Title : What Is Love ? Chapter 3
Author : Anatasya Tata
Genre : Romance, Hurt/Comfort, Friendship
Rating : T
Pairing : SasuSaku, SasuIno
Disclaimer : Naruto selalu milik Masashi Kishimoto w)/
Warning : AU, Typo, OOC, DLL _
DON'T LIKE DON'T READ! (^o^)b
0o0
Happy Reading
0o0
"Sakura, tolong ya!" pinta Kiba.
Sakura menghela nafas kesal. "Hahh… Baiklah-baiklah. Sudah sana, katanya kau ingin pergi"
"Ahahaha… Oke, aku pergi dulu, Sakura" pamitnya. Ia pun beranjak meninggalkan Sakura.
Sakura menghela nafas lagi. Ini sudah ketiga kalinya ia dimintai tolong dalam sehari. Tentu saja ada sebabnya ia dimintai tolong oleh banyak orang hari ini. Itu karena, sekolah Sakura sedang mengadakan pesta ulang tahun sekolah ke-100, sehingga banyak barang yang harus dibeli. Entah untuk dekorasi, konsumsi, atau yang lainnya. Karena itulah, rata-rata dia dimintai tolong untuk membeli bahan-bahan tersebut. Kebetulan, tema untuk ulang tahun sekolah sekarang adalah prince and princess. Sudah dipastikan, para pria akan memakai tuxedo dan para wanitanya memakai gaun. Lalu, tak lupa dengan dekorasi yang berkesan elegan dan mewah. Tak hanya itu, para siswa maupun guru diwajibkan untuk memakai topeng yang hanya menutupi setengah wajah. Bisa dibayangkan bagaimana acara pesta tersebut.
Sebenarnya, Sakura kurang senang akan pesta tersebut. Jujur saja, Sakura merasa risih bila disuruh untuk memakai gaun sebagai dresscodenya. Ia tak terbiasa memakai gaun, berbeda dengan sahabatnya, Ino. Ino adalah seorang model, jadi, dia pasti terbiasa dengan sesuatu yang bernama 'gaun dan high heels' yang jelas-jelas kurang disukai oleh Sakura. Ditambah lagi harus pakai topeng-topengan segala, makin membuat Sakura muak. Sebab, itu membuat Sakura sulit mengenali seseorang dan hanya bisa mengenali dengan insting.
Sakura tak habis pikir, siapa yang mengusulkan tema konyol dan peraturan ini. "Huh! Benar-benar menyebalkan" gerutunya pelan. Ingin rasanya, ia untuk tidak mengikuti pesta tersebut. Sialnya, itu tidak bisa, sebab semua murid diwajibkan untuk mengikuti pesta tersebut, jika melanggar, maka akan dikenai sanksi. Tentu saja Sakura tak mungkin untuk melanggar ketentuan –yang konyol- itu. Ia termasuk dalam murid teladan, sehingga bila ia tetap nekat mengikuti hawa nafsunya yang sesaat, bisa dipastikan harga dirinya sebagai murid teladan akan hancur lebur. Yah… seperti peribahasa "Setitik tuba rusak susu sebelangga".
Berbeda dengan Sakura, hampir semua warga sekolahnya menanti hari itu dengan antusias. Mungkin salah satunya adalah sebagai ajang menjadi yang tercantik dan tertampan di sekolah. Sebenarnya, selain untuk merayakan ulang tahun sekolah, acara itu juga sekaligus sebagai ajang pemilihan Prince dan Princess tahun ini. Sekedar info, pemilihan Prince dan Princess diadakan setiap 1 tahun sekali, bertepatan dengan hari ulang tahun sekolah. Maka tak heran, beberapa murid perempuan maupun laki-laki mempersiapkan macam-macam untuk tampil menarik, entah perawatan diri, baju, dan lain-lain.
Sakura tak pernah mengerti dengan jalan pikiran teman-temannya itu. 'Apa gunanya menjadi Prince dan Princess? Hanya agar diincar oleh semua murid di sekolah ini? Atau agar bisa deket dengan gebetan? Benar-benar alasan yang konyol' pikir Sakura sambil menampilkan mimik jijik.
Seandainya ia diperbolehkan untuk tidak mengikuti pesta tersebut, ia pasti akan senang sekali dan langsung bermalas-malasan di kamarnya tercinta. Lalu, menghabiskan waktunya untuk membaca novel atau komik sambil ditemani sepotong kue marsmallow-nya ( yang baru diberikan oleh Ino). Ah… bagi Sakura, itu serasa di Surga dunia. Tapi sayang, itu jelas sekali tidak akan terjadi.
