Junsu berjalan mendekati Yoochun. Pandangannya seolah meminta penjelasan atas kalimat Yoochun tadi. Ia tidak berharap Yoochun berniat membuka kenyataan yang lima tahun ini mereka jaga. Yoochun tidak punya hak untuk itu. Dan lagi Hero masih terlalu kecil untuk mengetahui semua.
"Apa yang coba kau katakan pada Hero, Yoochun ah?" Junsu kembali melontarkan kalimat tanya dengan ragu.
"Apa yang seharusnya Hero ketahui!" ucap Yoochun sembari berdiri.
"Kau tidak berhak-"
"Lalu siapa yang berhak? Changmin? Atau Yunho hyung?" Yoochun menaikkan nada suaranya. Ia lelah, ia bosan bersikap dingin kepada Jaejoong. Ia harus mengatakan semuanya, karena sampai kapanpun Changmin akan menutup mulutnya.
.
.
.
JaeMin Fanfiction
Present
With All My Heart © Ran Hime
DBSK and other cast © Themselves
M Rated
Drama, Hurt/Comfort
JaeMin
AU, Yaoi, OOC, Typo, etc.
Ini hanyalah fanfiksi.
Segala sikap dan sifat tokoh ditulis demi alur cerita.
Dan tidak ada sangkutpautnya dengan kehidupan mereka di dunia nyata.
Bijaklah dalam menilai sesuatu hal.
.
.
.
Chapter 4
.
Presdir Lee tersenyum meremehkan. Mimpi apa Presdir Baek mendatangi dirinya dengan kontrak senilai 50 juta won. Ia tidak menyangka perusahaan kecil itu mempunyai uang banyak, sehingga berani mengundang salah satu artisnya untuk menjadi salah satu tamu di konser Jaejoong. Ia semakin meremehkan ketika ia berpikir jika uang itu adalah milik salah satu mantan artisnya.
"Bagaimana jika aku menolak?" ujar Presdir Lee sombong.
"Itu tidak masalah bagiku. Karena akan ada artis dari beberapa agensi yang bersedia berpartisipasi." Presdir Baek menatap Presdir Lee santai, "Dan aku pikir kau yang akan rugi jika menolaknya," sindir Presdir Baek.
Presdir Baek berdiri dari kursi, ia mengulurkan tangannya. Namun Presdir Lee hanya diam dan tidak berniat membalas jabatan tangannya. Presdir Baek tersenyum sembari menarik tangannya lalu membungkuk.
"Terima kasih atas waktunya, Presdir Lee! Saya permisi."
Presdir Baek menegakkan kembali badannya. Ia berbalik dan meninggalkan ruangan Presdir Lee . Ia tahu, Presdir Lee tidak akan menyia-nyiakan uang 50 juta won yang ia tawarkan.
.
ooO~Ran Hime~Ooo
.
Yoochun masih memandang Junsu dingin. Perselisihan itu kian memanas. Sejujurnya, mengatakan kenyataan kepada Hero bisa mengurangi bebannya. Ia tidak ingin Jaejoong disalahkan oleh publik ketika masalah ini mencuat nanti. Demi Tuhan, hyungnya tidak tahu apa-apa tentang Hero.
Jika saja sejak awal Changmin mengatakan yang sebenarnya, mungkin semua ini tidak akan terjadi.
"Hero memang sudah seharusnya tahu jika Kim Jaejoong adalah ayahnya!"
Mata Junsu melebar. Entah apa yang dipikirkan Yoochun saat ini. Bisa-bisanya pria itu benar-benar mengatakan hal itu. Tidakkah Yoochun sadar jika Hero ada di belakangnya dan menyimak kalimat yang mereka ucapkan?
"Yoochun ah!"
"Dan harusnya Shim Changmin tidak egois dengan menutupi kenyataan ini."
"Yoochun ah!"
"Aku lelah menyembunyikan semua ini. Sudah saatnya Jaejoong hyung tahu siapa Hero. Shim Youngwoong adalah PUTRANYA!" teriak Yoochun tanpa sadar.
"Apa maksudmu, Paman?"
Suara Hero di belakangnya membuat Yoochun terkejut. Ia menutup mata ketika ia baru sadar jika ia benar-benar telah mengatakan hal itu di depan Hero.
.
ooO~Ran Hime~Ooo
.
Yunho berjalan menuju kamar inap Hero. Ia tersenyum sembari menenteng sekeranjang buah-buahan kesukaan putranya. Ia berharap keadaan bocah itu benar-benar membaik. Sedikit lagi Yunho membuka pintu, namun tangannya berhenti ketika mendengar suara Hero dari balik pintu.
"Apa maksudmu paman? Kim Jaejoong ..."
Dengan kasar Yunho membuka pintu. Ia berjalan cepat menghampiri dua mantan patnernya itu. Keranjang di tangannya telah terjatuh di depan pintu.
