Gelora panas kian mendera. Disaat orang lain mengeluh tentang bagaimana menjalani hidup dan mengarungi setiap cobaan dengan senyuman terpaksa. Seakan – akan mereka bersama denganmu, memihakmu, mengikutimu dalam keselarasan.

Munafik!

Manusia seperti itu memang kotor dan penuh cela. Namun, sadarkah kalian kalau manusia seperti itulah yang akan bertahan dalam kejamnya dunia.

Yifan salah satunya. Ia baru menyadari disaat hidup tak selamanya lurus. Ia hanya pria yang tahu cara menghamburkan uang, bersenang-senang dan berbuat onar.

Jika rupa dari seorang pangeran disandingkan dengannya, maka tidak akan ada yang dapat dibedakan. Akan tetapi, ada satu hal yang sangat disayangkan. Ia pangeran dengan mahkota iblis.

Darah dibalas darah.

Nyawa dibalas nyawa.

Ia manusia kejam dengan topeng wajah rupawan.

Hingga suatu hari, Yifan terpaksa meninggalkan Negara tempat tinggalnya dengan seluruh kekuasaan disana, karena sebuah tuduhan yang tidak dapat ia hindari.

Yifan mencoba melawan. Namun, tidak akan ada yang percaya. Karena orang-orang menganggap ia pasti sanggup melakukan itu.

Membunuh adiknya sendiri.

.

Black

Medusa Kim Siska

Mature content

GS

Untuk semua penjelasan tokoh ada di bagian bawah cerita atau A/N.

.

Untuk sebuah romansa yang indah dan penuh gairah bagaikan sebuah drama picisan, sepertinya Huang Zitao harus menunggu lebih lama lagi. Bahkan, gadis itu memikirkan kalau cinta pertama penuh kehangatan bukanlah sesuatu yang pantas ia terima. Berlebihan, namun hal itu wajar. Pertama kali jatuh cinta dan ditolak pada saat yang sama.

Payah sekali.

Sudah tidak terhitung berapa kali ia menangis hari itu, air mata bahkan masih belum bisa menghilangkan beban dihatinya. Namun, ada satu hal lagi yang terus membuat Tao kesal bahkan ia sudah menyumpahi perasaannya.

Ia masih mencintai Yifan, walau pria tersebut secara terang-terangan menolaknya. Secara jelas hal itu terasa, ia terjerat dalam belenggu cinta dan terlalu lemah untuk meloloskan diri.

"Cinta pertama memang rumit."

Tao tersenyum mengingat kata-kata Baekhyun dahulu, ternyata perkataan itu pas mengenai kehidupan remaja miliknya.


BLACK


"Jangan melamun." Tao terkejut saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipi kanannya, ia berbalik dan mendapati Baekhyun berdiri dengan sekaleng kopi dan susu.

"Baekhyun jie!" teriak Tao, ia segera memeluk Baekhyun seerat mungkin.

"Hey Zitao sayang. Jangan terlalu kuat memelukku, aku tidak dapat bernafas." Tao melepaskan pelukannya, ia menghapus air mata yang berderai. "maaf jie, aku terlalu merindukanmu." mendudukkan dirinya di samping Tao, ia menyerahkan susu kepada Tao dan membuka kaleng kopinya.

"Pulanglah jie, ibu sangat merindukanmu." Baekhyun tersenyum kecut saat mendengar apa yang adik tirinya itu ceritakan.

"Apa hanya ibu?" Tao menunduk, ia tahu apa maksud kata-kata Bekhyun. "cobalah berbicara baik-baik dengan ayah."

Baekhyun meneguk lagi kopinya. "sifatku dan ayah sama Zi. Jika diibaratkan, kau seperti mengadu batu dengan batu, tidak akan ada yang mengalah sampai salah satu mengaku kalah."

Kepala Tao memiring ke samping dan ia memandang Baekhyun dengan tatapan polos yang mengekspresikan 'aku sama sekali tidak mengerti'.

"Sudahlah, intinya semua akan berakhir kalau ada salah satu dari kami berdua yang meminta maaf terlebih dahulu." Terdengar bunyi kaleng yang dilempar Baekhyun mengenai bebatuan.

Tao menghela nafas, ia dapat melihat garis lelah yang nampak jelas di wajah Baekhyun. Pasti selama ini ia menghadapi sesuatu yang buruk.

"Dimana kau tinggal jie?"

Wajah murung Baekhyun berubah menjadi tertekuk sebal, kenapa adiknya harus bertanya tentang itu. "aku tidak ingin membahasnya, moodku berubah jelek."

