Jimin bersumpah.

Tadi matanya menangkap sosok Yoongi di seberang auditorium sana, oh jangan lupakan kedipan menggoda itu.

Serius deh.

Min Yoongi, seniornya di sekolah menengah atas. Wajahnya lucu, pipinya bulat putih pucat seperti tahu, bibir merahnya bak kuncup bunga mawar, mata kecilnya yang sayu itu... memberi wink padanya!

Tolong sembur Jimin sekarang.

Jimin bahkan lupa cara bernafas karena Yoongi, yang bahkan sudah keluar auditorium karna upacara penerimaan murid baru sudah selesai.

Oh tuhan, Jimin merasa persendiannya seperti jelly sekarang, ia telalu lemas untuk sekedar menopang tubuhnya sendiri.

Manik gelapnya masih bisa melihat Taehyung yang nyegir melambai-lambai di depan wajahnya.

Saat itulah dirinya benar-benar tak sanggup menahan bobot tubuhnya lagi.

"Jim–"

.

GUBRAK!

Jimin pingsan.

.

He?

"JIMIN JANGAN TIDUR DISINI!" Taehyung heboh mengguncang tubuh sahabatnya itu, mengabaikan tatapan bingung para siswa dan guru yang melihatnya.

.

.

.

Rikey present...

.

Blind date.

.

BTS. Park Jimin. Min Yoongi.

Chapter. Boy's love. Romance.

Enjoy!

.

.

.

Jimin tau ini aneh.

Dan anggap pernyataan aneh tadi untuk kelakuan Taehyung yang menaruh kaus kakinya di depan hidung minimalis Jimin untuk menyadarkannya dari pingsan.

"Shit! Tae, apa yang kau lakukan?!" Jimin melempar kaus kaki itu kewajah Taehyung.

Dan Taehyung, anak ajaib itu hanya bisa tertawa heboh memukul bahu Jimin seraya memakai kembali kaus kakinya. "Siapa suruh tiduran di tengah auditorium!"

"Bukan tidur, tapi pingsan, Tae."

"Ahahaha ayolah bung aku bercanda."

Ketika Jimin sadar, ia sepenuhnya bangun dan langsung berdiri dari acara 'pingsan karena kedipan Yoongi' dan berlari mengejar senior manisnya itu untuk meminta pertanggung jawaban.

Jimin mengabaikan Taehyung yang memanggil-mangilnya seperti orang kesetanan.

Jimin juga sadar...

Oh, man! Demi manusia paling tinggi di dunia ini.

Ia. Jatuh. Cinta. Pada. Yoongi!

Jimin bahkan tak tahu, bahwa rasanya jatuh cinta itu bisa membuat perasaannya menjadi bercampur-campur layaknya tiga scoop ice cream yang menumpuk jadi satu diatas cone.

Ah...

Jatuh cinta itu manis ya? Jimin jadi tersenyum karenanya.

Dalam helaannya nafas lelahnya karna berlari, Jimin bersyukur pada Tuhan karna memberinya perasaan ini.

Perasaan suka yang melebihi batas wajar pada seniornya yang manis, Min Yoongi.

.

.

.

"HEI!"

Yoongi menoleh, mendapati anak lelaki yang tak lebih tinggi darinya itu sedang merunduk memegang kedua lututnya sambil mengatur nafas.

Dahi Yoongi mengkerut sambil menatapnya bingung, "Memanggilku?"

Jimin mengangkat wajahnya dan tersenyum canggung, menghela nafas lelahnya yang terakhir dan merintis langkah mendekati Yoongi.

"Sunbae–" suara Jimin terdengar gugup, "–kau harus bertanggung jawab." matanya menelisik manik mata coklat milik seniornya itu.

Yang ditatap hanya memiringkan kepalanya bingung, "Soal apa?"

Ingin sekali Jimin berteriak di depan wajah Yoongi bahwa penyebab ia pingsan itu dirinya, dan penyebab mengapa ia seperti orang bodoh mengejar Yoongi untuk meminta pertanggung jawabannya karena wink manis itu.