Namun, alasan tadi hanya alasan untuk menutupi alasan utamanya. Sakura jadi teringat, semenjak kejadian hari itu di Butik Glamor Store, hubungan antara Sakura dan Sasuke semakin dekat, begitu juga dengan Sasuke dan Ino. Tentu saja Sakura ikut andil dalam kedekatan mereka. Sejujurnya, Sakura merasa iri dengan Ino, Sakura sadar, ia tak boleh begini. Buru-buru Sakura menghilangkan rasa iri tersebut. Ia tak ingin persahabatannya dengan Ino pupus begitu saja hanya karena masalah percintaan. Sakura yakin, kalau Ino pasti akan terjerat akan pesona Uchiha bungsu itu. Kalau Ino sudah mulai menyukai Sasuke, maka ia tak bisa apa-apa lagi. Selain melepaskan cinta pertamanya itu, yaitu Uchiha Sasuke.
Langkah Sakura terhenti saat melihat kedua insan tersebut, Ino dan Sasuke. Di ujung koridor, mereka tampak asyik berbincang. Dengan sesekali Ino tertawa dan senyuman Sasuke yang tipis namun tulus. Mereka sangat cocok dan bahagia sekali. Sakura merengut dadanya. Rasa sakit mulai menyusupi dadanya. Ia pun berbalik arah, meninggalkan kedua insan itu. Takut rasa sakit itu semakin dalam dan menyakitkan.
0o0
"Selamat datang," sapaan sopan terlontar dari mulut penjaga kasir supermarket, tapi Sakura acuhkan. Wajahnya yang penuh keringat, menandakan bahwa ia habis berlari.
Tentu ada sebabnya ia berlari, apalagi kalau bukan ketiduran di dalam bis. Sudah jadi kebiasaannya, bila sedang naik bis ia akan tertidur (jika posisinya nyaman untuk tidur) entah untuk jarak jauh atau pun dekat. Sebenarnya, itu adalah kebiasaan yang sangat buruk. Bisa saja ia dirampok, diculik atau hal-hal yang tak diinginkan. Maka dari itu, ia berusaha untuk mengubah kebiasaannya yang sangat memalukan itu walau sulit. Dan, tentu saja Ino tahu akan kebiasaannya itu.
Kemunculannya yang tiba-tiba, dibaringi gebrakan pintu, membuat barang satu atau dua orang memperhatikannya dengan tatapan bingung. Tatapan yang orang-orang berikan ia abaikan. Dirinya terlalu lelah untuk memperhatikan apa yang mereka pikirkan. Dengan nafas masih terengah-engah, ia paksakan untuk menuju ke rak peralatan. Disana, ia mengambil lem kertas dan beberapa barang yang ingin ia beli untuk dekorasi (juga termasuk beberapa camilan).
Sebenarnya, Sakura bukanlah salah satu dari panitia pesta tersebut, tetapi ia mau-mau saja disuruh untuk membantu (aslinya, ia dipaksa untuk membantu dan akhirnya ia luluh juga).
Ia berkeliling dari satu rak, ke rak lainnya, berbekal secarik kertas dan tas belanja yang sudah disiapkan oleh supermarket tersebut. Mencari barang-barang yang sudah disuruh oleh teman-temannya. Sakura tampak asik sendiri, sehingga tak sadar ada seseorang yang sedang mengamatinya.
~Sakura POV~
"Sakura," panggilan dari seseorang, sontak membuatku menoleh. Suara itu terdengar tak asing di telinga. Siapa lagi kalau bukan Si Uchiha bungsu. Uchiha Sasuke lebih tepatnya.
Ia melirik ke arah belanjaanku sekilas, lalu berbalik menatapku. Tatapannya yang sangat tajam itu, membuatku panas dingin. Kenapa? Ada apa ini? Kenapa rasa 'ini' datang lagi? Oh Kami-sama!
Grep!
Blush!
Satu tindakan cepat, barang belanjaanku sekarang berpindah tangan. Satu tindakan yang menurutnya kecil, tapi tindakan yang sangat berarti bagiku. Sadar tidak sadar, tangannya bersentuhan dengan tanganku saat ia mengambil belanjaanku. Oh! Tampaknya pipiku berblushing ria. Ini sangat bahaya, aku harus menghilangkan rasa ini. Aku sudah bertekad untuk tidak jatuh cinta lagi kepadanya.
"Kenapa belanjaanmu banyak sekali? Kau akan mengadakan pesta?"
"Uh? Ah, bukan. Ini untuk pesta yang akan diadakan oleh sekolah" Jawabku pelan. Kutundukkan kepalaku. Takut ia melihat "benda itu" di pipiku.
"Semuanya?" tanyanya ragu.
Aneh, kenapa ia peduli tentang ini? Apa mungkin dia peduli padaku atau, oh tidak!, aku mulai memikirkan hal-hal yang tak mungkin terjadi. Mana mungkin ia peduli karena menyukaiku. Aku ini benar-benar tipe yang terlalu berharap. Pokoknya, aku tak boleh begini terus, bisa-bisa aku tidak bisa move on dari Sasuke!