"Apa maksud kalian datang ke sini?" Yunho menatap tajam Yoochun dan Junsu.
Setelah tersadar dari keterkejutan atas kedatangan Yunho, Yoochun kembali menatap Hero. Ia enggan berurusan dengan Yunho.
"Siapa yang mengatakannya?"
"Hyung!" Junsu sedikit takut ketika melihat amarah di mata Yunho. Bertahun-tahun hidup bersama Yunho, tidak pernah sekali pun ia melihat Yunho semarah itu.
"Hero memang seharusnya tahu!"
Yunho mengepalkan kedua tangannya. Apakah Yoochun tidak berpikir tentang kondisi Hero yang bisa saja kembali turun. Ia bersiap melayangkan pukulannya, namun Junsu menahannya. Yunho benar-benar marah. Ia terus saja meronta hendak memukul Yoochun.
"Kumohon Hyung! Kita tak seharusnya bertengkar."
Yunho semakin mengeratkan kepalan tangannya ketika mendengar kalimat Junsu. Seharusnya Yoochun berpikir dulu sebelum mengatakan kebenaran tentang Hero.
"KALIAN JAHAT! AYAH JAHAT!" teriak Hero di ambang pintu.
Yunho menurunkan tangannya lalu menoleh ke arah Hero. Ia nampak bodoh ketika tidak menyadari putranya telah turun dari ranjang, dan berlari ke arah pintu. Ingin rasanya ia tertawa, menertawai kebodohannya. Lima tahun mengurus Hero, inilah kali pertama putranya berkata sekejam itu.
"Hiks ... Ayah jahat. Kalian jahat," teriak Hero lalu berlari meninggalkan kamar inapnya.
"Yak, Hyung! Ayo kejar Hero!"
Junsu yang sejak awal tidak terlalu masuk ke dalam pertengkaran itu, langsung berlari keluar untuk mengejar Hero.
.
ooO~Ran Hime~Ooo
.
"Mana Yunho?" tanya Presdir Lee ketika di hadapannya hanya berdiri Changmin.
"Hyung masih di rumah sakit."
"Lagi-lagi!" gumam Presdir Lee, "itu pekerjaan untuk kalian berdua," lanjutnya sembari melempar berkas-berkas ke atas meja di depannya.
Changmin mengambil berkas tersebut. Keningnya mengernyit ketika melihat nama C-Jes nampak jelas tertera di halaman awal. Ia menatap Presdir Lee tanpa berniat membaca lebih lanjut isi kontrak tersebut.
"Apa maksud semua ini?"
"Bukannya kau memang ingin sepanggung lagi dengan dia."
"Tapi Presdir?"
"Tidak ada alasan untuk menolak pekerjaan itu, Max!" Presdir Lee bangkit dari duduknya dan menatap Changmin, "bekerjalah secara profesional!"
Changmin mengepalkan kedua tangannya. Presdir Lee memang selalu seenaknya. Dulu, pria itu selalu menghalangi dirinya dan Yunho untuk bertemu dengan mantan patnernya itu. Tapi sekarang, di saat ia enggan bertemu dengan Jaejoong, ia malah harus menyetujui kontrak 50 juta won.
.
ooO~Ran Hime~Ooo
.
"Paman, antarkan aku ke alamat ini!" pinta Hero kepada sopir taksi yang ia tumpangi, sembari menyodorkan photo Jaejoong.
Sopir itu menerima photo tersebut, lalu membaca tulisan di balik photo itu. Dahinya mengernyit sesaat lalu menatap bocah kecil yang terlihat pucat di jok belakang.
"Daerah ini cukup jauh."
Mengerti maksud dari sopir taxi tersebut, Hero melepas arlogi di pergelangan tangan kanannya. Ia berpikir, pasti sopir di depannya mengira ia tidak bisa membayar taksi yang ia tumpangi.
"Kata ayah, jam ini bernilai mahal." Hero menyodorkan jam tangan pemberian dari ayahnya.
Sopir tersebut menerima jam tangan itu dengan ragu. Ia melirik Hero sesaat. Bocah itu terlihat semakin pucat.
Sepanjang perjalanan, sesekali sopir itu melirik Hero dari kaca kecil di depannya. Hero nampak memejamkan matanya dan seperti tertidur. Sopir itu merasa khawatir, ketika Hero tidak bergerak sedikitpun dari duduknya. Membuat sopir itu melajukan taksinya lebih cepat.
Sesampainya di depan rumah yang terlihat megah itu, sopir tersebut memencet tombol bel yang ada di samping gerbang. Ia terus saja memencetnya dengan tidak sabar. Lama, namun gerbang mewah itu tidak juga terbuka. Hingga sopir itu merasa semakin cemas.
"Tuan Kim ada?" tanyanya kepada petugas keamanan yang membukakan gerbang.
"Anda siapa dan ada perlu apa?"
"Seorang bocah memintaku mengantarkan dia kesini. Tetapi dia pingsan dan saya tidak tahu siapa dia," ujarnya dengan raut bingung, "mungkin tuan Kim tahu siapa bocah itu."
