ChanHun fic
EXO © SM Entertainment
EXO's members © Their parents
Warning: AU, OOC, Typo(s), weird, crossdress, etc
.
.
Don't like, don't read
.
.
Saat Baekhyun akan memencet tombol rumah Chanyeol dan Sehun (Baekhyun sudah tahu nama istri Chanyeol, terima kasih kepada Nyonya Park), tangannya sedikit bergetar. Rasanya dia masih tak siap untuk melihat secara langsung wajah istri Chanyeol.
Namun, walau begitu, siap tak siap Baekhyun harus siap. Bagaimanapun juga dia harus menerima kenyataan dan tersenyum dengan riang untuk melangkah ke masa depan. Sudah ada yang memiliki Chanyeol; tak ada kesempatan untuknya. Bahkan walaupun Chanyeol masih sendiri, dia yakin kalau laki-laki itu tak akan memandangnya lebih dari sahabat. Chanyeol tidak gay, ok?
Jadi dia memberanikan diri dan memencet tombol rumah itu.
"Tunggu sebentar."
Beberapa detik setelah Baekhyun memencet tombol rumah, terdengar sebuah suara dari dalam rumah dan suara langkah kaki yang mendekat. Dia menghembuskan sedikit napas lega, karena dia mengenali kalau suara tadi adalah suara milik Chanyeol. Jujur saja, dia masih sangat tak siap untuk bertemu dengan Sehun. Seberapa keras pun dia mencoba untuk membohongi dirinya sendiri, rasa itu tetap ada. Seakan-akan rasa tak siap itu sudah mendarah daging di dalam dirinya.
Setelah pintu terbuka dan Baekhyun dipersilahkan masuk, ia melihat sekeliling ruang tamu di rumah itu. Tampilan yang sederhana didapatinya. Tidak terlalu banyak perabot di ruang tamu tersebut. Hanya ada satu sofa panjang, tiga buah sofa untuk satu orang, dan sebuah meja kayu di tengah-tengahnya.
"Tidak terlihat seperti rumahmu, Yeol." komentar Baekhyun.
Chanyeol tersenyum, "Sehun yang mengaturnya. Aku hanya menuruti apa kemauannya saja," laki-laki itu membuat gestur untuk mempersilahkan Baekhyun duduk, "seleraku dan dia berbeda. Karena dia perempuan, aku jadi sedikit mengalah."
Baekhyun tertawa mendengarnya, "Oh? Jadi Tuan Park Chanyeol yang agung sekarang sudah bisa mengalah?"
Chanyeol mengedikkan bahu, "Yah, kau tahu," dia sedikit mengangkat tangan kanannya untuk memperlihatkan cincin yang berada di jari manisnya, "menikah benar-benar dapat mengubah kepribadianmu. Banyak hal yang sekarang menjadi tanggung jawabku, dan kalau aku terus egois mungkin istriku tak akan tahan denganku."
Kata istri yang keluar dari mulut Chanyeol sedikit menyakiti hatinya. Hanya sedikit, karena dia tahu bahwa itulah faktanya.
"Omong-omong, di mana istrimu?" tanya Baekhyun sambil mendudukkan dirinya di salah satu kursi untuk satu orang.
"Sedang berganti baju di kamar," ujar Chanyeol, lalu laki-laki itu berjalan ke arah dapur, "aku ambilkan minuman dulu ya, tunggu saja di sini."
Baekhyun mengangguk. Ia lalu menyandarkan punggungnya pada belakang sofa dan memejamkan matanya; menyamankan dirinya di sana. Bibirnya menyunggingkan senyum; Chanyeol terlihat sangat bahagia sekarang. Dia dapat merasakannya dengan sangat jelas. Karena hal itu, dirinya dapat menenangkan perasaannya. Lagipula, cinta itu tak harus memiliki; melihat orang yang kita cintai bahagia pun dapat membuat diri kita menjadi bahagia (dia pernah dengar orang berkata seperti ini).
Yah, paling tidak tak sesakit beberapa saat yang lalu.
Lama dia memejamkan matanya, mengingat masa-masa dia dan Chanyeol saat masih di Senior High School. Ejekannya pada Chanyeol bahwa laki-laki itu tak akan mampu memiliki pacar ataupun menikah karena kepribadian laki-laki itu yang selalu mau menang sendiri. Saat mereka masih berada di klub sastra yang sama dan mengganggu Kris saat laki-laki itu sedang membaca, dan lain sebagainya.
Lalu kenangan itu buyar saat keributan di dapur terdengar oleh telinganya.
"Biar aku saja yang membawanya; kau ke ruang tamu saja menemani Baekhyun." suara yang baru pertama kali Baekhyun dengar; dapat ditebak bahwa itu adalah suara Sehun.
"Tidak, Sehun-ah," kini suara Chanyeol yang terdengar, "aku lebih kuat darimu, biar aku saja."
Baekhyun geleng kepala. Masa untuk membawa minuman untuknya saja harus saling berargumen seperti itu? Benar-benar pasangan yang aneh; kalau menurut Baekhyun.
"Kau laki-laki. Tidak enak rasanya kalau tamu kita melihat laki-laki yang membawa minuman ke ruang tamu. Kesannya malah aku yang kurang ajar dan membiarkan suamiku membawa minuman untuk tamu."
"Tapi kau kan-"
Chanyeol didorong keluar dari dapur. Baekhyun hanya melihatnya sambil geleng-geleng kepala. Yah, Chanyeol memang mau mengalah dalam dekorasi rumah; tapi sepertinya Chanyeol tidak mau kalah dalam hal melakukan sesuatu untuk pasangannya. Terbukti dari wajah muram Chanyeol saat laki-laki itu berjalan menghampiri Baekhyun yang duduk di salah satu kursi ruang tamu.
