Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

Pairing; NaruSaku always

Out of Character here/Many/Mistakes/ Story from me

Rated; T slight M for kiss scene

Humor, Family and romance

.

.

.

Aishiteru Naru-nii

.

.

.

Chapter 3 (The last)

.

.

.

"Jadi Senpai bukan kakak Sakura!" Tanya Shion sambil terus menyeimbangi langkah Naruto.

"Iya" Gadis itu berhenti lalu ia berdiri dihadapan Naruto.

"Tolong maafkan aku atas kejadian kemarin"

Naruto tersenyum tipis, Ia menyentuh bahu gadis tersebut lalu berkata. "Sebelum kau meminta, Aku sudah terlebih dulu memaafkanmu" Wajah Shion memerah. Ia berfikir Naruto adalah pria yang memiliki hati Malaikat, Tampan, Baik, Ramah, Dewasa. Benar-benar beruntung wanita yang mendapatkan cinta dan kasih sayang darinya.

Kedua remaja pirang tersebut melanjutkan perjalanan pulang yang sempat terhenti.

"Apakah Senpai mencintai seseorang?"

"Ya... Dia wanita yang sangat cantik dan sedikit galak"

"Siapa dia?" 'Mungkinkah Sakura?' Pikir Shion.

"Ibuku... Dia wanita yang paling aku cintai didunia ini" Gadis itu tersenyum mendengar jawaban Naruto.

.

.

.

Seorang gadis pink terlihat sangat gelisah, Ia terus berputar balik diruang mewah bercat putih tersebut. Sesekali gigi-gigi putih miliknya menggigit gemas jemari lentiknya.

"Kenapa Naru-niisan lama sekali?" Berusaha menenangkan diri dengan cara duduk dikursi panjang yang terletak disana, Wajah cantiknya menunjukkan keresahan yang mendalam.

Niat Sasori untuk naik keatas terhenti ketika ia melihat gadis pink tengah duduk gelisah, Terkadang bibir Cherry disana bergumam mengatakan sesuatu yang tidak dapat didengar olehnya.

"Aku tidak akan tergiur... Tapi lihatlah sekarang, Dia bahkan tidak bisa tenang karena pria itu" Sakura tidak megindahkan ejekan Sasori terhadapnya, Pikiran gadis itu hanya terpusat untuk seorang pemuda pirang yang ia nanti sejak tadi.

"Ooh ayolah Sakura... Bukankah kau yang memulai perkara sehingga Naruto harus berkencan dengan gadis itu"

"..."

"Sepertinya gadis itu akan segera memenangkan hati Naru—"

Bukhh...

Sebelum menuntaskan perkataanya, Wajah Baby Face milik pria tersebut sudah terlebih dulu mendapatkan lemparan dari bantal petak yang ada didekapan Sakura.

"Naruto-Niisan hanya milikku... Tidak ada yang boleh memiliki hatinya selain aku!" Desisnya sembari menatap beringas sang kakak. Pria disana meraih bantal yang tergeletak dilantai, Lalu ia mendekati Sakura.

"Kalau mau mendapatkan hati temanku bukan seperti ini caranya... Apa kau sadar dengan apa yang terjadi saat ini!"

"Tentu saja, Shion pergi kencan dengan Naru-nii karena perkelahian kemarin" Sasori duduk menyandar dibadan sofa.

"Kau salah" Sakura menatap bingung Sasori.

"Gadis itu menyukai Naruto, Dia akan terus mencari cara agar bisa menghabiskan waktu bersama Naruto" Sakura mengenggam tangannya sangat kuat sehingga buku jemarinya memutih, Ia sudah terjebak oleh permainan gadis bermata ungu pucat tersebut.

"Aku akan menghabisinya" Nadanya terdengar sangat tajam.

"Jika kau melakukan itu, Maka kupastikan gadis itu akan berhasil mendapatkan Naruto"

Merasa tak terima, Sakura segera menjawab. "Tidak akan kubiarkan dia merebut Naru-niisan dariku!"

"Maka dari itu, ubahlah sikap nakalmu"

"Tidak ada kaitannya dengan sikapku!"