Kepalaku perlahan terangkat, namun aku tak menatap wajahnya. "Umm… Iya"
"Hmm… Bukankah tugas untuk membeli bahan-bahan dekorasi adalah Kiba? Kenapa malah kau yang membelinya? Mana Kiba?" Tanyanya bertubi-tubi. Tiba-tiba saja aku teringat, kalau Sasuke-kun adalah wakil OSIS. Ah, kenapa aku bisa lupa? Pantas dia menanyakan hal itu padaku. Ia pasti tau kalau aku bukan salah satu panitia pesta tersebut. Bodohnya aku sempat memikirkan hal itu. Aku memang bodoh.
"Mmm… Aku tidak tau" ujarku pelan.
"Apa maksudmu?" rasanya, aku merasa sedang terpojok. "Kau pasti disuruhnya, untuk membeli barang-barang ini kan?" tambahnya tepat pada sasaran.
"Sebenarnya, bukan hanya Kiba. Shion dan Chouji juga memintaku" jawabku jujur. Takut-takut aku melihatnya. Mukanya tampak tercengang,namun terselubung akan wajah dinginnya (jangan tanya kenapa aku bisa tahu mimik wajahnya. Itu karena, aku sering memperhatikannya diam-diam).
"Kau ini bodoh, ya?" Ugh, hatiku mencelus mendengarnya. Lagi, kata-katanya tepat sasaran sekaligus tajam. Benar-benar! Cara bicaranya sangat sadis. Lalu, kenapa dia marah?
"Sialan, mereka bertiga" umpatnya pelan, namun terdapat nada kesal di dalamnya.
"Sudahlah, jangan marahi mereka. Toh, aku juga tak keberatan" kuberanikan untuk melihat wajahnya. Jantungku berdegup kencang lagi, entah antara rasa 'ini' atau rasa takut karena sorot matanya yang tajam. Sorot mata yang menginginkan penjelasan. Lagi-lagi aku merasa terpojok. Langsung saja aku alihkan pandanganku.
"Sakura," panggilnya. "Kenapa kau selalu membantu orang?"
"Ng? memangnya kenapa? Bukankah saling membantu orang itu bagus?" Aneh. Kenapa dia menanyakan hal itu? Apa yang salah bila saling tolong-menolong? Dengan mimik bingung kulihat matanya lagi.
"Hn, bukan begitu. Kau kan terkenal karena ringan tangan," dia memberikan jeda, lalu melanjutkan. "Apa kau tak merasa, kalau membantu orang secara berlebihan juga tak bagus?"
"Hah?"
Aku tak mengerti maksudnya. "Kalau kau terlalu sering memberi bantuan pada orang itu, maka mereka tak terbiasa bekerja mandiri. Akibatnya, mereka akan terus-terusan memanfaatkanmu. Apa kau tak menyadarinya" Ah, jadi itu maksudnya. Aku tak pernah memikirkan hal itu, karena aku merasa bahagia dengan membuat orang itu senang hanya dengan membantunya saja. Dan lagi, aku kan tak kuasa tuk menolak permintaan mereka. Maka, kugelengkan kepalaku.
Ia menghela nafas lagi. "Dasar bodoh" dua kata tersebut meluncur dengan mudahnya, membuatku mengembungkan pipiku kesal. Sudah dua kali ia menyebutku bodoh dan aku kesal. Walaupun aku menyukainya, tapi tetap saja aku tak menyukai perkataannya barusan. Siapa sih, yang suka dikatai bodoh? Aku sadar aku memang bodoh, tak seperti dirinya yang jenius dan cerdas. Tapi, jangan umbar-umbar juga dong!
Kyut
"Aww…!" pipiku tiba-tiba dicubit oleh Sasuke. Tidak terlalu kencang, tapi tetap saja terasa sakit. "Auke epakan (Sasuke lepaskan)" mintaku tak jelas. Ia pun melepaskannya, reflek aku mengusap-usap pipiku. "Sakit tau" gerutuku.
Apa itu tadi? Aku melihat ia tersenyum kecil. Senyuman yang jarang ia tampilkan. Nyatakah itu? Atau hanya khayalanku saja?
Blush
Argh! Pipiku sepertinya memerah lagi! Untung saja pipiku masih sedikit merah karena dicubit olehnya. Jadi, benda 'itu' agak tersamarkan dengan bekas cubitan.
"Hn. Sakit ya?" aku tak menjawabnya, aku masih asik mengusap-usap pipiku, sekaligus berusaha menutupi benda 'itu'. Kenapa ia masih tanya hal itu sih? Sudah jelaskan, itu sedikit sakit. Ditambah lagi, ia tak meminta maaf. Bikin kesal saja.