"Well?"
"Aku tidak mengerti!" ujar Chanyeol sambil mengambil tempat duduk di sofa yang panjang, "bukankah seharusnya kalau kutolong dia akan merasa senang? Kenapa dia malah mendorongku keluar dari dapur?!"
"Bicara tentang tanggung jawab dan harga diri," ujar Baekhyun sambil mengangkat bahu dan kedua tangannya ke atas, "kau masih harus banyak belajar."
Sebelum Chanyeol membalas perkataan Baekhyun, Sehun sudah keluar dari dapur dengan membawa nampan berisi tiga gelas berukuran kecil dan satu botol minuman soda. Well, Chanyeol masih merengut saat itu dan menduduki tengah-tengah sofa berukuran panjang supaya Sehun tak bisa mengambil tempat duduk di dekatnya. Kekanak-kanakan? Sehun lebih kekanak-kanakan karena menduduki pangkuan Chanyeol dengan melompat terlebih dahulu agar dapat membuat Chanyeol merasa sakit.
Baekhyun sampai geleng-geleng kepala dibuatnya.
Yah, kita sedang membicarakan Chanyeol dan kehidupan pernikahannya di sini. Jadi Baekhyun maklum-maklum saja (dan dia memang membayangkan beginilah pernikahan yang dijalani Chanyeol jika laki-laki itu BISA menikah, omong-omong).
"Kris tidak bisa datang karena sibuk. Dia bilang masih ada pekerjaan yang harus di selesaikan."
"Dia tidak perlu datang," ujar Chanyeol dengan senyuman maklum, "tadi aku sudah bertemu dengan dia di supermarket; dan dia juga sudah bertemu dengan Sehun."
"Oh, ya?" ujar Baekhyun dengan wajah yang kelihatan terkejut dan tawa yang dibuat-buat, "ternyata dia sempat pergi ke supermarket di tengah-tengah kesibukannya ya?" dia memukul-mukul pegangan sofa, "haha, hahahaha."
"Haha, ya begitulah."
"Tapi kau tahu," ujar Sehun sambil menuangkan minuman soda ke gelasnya sendiri, "untuk ukuran orang yang sibuk, dia banyak berbicara denganku saat di supermarket."
"Hahahaha," Baekhyun tertawa gugup; keringat dingin banyak keluar dari pelipisnya, "yah, kan orang sibuk juga butuh hiburan. Ya kan Yeol?"
"Dia bilang sendiri kalau dia memang muak melihat wajahku; jangan membuat alasan lagi, Baek."
"Oh, I'm fucked up." pikir Baekhyun. Ia memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.
Wajah Chanyeol sudah tanpa senyum. Sedangkan Sehun? Gadis itu hanya memegang tangan Chanyeol dan mengusapkan ibu jarinya pada jari-jari milik Chanyeol yang kelihatannya bergetar.
"Kau tahu," ujar Sehun sambil mengganti bajunya, "menurutku Baekhyun itu sahabat yang baik. Dia benar-benar memikirkan bagaimana perasaanmu jika kau tahu apa yang dipikirkan oleh Kris tentangmu."
"Yah, dia sangat baik dan dia merupakan sahabatku satu-satunya."
"Oh, ayolah," Sehun mengambil kaos singlet dan celana boxer dari lemari bajunya, "satu lebih baik daripada tidak sama sekali."
"Satu dan tidak ada sama sekali itu hampir sama saja nilainya, Sehun-ah."
"Oh ya?" Sehun mencibir, "Kalau begitu, silahkan mengulang sekolahmu, Chanyeol-hyung."
Chanyeol menghela napas dan menutup kedua matanya dengan lengan kanan miliknya. Dia benar-benar merasa menyedihkan. Dia pikir Kris adalah temannya, ternyata... Ternyata laki-laki itu sama saja dengan yang lainnya. Membuatnya merasa sakit. Benar-benar sakit sampai menusuk ke ulu hatinya.
Lalu dia merasakan hangat di sebelah kanan tubuhnya. Sebuah tangan menyusup dan memeluk pinggangnya dengan erat, "Kau tidak menyedihkan, hyung. Jangan berpikir mengenai hal yang tidak-tidak."
"Oh ya?" Chanyeol mengangkat lengan kanannya, "lalu bagaimana kau menjelaskan keada-"
Sehun menekan bahu Chanyeol saat laki-laki itu mencoba untuk bangun dari posisi berebahnya, "Hey," posisi Sehun sekarang berada di atas Chanyeol, "segala yang ada di otakmu itu hanya hal negatif dan merepotkan saja. Cobalah berpikir lebih santai lagi," Sehun mendekatkan wajahnya pada wajah Chanyeol dan mengecup bibir laki-laki itu singkat, "seperti ini."
Chanyeol diam saja. Namun saat itu matanya menatap wajah Sehun yang mulai berjarak dengan wajahnya.
"Kau pasti berpikir bahwa ciuman tadi untuk menghiburmu," ujar Sehun pada Chanyeol, "tapi kau salah. Aku menciummu karena ingin; hal itu cukup menjadi alasanku. Sangat sederhana 'kan?" lalu Sehun mengecup bibir Chanyeol lagi, "Karena itu, jangan berpikir mengenai hal yang tak perlu dan jalani saja, Chanyeol-hyung."
Sebenarnya Chanyeol masih belum cukup mengerti. Tapi, dia bisa mengerti bahwa Sehun mengkhawatirkannya.
Dia tersenyum. "Kau benar." ujarnya, lalu mengalungkan lengannya pada leher Sehun dan menariknya untuk menyatukan bibir mereka berdua dalam ciuman yang dalam.
TBC