Tittle : Psycho Brothers

Author : JH92

Cast : Kim Jongdae, Lu Han, Kris Wu

Genre : GS,Psycho, Angst, Crime

NB : Kalo ada kesamaan jalan cerita saya mohon maaf, karena emang ini tiba-tiba muncul setelah mengingat ff-ff yang saya baca. Don't be siders bcs I hate it


PROLOG


Seorang namja berjalan dengan santainya sambil membawa kantong plastik yang berisi 3 bungkus ddeokbokki yang masih hangat. Bibirnya menyenandungkan sebuah lagu, ditambah dengan suara yang merdu membuat malam itu menjadi sedikit berisik. Namja itu bernama Luhan

"Ah… apakah tidak ada beberapa tikus hari ini? Tanganku gatal" ucapnya

Luhan kembali berjalan sambil bernyanyi. Sesekali ia akan menendang kerikil kecil di depannya untuk mengurangi rasa bosannya. Ia sungguh merutuki adiknya yang membuat ban sepeda motornya kempes dan tidak bisa digunakan malam ini karena tidak ada bengkel buka pada jam 11 malam. Dan sialnya, ia juga harus mencarikan ddeokbokki untuk adik perempuan kesayangannya itu. Kebetulan ia juga lapar dan kasihan pada adiknya yang satu, jadi ia membeli tiga bungkus

"Hei kau!"

Luhan mendongak dan mendapati beberapa pria berbadan besar dan lengannya bertatto. Luhan menatap dingin 5 pria berbadan besar di depannya, sedetik kemudian ia menyeringai

"Ada apa?"

"Serahkan semua yang kau punya" ucap salah satu pria

"Semua yang aku punya ada di rumah. Aku hanya membawa uang pas untuk membeli ddeokbokki ini" jawabnya

"Jangan berbohong! Aku tahu kau menyimpan beberapa uang di kantongmu" ucap pria satunya lagi

"Bagaimana kau bisa tahu? Coba buktikan padaku" jawabnya lagi

Dengan segera kelima pria itu menyerang Luhan, namun Luhan dengan santainya menghindar dan malah menghajar kelima pria itu dengan kakinya. Luhan memang selalu mengandalkan kaki terlebih dahulu sebelum tangan jika dalam keadaan seperti ini. Dan benar saja, karena tubuh Luhan kecil, ia bisa cepat menghindar dari pria-pria itu. Luhan menyeringai dan mengeluarkan sebuah benda yang berkilau dari saku celananya

"Inilah saatnya bermain" ucap Luhan sambil menyeringai

Dan malam itu, kantong plastik berwarna putih yang terciprat oleh darah yang Luhan buat menjadi saksi bisu dimana kelima pria itu meregang nyawa di tangan kecil Luhan


10 tahun yang lalu

"Appa"

Kris dan Luhan menghampiri sang appa yang tengah membaca koran paginya di teras rumah

"Ada apa Luhan?" Tanya sang appa

"Appa, bisakah appa mengadopsi anak?" Tanya Kris

Sang ayah menutup korannya dan beralih menatap kedua anak lelakinya

"Kalian ingin punya adik?" Tanya beliau

Luhan dan Kris mengangguk,"Tapi, kami tidak ingin appa menikah lagi" ucap Kris

Sang ayah tersenyum dan mengelus puncak kepala kedua anaknya sayang

"Baiklah. Siapa yang membuat kalian ingin memiliki adik? Yeoja atau namja hm?" Tanya sang ayah

"Yeoja!" ucap Luhan senang

"Dia sangat manis dan cantik" lanjut Kris

"Dia tinggal di panti asuhan dekat sekolah kami. Dia yeoja yang baik appa" sambung Luhan

"Dia juga bisa mengurus adik bayi dengan baik. Aku yakin saat ia besar, ia bisa mengurus appa" sahut Kris

"Kalian menginginkan adik yeoja bukan karena kalian ingin menjahilinya kan?" Tanya sang ayah mengingat sifat Luhan dan Kris yang memang sedikit jahil

"Tentu saja tidak appa" jawab Luhan

"Untuk apa kami menjahili yeoja manis seperti dia? Kami pasti akan menjaganya" lanjut Kris

Sang ayah tersenyum mendengar celotehan anaknya,"Siapa namanya?"

