Enam belas peserta beruntung yang diperbolehkan untuk melanjutkan perjuangannya di babak akhir adalah Arlong, Konan, Adachi, Kakuzu, Deidara, Hidan, Bellatrix, Jeanine, Tobi, Itachi, Sasori, Kisame, Orochimaru, Zetsu, Kaito Kid, dan Pein.

Sepeninggal Dora dan Boots, enam belas peserta langsung menunggu kehadiran juri terakhir –karena ini babak terakhir, berarti asumsinya juri yang akan datang adalah juri terakhir, bukan? Satu jam menunggu, tetapi belum ada tanda-tanda pintu aula terbuka untuk memperlihatkan juri berikutnya. Para calon Akatsuki jadi bosan sendiri dan lelah karena harus berdiri terus-terusan. Jadilah sambil menunggu, ada peserta yang mengambil matras lalu tidur siang, ada yang mengobrol soal saudara-saudara mereka di laut, ada yang main boneka barbie, ada yang membuat kreasi tanah liat, ada yang main i-phone, ada yang sedang menggombal pada (yang diakuinya sebagai) pacarnya, ada yang sibuk menyirami tumbuhan plastik di sana, dan lainnya.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Pintu aula terbuka, dan munculah sesosok ... err, entah, itu kucing? Atau musang?

.

.

Disclaimer: Naruto adalah milik Masashi Kishimoto, karakter dari fandom lain adalah milik penciptanya masing-masing.

Warning: AR (iyalah), mungkin OOC, mungkin slight yaoi (tapi unsur yaoi tidak akan menjadi unsur utama), nyomot beberapa karakter dari beberapa fandom untuk figuran, author tidak mengambil keuntungan. Semoga tidak melanggar guidelines.

.

.

Seleksi Masuk Akatsuki
Chapter 6: Ingin Ini, Ingin Itu

by Fei Mei

.

.

"Kamu siapa? Atau apa?" tanya Tobi bingung.

Makhluk yang baru masuk itu berwarna biru-putih, mengenakan bel di lehernya. Ia punya kumis, tidak ada telinga, hidungnya berwarna merah seperti badut, di perutnya ada kantung seperti kangguru, dan ia berdiri dengan dua kaki.

"Halo pak musang!" sapa Deidara, sok imut.

"Hei, aku ini robot kucing! Bukan musang!" kata si pendatang baru. "Namaku Doraemon, datang dari abad 22!"

"Jadi makhluk cebol seperti kamu ini yang akan jadi juri kami di babak terakhir?" tanya Arlong, sebenarnya dengan nada agak menghina.

"Enak saja bilang aku cebol, kamu saja tuh yang raksasa!" kata Doraemon, tidak suka dibilang cebol. "Nah, di babak terakhir ini, aku akan mengetes IQ kalian!"

"Hah? Aikyu? Itu bukannya bahasa alay dari 'aku'?" tanya Pein, sok inosen.

"IQ itu tes kepintaran otak, dodol!" kata Jeanine sambil memukul kepala Pein.

"Huh, dari situ saja sudah ketahuan kalau IQ-mu itu jeblok tingkat Hokage," sindir Itachi.

"Apaan tuh jeblok tingkat Hokage?" tanya Bellatrix.

"Itu loh, maksudnya jeblok tingkat dewa!" jawab Itachi, bangga pada kata kiasan yang dia buat sendiri dengan nistanya. "Wudeng tak?"

"Ora wudeng aku," ujar Bellatrix sambil geleng kepala. Mereka ngomong pakai bahasa apa sih?

Doraemon lalu membagikan kertas-kertas soal tes IQ kepada keenam belas peserta. Soal-soal itu di kerjakan di aula sendiri-sendiri, tidak boleh menyontek. Yang ketahuan menyontek akan dihukum untuk keluar dari aula dan pulang ke rumah dengan berjalan pakai tangan sehingga kakinya di atas. Waktu pengerjaan soal adalah satu jam. Yep, satu jam, dan soalnya ada 200 butir dan itu pun bukan soal pilihan ganda.

"Tobi si anak baik sudah selesai!" seru Tobi dengan riang di menit ke empat puluh, harusnya masih ada dua puluh menit lagi untuk mengerjakan soal.

"Hah? Kamu nyontek siapa saja?!" tanya Jeanine, tidak terima karena si topeng lolipop itu selesai lebih dulu, sedangkan Jeanine sendiri masih mengerjakan soal nomor satu.

Lalu sang juri mengambil kertas yang dikerjakan Tobi, ia memeriksanya dengan teliti. Doraemon mengangguk-angguk seperti anak metal, lalu membunyikan bel pulang sekolah (?).

"Oke, letakkan alat tulis kalian! Yang lulus di tes ini adalah Tobi!" seru Doraemon sambil tersenyum.

"HAAAHH?! Tunggu dulu, berarti yang lulus jadi Akatsuki hanya Tobi?" tanya Kakuzu, rada OOC.