"Jika kau terus membuat masalah, Naruto akan terlibat, Mendapat kesempatan langka dia pasti akan mendekati Naruto lagi" Gadis itu mengerti akan ucapan Sasori.

"Baiklah akan aku lakukan" Ujar Sakura yakin dengan keputusannya.

"Bagus... Sekarang aku mau istirahat dulu" Sasori bangkit dari duduknya, Ia berjalan menaiki anak tangga satu-persatu.

Pemuda tersebut berhenti ditangga terakhir, Ia memutar kepala kearah sang adik lalu berkata. "Sampai kapan kau akan menunggu pangeranmu?"

Tanpa berfikir panjang Sakura menjawab. "Sampai dia pulang" Pemuda tersebut menghela nafas dan melanjutkan lagi tujuannya ke kamar.

.

.

.

"ASTAGA, BAGAIMANA AKU BISA TERTIDUR!" Sakura berteriak histeris ketika ia terbangun dipagi hari tanpa melihat kepulangan Naruto. Ia segera berlari kedapur untuk menanyakan Naruto kepada Sasori.

#

"NII-CHAN, DIMANA NARUTO-NII!?" Teriaknya dari belakang Sasori, Sara menutup telinga mendengar teriakan Sakura.

"Pergi kuliah" Jawab Sasori santai sambil mengunyah roti.

"Kenapa Naru-nii tidak menungguku!" Gadis itu duduk disebelah Sara, Bibirnya manyun tertanda kesal.

"Dia terburu-buru"

"Semalam saat bangun untuk minum, aku melihat Naru-nii mengangkat Nee-chan dan membawa ke kamar" Ujar bocah cilik yang disebelah Sakura.

"Eeh benarkah?" Wajah Sakura merah seketika mendengar penuturan dari adik kecilnya, Sara mengangguk sebagai jawaban.

"Woah kau sangat beruntung jidat"

"Terimakasih Saos" Sakura segera beranjak berniat untuk mandi dan pergi sekolah.

.

.

.

Dua gadis pirang dan pink tengah berbincang seperti biasa dikantin. Ino bertanya antusias tentang hubungan sahabat pinknya dan pemuda tampan yang datang ke sekolah kemarin. Dengan senang hati Sakura menceritakannya, Ia terus berceloteh dari awal sampai akhir.

"Kau tidak terbangun saat dia membawamu ke kamar?" Gadis Haruno tersebut menggeleng, Raut bahagia terlukis jelas diwajah cantiknya.

"Iya Karin, Naruto-senpai orang yang sangat baik" Mendengar suara Shion, Sakura mengedarkan pandangannya. Ia mendapati Shion, Karin, Dan Tayuya dimeja sebelah. Ketiga gadis disana terlihat serius menceritakan sesuatu.

"Biarkan saja!" Tegur Ino terhadap Sakura.

"Apa saja yang kalian lakukan semalam?" Tanya gadis berkaca mata yang bernama Karin.

"Sesuatu yang menarik"

"Ayo katakan!" Tayuya mendesak Shion untuk mengatakan hal yang menarik tersebut.

Pupil pucat Shion melirik Sakura, Gadis disana seperti tengah menanti ucapan yang akan Shion lontarkan.

'Akan kubuat kau merasakan sakit yang sesungguhnya Haruno' Senyuman tak lepas dari bibir Shion, Kali ini ia merasa menang melawan Sakura.

"Ayolah Shion... Jangan membuat kedua temanmu ini penasaran!" Gadis pirang itu tersadar dari alam batinnya berkat Karin.

"Semalam Naruto-senpai menciumku"

"APA!?" Kedua gadis merah itu terkejut bukan main karena perkataan Shion.

Sakura bangkit dari duduknya lalu ia pergi ke meja Shion. Eksperinya tidak bisa terbaca saat ini.

"Jaga omonganmu Shion!"

Senyum mengejek terbentuk disana lalu gadis itu berkata. "Kasihan sekali... Sepertinya Naruto-senpai tidak tertarikmu"

"KAU!?" Sakura menarik kerah Shion, Menuntun gadis tersebut untuk berdiri.