"Itu… kami tidak tahu appa" ucap Luhan lesu

Sang ayah mengusak rambut kedua anaknya itu lalu berdiri

"Appa akan memikirkannya. Kalian tunggu saja besok ne?"

Kris dan Luhan tersenyum cerah saat mendengar ucapan appa mereka dan menganggukkan kepala mereka bersamaan

Keesokan harinya

Kris dan Luhan berjalan mendahului appanya masuk ke panti asuhan yang mereka beritahu pada appa mereka kemarin

"Annyeonghaseyo!" sapa bibi panti dengan ramah

"Annyeonghaseyo ahjumma!" jawab KrisLu tak kalah ramah

"Annyeonghaseyo" sapa tuan Kim –ayah Luhan dan Kris–

"Ah, mari masuk tuan. Anak-anak sudah menunggu di dalam" ucap bibi panti ramah lalu menuntun ketiga lelaki itu masuk ke dalam

"Nah anak-anak, beri salam pada paman Kim dan hyungdeul" ucap bibi panti pada anak-anak panti yang sudah duduk manis di ruang tengah

"Annyeonghaseyo paman, hyungnim" sapa anak-anak panti itu ramah

Tuan Kim tersenyum dan membalas sapaan anak-anak panti itu, begitu juga dengan Kris dan Luhan

"Ahjumma mianhae, aku harus membujuk Sungjong supaya dia mau kesini" sahut yeoja kecil sambil menggendong balita berumur 3 tahun

Kris dan Luhan mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara dan tersenyum saat menemukan yeoja kecil yang mereka maksud kemarin

"Gwaenchana… sekarang, beri salam pada paman dan oppadeul" jawab bibi panti lalu mengambil balita tersebut dari gendongan yeoja kecil tersebut

"Annyeonghaseyo… Jongdae imnida" sapa yeoja kecil itu

"Jongdae? Nama yang tomboy untuk yeoja manis sepertimu" sahut Luhan

"Gamsahabnida oppa" jawab Jongdae lalu tersenyum

Kris langsung mendekati Jongdae dan merangkulnya,"Dae-ah, kau mau menjadi adik oppa?" tanyanya

"Adik oppa?" Tanya Jongdae

"Ne. Kalau kau jadi adik oppa, oppa akan memberikan semua yang kau mau" jawab Kris

"Tapi kalau aku jadi adik oppa, aku akan meninggalkan mereka" ucap Jongdae lalu menatap teman-temannya

Luhan tersenyum lalu menghampiri Jongdae,"Kau bisa kesini lagi kapanpun kau mau" ucap Luhan

"Jeongmal?" Tanya Jongdae

Luhan mengangguk

Tuan Kim tersenyum dan memberi isyarat pada bibi panti bahwa beliau akan membawa Jongdae


"Oppa! Palli ireona!"

Teriakan Jongdae menggema di seluruh rumah milik keluarga Kim. Salahkan saja Luhan dan Kris yang tukang tidur. Mereka sangat susah dibangunkan dan itu membuat Jongdae geram

"Luhan oppa!"

Jongdae menendang pintu kamar Luhan dan mendengus kesal saat melihat kakaknya masih bergelung menjadi kepompong di ranjangnya. Jongdae segera mengambil sebuah jarum di nakas dekat tempat tidur Luhan dan mengeluarkan tangan kakaknya dari selimut itu

"Appa, oppa mianhae" ucap Jongdae

Ia langsung menusuk-nusuk telapak tangan kakaknya dengan jarum yang ia pegang. Jongdae melakukannya bukan karena apa, tapi ini merupakan perintah dari Luhan. Ia hanya akan bangun jika tangannya ditusuk dengan jarum. Jika kalian bertanya apa Luhan merasakan sakit? Jawabannya tidak, karena Jongdae tidak pernah menusukkan jarum itu sampai ke dalam, hanya di permukaan kulitnya saja

