Disclaimer: Masashi Kishimoto.

Jepang, 1605

Terjadi pembantaian besar-besaran sebuah klan. Tak ada yang selamat dari pembantaian itu kecuali si bungsu. Didera kesedihan yang amat sangat dan dendam membara, ia menjual jiwanya kepada iblis, demi mendapatkan kekuatan untuk membalas dendam pada pembantai klannya.

Karena perjanjian itu, ia berubah menjadi sesosok vampir yang haus darah. Ia melakukan penyerangan di desanya sendiri, menghabisi semua orang tanpa pandang bulu. Tapi ia tetap merasa belum puas karena belum menemukan pembantai klannya.

Merasa marah dan putus asa, ia bertanya pada Sang Iblis, meminta petunjuk atas siapa yang membunuh keluarganya. Dan dengan tawa mencemooh, Sang Iblis menjawab kalau dialah pelakunya. Dia yang membantai seluruh klan itu, dia yang memberikan kutukan vampir kepada si Bungsu, dan ia juga yang membimbing si Bungsu untuk membunuhi orang-orang.

Kenyataan itu membuat kemarahan si Bungsu meluap. Merasa dikhianati oleh satu-satunya pegangan hidupnya setelah keluarganya tiada, si Bungsu mencoba menyerang Sang Iblis. Tapi bahkan dengan kekuatan barunya, Sang Iblis tetap tak tersentuh.

"Kenapa?!" teriak si Bungsu, "Kenapa kau tidak membunuhku juga? Kenapa seakan kau ada di pihakku?"

Sang Iblis tertawa. "Aku sedang bosan di Neraka sana, Bocah. Dan aku butuh sedikit hiburan. Harus kuakui kau memang hiburan yang luar biasa. Lucu sekali melihatmu menyerang semua orang dengan membabi buta."

Si Bungsu kembali menyerang Iblis, tapi usahanya sia-sia. Iblis terlalu kuat.

Iblis kembali tertawa melihat usaha sia-sia si Bungsu. "Aku memberimu kehidupan baru, Nak. Aku memberimu keabadian. Dan begini caramu berterimakasih? Mencoba membunuhku?"

"Aku tidak ingin keabadian!" teriaknya, frustasi. "Dan kehidupan barumu adalah kutukan bagiku, Iblis!" Ia masih terus berusaha menyerang Iblis, berharap bahwa setidaknya serangannya akan melukai iblis itu.

"Ingat, Bocah. Aku bisa membunuhmu dengan mudah. Aku penciptamu. Jaga bicaramu," ujar Iblis, terdengar serius kali ini, tapi tetap saja ia bisa mematahkan tiap serangan si Bungsu dengan mudah.

"Kalau begitu bunuh saja aku, keparat!" seru si Bungsu. Ia sudah mulai kehabisan napas. Iblis jelas bukan lawan seimbang untuknya. Ia kembali mencoba menyerang, tapi Iblis itu menangkis serangan si Bungsu dengan mudah, mencengkram lehernya dan melemparnya ke tanah. Ia tak memiliki tenaga untuk bangkit lagi.

"Aku akan membiarkanmu hidup dalam kehidupan yang kau anggap kutukan ini, Bocah," ujar Iblis, menginjak dada si Bungsu, membuatnya terbatuk dan mengerang kesakitan. "Kau akan terus abadi sampai aku memutuskan untuk mengakhiri hidupmu. Kau akan terus sendirian selama-lamanya. Haus darah, tanpa pernah bisa menolak keinginan untuk membunuh. Kurasa itu cukup sebagai hukuman karena berusaha mengingkari penciptamu. Sekarang, sampai jumpa di Neraka."


"Sejak saat itu, vampir ini terus hidup, terlunta-lunta, tak mengenal cinta. Ia sangat ingin berhenti membunuh, tapi ia tak bisa. Tanpa darah yang membasahi kerongkongannya, ia akan merasa tersiksa dengan kesakitan yang amat sangat. Ia harus rutin membunuh dan hidup secara nomaden untuk terus mencari mangsa baru. Tamat."

