This the sequel,, Enjoy!
.
.
.
Sepasang anak adam yang tengah memangut bibir dengan bibir menggunakan sapuan lembut, menggenggam pasang tangan satu sama lain akhirnya melepaskan secara tidak rela—perlahan. Diiringi bunyi nyaring tepukan ratusan undangan yang hadir disisi lain altar. Penyanyi terkenal yang tengah naik daun sebut saja Xi Luhan dan si Mahasiswa biasa yaitu Byun Baekhyun meresmikan pernikahan mereka. Pernikahan yang agaknya sedikit "tabu" ini sempat mengundang banyak kontroversi, dan banyak protes lain terlebih ini adalah acara milik artis. Luhan juga tidak mau kalah dan salah pilih tempat, ia menyewa seluruh hotel ini. Resort paling mewah dan eksotis di Korea Selatan. Mau tidak mau akan diliput ke televisi kan? Luhan sudah memikirkan semuanya, tetapi apa pedulinya? Ia mencintai Baekhyun, dan anak ini pun juga begitu sebaliknya. Hanya sesederhana itu, kenapa harus diperumit, benar? Paling-paling hanya hujatan dan sejenis bashing lain dari orang-orang yang kita kenal istilahnya sebagai 'homophobic'. Dan akan menghilang juga beritanya seiring berjalannya waktu, orang-orang pasti bosan sesuatu yang monoton saja di media.
Luhan membuka kedua matanya, terlalu menikmati momen mencium bibir Baekhyun yang selalu manis dan terasa sangat manis hari ini. Ia gugup sebenarnya saat mengucap sumpah sehidup semati, namun itu tidak memancing ekspresi apapun tentang Luhan kecuali seperti biasa. Arogan dan percaya diri. Hanya bedanya ia selalu tersenyum sepanjang acara ini berlangsung. Tanpa disuruh pun ia sudah bersumpah pada dirinya sendiri untuk mencintai Baekhyun, melindunginya dan begitu seterusnya. Luhan itu brengsek, tapi tidak pernah main-main dengan yang namanya perasaan, okay? Jadinya ia tidak sudi menampakan ekspresi seperti merona malu atau apalah itu yang—eww, sungguh menjijikan walaupun sebenarnya jantungnya tengah meletup-letup. Baekhyun sangat cantik. Selalu cantik dimatanya walaupun bocah itu adalah seorang laki-laki. Justru yang menunjukkan ekspresi girly itu malah Baekhyun sendiri. Yah, sebut saja banyak orang bilang dia adalah The most lucky fanboy ever. Tapi memang benar seperti itu adanya.
Luhan tersenyum menatap kedua kelopak mata suaminya yang masih tertutup. Dan rona samar dikedua pipi mulusnya membuatnya semakin manis seperti anak anjing. Ya Tuhan, anak ini malu atau bagaimana? Saking gemasnya Luhan langsung mengecup kilat bibirnya sekali, membuat hadirin disana tertawa, berseru heboh, dan ada yang berteriak "Jangan lupa malam pertama!" dan yang paling konyol "Tayangkan ditelevisi juga!" Luhan hampir mengumpat mendengar itu. Baekhyun langsung membuka kedua matanya, menatap nyalang Luhan karena respon suami-nya yang sangat tiba-tiba. Tetapi langsung menghambur kepelukan Luhan setelahnya, sambil tersenyum sangat lebar—jantungnya tak terkendali. Luhan mengendus aroma sampo Baekhyun yang selalu seperti itu, kekanakan. Dan tertawa kecil, "Aku kira kau marah." Bisiknya.
Baekhyun memukul dada Luhan dengan malu, "Siapa bilang? Aku tidak marah! Dasar tidak peka."
.
.
.
.
"Aku benar-benar tidak bisa mengucapkan antusiasku selain 'Selamat atas pernikahanmu Xi Luhan'. Kau membuatku tak bisa berkata apa-apa lagi." seru Jongin dengan senyum lebar menyambut Luhan dan Baekhyun yang baru turun dari altar. Melaksanakan hal sakral tidak mudah, okay? Mereka tadi lama-lama diatas untuk bermesraan dulu. Hanyut dalam suasana katanya.
