, apa pun yang menyangkut kepandaian, Kyuhyun pasti tertarik. Dari situlah Sungmin akhirnya memilih untuk pergi. Meninggalkan dua namja yang berbincang seperti dunia milik sendiri.

'Jangan menghianatiku lebih dari ini, Kyuhyun-ah.'

Degh

Sesuatu menyentak dada kiri Kyuhyun. Mengingatkannya kembali dengan keberadaan Sungmin. Ia menoleh mencari Sungmin yang sudah tak ada lagi di sampingnya. Mencari ke segala arah hingga menemukan namja imut itu tengah melangkah menjauhinya. Ia kembali menatap Siwon.

"Saya akan ke kelas sekarang. Annyeong Siwon seonsaengnim."

"Siwon hyung!"

Kyuhyun menatap Siwon ragu. "N-ne Siwon hyung."

Kyuhyun pun akhirnya meninggalkan Siwon yang terus memperhatikanya. Siwon melihat bagaimana Kyuhyun berlari ke arah Sungmin, mengajaknya bicara meskipun Sungmin tetap berjalan mengacuhkanya.

Namja berdimple itu mengecek barang bawaannya. Mengecek lembaran kertas pertama hingga terakhir. Ada yang hilang, pikirnya.

Tapi tiba-tiba saja ia tertawa pelan. Tertawa sendiri hingga menyita perhatian banyak orang.

"Ternyata kau sudah mengambilnya ne?" Ia menghela napas panjang. Matanya menatap punggung Sunmin dan Kyuhyun yang semakin menjauh.

"Ini akan sedikit menyulitkanku." ucapnya bersamaan dengan senyum joker yang terkembang di bibirnya.

.

.

Bersambung

Hehe...Yey Update! Haha, Siwon ternyata yang nyuri pisaunya min. Terungkap sudah. Tapi aku akan memunculkan satu peran lagi, Antagonis. Ada yang mau menyarankan untuk nama? Jawaban kalian akan sangat membantu :D

Oh ya Mianhae kalo ceritanya kepanjangan dan jadi membosankan. Tapi meskipun membosankan, keep reading ya. Karena kalian sumber semangatku #halah :D

Gomawo yang sudah menyempatkan membaca dan me-review. Sorry for typo(s) ne. Yokai! Sampai jumpa di chapter selanjutnya.

Penuh cinta,

Denies Kim