The Point Guard Angels

.

Kuroko's Basketball © Fujimaki Tadatoshi

Naruto © Kishimoto Masashi

There is no material profit for author.

.

.

Chapter 1: Akashi Seijuro – Absolute Monarch

.

.

Yamanaka Ino baru saja selesai mandi ketika ponselnya mengalunkan lagu "Harmonia", nada deringnya. Ia tak memerlukan waktu lama untuk meraih selembar handuk, lalu melilitkannya ke atas dada untuk dijadikan pakaian sederhana sebelum meraih smartphone tersebut di atas meja belajarnya. Disibaknya poni panjangnya yang basah agar mata aquamare-nya tidak terhalang saat melihat nama yang tertera di layar smartphone. Ternyata, yang menelepon itu adalah kekasihnya, Akashi Seijuro.

Ino menekan tombol "receive call" yang tertera di LCD. Kemudian, ia mendekatkan smartphone tersebut ke telinga yang tertutupi oleh rambut pirang panjangnya. "Moshi-moshi, Seijuro-kun?"

"Memangnya siapa lagi orang bernama Seijuro yang ada di kontak ponselmu?"

Bukan menjawab pertanyaan Ino, suara pemuda di seberang sana malah balik bertanya, meskipun sebenarnya pertanyaan Ino memang tidak untuk dijawab.

"Ah... tidak, bukan begitu. Tapi, kenapa kau menelepon pagi-pagi begini?"

"Ini sudah pukul tujuh lewat."

Lagi dan lagi, balasan datar diterima oleh Ino. Bisakah pemuda itu membalas kalimat Ino dengan sedikit lebih lembut? Oke, tidak perlu lembut, yang penting tidak dengan nada datar. Ino menahan napas sejenak sebelum menghembuskannya perlahan dari mulut. "Well... well. Baiklah, sekarang katakan apa yang dibutuhkan oleh Akashi-sama dari hamba pagi ini? Apakah ada titah yang harus hamba lakukan?" Ino bertanya dengan gurauan yang sedikit dibuat-buat.

Sejenak, lawan bicara Ino tersebut tidak membalas. Ino tahu pasti bahwa pemuda berambut merah semerah irisnya itu tengah memasang muka masam mendengar gurauannya. Tentu saja hal itu karena Akashi Seijuro adalah tipe pemuda yang serius. Ia tidak pandai berbasa basi dan cenderung berbicara lugas dan tepat sasaran. Namun, sifat kekasihnya yang seperti itu malah membuat Ino semakin senang menggodanya. Ia tidak takut kalau-kalau ia akan menerima kalimat dingin yang meluncur mulus dari bibir pemuda itu.

"Aku akan ke rumahmu."

Sebuah kalimat pendek sukses membuat Ino bergidik.

"Hah?" sekali lagi, Ino meyakinkan apa yang didengarnya.

"Kubilang, aku akan ke rumahmu, sekarang!"

"T-tapi..."

"Kenapa? Tidak boleh?"

Ino semakin bingung dengan apa yang harus dikatakannya. Apakah sebaiknya ia jujur saja? Ya, sepertinya itu adalah pilihan terbaik. Ino akhirnya memutuskan untuk mengatakan hal yang sebenarnya. "B-bukan tidak boleh. Hanya saja, aku ada janji pergi ke luar hari ini?"

"Janji? Dengan siapa?"

Entah kenapa suara pacarnya itu terdengar seperti menginterogasi dirinya. Apakah Ino yang terlalu berlebihan atau ia memang tengah diinterogasi? Dengan berat, Ino membuka bibirnya untuk menjawab pertanyaan Seijuro. "Dengan Mayuzumi-senpai. Ia memintaku untuk menemaninya mencarikan light novel yang sama dengan yang kupunya."

"Batalkan!"

Yup, balasan yang sudah ditebak oleh Ino. Seijuro pasti melarangnya pergi.

"Batalkan rencanamu itu!"

"Tidak bisa begitu. Nanti Mayuzumi-senpai malah berpikir kalau aku tidak bisa menepati janji."

"Aku tidak suka kau pergi dengan laki-laki lain."

Ino menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya cepat. Ia harus meyakinkan Seijuro agar ia diberikan izin untuk menepati janjinya. "Seijuro-kun, kau tahu sendiri kan kalau aku hanya menyukaimu? Lagipula, Mayuzumi-senpai kan temanmu. Kau bisa memercayainya."

"Tidak. Kau mungkin tidak menyukainya, tapi dia menyukaimu."

Ino terkejut. "Eh... itu tidak mungkin!"

"Mayuzumi menyukaimu. Aku akan membunuhnya jika dia mendekatimu. Kalau kau tidak ingin melihatku membunuh, sebaiknya kau batalkan janjimu itu."

Suara Seijuro benar-benar terdengar serius. Ia tahu bahwa laki-laki itu selalu bertindak sesuai dengan apa yang dikatakannya. Jika Seijuro mengatakan bahwa ia akan membunuh Mayuzumi, pemuda itu pasti akan melakukannya. Satu hal lagi yang perlu ia ingat adalah kenyataan bahwa Seijuro selalu mendapatkan apa yang diinginkannya dan itu mutlak. Tidak ada pilihan lain, Ino harus menyerah dan menuruti perintah laki-laki itu. "Baiklah. Aku tidak akan pergi dengan Mayuzumi-senpai. Tapi, bisakah kau mengajakku keluar hari ini? Aku bosan sendirian di rumah."

"Aku segera ke sana."

Ino melepaskan napas yang ia tahan tanpa ia sadari. Ia yakin bahwa Seijuro kini tengah menyeringai puas. Sifat pemuda itu yang selalu mengaturnya benar-benar membuatnya kesal. Tapi, kenyataan bahwa Seijuro sangat mencintainya melenyapkan kekesalannya itu dengan segera.

.

.

FIN

.

.

Owari! Bagaimana chapter pertama project saya ini? Menghiburkah? Tapi, sepertinya jelek ya. :(

Next chapter... guess who?