"Tapi kau sudah mengatakannya terlalu banyak Kim Jongin, bodoh!"
"Ya! Kau tetap saja menyebalkan walaupun sudah menikah begini!"
Baekhyun tidak mampu lagi menahan tawanya, Luhan dan Jongin saling mengatai bahkan Jongin terkena sasaran jitakan Luhan. "Auh, ya!" Kai balas memukul lengan Luhan.
"Astaga, Baekhyun, dari sekian banyak pria dimuka bumi aku tidak menyangka kau akan menikah dengan yang modelnya seperti Luhan!"
"Ya! Apa maksudmu?!" seru Luhan tak terima. Tapi ia tahu Jongin hanya bercanda dan begitupun sebaliknya, jadinya ia hanya mau bermain-main. Hari ini adalah yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Baekhyun hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal walaupun ia sudah bersikeras untuk menahannya agar terlihat anggun sedikit ya setidaknya. "Sudah berhenti perutku sakit!" teriaknya sebal. Tamu-tamu lain tidak kaget dengan hal seperti ini. Karena yah, ini kan pernikahan namja-dengan-namja jadinya tidak ada yang memasang tampang elegan seperti pasangan menikah lain yang normal. Walaupun mereka berdua dibalut tuksedo mahal, tapi tetap saja kan? Luhan dan Jongin masih berdebat dan menggeplak kepala satu sama lain.
"Kalian jangan membuatku malu aish, aku punya beberapa tamu terhormat disini asal kalian tahu!" itu Minseok yang tiba-tiba datang dengan segelas anggur tahun lama koleksi Luhan.
Luhan dan Jongin menghentikan kegiatan debat-menggeplak mereka, Baekhyun sendiri mengontrol nafasnya yang terengah karena lelah tertawa berlebihan. Tapi ia cemberut setelah itu. Ya Tuhan, bahkan satu teguran Minseok saja sudah membuat mereka berhenti, terutama Luhan. Ia diabaikan kalau begitu? "Ya sudah, itukan tamumu, kenapa harus jadi aku yang repot?" seru Luhan seperti biasa.
Minseok menatapnya tak menyangka, "Astaga Baekhyun! Lihat betapa menyebalkannya orang ini. Bahkan setelah menikah sikap sombongnya tetap saja tak menghilang!" ia bersungut sebal karena Luhan yang tak pernah merubah sikap menyebalkan dan cueknya itu terlebih pada Minseok yang notabene adalah manajernya sendiri. "Dasar anak sialan kau!" Minseok hendak menjitak Luhan juga karena ia sudah siap berjinjit namun ia urungkan.
"Aigoo, lihat siapa yang cemberut disini?" goda Minseok saat melihat Baekhyun merengut dengan melipat kedua tangannya didada disaat hari pernikahannya. Luhan tersadar, "Kau kenapa baby?" Baekhyun makin merengut, "Kau menyebalkan! Daritadi kau mengabaikanku! Tapi saat Minseok hyung saja kau dan Jongin langsung berhenti!" serunya tidak terima.
"Ya Tuhan, kukira apa." –Jongin berseru sambil memijit pelipisnya karena si brengsek Luhan.
"Kau cemburu padaku ya?" Minseok menggoda dengan menaik-turunkan kedua alisnya. Sangat menyebalkan. Baekhyun hampir memasang mode—unmoodnya dengan kabur kekamar atau tempat lain, tapi lengannya langsung ditarik oleh Luhan dan lelaki itu langsung mendekapnya dari belakang dengan erat. "Aish, diam kau dasar manajer cerewet! Pergi sana! Hush~!"
"YA! Kau mengusirku, eoh?!" Minseok berseru makin kesal. Jongin terkekeh melihat pertengkaran konyol itu terganti dengan Minseok bukan dirinya lagi. "Ya, karena kau lah penyebab dari hampir seluruh kekacauan dalam hidupku ,hyung." Baekhyun menahan tawanya, andai saja ia tidak mengingat tentang mode—unmoodnya. Ia pura-pura cemberut. "Dan kau membuat istriku ini marah, lihat." Luhan mengecup pipi kiri Baekhyun membuat yang lebih pendek jengkel. "Ya! Dasar menyebalkan aku ini namja! Mesum!"
