Keajaiban

.

.

Inspirasi dari ilham yang tiba-tiba datang, gomen buat fanfic yang lain, naru lagi mengasah kemampuan buat nulis, dimohon kritik dan sarannya.

Naru akan mengurangi typo dan tanda setiap perubahan tempat...

Selamat membaca... All Fanfic Geje naru...

Author : Naruhina Sri Alwas
Naruto milik Masashi Kishimoto sensei
Pair : NaruHina
Rated : T+ semi M
Ganre : -
Warning : Typo, EYD, OOC, AU, dll.

Bersama angin aku datang menemui tuanku, bersama sang malam aku akhirnya tiba dihadapan tuanku.

Dia adalah orang yang akan aku berikan 3 keajaiban dalam hidupnya.

Pemuda yang akan aku rubah hidupnya untuk menjadi lebih baik dalam segala hal.

Keajaiban yang dia hianati, karena didunia ini keajaiban baginya tida pernah ada.

.

.

"Kusooooo." jerit seorang pemuda dimalam hari yang dingin, sendiri menangis akan peristiwa yang terjadi sore tadi.

"Kenapa? Hikz hikz..." tangisnya lagi-lagi pecah karena mengingat peristiwa sore tadi.

"Apa kekuranganku?" jeritnya lagi dibukit belakang sekolahnya.

"Kau melakukan ini pada ku." terus berteriak tanpa henti, mengumpat dan menyalahkan nasib.

"Aku benci kehidupan ini." jeritnya lagi dan berlutut menundukan wajahnya sambil bergumam.

"Aku percaya dengan keajaiban, tapi mana keajaiban itu." mendongak dan menatap langit yang mulai menghitam karena malam sudah mulai larut, ditemani cahaya rembulan dia berucap. "Keajaiban itu hanya dongeng." jeritnya sambil mengeluarkan air matanya.

"Dia tidak akan pernah kudapatkan lagi, bukan?" entah berapa lama pemuda itu terus menyalahkan takdirnya, dan takdirnya tidak pernah mengalami peruntungan yang bagus.

"Kami-sama, aku bersumpah aku tidak akan pernah percaya akan adanya keajaiban yang kau berikan padaku." jerit Naruto frustasi dan mengacak-ngacak rambutnya untuk menyalurkan kekecewaannya pada takdir.

Pemuda itu berdiri menatap rembulan yang tertutup awan. Seolah langit ikut berduka atas ucapan sang pemuda yang tidak pernah lagi percaya dengan keajaiban.

Angin bertiup dengan kencang, suara burung hantu mulai terdengar dari balik pohon-pohon dibelakang sekolah, pemuda itu berjalan menyusuri jalan setapak untuk turun menuju rumahnya. Dengan langkah gontai pemuda itu menuruni bukit sekolah, menerawang kejadian beberapa jam yang lalu.

Flasback

"Kau mau kemana?" tanya Naruto dengan suara bergetar.

"Kau dan aku sudah berakhir." ujar seorang gadis menatap pemuda didepannya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan oleh Naruto.

"Ta-" ucapan Naruto terputus saat seorang pemuda lain datang diantara mereka.

"Shion... Sedang apa disini?" tanya pemuda itu sambil menggenggam tangan gadis didepan pemuda yang tengah syok.

"Gomen... Sasori." ujar Gadis berambut pirang pucat itu sambil menatap pemuda bernama Sasori dengan senyum manisnya.

"Shion..." suara lain mulai bergetar saat pemuda itu menatap kemesraan mantan kekasihnya.

"Sasori, bisa kau tinggalkan kami sebentar, aku ingin bicara sebentar dengan Naruto." ujar gadis bernama Shion itu tersenyum kepada kekasih barunya.

"Kita sudah berakhir Naruto, aku sudah lelah." ucap gadis itu lagi ketika pemuda berambut merah itu sudah meninggalkan mereka berdua di taman belakang untuk bicara hal yang menyakitkan untuk pemuda pirang didepannya.

"Tapi... Hikz hikz." tangisan pemuda itu akhirnya pecah saat gadis itu pergi meninggalkannya dengan pemuda lain tanpa mau mendengar ucapannya.