"Hentikan Sakura!" Ino berusaha membawa pergi sang sahabat dari tempat itu. Sakura bersikeras mencekal Shion, Sang empu hanya tersenyum sinis tanpa ada niat melawan.

Sakura serasa ingin membunuh Shion sekarang juga.

"Sakura, Jika kau mengulanginya lagi kau akan kehilangan Naruto-niisan mu!" Nasihat Ino berhasil meluluhkan kekerasan hati Sakura, Gadis itu melepaskan Shion lalu ia berlari meninggalkan kantin tersebut.

Sakura terus berlari tanpa menghiraukan Ino yang memanggilnya.

"Taksi!" Ia masuk kedalam mobil yang ia cegat tadi, Zambrutnya meneteskan air mata.

.

.

.

Sara tengah asyik nonton televisi tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Sakura.

"Nee-chan kenapa cep—" Kalimat Sara terhenti kala sang kakak melaluinya dengan air mata bercucuran. Sakura berlari menuju kamar dan penutup kembali pintu tersebut dengan cara membantingnya sehingga menimbulkan suara debaman cukup keras.

"Sakura-nee menangis" Gadis cilik tersebut berdiri didepan pintu kamar Sakura, Tangan mungilnya hendak meraih kenop namun niatnya terhenti ketika mendengar barang berjatuhan dari dalam.

"KURANG AJAR!" Sakura menarik seprai dan melempar bantal sehingga mengenai kosmetik yang tersusun rapi dimeja rias. "WANITA ULAR!"

Gadis cilik yang berdiri tegak diluar sana panik, Ia takut terjadi apa-apa terhadap kakak pinknya. "Nii-chan, Kumohon cepatlah pulang" Sara memohon agar Sasori segera pulang dan menenangkan amukan Sakura.

#

Tangis Sakura reda kala rembulan menampakkan diri seutuhnya.

"Sara!?" Naruto membangunkan Sara. Saat memasuki rumah ia mendapati Sara tengah tertidur disofa.

"Sara!?" Panggil pemuda Namikaze itu sekali lagi.

Merasa dipanggil Sara membuka mata, Ia mengucek keduanya guna melihat orang dihadapannya.

"Naruto-niisan, Dimana Nii-chan?"

"Sasori-nii tidak bisa pulang... Dia menginap dirumah Yahiko-nii malam ini" Gadis cilik tersebut meneteskan air mata mengingat kejadian tadi siang.

"Hey kenapa menangis!?"

"Sakura-nee"

"Kenapa dengan dia?"

"Nee-chan mengurung diri dikamar... Dia tidak ada makan dan minum dari tadi siang dan Sakura-nee terus berteriak menyebut nama Shion" Naruto tersentak mendengar hal tersebut. Ia menyuruh Sara masuk ke kamar untuk istirahat, Masalah Sakura biar dia yang akan menyelesaikannya. Bocah itu menuruti perintah Naruto, Ia langsung melesat dari ruang mewah tersebut.

Naruto membuka pintu kamar Sakura, Ia terkejut bukan main mendapat suguhan yang terbilang sangat berantakan. Semua barang berhamburan dilantai bahkan ada bingkai foto yang pecah, Bedak berserakan dan bantal robek mengeluarkan kapuk yang biasa tersimpan rapi.

Naruto mendekati Sakura yang berada diranjang, Gadis tersebut duduk sambil memeluk kedua kaki dan sesegukan disana.

"Sakura!?" Naruto meringis karena Emerald milik gadis itu menatapnya hampa.

Sakura menerjang tubuh kekar disana. Ia menangis tersedu-seduu, Jemari lentiknya mencengkram kuat kemeja Naruto hingga mengusut.

"Hiks... Kenapa... Hiks hiks... Kenapa Nii-san menyakitiku!?"

"Apa yang sudah aku lakukan?" Sakura melepaskan pelukannya terhadap Naruto, Ia mendongak dan menatap Samudra indah disana.

Tangan pemuda itu bergerak menghapus jejak air mata dipipi Sakura.