"Mesum? Memangnya aku meng'apa-apa'kanmu ya? Tidak kan?"
"Maksudku—"
Luhan mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Baekhyun, meniupnya pelan. Memberi jeda, lalu berbisik seperti, "Atau kau mau malam pertama kita diajukan sekarang saja, ditempat ini? Kebetulan tempat tidur kita sudah siap. Tinggal kita—"
"Hyung!" Baekhyun mencubit lengan Luhan yang melingkar diperutnya dengan kesal dan malu. Sedangkan Jongin bergidik ngeri apalagi saat melihat ekspresi mesum Luhan. Ya, sejak kapan anak itu tidak mesum coba? Dan Minseok, "Astaga Ya Tuhan! Sudahlah daripada aku melihat adegan yang tidak-tidak, lebih baik aku temui tamuku saja! Dasar Xi Luhan gila!" Luhan tertawa puas setelahnya di ikuti dengan Jongin. Sedangkan Baekhyun masih menahan rona malunya.
"Eoh, Baekhyun-ah?" Baekhyun menoleh sedikit, mendapati appa, eomma tirinya, Sehun, juga eomma Luhan datang kearah mereka. Baekhyun hendak melepaskan tangan Luhan karena sungkan, merasa tidak sopan menghadap kearah orang tua terlebih dengan posisi yang 'agak' intim dan terlalu mesra seperti ini. Ya, dan jangan lupa karena ada mertuanya juga. Tetapi, Luhan malah makin menariknya untuk merapat, dan itu membuat semuanya terkekeh termasuk Jongin yang masih berada disitu.
"Sudah, tidak usah malu begitu menantuku." Yeoja paruh baya itu tersenyum manis kearah Baekhyun, dibalas anggukan kikuk yang tidak nyaman karena efek pelukan Luhan dibelakangnya. "Aku ikut bahagia karenamu Baekhyun-ah." Itu suara eomma tirinya. Kali ini Baekhyun menanggapinya dengan tersenyum karena dekapan Luhan saja membuatnya risih, tapi yeoja itu tersenyum mengerti. Baekhyun sudah menerima semuanya. Ia jadi lebih bahagia dari masa-masanya yang dulu. Ia sudah bukan anak yang pendiam lagi, ia bukan orang yang tertutup lagi. Ini semua karena Luhan yang awalnya ia anggap awal dari semua mimpi buruk dalam hidupnya ke depan. Tapi nyatanya, sekarang berbanding sangat terbalik bukan?
Awalnya ayahnya agak tidak setuju walaupun ia merestui Baekhyun untuk menjalin hubungan sepasang kekasih dengan Luhan. Namun, dengan segenap keberanian Luhan datang dan meyakinkan ayah Baekhyun untuk mempercayakan kebahagiaan Baekhyun padanya, dan ia yakin bisa menjaga Baekhyun lebih baik dari siapapun. Dan itu semua benar. Appanya tersenyum, "Aku juga, kuharap kalian bisa benar-benar menjaga satu sama lain," Baekhyun dan Luhan tersenyum bersamaan. Luhan mengecup pelipis kanan Baekhyun, "Tentu saja Abeoji." Semuanya terkekeh.
Lalu semuanya mengobrol dengan asyik satu sama lain, tidak mempedulikan Sehun yang tengah merinding membayangkan bagaimana hyung nya melakukan 'itu' dengan suaminya. Dan ouh, sepertinya Sehun seorang homophobic. Dan ia tidak menyadari kalau Jongin tengah menatap penuh arti kearahnya.
.
.
.
.
