Main Cast : Cho Kyuhyun.

Rated : T

Genre : Brothership and Friendship

Disclaimers : Mine

Warning : Just Funfic, Typo, No Bash.

Summary : Di dalam kehidupan yang selalu menyiksaku, aku ingin pantas bersama kalian lagi, aku berusaha untuk menjadi lebih baik sampai batas akhir kemampuanku. Tapi kenapa kalian melupakanku? Kenapa kalian meninggalkanku? Tidak kah kalian tahu, aku kesepian selama ini.

Happy Reading!

.

.

Di bawah teriknya sengatan matahari, seorang anak laki-laki berusia enam tahun berjalan dengan membawa beban berat di tangan kanan dan kirinya. Keringatnya mengalir, tenggorokannya terasa kering dan tubuhnya terasa lelah karena berjalan jauh.

"Tidak bisa kah kau berjalan lebih cepat? kalau seperti ini aku akan telat membuka kedai." Seorang wanita yang juga membawa beberapa belanjaan di tangannya memandang sebal ke arah anak laki-laki yang kesulitan berjalan di belakangnya.

"Mianhae eomma." Ia hanya mampu menunduk, tidak berani menatap eommanya. Tapi siapapun tahu, tidaklah mudah untuk anak kecil seusianya mengangkat barang-barang itu.

"Ck, seperti tidak pernah makan saja." Mendengar kata makan, Kyuhyun, anak laki-laki itu menghentikan langkahnya. Perutnya sedari tadi malam terasa lapar, tapi ia tidak akan di beri jatah makan sebelum pekerjaannya selesai.

"Yak, kenapa kau mematung di situ, hah? Kau ingin di beri hukuman?"

"Tidak eomma. Mianhae." Tidak ingin pekerjaanya bertambah berat, dengan sekuat tenaga Kyuhyun mempercepat langkahnya dengan beberapa barang di kedua tangannya. Walau sesekali meringis karena kedua tangannya yang terasa sakit.

Setelah sampai di sebuah rumah sempit yang menjadi tempat tinggalnya, Kyuhyun berjalan ke arah dapur karena tenggorokannya benar-benar terasa kering. "Tidak apa-apa cuma minum saja, yang penting bisa mengganjal perut," batin Kyuhyun ketika perutnya benar-benar berontak minta di isi.

"Kyuhyun-ah, cepat pergi ke pasar. Ada beberapa lobak tertinggal di sana. Kau katakan saja pada ahjumma, lobak yang sudah eomma pesan tadi."

"Tapi eomma, Kyu lap—"

"Cepat pergi sekarang juga. Kau mau kalau appa tahu dan mendapat hukuman?" kalimat Kyuhyun langsung terputus begitu saja. Hukuman dari appanya adalah hal yang paling Kyuhyun takuti. Bukan hanya tidak mendapat makan, tapi tubuhnya tidak luput dari pukulan.

"Ne, eomma. Kyu pergi sekarang." Walau tubuhnya sudah benar-benar letih, dengan patuh, Kyuhyun kembali lagi ke pasar. Kyuhyun memegangi perutnya yang benar-benar terasa lapar. "Tidak apa-apa, nanti Kyu bisa makan," lanjut Kyuhyun dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.

Kegiatan eomma Kyuhyun yang memotong beberapa sayuran terhenti ketika Kyuhyun sudah berjalan meninggalkan dapur. Matanya memandang sedih punggung Kyuhyun yang mulai menjauh. "Mianhae Kyuhyun-ah. Tidak sepantasnya anak sepertimu berada di tempat ini. Tunggulah sampai tiba waktunya."

Seorang anak laki-laki yang sedari tadi memperhatikan Kyuhyun, langsung berlari berlawanan arah dengan Kyuhyun.

.

.

Senja yang mulai menyapa tidak mengurangi aktifitas warga di kota kecil yang ada di Provinsi Jeonju. Seorang anak laki-laki menyusuri setiap kedai yang menjual beberapa makanan. Langkah kakinya terhenti di depan sebuah kedai yang menjual berbagai macam makanan. Setelah memantapkan hati, anak laki-laki itu masuk ke dalam kedai dan menghampiri ahjumma pemilik kedai.

