Break the Ice
·
·
Naruto © Mashashi Kishimoto
·
Break the Ice
·
Genre : Romance, Hurt/Comfort
·
Disclaimer : This story is original comes from my mind
·
Rated : T
·
Sakura
·
Summary : "Jangan dekat-dekat dia nanti kau membeku" / "Sakura Haruno sudah mati" / "Kau tidak tahu apa-apa!" / Sasuke, murid pindahan dari Oto tertarik pada gadis yang disebut Manusia Es yang sebangku dengannya. Sayangnya, gadis itu sudah kehilangan hatinya sejak lama
·
·
·
Prolog
Bagi segelintir orang, keluarga adalah segalanya. Rumah, adalah sebuah tempat dimana kau melepas penat, kepura-puraan dan lari sebentar dari masalah. Secara alami, naluri seseorang akan membuatnya tak bisa melepas bayangan tentang nyamannya rumah. Kemanapun dia pergi, senyaman apapun tempat yang dia datangi semua orang akan selalu merindukan rumah. Aku, adalah pengecualiannya.
Faktanya, dimanapun kau berada, batinmu tidak mengikatmu pada rumahmu atau apapun. Sudah sewajarnya kalau manusia merasa bosan mendiami suatu tempat terlalu lama. Kalau kau mencoba menyamankan dirimu, maka kesan terikat batin itu akan muncul.
Aku bukan orang yang mencintai rumah. Tujuan hidupku, adalah pergi secepat-cepatnya dari tempat itu. Aku bukan orang yang menganut prinsip home sweet home ketika kedua orangtuaku sibuk berdebat tentang masalah-masalah tidak penting. Aku tahu kalau ayah menjalin hubungan dengan nyonya Rin, sekretaris barunya di kantor yang berwajah blasteran. Aku juga tahu kalau ibu sering menangis sendirian karena kelakuan ayah yang semakin menjadi. Tinggal tunggu beberapa waktu sampai rumahku berubah jadi neraka dunia.
Bagiku, rumah adalah tempat paling nyaman dimana ketika aku membuka pintu, ibu akan muncul dengan senyuman lebarnya sambil berkata kalau jus tomat kesukaanku sudah ditaruh di lemari pendingin. Aku akan makan siang dengan makanan buatan ibu, dengan kakak—kalau dia tidak sibuk di kampusnya. Malamnya, kami akan makan malam dengan ayah yang selalu menyempatkan makan di rumah.
Aku tidak menemukan satupun alasan untuk membenci rumah. Disini, semua keluargaku bisa berkumpul dan mengobrol dengan hangat. Bahkan sampai kami pindah ke Konoha, bagiku rumah tetaplah segalanya. Kenyamanan yang kudapat bukan betapa mewahnya rumah kami. Bagiku rumah adalah tempat dimana semua keluargaku ada di dalamnya.
Aku heran kenapa bisa ada orang yang begitu membenci kehangatan di dunia ini. Aku memang orang yang dingin dan jarang bicara. Bahkan terkesan berusaha sebisa mungkin meminimalisir kata-kata yang keluar dari mulutku. Tapi si Haruno itu lebih parah. Dia menolak dicintai, menolak diberi kehangatan. Seolah sebuah barikade kokoh membentengi hatinya, menjaga untuk tak disentuh. Gadis itu senang menyendiri—pengecualian kalau Yamanaka Ino mendekatinya. Pokoknya, dia gadis teraneh yang pernah kutemui!