"Sakura" panggilnya,"Apa kau tidak keberatan membantuku dekat dengan Ino?" Ugh! Kenapa dia menanyakan hal itu?
"Aku tidak keberatan kok" semburku tiba-tiba. jelaslah, mana mungkin aku berkata 'keberatan'. Memang sih awalnya aku ingin sekali menolaknya. Namun, rasanya sifatku yang suka menolong ini, tak bisa kutahan. Mengingat ia sangat menyukainya dan tampak dengan jelas dari gelagatnya, maka tak mungkin aku menolaknya. Walau itu akan menusuk pedang ke diri sendiri. Tapi tak apa, asal dia bahagia. Mana mungkin aku memaksanya untuk mencintaiku kan? Itu benar-benar egois. Biar saja semua berjalan semestinya.
Raut wajahnya seakan-akan berkata 'aku tak mempercayaimu'. "Benarkah?" tanyanya lagi. Ia sadar, akan nada bicaraku yang terdengar ganjil. Buru-buru aku mengalihkannya.
"kau kenapa sih? Tiba-tiba menanyakan hal itu. Lebih baik kau temani aku makan di taman. Sekalian, aku teraktir es krim" ajakku seraya mengalihkan topik pembicaaraan ini. Dengan refleks, kutarik tangannya. Entah kenapa aku bisa melakukannya. Kurasa ia menyadari hal itu, akhirnya ia berkata.
"Kalau kau mau, kau tak usah membantuku lagi" mendengar perkataannya, tentu saja membuatku terkejut. Kubalikkan badanku seraya melepaskan tangannya dengan perlahan. Onyxnya yang tajam menatapku sungguh-sungguh. Rasanya shock, ketika ia tiba-tiba memintaku untuk berhenti membantunya.
"Kenapa begitu? Apa kau merasa tak enak hati karena meminta pertolonganku?" ia hanya diam, dan aku menyadari bahwa yang kukatakan benar. "Hhh… aku tak pernah keberatan menolongmu kok. Malahan aku senang sudah membantumu." Aku sadar, yang barusan kuucapkan tak sepenuhnya benar. Masih ada rasa 'ini' di dalam hatiku. Memang tak akan mudah untuk menghilangkannya. Dan, cepat atau lambat aku harus melenyapkan. Akan tetapi, entah kenapa aku ragu untuk melakukannya. Tidak! Itu tak boleh terjadi. Aku sudah bertekad untuk berhenti menyukainya.
"Sudahlah, tak apa. Kalau kau masih merasa bersalah, kau harus ikut denganku, untuk pergi ke taman. Aku ingin membeli es krim langgananku. Pokoknya kau tak boleh menolak. Tenang ajah, nanti aku traktir kok" janjiku. Entah sadar atau tidak, aku melihat ia tersenyum lagi. Berbeda dengan senyum tadi, senyum ini agak sedikit mengejek. Apanya yang lucu?
"Kau ada-ada saja. Seharusnya aku yang mentraktirmu, bukan kau" senyumannya semakin lebar. Tanpa sadar, diriku ditarik oleh Sasuke. Sambil menggegam tanganku, ia membelakangiku. Punggungnya yang kokoh serta genggaman tangannya yang melindungi tangan kecilku, takkan kulupakan semua ini. Rasa panas menjalari kedua pipiku sekaligus rasa sakit di ulu hatiku. Lagi, dia membuat perasaan ini semakin menjadi-jadi, sekaligus menamparku bahwa aku harus melupakan perasaan ini.
Aku tak tau harus bagaimana untuk menghentikan rasa 'ini'. Rasanya, rasa 'ini' takkan mudah kuhilangkan. Akankah kubiarkan saja? Aku tak tau. Sekarang, semua terasa membingungkan.
~ End Sakura POV ~
0o0
Gemerisik daun pepohonan, menjadi melodi alam yang menenangkan. Warna keemasan jingga menghiasi langit di taman. Sesekali angin berhembus dengan pelan, menjadikan suasana di taman menjadi sejuk. Suara anak-anak bermain menambah kesan riang.
"Sasuke! Ayo cepat!" seru riang terlontar dari mulut gadis merah muda itu. Dengan langkah setengah berlari, ia mendekati sebuah stand es krim dan menjauhi pemuda di belakangnya. Pemuda itu tidak mengikuti perkataannya, ia tetap berjalan santai mendekati stand tersebut. Setelah sampai di stand es krim tersebut, ia langsung disembur ejekan oleh gadis itu.
"Kau ini lambat sekali, Sasuke" ejek Sakura, kemudian mengambil beberapa uang di dompetnya.
"Hn, kau saja yang terlalu bersemangat" balas Sasuke, namun dihiraukan Sakura.