"Kau tidak punya tempat tinggal?" tanya Tao penuh kekhawatiran.

"Tidak Zi, aku tinggal ditempat yang sangat keren. Sebuah apartemen yang luas dan modern." Kaleng susu yang Tao abaikan direbut Baekhyun. Sepertinya gadis tersebut merasa kehausan lagi.

"Lalu apa yang membuatmu kesal ketika kita membahasnya?" kali ini pertanyaan Tao menyudutkan Baekhyun. Benar apa yang dikatakan Tao, apa hal yang Dai lakukan sehingga ia selalu kesal pada pria itu?

"Aku tinggal dengan seorang pria."

"Apa!"


BLACK


Kepala Tao semakin sakit setelah berbicara banyak hal dengan saudarinya di tempat pemberhentian bus tadi. Tinggal bersama seorang lelaki adalah hal yang sangat buruk dimata keluarga mereka, apalagi ayah tiri Zitao menganut kebudayaan Asia yang kental.

"Hey, apa kau free sekarang?" Tao mendongak saat mendengar suara asing menegurnya. Seorang pria dengan kacamata bulat yang kuno dan jelek sekali, Dai Mitsuo.

Tubuh Tao langsung tegak saat pria nerd yang dulu pernah menegur perbuatan mesum Yifan padanya di perpustakaan mengajaknya bicara. Rasa malu Tao membuatnya sulit untuk saling memandang.

"Namamu Huang Zitao kan –

"Kumohon jangan memberitahukan pada siapapun yang kau lihat di perpustakaan! Kumohon." Ucap Tao cepat memotong kalimat Chanyeol, Chanyeol terkekeh pelan baginya perbuatan Yifan saat itu masih terbilang biasa, bahkan ia pernah melihat yang lebih parah.

"Tenanglah aku tidak memberitahukannya pada siapapun." Tao bernafas lega. Namun, ia terkesiap saat Chanyeol mendekat dan membisikkan sesuatu.

"Gadis sepertimu tidak memiliki apapun yang bisa menyuap mulutku."Mata Tao membulat dan terkejut mendengarnya bagaimana mungkin anak nerd seperti Dai Mitsuo memiliki aura yang begitu kuat. Bisikan itu membuat darahnya berdesir, ia berpikir kalau Dai spesies yang sama seperti Yifan.

Keduanya tidak bergerak, Tao yang diam di bangku dan Chanyeol yang berada begitu dekat dengan kepalanya. Jika dilihat dari jauh seperti Chanyeol sedang mencium rambut Tao.

"Apa maksudmu?" Tao mencoba memecah keheningan, saat Chanyeol ingin menjawab keduanya dikejutkan oleh suara pintu yang dibuka kasar. Disana berdiri Yifan dengan kemarahan yang jelas di wajahnya.

Langkah kaki Yifan menggema, ia menarik tangan Tao kasar agar menjauhi Chanyeol. Tao memegangi tangan Yifan yang mencengkram pergelangan tangannya kuat, suara kesakitan terdengar tapi Yifan menulikan pendengarannya dan menatap penuh kekesalan pada Chanyeol.

"Tunggu Yifan, kau mau membawaku kemana?" rontaan Tao tidak bereaksi apapun pada Yifan. Pria itu masih menyeretnya dengan paksa melewati koridor yang mulai padat karena jam makan siang sudah hampir berakhir.

"Diam dan ikuti saja aku!" kalimatnya penuh ketegasan dan Tao langsung bungkam karena ketakutan, yang mampu ia lakukan saat ini hanya mengikuti kemana Yifan membawanya.


BLACK


"Semoga Tao suka roti yang kubeli." Yumi berucap riang sambil memperhatikan bungkusan berisi roti yang sudah ia sisihkan untuk Tao yang enggan pergi ke kantin tadi. Karena bel sudah terdengar, gadis gemuk tersebut berlari cukup cepat di koridor tanpa memperhatikan kalau ada satu kaki yang terjulur dari sisi loker. Yumi terjatuh dengan lutut terlebih dahulu, ia mendengar suara tawa mengejeknya.

"Motif pilkadot." Ucap salah satu pria yang membuat Yumi segera menutup rok belakangnya yang terangkat. Ia begitu malu dan mencoba berlari menjauh tapi lututnya terasa perih.

"Hey babi. Bisakah kau menggunakan pakaian dalam yang lebih menantang lagi." Telinga Yumi terasa panas, ia menutup mulutnya menahan isak. Beberapa menit berlalu, Yumi bersandar pada loker dan menangis setelah ditinggalkan oleh kumpulan pria tadi. Tanpa ia sadari seseorang tengah menonton adegan tersebut penuh amarah.