Inuzuka Kiba mengakhiri ceritanya dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya, dan menatap teman-temannya dengan senyum puas. Kebalikannya, teman-temannya justru hanya bisa ternganga menatapnya.

"Cerita macam apa itu? Tamatnya gantung banget!" keluh Uzumaki Naruto setelah memulihkan dirinya dari shock pasca cerita Kiba.

"Ya memang hanya begitu!" Kiba masih tak mau kalah.

Hari sudah sore dan jam sekolah sudah usai sejak beberapa jam yang lalu. Yang tertinggal di kelas hanya empat anak; Naruto, Kiba, Nara Shikamaru dan Uchiha Sasuke. Mereka menelantarkan tugas piket mereka karena sibuk mendengarkan cerita Kiba.

Kiba mendapat cerita itu dari kakeknya beberapa hari lalu dan ia memutuskan untuk membagikannya pada teman-temannya yang lain. Sayangnya, Kiba tidak tahu kalau tokoh dalam ceritanya saat ini ada di ruangan yang sama dengannya, mendengarkan ceritanya dengan seksama.

Sasuke hanya duduk dalam diam selama Kiba bercerita. Ia masih ingat betul setiap detail masa lalunya itu. Selama Kiba berbicara, memori menyakitkan kembali terlintas di otaknya. Memori yang takkan pernah, takkan bisa ia lupakan. Tanpa sadar, kedua tangannya sudah mengepal erat sampai buku-buku jarinya memutih.

"Yah… tapi itu kan hanya legenda," ujar Naruto lagi, menyadarkan Sasuke dari lamunannya.

"Tapi aku merasa kalau cerita itu ada hubungannya dengan serentetan pembunuhan misterius yang terjadi di kota ini sejak bulan lalu!" Kiba tetap bersikukuh.

Sasuke tersenyum tipis mendengar ucapan Kiba. Anak itu ada benarnya. Memang dia yang melakukan pembunuhan di kota ini. Dan terbukti bahwa cerita Kiba berhubungan dengan pembunuhan itu. Berhubungan dengannya.

Tapi Naruto terkekeh geli. "Kalau dipikir," ucapnya, "pembunuhan itu terjadi sejak Sasuke datang sebagai murid baru di sekolah kita," ia mengarahkan mata birunya ke arah Sasuke. "Harusnya kau mencurigainya, Kiba. Bukannya menceritakan dongeng vampirmu itu tadi! Iya kan, Sasuke?"

Ia memberikan tepukan pelan di bahu Sasuke, yang hanya Sasuke balas dengan senyum kecil. Bodoh, batinnya, seandainya dia tahu kalau yang dia ucapkan itu benar.

Kiba melipat kedua tangannya di depan dada dan mencibir. "Berhenti mengejekku. Aku pulang saja," ucapnya, menyambar tasnya dan pergi.

Naruto tertawa geli, tapi ia berhenti ketika mendengar suara menguap.

"Kiba sudah pulang?" tanya Shikamaru yang ternyata tidur sejak tadi, selama Kiba bercerita.

Naruto mengangguk. Shikamaru bangkit dari kursinya dan kemudian berjalan pergi keluar kelas sambil menguap, menyisakan hanya Sasuke dan Naruto di dalam kelas yang sudah mulai gelap karena matahari sudah hampir terbenam.

Sasuke memandang Naruto melalui sudut matanya. Terakhir kali ia berburu adalah dua hari yang lalu. Sekarang adalah saat yang tepat untuk berburu lagi. Apalagi kalau korbannya sudah di depan mata seperti ini. Naruto takkan mungkin bisa melawannya. Ia akan membunuhnya dengan mudah. Sangat mudah.