"Paman, es krim Strawberry. Jangan lupa chocochips-nya ya" pesan Sakura, kepada penjual es krim itu."Kau ingin pesan apa Sasuke?"
"Tidak usah, aku tak suka manis" sahut Sasuke.
"Eh? Kau tak suka manis?" tanya Sakura yang dibalas anggukan Sasuke.
"Itu saja?" tanya penjual itu. Sakura mengangguk. Tak lama kemudian, es krim yang Sakura pesan sudah jadi. Sakura mengucapkan terima kasih ke penjua dan memberinya beberapa uangl. Lalu, Sakura berjalan menjauhi stand es krim tersebut, dan mengarah ke bangku taman, yang tak jauh dari situ. Ia pun duduk, sambil menjilati es krimnya. Sasuke juga duduk di sampingnya. Suasana hening mulai menyergap di antara mereka. Suara gemerisik daun dan suara anak-anak yang membuat suasana hening tersebut berkurang. Akan tetapi, mereka tampak menikmati kehening sesaat ini.
Srek, Srek!
Pandangan Sakura tiba-tiba menjadi gelap. Matanya ditutupi oleh sepasang tangan, yang sudah Sakura ketahui siapa pemiliknya.
"Konohamaru, hentikan" Sasuke yang di samping Sakura, langsung menoleh ke arah Sakura. Ia melihat, dibelakang Sakura ada seorang bocah laki-laki yang menutup kedua mata Sakura dengan tangannya. Kemudian, bocah itu melepaskan kedua tangannya yang menutupi matanya.
"Huu… kok bisa tau sih" dengus Konohamaru dengan memasang muka bete. Sakura tertawa melihatnya.
"Tentu saja aku tau, siapa lagi kalau bukan kau, Konohamaru" tawa Sakura semakin meledak, saat Konohamaru menampilkan mimik betenya, yang terlihat lucu di mata Sakura. Tak sengaja mata Konohamaru bergulir dan menatap Sasuke tak suka. Sasuke pun membalas dengan tatapan dingin.
"Kak Sakura," panggilnya pelan "Siapa orang ini?" tunjuk Konohamaru ke arah Sasuke. Sasuke yang merasa terpanggil, acuh tak acuh. "Apa dia pacar Kakak?" Sakura yang hampir menelan es krimnya, tiba-tiba ingin menyemburnya. Namun, itu tak terjadi karena ia masih bisa menahan diri, untuk tidak mengeluarkan es krim yang sudah berada di dalam mulutnya. Cepat-cepat ia menelan es krim itu, lalu mengelap mulutnya dengan punggung tangannya. Konohamaru dan Sasuke yang melihat tingkah Sakura menjadi heran.
"Bukan, Sasuke bukan pacarku. Ia hanya temanku" ujar Sakura sambil tertawa garing.
"Oh… begitu," tiba-tiba Konohamaru menatap Sasuke dengan tatapan garang dan sinis. "Heh! Jadi namamu Sasuke, ya! Dengar ya pantat ayam, jangan coba-coba tuk mempacari Kak Sakura! Karena Kak Sakura itu punyaku! Awas kau kalau berani akan kuberi pelajaran!" gertak Konohamaru, yang sama sekali tak membuat Sasuke takut. Malahan, Sasuke mengacuhkannya dan malah mendecih, tanda meremehkan. Merasa diremehkan, membuat Konohamaru marah dan kesal. Sakura yang dari tadi diam saja, mendengar pidato pendek Konohamaru. Ia langsung mendapat firasat, akan terjadi perang ke-III sepihak. Maka, ia pun melerai keduanya (lebih tepatnya Konohamaru)
"Hentikan Konohamaru, kau kekanakkan sekali. Kau tak boleh berkata seperti itu, dengan Sasuke. Kau seharusnya memanggilnya dengan sebutan 'Kak' bukan 'Hei' " Sakura pun memasang mimik kesal dan itu tampak berhasil membuat Konohamaru bersalah namun masih kesal.
"Hehehe… maaf, habis aku kesal dengan orang ini. Dekat-dekat dengan Kak Sakura" tunjuk Konohamaru tak suka.
"Kau ini overprotektif sekali" cibir Sakura. "Ayo, kita beli es krim" ajak Sakura yang langsung disambut sorakan gembira Konohamaru.
Sasuke menggulirkan matanya ke arah mereka berdua. Ia tetap bergeming. Tiada niat untuk menghampiri mereka berdua. Ia terlalu pusing dengan pikirannya sendiri. Ia merasa kurang senang akan kedekatan mereka. Terlebih, saat bocah itu overprotektif kepada Sakura. Kenapa bocah itu terlalu overprotektif ke Sakura?. Sedangkan Sakura tampak tak keberatan dengan sifat bocah itu. Apa mereka sudah lama kenal Sehingga mereka menjadi sedekat ini?.