Seseorang itu meninggalkan Yumi yang masih terisak dengan mengepalkan tangan. Ia menunjukkan sebuah senyum yang menakutkan.

"Sudah cukup!"

"Tidak ada yang boleh menyakiti milik ku."


BLACK


Terpojok, terintimidasi dan terisolir membuat Tao ketakutan. Yifan membawa Tao menuju taman belakang sekolah, gadis itu hanya menunduk melihat garis merah samar di pergelangan tangannya.

"apa yang kau lakukan dengan Dai?"

Tao tersentak kaget dan gugup. Ia belum pernah melihat Yifan semarah ini sebelumnya, ia tidak mengira kalau Yifan akan semarah ini karena percakapan sepele dengan Dai.

"Bukan sesuatu yang penting –

"Jangan berbohong!" Tao memejamkan mata saat Yifan berteriak memotong kalimatnya. Yifan mengangkat rahang Tao agar mata gadis itu tertuju padanya.

Garis mata, kegugupan, serta ketegangan yang tergambar jelas di wajah Tao membuat Yifan menghembuskan nafasnya lega. "kau berucap jujur." Suara kali ini lebih lembut, ia tahu perbuatannya tadi membuat Tao lebih ketakutan.

Yifan membelai lembut pipi kanan Tao lalu beralih ke pergelangan tangan Tao yang memerah karena ia cengkram terlalu kuat.

"Jangan mendekati pria seperti Dai Mitsuo." Yifan memecah keheningan. Dahi Tao bekerut mendengar permintaan Yifan yang terkesan memaksa.

"Kenapa?" tanya Tao dengan suara yang semakin serak. Yifan mendongak dan menghapus air mata yang jatuh di pipi Tao.

"Ia bukan pria-

"Bukan!" potong Tao keras, kali ini Tao menyentak tangan Yifan yang masih menghapus lelehan air mata dan mengganti dengan tangannya sendiri.

"Bukan itu yang kumaksud."

" Lalu apa?"

Tao menegakkan tubuhnya dan memandang tepat kemata Yifan. Ia tahu sepertinya Yifan tipe pria yang dapat melihat kejujuran dari mata seseorang. Walaupun ia tidak memiliki kemampuan seperti Yifan tapi ia berharap Yifan dapat membaca hatinya.

"Kenapa kau masih perduli padaku? Jangan menarik-ulur perasaanku Yifan!" bentakan yang Tao keluarkan membungkam kalimat yang akan Yifan lontarkan.

"kau mengatakan tidak ingin memberikanku cinta. Namun, perbuatanmu ini membuatku berharap lagi."

Yifan melepas kacamata dan mengusap wajahnya frustasi. Ia menatap Tao yang bergetar dan menangis untuknya. Yifan ingin membenamkan Tao dalam dadanya tapi kembali ia teringat kalau tubuh yang ia banggakan sekarang tidaklah pantas untuk Tao.

"Kau berhak mendapatkan yang lebih baik dariku." Suara itu lirih dan lemah, Tao mendongak dengan rahang mengeras.

" Kenapa kau merendahkan dirimu sendiri?"

Yifan menghembuskan nafas berat " karena memang ini kenyataannya." Ia menegakkan tubuh lalu memasang kembali kacamatnya. "aku antar kau kembali."

Tao menepis tangan Yifan, ia berlari meninggalkan Yifan sendirian. Kali ini Yifan yang mengeluh kesakitan, ia merasakan dentuman keras tak beraturan yang melonjak kuat di dada.


BLACK


Chanyeol melepas seragamnya dengan gerakan pelan yang disengaja. Ia ingin membuat Baekhyun merasa malu dan meninggalkan kamarnya secepat mungkin. karena wanita itu mengamuk ingin memonopoli kamar Chanyeol.

Maka taruhan bodoh dilakukan keduanya. Jika Baekhyun mampu bertahan dengan rayuan Chanyeol tanpa mengeluarkan satu katapun selama 1 jam. Maka gadis keras kepala itu menang.

Satu kancing terlepas, hingga terlihat tulang selangka Chanyeol yang kuat dan keras. Baekhyun mengumpat penuh kekesalan kali ini.

Dua kancing. Sial!

Tiga dan seterusnya.

Dada itu terlihat kokoh dan tegap. Oh wajah Baekhyun memerah parah, bercampur antara malu dan terangsang. Ia hampir memekik menghentikan Chanyeol yang tengah melepaskan sabuk dan menarik zipper ke bawah.