"Apa maksud dari ucapanmu tadi!"

"Shion bilang Nii-san menciumnya saat kencan kemarin" Naruto terbelalak kaget, Ia tidak menyangka Shion bisa mengatakan hal yang mustahil ia perbuat.

"Aku tidak pernah menciumnya"

"Nii-san bohong!" Sakura memukuli dada pemuda pirang tersebut.

"Aku tidak berbohong, Percayalah padaku!"

Tangan Sakura berhenti, Ia kembali menatap pria itu.

"Sungguh!"

Naruto mengangguk dan tersenyum lalu ia berkata. "Sungguh Sakura" Gadis pink tersebut memeluk erat tubuh Naruto, Ia takut kehilangan pemuda pirang itu lagi. Dimalam ini Sakura bersumpah akan merubah sikapnya demi lelaki yang sangat ia cintai. Naruto Namikaze.

#

"Nii-san!" Panggil Sakura yang tengah berbaring manja dipangkuan Naruto.

"Hmmm"

"Aku ingin dua permintaan darimu"

"Katakanlah!"

Ia mengulum senyum lalu mengatakan permintaannya. "Aku ingin kencan denganmu besok malam"

"Baiklah... Lalu, apa permintaanmu yang kedua?"

"Kemarilah!" Naruto sedikit merunduk menatap gadis di bawahnya. Tangan Sakura merambat naik ke leher lelaki itu, Ia mengalungkannya dengan manja.

"Kiss me!" Wajahnya memerah lantaran malu. Senyuman tertera dibibir tipis Naruto, Ia menyatukan miliknya disana.

Sakura melumat bibir Naruto dengan agresif. Menyelipkan jemari disurai pirang lembut milik Naruto, Meremas gemas kala gigi pemuda itu menggigit kecil bibir bawahnya.

Sang pria menghisap kuat bibir tersebut sehingga membuat sang empu mengerang. Telapak besar Naruto mengelus pelan punggung Sakura mengakibatkan Bibir peach itu berhasil meloloskan suara desahan lembut, Ia merasa seperti tersengat listrik karena sapuan lembut dan menggoda di belakangnya. Jantung keduanya berdetak cepat melebihi batas normal.

Naruto mengecap bibir Sakura ketika paru-paru mereka bergejolak protes. Sakura menahan leher Naruto ketika pemuda itu hendak menjauh.

"How many times hm?" Tanya Naruto, Ia berhasil membuat jarak berapa senti dari gadis tersebut.

"You're the first to get it" Pipi Sakura sudah sewarna kepiting rebus saat ini. Naruto menyerang kembali bibir disana, Ia bergerak brutal mengajak gadis itu untuk bertarung lidah. Sakura kewalahan menandingi kehebatan Naruto, Ia hanya bisa mendesah didekapan hangat lelaki pirang tercintanya itu.

Sakura sangat yakin bahwa Naruto sudah pernah mencium wanita sebelumnya, mungkin sudah berkali-kali.

.

.

.

Sakura terkikik geli, Wajahnya kembali merona secara tiba-tiba. Sesekali ia akan bergumam sesuatu. Naruto tengah tertidur pulas dibawah pelukannya, Kepala pink gadis tersebut bertumpu manis didada bidang itu.

"SAKURA!?" Seseorang dari luar berteriak lantang memanggil nama Sakura. Sebelum turun dari tempat tidur, Ia terlebih dulu mengecup kening Naruto.

"Ino!?" Serunya tak percaya melihat gadis ponytail berdiri didepan pintu kamar. "Apa yang kau lakukan disini malam-malam begini?" Lanjut gadis pink tersebut.

"Sakura, Bagaimana keadaanmu aku sangat mengkhawatirkan kenapa kau pulang saat jam pelajaran hampir dimulai dan maaf aku tidak bisa menjengukmu tadi karena Aya—hhmmppph—" Sakura membekap mulut Ino karena pertanyaan yang tidak ada jeda dari gadis itu.

"–hhmmmpph—" Ino masih terus berceloteh dibekapan tangan Sakura.