Baekhyun melenguh tatkala merasakan kedua lengan Luhan melingkar disekitar perut dan lehernya sambil sibuk mengecupi inci daun telinga Baekhyun. "Hyung!" ia berseru karena rasa menggelitik ditelinganya terus membuat kakinya semakin lemas seperti jeli secara perlahan. Mereka sudah tiba didepan kamar vip yang Luhan pesankan. Sambil sibuk mengambil keycard pintu kamarnya, ia menggesekkan secara pelan tempurung lututnya kearah sekitar paha belakang lelaki yang lebih kecil. Baekhyun rasanya tak sanggup lagi menahan semuanya, tapi ia hanya menggeram kecil.
Pintu kamarnya terbuka, Luhan langsung menuntut Baekhyun dari belakang sambil berbisik, "Aku sudah tidak tahan,"
"Mmmhh—"
Luhan membenarkan ucapannya itu karena ia langsung menarik dagu Baekhyun kebelakang setelah menendang pintu agar tertutup. Menciumnya dalam-dalam, penuh tuntutan dan sedikit kasar. Lalu membalik tubuh suaminya itu dan mendorongnya dengan tak manusiawi ke atas ranjang. Belum sempat Baekhyun mengambil nafas, tubuh kecilnya sudah ditindih yang lebih tua. Luhan melepaskan tuxedo, atasan bawahan dan segala pakaian dalam yang Baekhyun gunakan dengan kasar bahkan hampir merobeknya. Namun, mengelus dengan lembut paha dan selangkangan Baekhyun, sengaja menggodanya. "Mmhh—" desahannya tersumpal diantara bibir dengan bibir. Luhan masih menggunakan pakaian dengan lengkap, sedangkan dirinya sudah telanjang bulat itu justru membuatnya gemas sendiri. Baekhyun mendorong bahu Luhan dengan susah payah walaupun ia tidak rela melepaskan sentuhan nikmat karena elusan dipahanya.
"Hyung!"
Luhan mendengus, "Apa?" Ish, suaminya ini merusak suasana saja.
"Lepas pakaianmu, cepat!" Baekhyun masih sama pada posisinya, Luhan terduduk sambil menyeringai. "Lepaskan untukku, sayang."
"Tidak mau!"
Luhan mengernyit sebentar, "Kenapa?"
"Pokoknya tidak mau, cepat lepas pakaianmu. Ya Tuhan, aku sudah tidak tahan!" Luhan terdiam sebentar. Namun, selintas ide muncul dibenaknya. "Yasudah kalau tidak mau, batalkan saja. Lagipula aku mau mandi dan—"
"Baiklah jika kau memaksa!" seru Baekhyun setelah memotong ucapan Luhan dengan kesal. Luhan tidak mengerti cara menanggapi ucapan Baekhyun karena semuanya terlalu cepat. Baekhyun bangkit dari posisinya dan langsung menerjang tubuh Luhan hingga berbalik. Kedua kaki mereka berada tepat dibagian headbed, mereka berbalik dari posisi kasur. Belum sempat menjawab, Baekhyun sudah mencumbu bibirnya. Dengan kasar, dan oh sungguh kali ini Baekhyun sangat agresif.
Biasanya kan dia pasrah saja kalau diapa-apakan Luhan.
Namun, bukan Luhan namanya kalau ia tidak ikut membalas ciuman Baekhyun dan menggerayai dengan kasar punggung mulus pasangannya secara acak. Anak diatasnya mendesah tertahan. Ciumannya semakin dalam dan kasar saja seiring bertambahnya detik dan menit. Baekhyun menjejalkan lidahnya dengan susah payah, walaupun ia berada diatas Luhan namun tetap saja lidah Luhan yang paling unggul. He's a good kisser. Ia merasa sedikit menyesal, walaupun ciumannya sungguh memabukkan tapi ia juga manusia yang butuh oksigen untuk bernafas. Dan Luhan tidak mau melepas bibir Baekhyun barang sedikitpun!
Anak itu mencari pengalihan lain, seperti tujuan awalnya ia akhirnya melepaskan dari kaos kaki, celana dan pakaian yang Luhan pakai dengan susah payah. Ciuman itu terlepas, membuat benang liur yang sangat panjang dari dagu dan sudut bibir mereka. Nafas Baekhyun dan Luhan sama-sama terengah. Baekhyun duduk diatas Luhan, dan suaminya itu berbaring dibawahnya. "Kau nakal," seru Luhan dengan suara serak menggoda.