Ingatkan Baekhyun untuk bernafas, saat melihat bukti nyata pria yang selalu ia katakan bocah itu tengah memamerkan tubuhnya dibalut dengan boxer hitam. Kulitnya yang bersih dan tidak ada lemak berlebih. Semua keindahan terpahat nyata dengan otot yang keras bagaikan batu karang dan Baekhyun ingin menjadi air laut yang menghempaskan tubuh itu.

Pikiran kotornya berjalan lancar bagaikan jalan tol.

Ia mendekat, oh tidak! Pikiran Baekhyun berteriak. Namun, mulutnya tetap membisu. Keringat yang mengalir deras menandakan gadis itu gelisah.

"Masih ingin bertahan, Baek?" tanya Chanyeol serak, semakin mendekat dan menempelkan bibirnya dengan daun telinga Baekhyun. Perjalanannya semakin berani, dengan pelan dan penuh cobaan, ia menghirup aroma parfum Baekhyun di ceruk leher gadis itu.

Chanyeol ereksi bahkan ia belum melekukan sesuatu yang jauh pada Baekhyun. Akan tetapi, ia berhenti saat merasakan tubuh Baekhyun yang kaku. Maka ditatapnya wajah Baekhyun yang membeku dan pucat. Ada sesuatu yang mengalir dari hidung Baekhyun, warnanya merah.

Darah! Maka saat itu juga Baekhyun jatuh pingsan.


BLACK


Yifan menghembuskan asap rokok frustasi. Helaan nafas menunjukkan ketegangan dalam setiap detiknya. Ia bingung dengan sebuah perasaan yang belum pernah ia rasakan.

Gadis itu, Huang Zitao.

Berputar dalam relung waktu dan terkurung pada dimensi abstrak. Semuanya tercampur menjadi satu dan menciptakan perasaan aneh tanpa dasar. Seakan – akan nafas yang Yifan keluarkan adalah sebuah harga mati demi sebuah senyuman.

Ia terkekeh pelan saat merasakan kekonyolan yang terasa unik untuknya. Selama ini, ia belum pernah merasakan ketertarikan yang mencandu kepada seseorang. Namun, sekali lagi. Gadis yang bernama Huang Zitao mampu meruntuhkan harga diri seorang Wu Yifan.

"Apa yang kau pikirkan?" Chanyeol menarik satu batang rokok Yifan dari bungkusnya. Menyesap pelan penuh perhatian kepada seseorang disampingnya.

Yifan balik memandang dan menghisap panjang sebelum rokoknya ia hempaskan ke tanah. "hanya berpikir tentang beberapa hal." Jawabnya datar, masih dengan tatapan yang tenang.

"Apakah gadis china itu?"

"kau memiliki hubungan dengan Zitao?" tanpa membalas pertanyaan Chanyeol, Yifan menimpalinya dengan pertanyaan baru.

"tidak. Tidak ada yang istimewa sebenarnya. Pagi tadi aku hanya ingin menggoda sedikit gadis milik anak sulung keluarga Wu."

Keheningan masih terasa, hingga Chanyeol merasa getar handphone menandakan adanya pesan.

"Shit!" umpatnya kesal. Walau tidak jelas tapi Yifan masih dapat mendengar.

"Kenapa?" kali ini Yifan membalikkan tatapan ke arah Chanyeol, melihat pria itu tengah berkonsentrasi pada layar handphone.

"Jongin memintaku membantunya untuk menghajar seseorang." Chanyeol beranjak meninggalkan Yifan yang masih setia pada pemikiran yang gelisah.

"Chanyeol!"

Pria dengan tinggi yang sama dengan Yifan itu berbalik. " jangan membunuh lagi. Aku tahu selama ini tubuh kalian masih belum terbiasa menjalani aktifitas sepertiku."

Tertegun dengan setiap kata yang dilontarkan Yifan hingga ia terlonjak saat mendengar kembali suara dering di handphone.

"Aku akan mencobanya." Chanyeol segera berlari menuju kamar apartement dan mendapati Baekhyun sudah terbangun. Ia mendekat dan menyatukan keningnya dengan kening Baekhyun.

"Sudah tidak panas lagi." Chanyeol tertegun menatap wajah Baekhyun yang kembali memerah. Kembali pikiran nakal terpaut diotaknya."kenapa melihat tubuhku membuatmu demam, baby." Bisiknya terlalu intim karena ia sertakan dengan desahan menggoda.

"Pergi kau dari sini hentai!" teriak Baekhyun keras dan menutupi bagian dada dengan kedua tangan yang membentuk x.