Memandang kearah perginya gadis yang sangat dia cintai, menyisakan angin malam yang dingin disekujur tubuh pemuda itu, membalikan badan, dan berlari kearah bukit belakang sambil menangis menyalurkan rasa kecewa dan sakit hati kepada sang gadis pujaan hati.

Flasback off

"Menyebalkan." pemuda itu menggerutu, kesal akan semua hal, berjalan sampai larut malam tanpa mengindahkan handphonnya yang dari tadi terus bergetar didalam tas.

.

"Kau sudah menghubungi teman-teman Naruto?" tanya seorang wanita paruh baya yang tengah cemas.

"Gomen, Kushi-chan, mereka tidak tahu kemana Naru-chan pergi." ucap lelaki paruh baya yang berusia sama dengan wanita bernama Kushi-chan.

"Dia juga tidak menggangkat handphonenya." ujar Kushina semakin khawatir kepada anak bungsunya yang belum juga pulang.

"Sudahlah Kushina, dia itu laki-laki." ujar Seorang pemuda yang dengan santainya duduk disofa ruang keluarganya, tanpa merasa khawatir kepada adiknya.

"Kyuubi." ujar Minato menegur anaknya supaya sopan kepada ibunya.

"Apa?" tanyannya heran.

"Kau... harus sedikit sopan kepada ibumu." ujar Minato sambil menatap wajah putra pertamanya yang sangat acuh dan tidak peduli dengan sekitarnya.

"Cih... kalian ini," ujar Kyuubi menatap keluarganya yang tengah khawatir menunggu putra bungsunya.

Pemuda itu menghela nafas dan beranjak dari tempat duduknya, malas melihat keluarganya yang tengah berdrama ria.

"Menyebalkan." gumamnya lagi, berjalan menyusuri tangga yang menuju lantai dua rumahnya, melirik kamar yang ditempati adik bungsunya, dan membuka pintu kamarnya disebelah pintu kamar adiknya.

"Kenapa aku harus repot." ujarnya saat sudah sampai didalam kamarnya.

"Kau itu menyebalkan sekali sih." ujarnya lagi sambil duduk dipinggir ranjangnya, melihat handphonnya dan mencari nomer telphone adiknya.

Toot

toot

toot

Belum ada sahutan disebrang sana, membuat pemuda yang menelphon geram.

"Kemana sih kau Naruto..." geramnya kesal dan melempar hendphonenya diatas kasur dan membaringkan tubuhnya dikasur KingSize dengan bad cover Merah bergambar rubah ekor sembilan. Menutup mata menyalurkan kekesalannya.

.

"Kemana saja kau..." ujar wanita paruh baya yang tengah melihat putra bungsunya tiba di kerumah megah mereka.

Pemuda itu hanya diam, dan akan berjalan menuju lantai dua kekamarnya.

"Mau kemana kau!" seru Kushina kesal karena anaknya berlalu begitu saja dari hadapannya, menahan anaknya agar tidak beranjak dari tempatnya, membalik tubuh anaknya yang sedang menunduk menyembunyikan wajah tampannya yang mirip ayahnya.

"Saat ibu bilang berhenti, kau harus berhenti!" seru Kushina marah karena anaknya tidak menurut padanya. Pemuda itu mendongak dan membuat ibunya tambah khawatir karena anaknya berwajah pucat seperti mayat hidup, dan detik itu juga pemuda itu tumbang langsung jatuh kelantai kramik yang keras.

"Kyaaa... Narutooooo." jerit Kushina menangisi putranya yang mulai mengeluarkan darah di kepalanya karena terbentur kramik tangga. Mendengar jeritan sang istri Minato segera keluar dari kamarnya, dan lelaki paruh baya itu segera menolong istrinya yang tengah kesusahan membawa Naruto.

.

"Bagaimana keadaannya Kabuto?" ujar Minato melihat putranya yang tengah terbaring lemas diatas kasur berwarna orange.

"Dia baik-baik saja Namikaze-sama." ujar lelaki yang bernama tag Kabuto kepada Minato dengan hormat.

"Kira-kira berapa lama dia bisa siuman, Kabuto-san." ujar wanita paruh baya yang ingin tahu keadaan putranya.

Di kamar pemuda yang tergeletak lemah diatas kasur kingsizenya, ibunya duduk disamping kiri putranya dan ayahnya berdiri disamping sang istri, kakaknya tengah duduk di salah satu sofa kamar sang adik.

