The great devilish prince
Hinata berjalan perlahan menyusuri koridor sekolah. Langkahnya gontai, sesekali gadis itu menunduk. Ini masih pagi, namun sudah banyak siswa-siswi yang berlalu lalang disekitarnya. Langkah hinata berhenti tepat didepan loker sepatunya. Sang heiress Hyuuga itu menarik napas panjang, lalu mengganti sepatunya dengan sepatu khusus. Seseorang menepuk bahunya. Hinata menoleh. Dilihatnya seorang gadis berambut pirang panjang yang tersenyum sumringah padanya. Hinata membalas senyum gadis itu—Ino, teman sekelasnya.
"apa kau sudah mengerjakan PR Biologi?"
Hinata mengangguk pelan. Dia yakin sebentar lagi Ino akan—
"wah, aku terselamatkan. Hinata, aku pinjam buku tugasmu ya!"
sudah kuduga. Batin hinata seraya menghela napas panjang. Gadis itu segera mengambil buku itu di tasnya.
Ino memeluk hinata dengan erat hingga hinata kehabisan napas. "I-Ino... L-Lepas Hh... sse-sesakk...!"
Ino melepaskan pelukannya, lalu nyengir seperti tanpa dosa. "hehhehhe... gomen, Hinata. Habis kau baik sekali, sih..."
"hinata hanya kasihan padamu, Pig. Kau kan baka." Ejek Sakura yang baru saja datang.
"apa kau forehead?! Jika aku bodoh, itu berarti kau juga sama bodohnya sepertiku. Apa kau lupa level otak kita kan sama!" balas Ino.
Hinata hanya tersenyum begitu mendengar cacian mereka. Setiap pagi selalu saja ada adu mulut diantara kedua sahabat baiknya ini.
Tiba-tiba segerombolan gadis-gadis menghentikan pertengkaran mereka. Mereka bertiga—termasuk Hinata, memandang sososk yang dikerumuni para gadis itu. Hinata meneguk ludah. Tentu saja ia adalah sasuke uchiha. Sang pangeran kegelapan.
"nah, lihat! The Great Devilish Prince datang." Bisik Ino. Nadanya terdengar gusar.
"iya, aku heran dengan gadis-gadis itu. Kenapa mereka masih saja lengket setelah sasuke mencampakkan mereka seenaknya setelah menidurinya."
"hush, diamlah... begitu-begitu kan kita juga pernah naksir dengannya..." ujar Ino mengingatkan. Memang, sejak awal mereka resmi diterima sebagai murid KHS, sasuke sudah menarik perhatian para gadis-gadis disekolahan ini. namun, begitu mereka tahu sifat sasuke yang sebenarnya, sebagian gadis-gadis memilih mundur.
Kenapa begitu? Karena Sasuke sangat suka mempermainkan wanita. Yah... baik raga maupun jiwa gadis-gadis itu.
"huh, menyebalkan sekali." Gerutu tenten yang juga baru datang.
"tenten, kau mengagetkanku saja." kata ino.
Mata lavender hinata tidak sengaja bertemu bola onyx milik sasuke. Bola mata kelam itu seakan menghipnotisnya. Hinata cepat-cepat memalingkan wajahnya sebelum terseret lebih dalam. Hinata sangat takut padanya.
"sasuke memang sangat sempurna. Dia kaya, tampan dan pintar. Jika saja sikapnya tidak seburuk itu, mungkin aku masih memperjuangkannya." Gumam Ino.
"yah... tapi tidak apa-apa. Lagipula kau sudah punya pacar kan?"
Ino mendesah, "yah... lagipula wajah Sai memang mirip dengan Sasuke."
Bel berbunyi juga. Kelima gadis itu segera memasuki kelas mereka. Hinata duduk disamping Ino. Gadis cantik itu kini tengah menyalin catatannya. Jam pertama adalah kakashi sensei, jadi mereka bisa sedikit santai karena guru tampan itu selalu telat dengan alasan yang tidak masuk akal.
Ino tersenyum begitu Sai memasuki kelas. Sai tersenyum palsu kepada Ino. Ino cemberut. Kekasihnya ini memang tidak pandai berekspresi, Sangat bertolak belakang dengannya. Begitu Sai berdiri disamping Ino, Sai langsung mencium Ino dengan mantap. Ino sendiri membalas ciuman itu dengan bergairah. Hinata sangat terkejut dengan 'serangan Sai' yang tanpa malu-malu itu. Gadis lugu itu menunduk. Sejujurnya, dia tidak kuat dengan adegan seperti itu. Rasanya... mual. Memuakkan.