"Oh enggak kok, jadi karena akan ada sebelas anggota Akatsuki, maka akan ada sebelas tes di babak terakhir. Tes pertama sudah dimenangkan oleh Tobi, jadi dia adalah anggota pertama Akatsuki!" kata Doraemon. "Aku belum bilang itu ya tadi?"

"BELOM WOOOII!" seru lima belas peserta lainnya menggunakan toak yang dicolong Kid di mesjid sebelah.

Tes kedua dari Doraemon adalah lomba berenang, diikuti oleh 15 peserta yang nasibnya masih terombang-ambing antara hidup atau mati (dikira koma). Ini juga dinilai perorangan. Tentu saja, kandidat pemenangnya adalah antara Arlong dan Kisame karena nenek moyang mereka adalah seorang kapiten –maksudnya, nenek moyang mereka adalah makhluk laut. Tetapi, yang menang ternyata bukanlah Arlong maupun Kisame!

"Pemenangnya adalah Zetsu!" seru Doraemon, saat melihat Zetsu adalah peserta pertama yang mencapai daratan lagi.

Loh kok bisa?

"Zetsu, kamu tuh, tampangnya nyeremin banget, sampe airnya aja ngalah. Kamu gak perlu berenang, tinggal ombak aja yang bawa kamu kedaratan ..." dengus Itachi.

"Biarin tampangku nyeremin tapi ada fungsinya. Daripada kamu, ngakunya masih 17 tahun, tampangnya sudah seperti kakek umur 71 tahun," balas Zetsu.

Jleb.

Sang juri langsung buru-buru memisahkan Zetsu dan Itachi, sebelum terjadi pertumpahan darah di antara keduanya. Kemudian Doraemon langsung mengumumkan tes ketiga: Akuntansi.

"Aku pasti menang!" seru Kakuzu, sangat percaya diri.

Apakah akhirnya Kakuzu si KASkuzu itu benar-benar akan menang di tes Akuntansi ini? ternyata tidak! Itachi dan Kakuzu menyerahkan hasil pekerjaan mereka bersamaan pada Doraemon. Si juri memeriksa satu persatu, dan memutuskan bahwa yang menang adalah Itachi.

"Hei, kau tidak salah nilai, kan?!" tanya Kakuzu, tidak terima kalau ia kalah dari Itachi.

"Tentu saja tidak salah nilai!" Doraemon jadi merasa terhina. "Nih, ya, perhitungan kalian ini sama-sama benar, tapi jawabannya beda. Jelas saja beda, karena Kakuzu memasukkan angka yang tidak ada dalam soal, alias ia seakan melakukan korupsi di data keuangan!"

Jleb to the max.

Kakuzu pundung di pelukan Bellatrix, sedangkan Itachi bergabung dengan Tobi dan Zetsu. Doraemon pun memberitahu tes keempat: tes pengetahuan bumbu dapur.

Banyak peserta yang tidak setuju akan tes satu ini. Pertama, mereka pernah ikut babak lomba masak perkelompok, tentunya mereka secara tidak langsung harus tahu bumbu dapur saat itu. Kedua, apa hubungannya bumbu dapur dengan menjadi Akatsuki?

"Tentu saja ada hubungannya!" kata doraemon. "Akatsuki kan, akan tinggal di goa, jauh dari restoran dan rumah makan, jadi kalian harus bisa menyiapkan makan sendiri. Masa iya, kalian bermaksud mengambil garam, malah ujungnya ambil timun?!"

Loh, kok tidak nyambung, ya?

Peserta yang ada di sana rada sweatdrop, tapi mau tidak mau harus ikut tes ini demi menggapai mimpi mereka: menjadi anggota boyband bernama Akatsuki. Doraemon membagikan kertas putih dan alat tulis, lalu memperlihatkan 20 macam bumbu dapur. peserta diperbolehkan untuk mencium, meraba, dan mencicipi setiap bumbu untuk bisa tahu namanya apa, nanti nama bumbu tersebut akan ditulis di kertas.

Tetapi ternyata yang bisa mencicipi bumbu-bumbu itu hanya Deidara saja. Iya, ini perkara lidahnya lagi. Deidara punya tiga lidah, dan ia ingin ketiga lidahnya masing-masing mencicipi 20 bumbu itu, dan pemuda berambut kuning yang tidak mau mengaku sebagai kakaknya Ino Yamanaka itu menjilat habis setiap bumbu, alias peserta yang lain bahkan belum sempat memperhatikan bumbu-bumbu yang ada lebih dekat.

"Sebenarnya ..." kata Doraemon. "Dari 20 nama bumbu dapur yang Deidara tulis, yang benar hanya gula dan garam. Tapi karena yang lain kertasnya maish kosong melompong, jadi yang menang Deidara!"

"HOI! Gimana caranya kami mau jawab kalau semua bumbunya ditelan sama dia?!" kata Pein kesal.