"Jadi inikah." ujar pemuda yang duduk disofa itu sambil mendongak dan menatap langit-langit kamar adiknya.
"Firasat yang kurasakan dari kemarin?" entah pemuda itu sedang bicara pada siapa? Yang jelas dia hanya bergumam sendiri tanpa tau ada sesuatu yang memasuki ruangan itu.

"Biarkan tuan muda Naruto istirahat malam ini, saya sudah memberi tuan muda obat tidur sampai besok pagi," tutur Kabuto dan pamit untuk kembali kepada pekerjaannya di rumah sakit.

.

"Sudahlah Kushi-chan." ujar Seorang pria yang tengah menenangkan istrinya yang masih belum berhenti menangis dari jam 2 pagi tadi sampai sekarang jam 5 pagi.

"Ta-Tapi Minato...hikz hikz." ujar Kushina masih sesenggukan karena dia tidak bisa membendung rasa yang entah kenapa membuat dia menyesal karena membentak putra bungsunya.

"Ini bukan salahmu," ujar Minato lagi sambil mengelus punda istrinya, dikamar mereka yang bernuansa merah kekuning-kuningan.

"Tapi... Hiks hiks... Kalau saja... Hiks..." ujar Kushina yang tidak bisa melannjutkan kata-katanya karena dia tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

Dengan sigap Minato memeluk tubuh istrinya, untuk membuat istrinya nyaman dan mengurangi beban sang istri.

"Kau harus tegar Kushi-chan..." ujar Minato melonggarkan pelukannya dan menatap mata sembab istrinya. "Dan ingat putra kita pasti kuat." ujar Minato lagi, dan memeluk istrinya meyakinkan bahwa Naruto putranya akan baik-baik saja.

"Tapi..." ujar Kushina sambil mendongak menatap wajah suaminya yang melihat kearahnya sambil tersennyum menenangkan.

"Kau bukannya mendengar kata Kabuto? Bahwa Naruto baik-baik saja, dia akan segera sehat dan ceria seperti biasannya." senyum Minato mencoba menenangkan istrinya yang tengah bimbang antara mempercayai suaminya atau terus larut dalam kesedihannya. "Dan bila kau bersedih seperti ini kau Naruto akan sedih." ujar Minato sambil mencium sekilas bibir Kushina, dan membuat Kushina menunduk malu atas perlakuan Minato padanya.

"Minato." Kushina malu memukul kecil dengan kedua tangannya pada dada bidang suaminya karena telah menciumnya tiba-tiba disituasi yang sedang duka seperti ini. "Harusnya jangan seperti ini." pukulnya lagi malahan membuat Minato makin gemas atas tingkah istrinya yang seperti anak-anak itu.

"Kau manis kalau malu-malu seperti ini." goda Minato sambil mencubit kedua pipi Minato. 'Jangan bersedih lagi Kushi-chan.' pikirnya sambil tersenyum melihat tingkah istrinya yang sudah berhenti menangis.

"Kau jangan bercanda." ujar Kushina kesal sambil memalingkan mukannya tanda marah pada Minato. Dan lebih memilih berbaring diatas kasur kingsize milik mereka berdua.

"Kau mau tidur Kushi-chan." ucap Minato sambil membaringkan tubuhnya dan melirik wajah istrinya yang sudah memejamkan matanya.

Melirik waktu yang sudah menunjukan pukul 6 pagi, Minato segera bangun, dia hanya bisa tidur 1 jam karena seharusnya putranya Naruto sudah siuman.

Berjalan menyusuri koridor rumahnya, para pelayan menyapa dan dibalas dengan sopan oleh Minato.

Walaupun keluarga Namikaze Minato adalah orang kaya, tapi dia tidak pernah membentak orang lain apa lagi memecat karyawanya satupun, walaupun karyawannya selalu melakukan kesalahan diperusahaannya.

Keluarga yang terlihat sangat bahagia, tidak ada yang bisa menghancurkan mereka. namun, takdir selalu menguji keluarga kecil ini, dengan sesuatu yang menyakitkan.

T.b.c or End

Naru nggak bisa membuat alur yang cepat atau lambat, naru membuat fanfic suka-suka, jadi kalau lagi down, pasti baca fanfic lain #digampar

R

E

V

I

E

W