Dirasa cukup, Baekhyun menunduk sambil menunduk, "Kau yang memaksa,"
"Tapi kau tak bisa lebih nakal daripada aku." Baekhyun sempat berpikir apa maksudnya namun tubuhnya sudah dibalik dengan kasar. Luhan menindihnya lagi. Lalu mencium bibirnya dengan kasar, memaksa lidahnya masuk saat mulut Baekhyun terbuka. Mengajak lidahnya menari, membelit, dan mengecek satu persatu yang ada didalamnya. Keduanya memejamkan mata. Luhan meraba dada Baekhyun lalu meremasnya dengan keras, Baekhyun memekik dalam ciumannya.
Lalu ia melepaskan bibir Baekhyun, beralih turun kearah lehernya seperti biasa. Mengecap, menjilat dengan lidah memutar secara perlahan. Menggigit, menghisap kuat hingga menimbulkan cap-cap merah keunguan. "Mhhh...hyunghh—"
Baekhyun tak bisa menolak semuanya. Ini terlalu nikmat untuk dijabarkan seperti nikmatnya susu stoberi kesukaannya. Luhan benar-benar membuatnya gila. Sentuhan yang selalu ia suka. Mulutnya terbuka, kedua tangannya menangkup dan menarik-narik rambut Luhan sebagai pengalihan walaupun rasanya tidak cukup. Ciuman Luhan turun secara beruntun, menghisap putingnya dengan kuat membuat dadanya terangkat dengan indah. "Ahhh—ahh—Luhan hyung!" ia menjerit-jerit kala merasakan sensasi nikmat didadanya menjalar keseluruh tubuh hanya karena ulah nakal lidah Luhan dan tangan Luhan yang sudah mengelus kemaluannya dengan yang satunya lagi menusuk-nusuk lubangnya dari luar.
Libidonya naik secara drastis.
"Baek—" Luhan berbicara dengan nafas terengah. Ia sudah menahannya sejak tadi, "Aku mau langsung ke inti."
Mendengar itu Baekhyun mengontrol nafasnya sebentar, wajahnya sudah memerah padam, "Hu'um." Ia mengangguk kecil. Luhan langsung mencium bibirnya yang terbuka itu. Hanya melumat, tidak lebih. Baekhyun mendorong bahu Luhan lagi, ciuman mereka terlepas. Keduanya saling menukar pandangan dan menatap dalam, "Aku mau kita melakukannya perlahan."
Baekhyun memeluk Luhan erat, lelaki diatasnya mengangguk. "Aku mengerti,"
"Tidak, maksudku—"
"Apa Baek?" Luhan mengernyit, "Maksudnya dengan pelan, sangat pelan."
Akhirnya lelaki berdarah cina itu tersenyum kecil, mengecup ujung hidung Baekhyun dengan gemas seolah lupa dengan bagian bawah keduanya yang sudah tegang. Baekhyun hendak mempersiapkan dirinya sebelum Luhan menyeretnya, memutar balik tubuhnya dengan posisi yang benar. Bukan terbalik dengan kepala kasur. "Nghh—" lenguhnya ketika Luhan tak sengaja mengelus titik sensitifnya saat merengkuh tubuhnya.
"Hyung," Baekhyun menarik nafasnya, "Spreinya berantakan."
Luhan tertawa diatas Baekhyun, mengusap pelipis pasangannya yang sudah basah dengan peluh, "Kan biasanya juga begini."
Baekhyun mengangguk lucu, ia mengalungkan kedua tangannya dileher Luhan, "Ayo cepat!"
"Katanya tadi pelan-pelan," Luhan tersenyum miring.
"Aish, maksudku—"
"Yayaya, aku tahu."