Kekehan meremehkan Chanyeol membuat kesabaran Baekhyun diambang batas. "apa kau lupa baek. Bukankah tadi aku yang menang?" Baekhyun terdiam lalu tertunduk dalam.


BLACK


Suara tangisan memenuhi setiap sudut perpustakaan yang sunyi. Seorang gadis bertubuh gemuk sedang menangis di sudut terdalam perpustakaan. Tiap bulir air mata menjadi saksi bisu betapa kepedihan yang tertoreh menjadi topeng untuk wajah sedih itu dapat tersenyum lagi.

"Masih ingin bersembunyi menjadi pengecut Yumi-san." tersentak kaget dan terdiam, ia berbalik mencari asal suara dan mendapati Jiro Isamu. Seorang siswa kutu buku yang tidak terlalu terkenal di kelasnya.

Secepat mungkin Yumi menghapus air matanya walau masih terlihat jelas gurat lelah dan kepedihan. "jangan ikut campur urusanku! Kau tidak tahu apapun." Balasnya tajam, Kai hanya membalas dengan sebuah senyuman penenang yang mampu membuat yumi terpana.

"Bagaimana kalau kukatakan kalau aku memujamu." Ungkapnya tulus. Kali ini sebuah tawa menggema memecah kesunyian. Yumi memandang Kai dengan tatapan penuh kasihan. "kenapa pria sepertimu memuja wanita menyedihkan sepertiku? Ahh … aku tahu, dengan penampilanmu yang buruk itu kau berpikir kalau hanya aku yang pantas bersanding denganmu."

Kai mendekat dan berjongkok agar lebih dekat memandang wajah Yumi. "dengarkan aku. Aku tahu semua yang kau sembunyikan selama ini. namamu, keluargamu, bahkan semua hidupmu yang dulu." Ia berhenti sejenak mengambil nafas. "kita terikat. Sejak dahulu, sebelum kau dan aku mengenal apa itu hidup."

Rasa ketakutan Yumi terlihat jelas, ia mengigil hingga giginya menimbulkan suara. " siapa sebenarnya kau, Jiro?"

Senyum Kai muncul lagi dan ia mencium kening yumi dengan kelembutan. "mulai sekarang panggil namaku Kai dan kau adalah Do Kyungsoo."

"Kai." Panggilnya lirih hampir menyerupai bisikan.

"Aku akan melindungimu Kyung, dengan semua yang kumiliki." Semua perkataan Kai membuat kedua alis yumi menyatu, ia merasa kebingungan.

"Kenapa kau melakukan ini semua, kai?"

"Bukankah sudah kukatakan tadi. Aku memujamu." Kai semakin mendekat dan memeluk tubuh Yumi. "sekarang istirahatlah Kyung."

Kai menekan bagian leher kyungsoo yang membuat gadis itu tertidur seketika. Ia menelpon sebuah taksi dan menggendong Yumi.

Setelah memberikan alamat dan uang kepada supir taksi tersebut Kai berbalik dan mengambil handphone, ia mengetik beberapa kalimat disana.

"Sekarang saatnya member pelajaran kepada anak-anak ingusan itu."


TBC


A/N : RYUKI SHIN as WU YI FAN

JIRO ISAMU as KIM JONGIN

DAI MITSUO as PARK CHANYEOL

YUMI as DO KYUNGSOO

FB ( Medusa Kim Siska )

Di chapter ini semua tokoh sudah diketahui, tapi masih belum masuk konflik loh ya … beberapa karakter di fanfic ini masih bakalan manggil dengan nama jepang, soalnya masih yang banyak belum mengetahui identitas yang lain. Misalnya, tao masih belum tahu nama asli chanyeol, do dan kai. Atau baekhyun yang masih manggil chanyeol dengan sebutan dai, dll.

Author minta maaf karena sangat-sangat lama update. Alasannya, author harus fokus ujian nasional dan ujian tes masuk universitas. Semoga kalian nga sebel dan masih ingat sama cerita ini dan terimakasih buat kalian yang kasih doa ketika author ujian kemaren.

Big thanks

l KimRyeona19 l DBSJYJ l Moku-Chan l lady azhura l Rly . c . JaeKyu l blackhackerwu l junghyema l jettaome l bellasung21 l shinjiwoo920202 l Rich L. Khalifa l anisakkamjong l icegreentealatte l aiko michishige l anjarW l YuRhachan l ameChan95 l SFA30 l kirei thelittlethieves l Dandeliona96 l rahmiieda. Yollanda l luphbepz l baby kim l ruixi1 l LVenge l RarasAsti l Kong Chen Teung l daunj97 l xlyn l wuziper l

juga buat yang follow dan favorit.