"Dae-ie hentikan" ujar Luhan dengan suara khas bangun tidurnya

"Baguslah oppa sudah bangun, sekarang cepat mandi karena aku sudah menyiapkan sarapan" ucap Jongdae

"Bisakah nanti? Oppa sedang malas makan, kau tahu sendiri oppa sangat lelah setelah membereskan tikus-tikus jalanan kemarin" jawab Luhan

"Salah oppa sendiri. Oppa itu punya tendangan maut. Cukup tending mereka saja, tak perlu membunuh mereka. Apalagi mengambil bagian yang ugh… menjijikkan" jelas Jongdae lalu bergidik

Luhan duduk dan bersandar di ranjangnya,"Aku benci melihat tikus-tikus itu ada disekitarku" ucapnya

"Aku rasa oppa benar-benar harus masuk rehabilitasi bersama Kris oppa" gumam Jongdae

"Apa kau baru saja menyebut namaku?" Tanya Kris yang bersandar di pintu kamar Luhan sambil memainkan sesuatu

Mata Jongdae menyipit melihat sesuatu yang tengah dimainkan kakaknya, sedetik kemudian matanya melebar saat mengetahui sesuatu apa itu

"Astaga oppa! Mata siapa yang kau mainkan itu?!" teriak Jongdae histeris

"Bukan punyaku. Aku dapat dari Luhan" jawab Kris tanpa dosa

"Buang itu!" pekik Jongdae

"Baiklah baik, dan berhentilah berteriak" ucap Kris

Jongdae menghela nafasnya berat. Ia tahu kedua kakaknya itu seorang psiko. Dan beruntunglah mereka menyayangi Jongdae. Jika tidak, sudah dipastikan nyawa Jongdae melayang sedetik kemudian

"Oppa, bisakah kalian berhenti melakukannya?" Tanya Jongdae pelan

"Melakukan apa?" Tanya Luhan

"Membunuh" jawab Jongdae takut

"Sudah berapa kali kami mengatakan padamu? Kami tidak membunuh, kami hanya melakukan pembersihan" ucap Kris

'Iblis jenis apa yang merasuki mereka sebenarnya?' batin Jongdae

"Terserah kalian saja. Tapi jika keesokan harinya aku mendengar ada kasus pembunuhan sadis lagi. Aku akan marah pada kalian" ucap Jongdae lalu pergi meninggalkan Kris dan Luhan

Jongdae berhenti saat langkahnya yang ke-7, ia berbalik dan menatap tajam kedua kakaknya

"Dan aku tidak ingin berangkat dengan psiko seperti kalian untuk hari ini. Jadi, silahkan sarapan dan berangkat sendiri okay? Bye!" ucap Jongdae ketus lalu kembali berjalan

"Tunggu, apa kau akan pulang malam lagi?" Tanya Kris

"Aku akan menginap di rumah Baekhyun sampai Luhan oppa sadar, dan silahkan menyiapkan sarapan sendiri untuk 2 hari ini" teriak Jongdae

"Jika kau tidak pulang, aku akan menyeretmu!" teriak Luhan

"Silahkan saja!" teriak Jongdae lagi

Pagi hari yang cukup aneh bukan? Tapi memang itulah keseharian di rumah keluarga Kim sejak ayah mereka meninggal. Terkadang, Jongdae selalu terjaga dan mengendap-endap ke kamar kakaknya saat malam karena takut jika kedua kakaknya malah berencana akan membunuhnya. Namun, pikiran itu ditepis jauh-jauh saat mengetahui kedua kakaknya tengah tertidur sembari memimpikan kedua teman Jongdae.

Tapi tetap saja, memangnya siapa yang tidak takut mempunyai kakak yang seorang psiko? Satu saja sudah ketakutan setengah mati, apalagi dua? Namun, Jongdae menyadari kakaknya tidak akan tega membunuhnya karena melihat perlakuan Kris dan Luhan padanya. Mereka juga semangat menjadikan Jongdae adik mereka saat mereka berada di panti asuhan saat itu. Yang bisa Jongdae harapkan saat ini adalah, kakaknya bisa berubah menjadi lebih baik


It's just prolog hehe :D

Hapus/Lanjut? Jangan lupa RnR!^^