"hnngghh...! sai, lanjutkan lagi..." rengek Ino begitu Sai menghentikan ciumannya. Sai tersenyum lagi sebelum kembali mengecup bibir merah gadis 'Toko Bunga' itu. Hinata mengalihkan pandangannya pada pintu kelas yang terbuka. Sasuke yang baru saja memasuki kelas, langsung menarik Sai tanpa peduli aksinya itu merusah adegan hot yang baru saja terjadi.
"hnngg..." Ino melenguh karena ciumannya mendadak berhenti. Sedangkan Sai sendiri kebingungan karena tiba-tiba tuan Uchiha ini menariknya.
"kau bisa melanjutkan ciumanmu nanti. Ada hal yang lebih penting sekarang–̕̕ ̕
Hanya itu yang bisa hinata dengar dari pembicaraan mereka berdua kerena sasuke mengecilkan suaranya. Toh, jarak bangku mereka lumayan jauh.
Hinata mendesah,bukan maksudnya menguping pembicaraan orang. Hanya saja, gadis bersurai indigo ini benar-benar penasaran. mungkin saja itu misi geng mereka... pikirnya. Siapapun disekolah ini pasti tahu—bahkan Hinata yang pendiam sekalipun, kalau sasuke adalah pemimpin geng Demonic rookie atau sering disebut DR yang terkenal diseluruh Konoha. Anggota geng ini terdiri dari cowok-cowok terkenal dan berbakat disekolahnya. Contohnya pacar Ino ini, Sai. Dibalik senyumnya yang tanpa ekspresi, Sai ternyata sangat sadis. Kabarnya dia bahkan pernah dikeroyok oleh senior di KHS waktu kelas satu dulu, namun malah semua senior itu yang babak belur. Sai sangat jarang berbicara, namun lidahnya setajam pisau. Kemampuan melukisnya tidak diragukan lagi. Sai sudah sering menjuarai lomba melukis. lalu, ada Kiba dan Shino, teman kecil Hinata. Mereka berdua juga anggota DR. Keduanya merupakan pelacak dan pencari Informasi dalam geng itu. Bahkan kakak Hinata sendiri, Neji, juga bagian dari DR. Cowok tampan berambut panjang ini merupakan penyerang serta wakil ketua geng itu, sang pangeran Uchiha.
Hinata melihat seorang pemuda berambut kuning jabrik yang baru saja memasuki kelasnya. Mata indigonya berbinar, pipinya memerah. Hinata menunduk begitu Naruto berjalan melewatinya. pesona menyilaukan dari pemuda matahari itu membuat Hinata terpesona. Berbeda dengan gadis-gadis lain yang lebih mengincar sasuke. Sejak kelas satu Hinata menyukai Naruto. Entah karena bodoh atau tidak peka, Naruto tidak tahu kalau Hinata sangat menyukainya. Padahal, hampir seisi sekolah tahu kalau Hinata menyukai Naruto. Naruto memukul bahu Sasuke yang dibalas dengan gerutuan. Oh, Naruto juga anggota DR.
"woi teme... tidak perlu memakiku, kan? Aku kan Cuma memukulmu." Protes Naruto.
"Hn," sahut sasuke tidak jelas apa maksudnya.
Bahu Naruto merosot, "haah~ kau selalu begitu..."
Sasuke melayangkan tatapan tajamnya kepada cowok berambut nanas yang sedang mendengkur dibangkunya. Kalau orang lain, mungkin akan lekas bangun kerena aura hitam sasuke yang sangat menusuk. Tapi tampaknya Shikamaru sama sekali tidak terpengaruh meskipun dia merasakan tatapan tajam ketuanya itu.
"bangun atau kubunuh kau." Sasuke mengatakannya dengan datar. Namun ancaman itu bukan main-main jika Sasuke yang mengatakannya
Mau tidak mau Shikamaru harus bangun. Shikamaru menguap lebar-lebar. "hng... mendokusei," gumamnya tidak ikhlas (yaelah... males banget sih lo shik).
"aku dengar kita akan membicarakan misi." Ucap shino tiba-tiba yang datang entah darimana.
Naruto melonjak, kaget karena tidak tahu kalau Shino ada disampingnya. "GYAA...! Shino, kenapa sih kau selalu muncul tiba-tiba?!"