Luhan sudah memposisikan penisnya didepan lubang Baekhyun, sedangkan anak itu menumpukkan kedua tangannya dipundak tegap suaminya. Luhan mengecup bibirnya sebelum, "AaargHhh!" Baekhyun menjerit. Rasanya panas, Luhan benar-benar memasukkan secara perlahan. Ini menyiksa dirinya, lebih dari itu Baekhyun menyukai ini. ia benar-benar merasakan segalanya. Miliknya Luhan masuk separuh, namun lelaki itu berhenti. Dan itu tidak mempengaruhi apapun karena lubang Baekhyun sudah terlanjur perih. Ia meringis kecil, "Apa aku menyakitimu?" Luhan mengusap peluhnya lagi. Baekhyun menggeleng lemah.
"Kenapa berhenti? Lanjutkan saja." Katanya. Luhan mencium kening suaminya itu. "Baiklah."
"Arghhhh!" Luhan masuk secara perlahan, terus dan terus. Kedua kaki Baekhyun menegang dilihat dari jari-jarinya yang merapat menahan sakit, sedangkan Luhan mencoba sekuat mungkin mendorong pinggulnya secara perlahan. Ia tahu Baekhyun kesakitan dan ia tak tahan mendengar itu semua, tapi ia juga suka dengan sensasi yang didapatkan. Luhan merasakan sesuatunya yang berbeda saat ia melakukannya dengan perlahan.
"Luhan hyung!" Baekhyun melemah setelahnya. Junior Luhan sudah sepenuhnya masuk.
"Bergerak hyung."
"Huh?" Luhan menengadah sedikit, "Bergeraklah, perlahan sampai kita pada puncaknya.."
"Kau yakin?"
Baekhyun mengangguk. "Pegangan!" Baekhyun mengeratkan pegangannya pada bahu Luhan. Luhan bersiap, ia kemudian menarik juniornya hingga ujungnya lalu mendorongnya kedalam. Baekhyun mendesah, "Ahhhh—aaaahh.."
Desahannya bersahut terus menerus, Luhan mengerang kala merasakan penisnya yang terjepit dan masuk perlahan. Ada sensasi tersendiri, seperti listrik-listrik menyetrum mereka dengan watt kecil secara bertubi-tubi. Sedangkan Baekhyun merasakan lubangnya penuh dengan elusan pelan didalamnya. Ini semua membuat mereka berdua gila.
"Ahhh hyunghh... ahh... ah..!" cengkeraman dipundak Luhan semakin erat, menciptakan garis-garis merah karena kuku Baekhyun sendiri. Luhan tak mempermasalahkan itu. Semuanya terasa indah, jika mereka melakukan secara cepat, kenikmatan yang didapatkan juga akan begitu saja. Dan ini terasa seolah dunia hanya milik mereka berdua tanpa mendengar denting waktu, kenikmatan ini terasa seperti selamanya.
"Baekhyun—" Luhan menciumi kecil-kecil leher Baekhyun.
"Hyunghhh—nghh.. ahh.."
"Baek.. Hhh—"
"Hyung—Hmmphh!" Luhan mengunci mulutnya, membuat desahannya teredam. Ini membuatnya semakin tersiksa. Rasanya seperti setiap gerakan maju mundurnya memiliki waktu 5 detik untuk sekedar keluar dan masuk. Apa itu tidak terlalu pelan? Tapi sungguh nikmat.
"Ahh.. ahh.. L-Luhan hyung—ahh.."
"Baekhyunie, ahh—rghh!"
Masuk, keluar..
"Anghh—yah—mhh.."
Masuk, keluar..
"Ahh—ahh—Ah!"
Masuk, keluar..
Luhan makin merapat, dan Baekhyun makin mengerat. Mereka berdua tak memilik jarak sedikitpun, semuanya menyatu. Benar-benar menyatu. "Hyunghh—aku m-mau,"
"HHhh, bersama..baby."
Masuk, keluar..
"Ahh.. ah.. ahh.. argh.."
"Baek—hhh, baby.."
Masuk, keluar..
"Hyungie, nghh.. ahh ahh ahh!"
"Ahh, Baek, kau be-nar.. benar.."
Ranjang mereka ikut bergerak pelan seiring gerakan mereka. "AHH!" keduanya menjerit bersama. Cairan Luhan masuk jauh kedalam lubang senggama Baekhyun, sedangkan milik Baekhyun membasahi perut mereka. Keduanya terengah. Luhan mengecup pucuk kepala Baekhyun sambil mengusap lagi peluh yang ada. Keduanya sama-sama basah keringat.