Entah perasaan apa, tapi Sasuke tak menyukai kedekatan mereka berdua.
0o0
"Dagh!" Seru Konohamaru menjauh dari Sakura dan Sasuke. Ia melambaikan tangannya ke arah mereka, Sakura pun membalasnya juga dengan melambaikan tangan. "Awas ya kau, kalau coba-coba mempacari Kak Sakura" Ingat Konohamaru dengan menatap tajam ke arah Sasuke.
"Konohamaru!" teriak Sakura kesal
"Hahahahaha…" Konohamaru langsung berlari sejauh mungkin, menghindari kemungkinan akan dikejar. Sakura menghembuskan nafas kasar.
"Sasuke, tolong maafkan dia, ya" mohon Sakura."Dia itu…"
"Hn. Tak apa." Potong Sasuke cepat. "Aku mengerti itu"
"Benarkah? Hh… Syukurlah, ku kira kau akan marah. Terima kasih ya, Sasuke" ucap sakura senang.
"Hn" mereka berdua pun berjalan bersama-sama menuju ke halte bus. Dalam diam, Sasuke bergelut dengan pikirannya. Entah kenapa, Sasuke merasa ganjil dengan perasaannya. Ia penasaran, bagaimana Sakura dan Konohamaru bisa sangat dekat. Tadinya ia pikir mereka bertetangga. Nyatanya, rumah Konohamaru tidak searah ke rumah Sakura. Tanpa sadar, mereka sudah sampai di halte bus dan menunggu bus datang.
Sasuke ragu untuk menanyakan hal ini. Mungkin terdengar konyol, tapi dia penasaran untuk mengetahuinya.
"Sakura" panggilnya ragu. Sakura menoleh kearahnya. "Bagaimana kau dekat dengan Konohamaru?" lanjutnya.
Sasuke mengalihkan matanya ke arah lain, namun tetap memasang wajah datarnya. Aslinya ia malu berat.'Cih, akhirya aku menanyakannya juga' dengusnya dalam hati. Sasuke mengutuk dalam hati. Bisa-bisanya ia menanyakan hal yang mungkin terdengar aneh ini. Sakura pasti menganggapnya orang yang suka ingin tau kehidupan orang lain, atau biasa dibilang 'kepo'. Baru kali ini Sasuke merasa penasaran dengan orang lain. Biasanya ia tak peduli sekitarnya. Ia merasa aneh dengan dirinya.
Berbeda dengan Sasuke, mata Sakura tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Sasuke. Mungkin Sasuke tak menyadarinya, terdapat semburat merah tipis di pipinya. Sakura langsung menyadari, bahwa Sasuke malu menanyakan hal itu. Sambil menahan diri untuk tak tertawa dan nafsunya untuk terus melihat wajahnya, ia pun mengalihkan wajahnya lalu berkata.
"Hm… gimana ya? Agak panjang sih ceritanya. Tapi, aku akan ceritakan deh" dengan sedikit melirik ke arah Sasuke, Sakura memulai ceritanya.
~Flashback ON~
Sakura melahap es krim yang baru dibelinya. Sambil melahap es krimnya, ia berjalan mengelilingi taman. Sesekali ia menyapa orang-orang ysng ia kenal. Tanpa disengaja, ia melihat bocah laki-laki duduk sendiri sambil menyembunyikan wajahnya. Sakura pun memperhatikannya dari jauh. Entah sadar atau tidak, Sakura langsung melangkah menjauhi bocah tersebut.
Kakinya melangkah ke stand es krim itu, lalu membeli es krim lagi. Kemudian ia kembali ke tempat bocah tersebut berada.
"Nih" Sakura menyodorkan es krim yang barusan ia beli ke arah bocah itu. Perlahan, bocah itu mengangkat kepalanya dan menatap ke arah es krim lalu menatap ke Sakura. Raut wajahnya sehabis menangis itu terlihat bingung. tatapan matanya meminta penjelasan."Ada yang bilang, kalau es krim bisa membuatmu lebih tenang. Kulihat kau sedang ada masalah. Sebaiknya kau makan es krim ini, mungkin bisa membantu"
Tangan bocah itu meraih es krim dengan cepat, lalu dia melahapnya dengan kasar. Sakura tersenyum melihatnya. Ia pun duduk di samping bocah itu, dan ikut memakan es krimnya. Setelah menghabiskan es krim, bocah itu menunduk dan bergumam pelan.
"Terima kasih"
Walau pelan, Sakura masih bisa mendengarnya. "Ng! sama-sama"
"Ngomong-ngomong namaku Sakura, kau?" Bocah itu menghindar dari tatapan Sakura. Takut Sakura melihat wajahnya.
"Konohamaru" jawabnya ketus.