"Kau ingin membeli apa?" tanya ahjumma itu sambil tersenyum ramah.

"Ahjumma aku ingin makan, tapi aku tidak punya uang. Bisakah aku membantu ahjumma supaya bisa mendapat makanan, ahjumma?"

"Aigoo, kau lapar? Kalau begitu bawalah ini dan tidak usah bekerja apa-apa. Kau masih sangat kecil untuk bekerja." Ahjumma pemilik kedai memandang prihatin anak kecil di hadapannya. Melihat anak itu yang seusia dengan anaknya membuat ahjumma tidak tega membiarkan anak sekecil itu bekerja.

"Eomma selalu mengatakan untuk tidak meminta-minta. Aku mau membantu ahjumma supaya bisa mendapat makanan."

"Baiklah…baiklah… tapi jangan terlalu lelah ne. Kau cukup membawa mangkuk yang kotor dan mencucinya di belakang." Sebuah senyum manis langsung terkembang begitu mendengar persetujuan ahjumma pemilik kedai.

Tanpa ragu-ragu, tangan mungil itu menyusun mangkuk-mangkuk yang kotor dan membawanya ke tempat penyucian. Setelah hampir satu jam berkutat dengan mangkuk dan piring kotor, anak laki-laki itu tersenyum senang melihat hasil kerjanya. Walau tubuhnya sudah terasa sangat lelah, tapi hatinya bahagia karena akan mendapat makanan.

"Karena ini sudah malam, jadi tidak banyak makanan yang tersisa. Kau bisa membawa ini." Ahjumma menyerahkan sekantung plastik yang berisi eomuk dan twigim ketika melihat anak kecil itu telah menyelesaikan pekerjaannya.

"Kansamhamnida ahjumma." Anak laki-laki itu begitu antusias melihat makanan di tangannya. senyum manis tidak hentinya tersemat di bibirnya. Setelah berpamitan dengan ahjumma pemilik kedai, kaki kecil itu langsung berlari menembus dinginnya malam.

.

.

Kyuhyun kecil duduk di sebuah gubuk tua. Bibirnya meringis merasakan perutnya yang mulai terasa perih. Niatanya bisa makan setelah pulang dari pasar langsung pudar, ketika tanpa sengaja ia menjatuhkan lobak di tangannya. Karena tubuhnya yang benar-benar lemas, membuatnya tidak kuat membawa beberapa lobak yang tidak bisa di katakan ringan itu. Entah bagaimana, appanya sudah berdiri di hadapannya saat itu. Dan berakhirlah dirinya mendapat hukuman dari sang appa dan tidak di beri makan.

Kyuhyun menengadahkan kepalanya ketika merasakan matanya memanas. Mengingat perlakuan kasar orang tuanya setiap hari membuat air mata terus mendesak untuk keluar. "Sebenarnya salah Kyu apa?" batin Kyuhyun sedih.

"Apa Kyunie nakal? Kenapa appa dan eomma selalu marah?" Kyuhyun sekuat tenaga menahan air matanya agar tidak tumpah. Setiap mengingat appanya selalu memandanginya penuh kebencian, Kyuhyun selalu bertanya-tanya apa kesalahannya, bagaimana ia seharusnya. Karena ia selalu menuruti keinginan orang tuanya. Ia selalu melakukan apapun yang orang tuanya perintahkan. Tapi yang di dapatinya selalu sama, kebencian dan kemarahan yang terkadang hanya karena masalah sepele. Dan prestasinya juga selalu baik di sekolah. Tapi tidak pernah sekalipun orang tuanya menunjukkan rasa bangga.

"Kyunie…." Kyuhyun menolehkan kepalanya ke asal suara. Terlihat seorang anak laki-laki seusianya berlari ke arahnya.

"Kenapa Minie lari-lari?" tanya Kyuhyun pada Changmin, sahabatnya. "Apa ini?" tanya Kyuhyun lagi saat Changmin menyerahkan sebuah bungkusan untuknya.

"Itu untuk Kyunie, makanlah," jawab Changmin sambil menetralkan nafasnya yang terengah-engah akibat berlari-lari takut sahabatnya semakin kelaparan.