Baekhyun mengusap pipi suaminya yang tampan, "Aku belum lelah."
Ia tersenyum, Luhan mengecup bibirnya. "Baiklah."
Ia mengangkat tubuhnya, lalu membalik tubuh Baekhyun hingga membelakanginya. Dengan tengkurap.
Luhan menggegam kedua jemarinya dari belakang, sambil mengecupi dari tengkuk turun ke punggungnya, membuat hickey sambil menggesek-gesekkan penisnya disela belahan pantat Baekhyun. "Ahh—hyung.."
Baekhyun mengeratkan genggaman keduanya sebagai pengalihan. Luhan tiba di tulang ekor Baekhyun, menjulurkan lidahnya lalu turun hingga belahan indah yang paling ia sukai. "Aahh!" Baekhyun tak tahan dengan semua sentuhan lembut, sensual yang bertubi-tubi ini. Luhan melakukannya lagi. "Hyung!" kepalanya terangkat, menjerit dengan kedua mata terpejam.
Akhirnya Luhan memasukkan juniornya lagi, menggesek rektum milik Baekhyun dengan perlahan. Membuatnya mendesah dengan keras lagi karena sentuhan perlahannya. Malam yang begitu panjang.
.
.
.
.
Baekhyun terbangun saat merasakan angin dingin pagi menyapa kulitnya dengan halus. Dengan gusar ia menggeser posisinya hingga menghadap samping kiri, tetapi langsung disambut dengan masuknya secara paksa bias cahaya kearah matanya. Mendesaknya untuk segera membuka kedua kelopak matanya sendiri. Baekhyun mendengus tanpa sadar, setengah mengumpulkan nyawa ia tidak terpejam lagi. Benar dugaan nya tentang bagaimana jendela kearah balkon tempatnya menginap sudah terbuka, membuat angin pantai entah angin darat itu masuk dengan leluasa. Mendadak badannya jadi kedinginan walaupun nyatanya jam sudah menampakkan pukul enam pagi dan matahari jelas sudah terbit.
Kulitnya benar-benar sensitif sampai pada akhirnya ia lebih merapat kearah suaminya dan menutup seluruh wajahnya kearah dada Luhan. Suaminya mendengkur halus, dan itu tidak mengurangi pesona tampan Luhan dipagi hari. Xi Luhan seperti pangeran yang tengah tidur. Kedua pipinya menampilkan rona samar, ouh ia malu entah kenapa. Padahal tidak jarang kan mereka melakukan seks, ia ingat sekali apalagi saat liburan musim panas tahun ini. Dan harusnya ia tidak kaget apalagi malu saat sadar bangun dengan keadaan seluruh kamar kacau, dirinya dan Luhan hanya ditutupi selimut dan mereka tidur berpelukan. Dengan bau sperma bertebaran tentu saja. Tapi entah kenapa ini rasanya berbeda. Mungkin saja efek euphorianya karena pernikahannya. Ya Tuhan, rasanya benar-benar bermimpi. Padahal ini nyata.
Baekhyun juga menduga ini karena suasana yang berbeda, biasanya kan diapartemen Luhan atau rumah Luhan yang ada di Busan. Tapi ini? Luhan bahkan tidak tanggung-tanggung menyewa penuh resort termewah ini, Baekhyun tidak perlu meminta yang muluk seperti ke Italia atau Prancis. Tapi sungguh, ia tidak pernah mengira akan ada orang yang rela berkorban banyak demi dirinya. Rasa sanksi selalu menghantuinya dengan pertanyaan ragu-ragu tentang Xi Luhan, tapi dengan semua ini sudah cukup membuktikan semuanya untuk Baekhyun. Perasaan, dan cinta Luhan untuknya. Semuanya lebih dari cukup. Baekhyun mengusak-usakkan hidungnya karena gemas sendiri karena membayangkan semua hal yang dialaminya, tapi ia tersentak saat menyadari Luhan sudah menciumi puncak kepalanya dan merapatkan lengannya di pinggang Baekhyun, seperti tak ada hari esok saja.