Drrrtt…
Tangan Sakura merogoh saku bajunya. Ia mendapati handphone yang bergetar, tanda ada pesan yang masuk. Ternyata yang mengirim pesan itu adalah ibunya. Ibunya menyuruhnya untuk pulang. Setelah membacanya, ia menaruh kembali ke dalam sakunya, lalu berdiri. Konohamru yang menyadari pergerakan Sakura, sekilas melirik.
Puk!
Tangan Sakura memegang puncuk kepala Konohamaru. Tentu saja Konohamaru mengangkat kepalanya ke arah Sakura. Tanpa disadari ia meperlihatkan wajahnya.
"Aku pergi dulu ya. Ingat jangan menangis terus. Anak laki-laki tak boleh cengeng" setelah mengucapkan hal itu, Sakura mengacak-acak rambut Konohamaru pelan lalu melenggang pergi.
~Flashback OFF~
"Setelah itu, aku sering menemuinya di taman itu. Ternyata, rumahnya tak jauh dari situ. Makanya aku sering bertemu dengannya. Secara aku sering datang ke taman itu untuk membeli es krim" jelas Sakura yang berlanjut di dalam bis.
"Kau fanatik es krim ya" komentar Sasuke
"Tidak juga kok, tapi es krim yang dijual di sana lumayan enak dan murah. Jadi lumayan sering juga aku membeli es krim disana" Sakura terkekeh pelan."Oh'ya Sasuke, kau akan berhenti di perhentian ke berapa?" alih sakura tanpa disengaja.
"ketiga" jawabnya.
"Oooh… kalau aku kedelapan. Yah, jauh juga ya dari perhentianku"
Kemudian, percakapan mereka berhenti. Sasuke yang pada dasarnya jarang memulai percakapan, memang tidak punya niat unuk melanjutkan pembicaraan, kecuali kalau itu penting. Sakura yang mulai mengantuk pun menahan diri untuk tak tidur. Suasana di bis membuatnya tak tahan untuk tak tidur. Angin sepoi-sepoi dan perjalanan yang lancar membuat Sakura ingintidur. Ditambah lagi, matahari yang tertutup awan, lengkap sudah. Namun, ia tak ingin kebiasaan buruknya terjadi lagi.
'jangan tidur, jangan tidur, jangan tidur' gumam Sakura dalam hati.
0o0
"Hhhh…" lenguhan pelan Sakura, membuat Sasuke menoleh. Sasuke heran ketika ia melihat sakura tidur dengan pulasnya. Masalahnya, kepala Sakura tidak bersandar di bahunya, melainkan dibahu kakek tua yang ada di samping Sakura. Karenanya, kakek itu merasa risih dan berat di bahunya. Namun, ia tak tega membangunkan Sakura.
Menyadari hal itu, Sasuke langsung memegang bahu Sakura dan membuat Sakura tertidur bersandar ke belakang. Setelah berhasil, ia melepaskan tangannya dari bahu Sakura. Namun, itu bertahan sebentar saja. lagi, Sakura perlahan menyandarkan kepalanya di bahu kakek itu.
"Hhh…" Sasuke menghela nafas dan menyandarkan Sakura ke belakang lagi.
Duk!
Ban bis yang melewati polisi tidur, membuat kepala Sakura goyah dan perlahan bersandar ke bahu Sasuke. Sasuke pun kaget, dan ingin menyandarkan Sakura ke belakang lagi, mengingat sebentar lagi ia akan turun. Tanpa disengaja, Sasuke melihat wajahnya Sakura. Wajah yang terlihat begitu damai. Saat tangannya ingin memegang bahu Sakura, tiba-tiba ia menarik kembali. Sasuke menghela nafas lagi.
'Mungkin, aku akan terlambat sampai rumah' ujarnya dalam hati.
0o0
~Sakura POV~
Apa aku tidur? Hmm… sepertinya begitu. Tunggu!
Mataku seketika membuka, lalu secara reflek aku melihat ke kanan dan ke kiri. Penumpang bis sudah tidak sebanyak tadi, kini lebih sedikit. Sejenak pikiranku menjadi blank. A, APAA?! Aku ketiduran lagi! Astaga! Ketika aku menoleh ke kiri, Sasuke memandang ke arahku.
"Sudah bangun?" tanyanya. Aku pun gelagapan.
"Maaf, ini memang kebiasaanku. Sulit sekali untuk menghilangkannya. Maafkan aku, Sasuke-kun" Ugh… Sudah berapa lama aku tertidur? Ini sudah stasiun keberapa? Apa aku tadi bersandar di bahunya? Aku merasa kalau saat tertidur tadi aku sedang bersandar. Apa benar itu bahunya?
Blush!