"Ini Minie yang membelinya?"

"Tidak," jawab Changmin sambil menggelengkan kepalanya.

"Minie mencuri?" Changmin berdecak sebal mendengar tuduhan Kyuhyun. Sedangkan Kyuhyun hanya membelalakkan matanya.

"Tentu saja tidak. Eomma bilang, kita tidak boleh mencuri." Kyuhyun menganggukkan kepalanya karena juga teringat pesan guru di sekolahnya. Gurunya juga sering menasihati supaya tidak pernah mencuri.

"Kyunie tidak perlu tahu ini dari mana, yang penting Minie tidak mencuri." Kyuhyun sama sekali tidak menyentuh makanan yang di berikan sahabatnya, yang membuat Changmin berfikir Kyuhyun tidak menyukainya."Mianhae Kyu, karena makanannya sudah tidak hangat lagi. Padahal tadi Minie sudah berlari cepat suapaya Kyunie bisa makan saat masih hangat."

Kyuhyun tersenyum melihat sahabatnya yang cemberut karena merasa bersalah. Kerasnya kehidupan yang mereka jalani, membuat mereka menjadi lebih dewasa sebelum waktunya. "Enak," ucap Kyuhyun setelah memasukkan eomuk ke dalam mulutnya. Kyuhyun memakan eomuk yang sudah dingin itu dengan lahap. Bukan karena ia kelaparan, walau memang ia sangat merasa lapar, tapi supaya sahabatnya tidak sedih.

"Minie, buka mulutnya." Kyuhyun mengarahkan Twigim ke arah mulut Changmin. Namun Changmin menolak dengan membekap mulutnya. "Wae? Minie tidak mau makan dengan Kyunie?"

"Bukan begitu. Tapi itu kan untuk Kyunie. Minie mencarinya supaya Kyunie bisa makan dan tidak sakit perut."

"Kalau begitu kita makan bersama saja. Cepat buka mulutnya." Walaupun ragu, akhirnya Changmin membuka mulutnya. Kyuhyun dan Changmin saling suap menyuapi dan memakannya dengan lahap. Namun ketika mereka menoleh ke samping kanan dan kiri tidak mandapati air minum, mereka tertawa bersama. Mereka tertawa sambil menepuk-nepuk dadanya untuk menurunkan makanan yang terasa serat di tenggorokan.

.

.

Kyuhyun berlari-lari dengan berulang kali membenarkan ransel di pundaknya. Kyuhyun mendapat hukuman membersihkan sekolah karena tidur di kelas. Setelah pulang dari gubuk tua tempat ia dan Changmin sering singgahi, Kyuhyun lagi-lagi di suruh membersihkan peralatan dapur dan segala mangkuk kotor bekas para pembeli. Walaupun kedai eommanya tidak begitu besar, tapi mengerjakan semuanya seorang diri membuat Kyuhyun menyelesaikannya hingga larut.

"Kyu telat pulang, appa pasti akan marah lagi," batin Kyuhyun sambil terus berlari. Nafas Kyuhyun terengah-engah ketika sampai di rumahnya. Langkahnya terhenti ketika mendapati appanya berdiri di hadapannya dengan membawa kayu di tangannya. Kyuhyun gemetaran ketika membayangkan kayu itu di pukulkan ke tubuhnya seperti sebelum-sebelumnya.

"Kau tahu kesalahanmu, Kyu?" tanya sang appa dengan suara dinginnya.

"Ne appa, Mianhae. Kyu tadi di hukum untuk membersihkan sekolah," jawab Kyuhyun takut-takut sambil sesekali melirik kayu yang ada di tangan appanya.

"Kau sekarang mulai nakal, eoh? Atau kau sudah bosan sekolah?"

"Kyuhyun-ah, cepat ganti seragammu. Setelah itu bantu eomma di kedai. Hari ini eomma harus berjualan lebih cepat." Kyuhyun langsung berlari ke kamarnya untuk berganti pakaian. Dalam hati Kyuhyun merasa bersyukur karena lepas dari amukan sang appa.

"Apa kau tidak semakin keterlaluan? Hanya karena terlambat sedikit, kau ingin memukulnya lagi?"