"Kau sudah bangun, hm? Terlalu terpesona denganku kah?" goda Luhan dengan suara serak karena bangun tidurnya. Baekhyun merengut sambil mendongak, "Narsis sekali kau hyung!" ia mencubit perut Luhan sebal dan suaminya mengaduh sakit. "Ya Tuhan, Baek! Sakit!" Baekhyun terkikik geli lalu membenamkan lagi seluruh wajahnya, Luhan tertawa setelahnya.
"Aku senang sekali hari ini, aku ditemani lelaki manis yang tidur sambil memelukku."
"Ya! Kan kita sudah sering seperti ini!"
"Tapi rasanya berbeda saat membayangkan kalau kemarin kau baru saja meresmikan pernikahan." Baekhyun merona mendengarnya. Benar, Luhan benar. Luhan mencetak sedikit jarak diantara mereka, membuat Baekhyun agak bingung tapi setelahnya anak itu mengerti. Luhan hendak merendah, mensejajarkan posisi mereka. Ia menciumi pipi Baekhyun bertubi-tubi. "Hyung!" Baekhyun berseru kegelian, Luhan malah makin gemas melihat pasangannya.
"Ya Tuhan, aku mencintaimu Baek!" Baekhyun menatap Luhan sebentar setelah mengatakan itu. Suaminya itu lalu mengecup bibirnya singkat, lalu tersenyum tampan. "Kita melalukan berapa ronde semalam?"
"Ya!" Baekhyun memukul dada Luhan menahan malu. Walaupun begitu, bisa saja kan ada cctv atau kamera lain yang tersembunyi karena—hell, ini malam pertama seorang Xi Luhan! Luhan mencium pipinya sekali lagi dengan lembut. "Aku serius Baek, aku takut membuat bokongmu sakit."
"Kau selalu biadap saat diranjang!"
"Tapi kau menyukainya kan?" Luhan menyeringai, Baekhyun jadi malu sendiri. "Aish, istriku cantik sekali~!" cubitnya gemas. "Aku bukan perempuan!" Baekhyun menjerit tak terima. Pasangan ini, masih pagi sudah ribut, sungguh benar-benar!
"Yayaya, aku harus bilang berapa ribu kali lagi kalau kau itu lebih cantik dari perempuan Xi Baixian!"
"Namaku Baekhyun, bukan Baixian!"
"Itu nama cinamu Baek! Terimalah sedikit kalau kau menjadi istri orang cina!"
"Tapi ibumu orang korea hyung! Dan berhenti memanggilku seperti itu!"
"Tapi ayahku orang cina baby, pasti aku memakai marga ayahku. Kau sangat menggemaskan!"
Baekhyun terus mempermasalahkan tentang nama cina, marga barunya, dan panggilan 'istri' yang sangat menggelikan itu dengan tidak terima. Luhan juga menandingi dan mengajaknya berdebat pula sambil mencuri kesempatan mengecupi pipi Baekhyun bertubi-tubi ataupun bibirnya. Padahal mereka masih sama-sama berbaring diatas kasur, tapi sudah seperti ini.
"Baek, kenapa kau jadi cerewet sekali sih?" tanya Luhan sambil mencium pipinya lagi. "Biarkan saja! Kau menyebalkan!" Baekhyun bangun setelahnya menuju kamar mandi tanpa peduli tubuh mulusnya yang kemungkinan tampak dari luar jendela balkon yang terbuka. Apa pedulinya? Luhan jadi tegang sendiri. "YA! Kau mau kemana?!" ia berteriak mengikuti Baekhyun dan berhasil sampai didalam kamar mandi tepat sebelum Baekhyun-nya menutup pintu.
"Apa yang kau lakukan disini?!"
"Aku ingin mandi bersamamu!"
"Mwo? Tid—Hmmpph!"
.
.
.
.
To Be Continued...
.
.
.
Or End?
Hellooooooo... here's the sequel of Delutional! request kalian berarti banget buat jalan ceritanya, so.. Review Juseyo!