Seringai tipis sudah terbentuk di bibir Sasuke. Ia sudah siap menyerang Naruto kapan saja.

"Hm… tapi cerita Kiba tadi masih terngiang. Jadi kepikiran," celetuk Naruto tiba-tiba. Ia yang sedari tadi duduk di atas meja Sasuke menarik meja lain dengan kakinya untuk disatukan dengan meja tempatnya duduk dan merebahkan diri di atasnya, menatap langit-langit kelas.

Karena membunuh Naruto akan mudah mengingat dia mengekspos dirinya seperti ini, Sasuke membiarkan dirinya teralihkan sedikit. "Memangnya apa yang kau pikirkan?" tanyanya.

"Kalau cerita Kiba benar," Naruto bicara lagi, "Sang Iblis tidak menyebutkan kalau vampir itu harus membunuh manusia kan? Ia hanya akan jadi makhluk abadi yang haus darah dengan keinginan membunuh yang besar."

Ucapan Naruto membuat Sasuke mengernyit. Tak bisa ia pungkiri, ia benar-benar tertarik kali ini. "Apa maksudmu?"

"Maksudku," jawab Naruto sembari memutar tubuhnya sehingga ia berbaring miring menghadap Sasuke, "Kau tahu novel Twilight yang sempat booming beberapa waktu lalu?"

Sasuke menggeleng, masih mengernyit.

Reaksi Sasuke membuat Naruto menghela napas. "Intinya, vampir di novel itu membunuh binatang untuk asupan darah alih-alih membunuh manusia. Vampir vegetarian istilahnya. Yang jadi pertanyaanku adalah, kenapa vampir di cerita Kiba tidak melakukannya juga? Kan tidak disebutkan secara spesifik di kutukan Iblis kalau ia harus membunuh manusia. Dengan begitu tidak ada yang dirugikan, kan?"

Sasuke terhenyak. Darah hewan? Ia sudah hidup beratus-ratus tahun dan bahkan ia tidak pernah memikirkan solusi itu sama sekali. Ia benar-benar merasa tolol. Ia bahkan rasanya bisa mendengar iblis itu menertawakan kebodohannya. Iblis keparat itu memberinya kesempurnaan bersama kutukan keabadiannya, tapi ia bahkan tak pernah memikirkan alternatif lain untuk membunuh.

"Sasuke? Kenapa bengong?" panggil Naruto, mengibas-ibaskan tangannya di depan wajah Sasuke. Naruto sudah mendudukkan dirinya agar bisa melihat Sasuke lebih jelas.

"Tidak. Tidak apa-apa," jawabnya cepat. "Aku hanya ingat aku harus pulang sekarang." Sasuke memberi Naruto senyum sekilas dan bangkit berdiri, berjalan cepat meninggalkan kelas.

"Lho, Sasuke! Kau berjanji mau menemaniku ke game center malam ini!"

Sasuke mengabaikan seruan Naruto, pikirannya dipenuhi hal lain. Ia akan mencoba berburu sesuatu yang lain malam ini. Ada hutan yang cukup besar di sisi barat kota ini. Sasuke akan mencoba mengetes teori Naruto. Kalau itu benar, ia akan bisa berhenti membunuh manusia. Semoga itu benar.

-tbc-

Jadi… NEW ENGLAND PATRIOTS MENANG SUPER BOWL XLIX! CHRIS EVANS MENANG TARUHAN LAWAN CHRIS PRATT! Dan karena itu, saya yang berjanji akan menulis fanfic ini kalau Patriots menang, termakan janji saya sendiri orz Well, yang penting kan saya sudah menulisnya. Menyelesaikannya nggak termasuk ke dalam janji kan? (ketawa setan)

P.S. Happy birthday, Matsuoka Rin dari fandom sebelah, dan kalau ada yang nonton In The Flesh, tolong dong mention saya di grettama. Saya butuh teman diskusi orz