"Aku sudah mau menyekolahkannya. Jadi apapun yang ku lakukan, itu hakku." Eomma Kyuhyun hanya menghela nafas panjang setiap kali membahas masalah yang sama namun tidak pernah selesai. Tidak ingin mendapati suaminya dalam keadaan marah yang lebih besar, ia berjalan ke arah kamar Kyuhyun dan langsung mengajaknya pergi membantu berjualan.

.

.

Bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi lebih cepat dari biasanya di karenakan seluruh guru mengadakan rapat dadakan. Kyuhyun dan Changmin terlebih dahulu singgah di gubuk tua sebelum kembali ke rumah masing-masing.

"Minie ingin cepat besar, karena Minie ingin menjadi pemain basket terkenal." Changmin memulai cerita sembari merebahkan tubuhnya. "Kalau Kyunie ingin jadi apa?" lanjut Changmin.

"Kyunie cuma ingin pulang," jawab Kyuhyun sedih. Mendengar kata pulang dari bibir sahabatnya, membuat Changmin langsung menegakkan tubuhnya lagi.

"Kyunie mau pulang?" tanya Changmin takut-takut yang ia dengar adalah kebenaran.

"Emm, di sini bukan tempat tinggal Kyu. Kyunie ingin cepat besar supaya bisa menjaga eomma." Kyuhyun menunduk sedih karena merasa belum bisa menjaga eommanya. Eomma yang selama ini mau merawatnya, atau lebih tepat jika di sebut menampung dirinya.

"Menjaga eomma? Bukannya ahjumma jahat? Ahjumma sering memarahi Kyunie."

"Eomma tidak jahat. Eomma tidak seperti appa karena eomma tidak pernah memukul Kyunie. Eomma juga sering diam-diam memasukkan roti di tas sekolah Kyu kalau Kyu mendapat hukuman dari appa." Changmin hanya bungkam. Saat ini yang di fikirannya, bagaimana dirinya kalau Kyuhyun pergi jauh darinya.

"Minie tahu? Eomma juga sering menyelimuti Kyunie saat tidur. Eomma tidak jahat, yang jahat itu appa. Kyunie ingin membawa eomma pergi supaya eomma tidak di pukuli appa lagi." Kyuhyun kecil mengungkapkan isi hatinya yang sangat tulus. Setiap melihat sang appa memukuli eommanya, Kyuhyun hanya berfikir ingin cepat dewasa dan membawa eommanya pergi.

"Lalu Minie bagaimana?" tanya Changmin kecil dengan nada sedih. Membayangkan di tinggalkan sahabatnya saja sudah membuatnya ingin menangis.

"Minie, ikut dengan Kyunie saja," jawab Kyuhyun sambil tertawa. Membayangkan Changmin selalu bersamanya membuatnya tersenyum senang. Bermain bersama, sekolah bersama, tidur bersama, makan bersama, itu lah yang ada di fikirannya saat ini.

Pernyataan Kyuhyun tak ayal membuat Changmin ikut tersenyum. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain bisa terus bersama.

"Eh itu ada bola. Minie kajja kita main." Changmin mengikuti arah telunjuk sahabatnya. Tanpa berfikir dua kali, Changmin melepas seragam yang ia kenakan, hanya menyisakan kaos dalaman dan celana sekolahnya saja.

"Tapi bagaimana kita bermainnya? kita cuma berdua, Kyu."

"Kalau begitu, lempar saja bolanya ke atas. Setelah itu kita masukan ke gawang masing-masing." Kyuhyun langsung merebut bola di tangan Changmin, melemparnya ke udara dan langsung menggiring ke gawangnya saat sahabatnya itu masih dalam mode berfikir.

"Yak, Kyunie curang." Kyuhyun dan Changmin bermain dengan asiknya sambil terus tertawa. Sesekali mereka akan terjatuh karena ulah mereka yang saling mendorong.

Sepasang mata bulat memandangi mereka berdua dengan sedih. Matanya memerah, bibirnya bergetar menahan tangis. Sadar ada yang memperhatikan, Kyuhyun menghentikan acara bermain bola yang lebih tepat di katakan kejar-kejaran itu.