Jimin menelan gugup salivanya, "Kau tahu ini tentang–err..."

"Tantang? Maaf waktuku tak banyak." Yoongi jadi gemas dengan tingkah pria di depannya ini.

Pemuda itu mengatur nafasnya, Jimin menggengam kuat tinjunya membuat telapak tangan basah itu mengepal.

Jimin kembali menghela nafas.

"Pertama, perkenalkan, namaku Park Jimin dari kelas 1-D, dan kau pasti Min Yoongi ketua club basket dari kelas 3-B, kau sangat manis sampai membuatku diabetes meletus dan–"

"–diabetes militus."

"–ah iya itu, maafkan aku. Dan kau tahu sunbae, kau membuatku pingsan karna wink cantikmu tadi di auditorium dan sahabat anehku menyadarkanku dengan kaus kaki busuknya yang–yaampun ITU SANGAT BAU SEKALI! Kau harus tau baunya seperti ikan tuna kalengan busuk yang–"

"–langsung ke intinya saja, Jimin."

Jimin mengatur nafasnya, baru kali ini dia merasa seperti seorang rapper yang tengah perfom di atas stage.

Pemuda mungil di depan Jimin masih sabar dan menatap Jimin penuh kebingungan, alisnya menyatu lucu membuat Jimin harus menahan diri untuk tidak mencubit pipi putih itu.

Koridor masih sangat ramai oleh siswa yang ingin memasuki kelas mereka di awal semester ini, beberapa mengerang dan mengumpat karna Jimin dan Yoongi seperti orang bodoh berdiri di tengah-tengah koridor.

"Oke." Jimin kembali menghela nafas gugup, "Aku ingin kau bertanggung jawab karna membuatku pingsan di auditorium tadi. Jadi untuk itu, Yoongi-sunbae jadilah pacarku!"

Yoongi membulatkan matanya lucu, mulut kecilnya terbuka karena kata-kata Jimin begitu terdengar aneh di telinganya. "A-apa?"

"JADILAH PACARKU, YOONGI-SUNBAE!"

.

.

.

Hening.

.

Para siswa yang bergerak cepat untuk memasuki kelas itu beralih terdiam, terpaku menatap Jimin dengan pandangan geli.

Yoongi terpaku ditempatnya berdiri, rona merah itu menghias wajahnya sampai ketelinga. Ia membuka mulut untuk membalas perkataan Jimin, namun suaranya enggan keluar. Jadilah Yoongi menutup rapat-rapat bibirnya.

Yoongi shock, tentu saja.

Bahkan ini terlalu awal untuk memulai sebuah ikatan, Yoongi merasa jantungnya tak normal karna bertalu begitu cepat.

Dan hei! Mengapa semua orang di koridor berteriak heboh? Yoongi benar-benar pusing sekarang.

.

"Tolong katakan sesuatu, sunbae." Jimin menggigit bibir bawahnya, menahan perasaan gugup karna melihat Yoongi terdiam.

Tangan Yoongi terangkat untuk memijat pelipisnya, "Kau tahu, Jimin. Berpacaran itu tidak semudah menaikkan level dalam permainan get rich." Yoongi terkekeh gemas.

Jimin menahan nafasnya.

"Baiklah," Yoongi tersenyum lalu meninggalkan Jimin.

Meninggalkan sorakan heboh para siswa di koridor.

Meninggalkan Jimin yang terpaku karna senyuman Yoongi.

Meninggalkan satu pertanyaan besar di otak Jimin.

.

.

Jadi?

Yoongi menerimanya begitu?

.

.

"Wow!"

Jimin tersenyum, dan berlari heboh kembali ke kelas barunya.

Awal semester ini, kehidupan standarnya berubah.

.

.

.

oOo

.

.

.

Taehyung menepuk kencang pundak Jimin yang tak henti-hentinya tersenyum sejak pelajaran pertama tadi. Pemuda lucu itu jadi bingung sendiri, sejak menyatakan cintanya pada seorang senior berwajah manis, Jimin menghiraukan Taehyung.