"Maaf! Tapi tuan Kim tidak berkenan menerima tamu sembarangan."
"Saya mohon! Anak itu terlihat sakit."
"Baiklah! Anda tunggu sebentar."
Petugas itu kembali ke dalam dan menuju pos jaganya untuk menghubungi kediaman Jaejoong.
.
ooO~Ran Hime~Ooo
.
"Tuan Kim!" seru sopir itu sembari membungkuk.
Jaejoong balas membungkuk, lalu kembali menegakkan badannya dan tersenyum.
Setelah menjelaskan kedatangannya, sopir itu mengantarkan Jaejoong ke taksinya. Ia membuka pintu jok belakang taksinya, hingga nampak tubuh Hero yang telah merosot.
Jaejoong terkejut melihat kondisi Hero. Ia segera masuk ke dalam taksi itu dan membenahi posisi duduk Hero. Dari baju bocah itu, Jaejoong yakin jika Hero lari dari rumah sakit. Tapi kenapa? Bukankah Changmin begitu protective terhadap putranya? Lalu bagaimana bisa Hero ada di depan rumahnya.
"Bocah itu meminta saya mengantarnya kesini," ujar sopir itu, "dan dia menyerahkan photo anda."
Jaejoong menoleh ke belakang. Ia meraih selembar photo dirinya dari sopir itu. Jaejoong kembali berpikir. Darimana Hero bisa mendapatkan alamat rumahnya?
"Dan dia memberikan jam tangannya sebagai bayaran. Maaf, saya tidak bisa menerimanya."
"saya yang akan membayar taksi ini," seru Jaejoong sembari mengambil jam tangan Hero, "tolong antar kami ke rumah sakit terdekat."
Sopir itu mengangguk dan berjalan masuk ke jok depan untuk kembali melajukan taksinya.
Sepanjang perjalanan, Jaejoong berusaha menyadarkan Hero. Ia menepuk lembut pipi Hero.
"Hero yah, bangunlah!"
"Appa!" seru Hero masih dengan mata yang terpejam. Ia menggeliat tidak tenang sebelum membuka matanya, "APPA!" teriaknya sambil memeluk Jaejoong, "Appa!"
Jaejoong terpaku dalam pelukan Hero. Perlahan tangannya membalas pelukan Hero. Dalam hati pertanyaan kembali muncul. Siapa Shim Youngwoong sebenarnya?
.
.
.
To be Continue
.
Maaf baru bisa update, walau ini publish ulang, namun ada beberapa scene yang saya ubah dan membuat saya sedikit kesulitan untuk menulis chapter selanjutnya.
Semoga masih ada yang ingat dengan ff ini.
Sekedar penjelasan agar tidak sulit membedakan panggilan Hero terhadap JaeMinYun.
JaeJoong: Appa
Changmin: Papa
Yunho: Ayah
Saya berterima kasih kepada kalian yang masih bersedia membaca Ff JaeMin ini ^^
.
Balasan Review:
LuBaekShipper: coba tonton fanvid JaeMin, saya pikir pasti anda akan lebih tertarik dengan pair ini. Sedikit rekomendasi, fanvid Heart diversion bagus lho ^^
Rainy0218: maaf kalau kemarin dihapus tanpa pemberitahuan terlebih dulu. Saya pikir tidak ada yg tertarik dg ff ini. Pasti dilanjut kok ff ini ^^
dee6002: Mungkin sekedar selingan saja, kok ^^
afifah. kulkasnyachangmin: Ini sudah dilanjut. Maaf lama ^^
xxx: Udah kejawab, kan? Ini sudah dilanjut. Terima kasih sudah berkenan membaca ff ini ^^
Jeremmy Kim: Hehe ... Masih rahasia ^^
Flowerinyou: Udah dikasih tahu kok sama Yoochun ^^
mochi: nanti ada alasannya kok kenapa hubungan Yoochun-Changmin jadi renggang, dan itu juga ada hubungannya sama Hero
akiramia44: itu apa? O.O
.
Thank's To:
LuBaekShipper, Rainy0218, dee6002, afifah. kulkasnyachangmin, xxx, Jeremmy Kim, Flowerinyou, mochi, akiramia44.
.
Next chapter
.
"Paman Yoochun bilang, Kim Jaejoong adalah appa Hero."
"Apa?"
.
.
"Hero ... Kau dimana?"
"Kita pasti menemukan Hero, Changmin-ah!"
.
.
"Jika dia putramu, lalu siapa ibunya?"
"Aku tidak tahu, Hyung!"
"Kau pasti ingat pernah tidur dengan seseorang."
"Tidak ada wanita yang pernah tidur denganku."
.
.
"Katakan dimana putraku?"
"Dia tidak ada disini."
"Jelas-jelas sopir itu mengatakan putraku pergi ke rumahmu."
.
.