Changmin dan Kyuhyun diam memandangi seorang anak laki-laki berwajah manis, bermata bulat yang sepertinya siap menumpahkan air matanya. Melihat ekspresi yang lucu membuat Kyuhyun dan Changmin tertawa. Namun mereka tetap berjalan mendekat.

"Kyu hyung, Min hyung, Minie ikut bermain…hiks." Tawa Changmin dan Kyuhyun justru meledak mendengar anak laki-laki yang mereka anggap adik itu menangis hanya karena ingin ikut bermain.

"Aigoo Minho-ya, kenapa harus menangis?" tanya Changmin. Minho langsung menyeka air matanya.

"Minie bosan di panti. Mereka semua jahat, Minie tidak suka bermain bersama mereka."

"Minie mau membawa boneka kodok ini juga?" Kyuhyun menunjuk boneka yang masih dalam pelukan Minho. Kyuhyun menggandeng Minho setelah meletakkan bonekanya di tumpukan tas dan baju Changkyu. Tapi ini lah yang membuat Kyuhyun kesulitan memanggil antara Minho dan Changmin jika mereka bermain bertiga. Karena Minho dan Changmin mempunyai panggilan yang sama. Sehingga terkadang Kyuhyun harus memanggil dua kali dengan menggunakan nama lengkap jika memanggil salah satu dari mereka.

.

.

Di tengah derasnya guyuran hujan, Kyuhyun berjalan tanpa menggunakan payung. Bibirnya meringis menahan perih karena luka yang belum kering di tubuhnya terkena air hujan.

"Uuughhh appo." Kyuhyun semakin merasakan lukanya bertambah perih. Masih jelas di ingatannya bagaimana appanya memukulinya. Kayu yang keras itu terus di hantamkan ke tubuhnya tanpa ampun hanya karena tanpa sengaja ia menumpahkan minuman pelanggan. Bahkan eommanya yang berniat menghentikan aksi brutal suaminya ikut terkena imbas.

"Mianhae eomma, karena Kyu, eomma juga ikut terluka." Seolah menulikan dari rasa sakit yang terus menjalar, Kyuhyun berjalan di tengah derasnya air hujan untuk mencari obat untuk eommanya. "Kepala eomma berdarah, eomma lebih kesakitan dari Kyunie." Kyuhyun terus merapalkan kalimat itu untuk membuatnya tetap kuat berjalan mencari obat. Namun nasib baik tidak berpihak padanya, karena beberapa apotik terlihat tutup.

Tubuh Kyuhyun sudah menggigil kedinginan, bibirnya membiru. Tapi tidak ada niat sama sekali untuk menghentikan langkahnya.

Ketika sudah mendapati sebuah toko obat yang masih buka, Kyuhyun langsung mempercepat langkahnya. Namun tubuhnya langsung limbung ketika baru saja ingin membuka bibirnya untuk mengatakan membeli obat.

Derap langkah kaki yang berlalu lalang membangunkan Kyuhyun dari tidur panjangnya. Ketika membuka mata, keningnya kerkerut karena tidak mengenali tempat dimana ia sekarang. Apalagi terlihat langit sudah mulai terang, seingat Kyuhyun, ia mencari obat untuk eommanya di waktu malam hari.

"Kau sudah bangun, nak?" tanya seorang laki-laki paruh baya.

"Ahjussi, kenapa Kyunie ada di sini?" Kyuhyun memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar. Perutnya terasa mual, namun ia tetap diam dan tidak mengeluh.

"Kemarin, kau pingsang nak. Sepertinya kau demam. Apa masih ada yang sakit?" Kyuhyun menggelengkan kepala. Namun ketika teringat eommanya, Kyuhyun buru-buru pulang setelah berpamitan dan mengucapkan terima kasih.

Kyuhyun terus berlari ke arah rumahnya, sesekali ia terjatuh karena kepalanya yang pusing dan berputar-putar. Langkahnya terhenti ketika melihat rumahnya dari kejauhan. Bibirnya terbuka namun tidak ada satu katapun yang keluar. Suarnya terasa tercekat di tenggorokan. Nafasnya tertahan beberapa saat, sampai air mata langsung meluncur begitu saja.