"Nah, sekarang kalian bisa merasakan bagaimana kesalnya aku dan kelompokku saat lomba masak, kan?" tanya Orochimaru.

Iya, saat lomba masak, Orochimaru yang sekelompok dengan Deidara mendapat nilai minus besar-besaran dari juri karena hidangan utamanya sudah habis karena dicicipi oleh ketiga mulut pemuda berambut kuning itu.

Tes kelima adalah tes buta warna. Yang bisa menjawab semua pertanyaan di tes ini dengan benar akan langsung jadi anggota kelima Akatsuki.

"Pemenangnya adalah Sasori!" seru Doraemon.

Wah, sepertinya karena Sasori hobi mengecat rambut barbie-nya, laki-laki berwajah imut yang usianya sudah tidak imut itu jadi terbiasa melihat warna macam-macam, sehingga bisa menjawab tes buta warna dengan cepat.

Tidak berlama-lama lagi Doraemon sebagai juri mengumumkan tes keenam: tes menulis surat. Terserah, mau surat resmi, surat biasa, dan sebagainya. Asalkan kop dan badan surat harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Peserta kebingungan, bingung mau menulis surat apa untuk siapa.

Pada akhirnya yang selesai duluan adalah Pein, ia menulis surat cinta untuk Konan, penuh dengan gombalan nistanya. Dan herannya, kertas surat Pein itu seperti ditulis oleh seorang gadis muda yang sedang kasmaran, karena Pein menggambar bentuk-bentuk hati di pinggiran surat. Spontan saja sang juri langsung muntah di tempat.

"Tidak ada yang salah dengan suratku, kan?" tanya Pein sambil memasang wajah sok inosen banget.

"Ya sudahlah ... pemenangnya Pein..." kata Doraemon.

Sebenarnya Doraemon agak tidak rela meluluskan Pein. Tapi karena peserta satu itu selesai duluan, dan urutan dalam menulisnya benar, apa boleh buat.

Selanjutnya adalah tes kecepatan berlari. Tidak ada kejadian yang aneh atau nista saat tes ini, pemenangnya adalah Orochimaru. Kemudian untuk tes bersemedi, Hidan menang telak, mungkin karena ia sebegitu religiusnya. Lalu ada tes tebak suara hewan, kali ini Kisame yang berhasil menang.

"Aku tidak terima! Masa Kisame menang tapi aku tidak?!" ujar Arlong kesal, seperti seorang gadis yang baru putus cinta (hah?).

"Kan yang bisa menang di satu tes hanya satu orang ... kalau berduaan, nenek bilang itu bahaya," jawab Doraemon, agak tidak nyambung lagi.

Tes kesepuluh adalah membuat kagebunshin sebanyaknya dalam waktu tiga detik, yang menciptakan kagebunshin terbanyak adalah yang menang. Ini sangat menyulitkan Arlong, Adachi, Bellatrix, Jeanine, dan Kaito Kid. Secara kelima peserta ini bukanlah ninja, tidak bisa membuat kagebunshin. Dan pemenangnya adalah Konan.

Terakhir, Doraemon membawa hewan yang sudah sekarat, dan meminta agar keenam peserta yang tersisa untuk menyembuhkannya. Arlong tidak bisa menyembuhkan hewan itu, karena jarinya begitu tajam, dan yang ada malah ia semakin menggoreskan luka pada hati –maksudnya pada kulit hewan malang ini. Adachi bahkan tidak bisa melakukan apa-apa, ia muntah dipojokkan karena melihat darah. Bellatrix lebih parah, ia malah ingin menyantap hewan malang itu. Kaito Kid galau di tempat.

Pada akhirnya Kakuzu maju dan mengoperasi hewan itu. Hah? Memangnya Kakuzu paham soal operasi? Entahlah, tapi memang hewan itu jadi sembuh juga.

"Dengan begini, anggota terakhir Akatsuki adalah Kakuzu!"

Doraemon pun undur diri sambil menarik kelima peserta yang gagal keluar dari aula. Sebelas anggota resmi Akatsuki berkumpul di aula, saling pandang, dan bingung.

"Oke, jadi kita mau ngapain?" tanya Pein.

"Arisan?" tanya Konan. Dasar ibu-ibu.

"Bukannya kita ini boyband?" tanya Orochimaru sambil membetulkan maskaranya.

"Ah! Ayo main petak umpet!" ajak Tobi riang.

Dan akhirnya sebelas anggota Akatsuki super nista itu main petak umpet untuk merayakan keberhasilan mereka menjadi anggota resmi kelompok orang-orang kece ini.

.

.

~TAMAT (?)~

.

.

A/N: untuk catatan chara di luar fandom Naruto, silakan liat chapter lalu. Terimakasih bagi yang sudah read, review, fave, follow sampai chapter terakhir ini. sampai bertemu lagi di fanfict lainnya *lambai tangan*