Dan Jimin mendadak menjadi bahan pembicaraan sebagian besar seluruh penghuni sekolah karena kalakunnya.

"Hei, Park!" Taehyung berseru kencang.

Beruntung sekarang sedang istirahat, jadi tak ada guru yang akan memarahinya karena berteriak di kelas. Tapi tatapan-tatapan mematikan teman sekelas mereka itu mengarah pada Taehyung seperti sinar laser yang mampu melubangi tubuhnya.

Jimin masih memasang senyum bodohnya sambil menopang dagu dengan kedua lengannya, matanya menerawang ke langit-langit dan sesekali kekehan terdengar dari pria sipit itu.

Err... Taehyung jadi serem sendiri.

Taehyung bergidik, ia langsung memukul belakang kepala Jimin saat ia terkekeh misterius.

"Aw! Wtf Tae, bisakah kau biarkan aku sendiri? Aku sedang sibuk disini."

Sebelah alis Taehyung terangkat tinggi, di bagian mananya si Jimin ini sibuk? Wong, daritadi si pendek ini cuma senyam-senyum sendiri.

"Kau mau ikut ke kantin tidak?" Taehyung beranjak dari posisi duduknya, "Yoongi-sunbae pasti ada di san–"

Mata Jimin membulat dan entah untuk ke berapa kalinya ia tersenyum.

.

BRAK!

.

"Tae, kau pasti lapar. Aku yang traktir!" Jimin bangkit lalu berlari menuju pintu.

Orang yang ditinggalkan hanya bisa menyeringai dan tertawa heboh, Taehyung ikut berlari mengikuti sang sahabat, kapan lagi dapet makan siang gratis dari si pendek itu.

Ya 'kan?

Ternyata seru juga kalau Jimin lagi begini.

Khekhe.

.

.

.

.

"HAHAHA! Itu bagian lucunya!"

Yoongi mengabaikan Namjoon dan Hoseok yang entah mentertawakan apa diseberang mejanya, ia hanya fokus pada sepiring bulgogi di depan dan melahapnya dengan tenang.

Ujung poni Yoongi hampir menyentuh piring karena menunduk dalam, ia melupakan acara makannya begitu saja.

Kepalanya serasa berputar, nafsu makannya pun meluap hilang entah kemana.

Apalagi kepalanya makin terasa berat karena yang katanya sih permintaan pertanggung jawaban dari adik kelasnya tadi pagi.

karna sebenarnya, Yoongi kelilipan debu saat hendak bangkit dari duduk setelah upacara penerimaan murid baru tadi pagi. bukan dengan sengaja Yoongi mengedipi salah satu bocah disana.

Sungguh, Yoongi berani bersumpah.

Yoongi merasa kepala seolah berkali-kali di hantam oleh palu baja yang tak kasat mata dan tubuhnya menggigil kedingan. hell, ini awal musim panas. seharusnya cuaca mulai menghangat.

Sialan

.

Pandangannya makin terlihat buram, namun ia masih bisa melihat jelas rambut pirang Namjoon yang tegak dan senyuman lebar Hoseok. Tawa kedua sahabatnya itu bersahut-sahutan di telinganya.

Yoongi merasa tangannya di genggam.

"Yoongi? Kau sakit?"

Itu suara Hoseok, Yoongi masih bisa mendengarnya.

Tapi kesadarannya makin menipis dan suara terakhir yang ia dengar adalah suara sopran milik lelaki yang membuat kepalanya terasa ingin pecah tadi pagi.

Park –sialan– Jimin.

.

.

"Yoongi-sunbae!"

.

.

.

.

.

Tbc.

.

.

a/n:
Hahahaha ini apa ya? Ceritanya ini prolog aja ah/?
maaf ya typo bertebaran maklum ini dibikin pas pelajaran kosong jadinya nguber biar batre laptop gak abis/? Hahaha

btw, ini bagian depannya mirip mirip sama ff the fortune-teller said that you're my future husband. Emang terinspirasi dari sana sih jadi bukan plagiat ya ^^)/