"oh, aku sedang belajar jadi hantu." jawab Shino sekenanya.
"diamlah, lebih baik kita mendengarkan sasuke." Lerai Neji yang memang paling dewasa diantara mereka.
"baiklah, ada apa sasuke?" tanya kiba sambil mengacak-ngacak rambut coklat jabriknya.
"kemarin Neji menemukan surat ini dari lokernya." Sasuke melemparkan surat itu kepada Shikamaru.
Shikamaru membaca surat itu dengan seksama. Dahinya berkerut. "ini surat ancaman. Ada yang sedang menantang kita."
"hah? Siapa yang berani menantang kita?!" teriak Rock Lee.
"hei, alis tebal... kecilkan suaramu." Ucap kiba mengingatkan.
"hmm... entahlah." Gumam Chouji sambil mengunyah snack-nya.
"tentu saja mereka orang yang sangat berani." Gaara yang sejak tadi terdiam, kini angkat suara (by the way, sejak kapan yah mereka semua berkumpul? Perasaan tadi sasuke Cuma manggil Sai deh... ckck...).
Sasuke melipat tangannya, berpikir. "jika surat itu ada di loker Neji, itu artinya mereka juga ada disekolah ini. atau paling tidak suruhan mereka."
"jadi, langkah pertama kita harus mencari orang itu." Sahut Shikamaru. Memang, dibalik sifat malasnya, Shikamaru sangat jenius. Otaknya sangat cerdas dalam mengatur strategi hingga sasuke menjadikannya sebagai ahli perancang strategi.
"lalu bagaimana caranya?" tanya Sai.
Shikamaru menyeringai. "kita amati dulu tulisan tangan itu. Shino, Kiba, kalian bantu aku."
Mereka bertiga mengamati tulisan tangan itu, mencari petunjuk yang ada disana.
Naruto terlihat tidak sabar. "bagaimana Shika? Kau dapat sesuatu?"
Shika mengangguk. "ada yang aneh dalam tulisan ini. memang tulisannya acak-acakan, jelas sekali ini tulisan laki-laki. Dan sepertinya dia sama bodohnya denganmu."
"apa kau bilang...?!"
"tapi setiap tulisannya miring ke kanan. Itu artinya dia menulis dengan tangan kiri."
"jadi, dia kidal?" gumam Gaara.
"ya. Dia kidal."
Kiba mengendus kertas itu. "hng, ada aroma aneh dari surat ini."
"apa? Apa?"
"entahlah, aromanya aneh. Aku tidak pernah mencium aroma ini sebelumnya. Tidak seperti sasuke yang beraroma Mint, Neji yang beraroma green tea, atau Naruto yang beraroma Citrus... aroma ini memusingkan. Membuatku muak. Namun rasanya tidak asing."
Mereka semua saling menandang satu sama lain, mengingat-ingat hal yang dibenci Kiba. Neji tersenyum. "laut." Sahutnya, semuanya memandangnya dengan penuh tanda tanya. "itu aroma laut. Kiba mabuk laut, dan aroma itu memusingkannya."
"kau benar Neji. Itu seperti aroma laut. Yakk...!" Kiba ingin muntah.
"kidal dan laut... siapa dia?" Sai berpikir keras.
"kidal?" shikamaru teringat sesuatu. "kebanyakan orang kidal adalah atlet. Jadi kemungkinan besar dia salah satu anggota klub olahraga."
Tiba-tiba pintu kelas kembali dibuka. Neji membisikkan sesuatu ditelinga sasuke, "lebih baik kita hentikan rapat ini untuk sementara."
Sasuke mengangguk, menyetujui usulan sang bunke hyuuga itu.
Kakashi-sensei memasuki ruang kelas. Meskipun tertutupi masker, para muridnya pasti tahu kalau dia tersenyum datar. "ohayou, wah... rupanya aku telat lagi..."
Ucapannya langsung mendapatkan deathglare dari semua siswa.
"hehhe, gomen, gomen... sensei tadi tersesat di jalan bernama-"
"KEHIDUPAN...!" sahut seluruh murid serempak dengan geram. Kakashi-sensei sweatdrop.
Kakashi tersenyum begitu melihat kerumunan pemuda yang baru saja membubarkan diri. Beberapa yang bukan dari kelas ini segera keluar meninggalkan ruangan. Guru itu menatap sasuke dengan tajam. "rupanya baru ada rapat, ya Uchiha?"
"hn," sahut sasuke menanggapinya malas.
end of chapter 1