"Eom-eomma…eomma." Hanya kata itu yang dapat Kyuhyun ucapkan. Air mata terus mengalir semakin deras seiring langkah kakinya yang semakin mendekat. Mobil polisi dan ramainya orang, menghalangi pandangan Kyuhyun untuk melihat lebih jelas rumahnya yang selama ini ia tinggali.

Tubuh kecilnya langsung menerobos masuk orang yang memadati sekitar rumahnya. Tangisannya langsung pecah ketika melihat dengan jelas rumahnya yang sudah menjadi abu.

"Eommmaaaaaa…" Langkah Kyuhyun yang mencoba masuk langsung di cegah oleh polisi yang sedang berjaga. "Andwaeee, eomma Kyunie di dalam. Eomma tidak boleh pergiiii." Beberapa warga yang melihatnya mencoba menenangkan Kyuhyun, menggendongnya menjauh dari rumahnya yang sudah habis di makan api.

"Eomma tidak boleh pergi. Siapa yang menyelimuti Kyunie saat tidur? Siapa yang menyiapkan roti untuk Kyunie lagi? Siapa yang akan marah kalau Kyunie nakal? Eomma tidak boleh pergi," batin Kyuhyun di sela tangisnya. Isak tangisnya membuat beberapa ahjumma ikut meneteskan air mata.

"Kyunie tidak punya siapa-siapa lagi. sekarang Kyunie harus kemana?" di saat ia masih menangis terisak, tiba-tiba sebuah suara yang sudah sangat ia kenal memanggil namanya. Changmin berlari ke arahnya dengan beruraian air mata.

Melihat sahabatnya dalam keadaan selamat, Changmin langsung memeluk Kyuhyun. "Kyu…hiks…Minie fikir hiks…Kyunie ada di dalam." Changmin masih memeluk Kyuhyun di iringi isak tangisnya. Hatinya benar-benar lega mendapati Kyuhyun sama sekali tidak terluka. Beberapa jam yang lalu saat semua orang di sibukkan dengan kebakaran rumah Kyuhyun, Changmin langsung berteriak histeris karena mengira Kyuhyun berada di dalamnya.

"Minie…eom…hiks…eomma…meninggalkan Kyunie hiks." Eomma Changmin yang sedari tadi memperhatikan anaknya juga ikut berurai air mata.

"Masih ada ahjumma, Kyunie bisa ikut ahjumma dan Minie."

.

.

Sepuluh tahun kemudian.

Kematian adalah sesuatu yang sudah pasti dan tidak ada yang bisa menghindarinya. Sedih dan kehilangan sudah tentu dirasakan pihak yang ditinggalkan. Seperti seorang remaja yang saat ini memandang batu nisan tanpa air mata setetespun, wajahnya sama sekali tidak menggambarkan kesedihan. Tapi siapa yang tahu, justru hatinya yang sesak menahan tangis. Seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya, satu-satunya yang ia miliki telah meninggalkannya seminggu yang lalu.

Seorang wanita yang sangat ia cintai telah menghembuskan nafas terakhirnya. Seseorang yang berstatus sebagai eommanya pergi menyusul appanya yang telah dulu menutup mata selamanya. Hidup sebatang kara, itulah yang ada di fikirannya.

"Minie,,," Sepertinya ia melupakan sesuatu, ia tidak hidup sebatang kara karena ia memiliki sahabat yang selalu ada untuknya.

"Minie, ayo kita pergi sekarang. Ahjumma dan Ahjussi sudah tenang di alam sana." Namja yang dipanggil Minie tersenyum ke arah sahabatnya yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

"Eomma, appa, Minie pergi dulu. Minie janji akan mengunjungi kalian lagi." Setelah meletakkan seutas bunga lili, ia pergi menggandeng sahabatnya meninggalkan pemakaman.

"Kyu, apa ini saja sudah cukup?" tanya Changmin sambil menunjuk ransel yang dipundaknya.