Aku memegang kedua pipiku. Ugh… apa yang kupikirkan lagi sih. Bisa-bisanya aku sempat berpikiran seperti itu. Sakura Baka!.
"Ano, Sasuke. Ini perhentian ke berapa?"
"Ketujuh"
Ketujuh ya, berarti sebentar lagi aku sampai. Aneh, sepertinya ada yang janggal, ya? Aku menengok ke arahnya. Tatapannya tetap datar, memandang ke depan. Hmm… entahlah, nanti juga ingat sendiri.
Bus perlahan bergerak lambat, dan pada akhirnya berhenti. Saat aku berdiri, tangannya memegang pergelanganku.
"Aku akan mengantarmu pulang" ujarnya.
"Heh?" A, apa? Apa maksudnya ini? Kenapa ia mengantarku pulang? Bu, bukannya ia harus pulang? Tanpa sadar, ia menarik tanganku, lalu berjalan keluar bis.
"Rumahmu dimana?" tanyanya, setelah kami berada di depan halte.
"Sasuke, kenapa kau ingin mengantarku pulang?"
"Hn, apa boleh buat. Perhentianku sudah lewat tadi." Perhentian?
Mataku seketika langsung melotot. Wajahku langsung berubah kaget. Mulutku sudah bersiap ingin meneriakkan kata 'maaf', namun ia memotongnya.
"Sudahlah. Tak apa." Potong Sasuke
"Tapi,kau tak perlu sampai mengantarkanku pulang. Aku bisa pulang sendiri kok" sergahku.
"Aku mengantarmu, hanya ingin tahu alamat rumahmu. Itu saja" lalu, Sasuke berbalik membelakangiku.
"Tapi…"
"Berisik! Cepat jalan atau kutinggal kau" ujarnya ketus. Huft! Sasuke bicara apa sih. Dia kan tidak tau daerah ini. Aku yakin, ia pasti akan tersesat dalam hitungan menit. Ditambah lagi, ia pemaksa sekali. Aku jadi kesal padanya.
"Hei! Kau benar-benar ingin kutinggal ya!" teriaknya, yang menyadarkan lamunannku.
"Tunggu Sasuke!" seruku, saat menyadari ia sudah berjalan menjauh membelakangiku. Aku pun mengejarnya lalu menyajarkan langkah kakinya.
0o0
Keheningan mulai menyelimuti. Aku dan Sasuke saling diam, tak ada yang memulai bahan pembicaraan. Sekilas, aku melirik ke arahnya. Pandangan datar dan tajam tetap itu mengarah ke depan. Aku alihkan pandanganku ke depan. Suasana canggung untuk memulai pembicaraan, membuatku bosan.
Mataku menatap ke arah rumahku yang sederhana itu. Lalu aku berbalik menghadap Sasuke.
"Terima kasih Sasuke" senyuman mengembang di wajahku.
"Hn" jawabnya singkat.
"Kau masih ingat rute ke halte kan?" tanyaku. Takut ia tak mengingatnya.
"Hn, tentu saja. Kau tak perlu khawatir." Kini, gantian ia yang tersenyum. Senyuman mengejek lebih tepatnya. Seakan-akan berkata 'Aku punya IQ yang tinggi, jadi tidak mungkin lupa'.
"Huh, baiklah-baiklah, aku masuk ya." Kubalikkan badanku, dan memasuki rumahku.
~Sakura POV End~
0o0
Setelah yakin Sakura memasuki rumahnya dengan selamat, Sasuke langsung membalikkan badannya. Ia menundukkan kepalanya, seraya memikirkan kejadian saat di bis tadi. Tangannya memegang bahu kirinya. Sambil memegang bahunya, ia mengingat kejadian di bis tadi. Dengkuran halus itu, serta hembusan nafas Sakura yang menggelitik lehernya. Rona merah menjalari pipi Sasuke. Ia pun langsung menutupinya dengan lengannya.
"Ck! Sial"
~TBC~
JIAHAHAHAHAHAHAHA…! *dibegal* *guling-guling*
Ampuni dakuh nak. Dakuh tau ini bukan update kilat, tapi update lelet *nangis bombay* Maap gak nepatin janji, dakuh banyak pekerjaan di dunia nyata, jadi bingung bagi waktunya. Jadi mohon pengertiannya ya. (*w*)/
Buat chapter depan kemungkinan bakal update lama, karena akan panjang sekali ceritanya dan menjadi chaper yang terakhir. Dakuh males kasih bocoran chapter depan, jadi jangan tanya ya *siapa juga yang nanya :v *
Thanks buat yang udah membaca dan review fanfic amberegul ini =w=)9 Author males nulis siapa yang review fanfic gaje ini :v *Author macem apa ini?*
Cape ah ngomongnya, ya udah dakuh pergi dulu. Sampai ketemu lagi di chapter depan. *terjun ke laut*