"Tentu saja itu sudah cukup, kita tidak perlu membawa barang terlalu banyak. Aah sepertinya busnya sudah mau berangkat Minie, Palli". Kyuhyun dan Changmin melangkah dengan pasti menuju bus yang sudah siap untuk berangkat. Bus yang akan membawanya meninggalkan kota kecilnya menuju kehidupan yang baru. Kehidupan yang tidak mereka ketahui akan seperti apa.

"Hyuuuuuuuuung." Terdengar teriakan yang sudah tidak asing ditelinga Changmin dan Kyuhyun. Dengan serempak mereka menoleh ke asal suara.

"Minie/Minho!" seru Changmin dan Kyuhyun bersamaan. "Ransel itu?" tunjuk Changmin ke arah pundah Minho.

"Kalian mau pergi?" tanya Minho. Mata bulatnya kini sudah memerah. "Kalian sungguh keterlaluan ingin meninggalkanku hyung." Marah minho dengan air mata yang mulai mengalir. "Kalian tidak mengizinkan aku ikut, hyung?" tanya Minho lagi karena tidak ada reaksi apapun dari dua orang yang sudah ia anggap hyungnya sendiri.

Kyuhyun dan Changmin masih betah dengan diamnya. Hanya mata mereka yang sesekali saling menatap satu sama lain, membuat perasaan Minho semakin tidak tenang. Takut di tinggalkan dan kesepian membuat air mata yang sudah tidak pernah keluar selama sepuluh tahun ini, mengalir dengan derasnya.

Plak…

Changmin menggeplak pelan kepala Minho. "Pabboya, kenapa harus menangis?" Minho tersenyum mendengar ucapan Changmin yang berarti dirinya di perbolehkan untuk ikut. Namun air matanya bukannya berhenti, justru terus mengalir.

Melihat pemandangan yang tersaji di hadapannya membuat Kyuhyun tersenyum. Saat ini ia tidak perlu mengkhawatirkan keadaan Minho, karena laki-laki bermata bulat itu akan ikut bersama mereka.

"Kajja Minie kita berangkat sekarang". Kyuhyun dan Changmin tidak perlu menanyakan bagaimana dengan orang tua Minho jika Minho ikut mereka pergi. Karena Minho memang anak yatim piatu yang selama ini tinggal di panti asuhan. Mereka bertiga sama-sama tidak memiliki orang tua, mereka menjadikan satu sama lain untuk bersandar.

"Kyu berhentilah menyebut nama kami dengan panggilan yang sama," protes Changmin. Bukannya Changmin tidak suka, hanya saja mereka terkadang bingung siapa yang dipanggil Kyuhyun karena Kyunyun selalu menyebut nama mereka berdua dengan Minie.

Kyuhyun hanya tertawa ketika di protes sahabatnya, tanpa mau ambil pusing Kyuhyun langsung masuk kedalam bus. Karena lidahnya sudah terlanjur akrab dengan panggilan kecil mereka.

Kyuhyun menyamankan dirinya di kursi penumpang. Sedangkan Changmin dan Minho duduk tepat di belakangnya. Matanya terpejam, mencoba tidur sampai tiba di Seoul. Tempat di mana ia seharusnya berada.

Selama ini Kyuhyun sangat ingin pergi ke Seoul, tapi dulu ia hanyalah anak kecil yang hidup menumpang di rumah sahabatnya. Dan sekarang, ia sudah remaja. Sudah bisa menghidupi dirinya sendiri. Apalagi sudah tidak ada lagi alasan untuknya tetap berada di Jeonju.

"Aku datang. Aku sangat merindukan kalian."

TBC

.

.

Ff baru, selingan untuk ff Late. Sebenarnya bukan baru, ff ini udah lama di buat.

Tepuk jidat karena banyaknya pengunjung tidak berwujud di ff Late. Aigoo, ternyata siders bener-bener banyak. Huuuft bener-bener sampai hati. -,-

Sekian keluh kesahnya, tinggalkan jejak kalian kalau tidak mau di katakan hantu.

Untuk yang kemarin minta alamat fb, Bella jarang berselancar di sosmed. Lebih baik PM aja kalau mau tanya sesuatu.

Tapi entar di coba buat fb lagi deh. Karena fb yang sekarang isinya cuma silabus and jadwal.

Pai-pai.