Emerald disana memicing, Raut kesal tergambar diwajah putih Sakura. Dengan berat hati gadis tersebut mengangguk. Sakura menjauhkan tangannya dari bibir Ino.

"Kau kenapa sih" Tanya Ino heran dengan kelakuan Sakura. Tidak biasanya si pinky itu menyumpal mulutnya jika ia berada di kamarnya.

"Dia bisa terganggu kerena suaramu" Sakura melirik kedalam, Ino mengikuti kemana arah mata indah disana.

"ASTAGA SAK—–hmmmppphhhh—"

#

"Syukurlah... Kupikir kalian sudah melakukan 'Itu'..."

"Otakmu terlalu kotor Ino, Kau harus mencucinya agar bersih kembali...!" Gadis disebelah Sakura memanyunkan bibir karena ucapan pedas darinya.

"Aku hanya merasa aneh mendapati lelaki tidur diranjangmu"

"Kau ini... Naru-niisan orang yang berpendidikan tinggi, Tidak mungkin dia mau melakukan hal sekeji itu"

"Tapikan..."

"PIG!"

"Aishh.. Baiklah Forehead"

.

.

.

Sang Raja siang menerangi bumi dengan cahaya terik dan panas miliknya. Orang yang berlalu-lalang dipinggir taman segera mencari tempat teduh disana. Sebagian dari mereka menggunakan payung guna melindungi panasnya terik matahari.

Terlihat sepasang anak Adam dan Hawa tengah bergandengan mesra dipinggir taman. Sang gadis memeluk lengan silelaki. Kepala pinknya terletak manis dibahu si pemuda pirang.

"Nii-san!"

"Hmmm" Gumam Naruto menyahuti panggilan manja dari gadis di sampingnya. Sakura menghentikan langkah lalu ia membalik tubuh Naruto agar bisa melihat Shappire bening nan sedikit pucat milik lelaki bersuarai pirang tersebut.

"Aku mencintaimu" Pemuda itu tertawa geli mendengarnya. Sudah berkali-kali bibir mungil disana mengatakan Cinta. Apakah sang empu tidak merasa lelah.

"Jangan mengejekku!" Sakura terlihat sedikit kesal mendapat respon tawa dari Naruto.

"Aku tahu kau mencintaiku... Maka dari itu aku juga mencintaimu"

"Sungguh!?" Tanya Sakura. Naruto mengamit jemari lentik disana menggenggamnya lembut sekaligus menyalurkan rasa nyaman dan tenang terhadap gadis pink tersebut.

"Sungguh" Ia berusaha meyakinkan, Bergerak maju lalu ia mencium lembut dahi lebar Sakura.

"Nii-san mau menungguku bukan!?" Naruto membawa Sakura menuju bangku taman yang terletak dibawah pohon lalu ia mendudukkan gadis itu disana.

"Menuggu apa?" Tanya Naruto yang sudah duduk disebelah Sakura.

"Menungguku lulus lalu kita menikah" Perkataan Sakura membuat Naruto mengulum senyum, Ia tak mengira bahwa pemikiran Sakura sampai sejauh itu, mengingat banyak lelaki yang menyukai gadis pink tersebut termasuk Gaara dan Sasuke.

Berniat menggoda, ia bertanya. "Apa kau yakin mau menikah denganku!?"

Sakura menatap Naruto, Emerald indah disana menggambarkan keyakinan yang sangat.

Bibir peach itu kembali membuka Suara. "Sangat yakin... Aku tidak bisa hidup tanpamu Nii-san"

Tangan berbalut kemeja panjang itu bergerak meletakkan telapaknya dikepala merah muda Sakura.

"Kau harus rajin belajar agar bisa lulus sekolah"

"Aku akan berusaha demi Nii-san"

"Gadis pintar" Naruto tersenyum lalu ia menangkup wajah Sakura dan menggesekan hidung mereka. Gadis itu tertawa bahagia dengan pipi merona.

.

.

.

Beberapa minggu setelah kepulangan Naruto ke Kyoto, Sakura mengalami banyak perubahan. Ia yang biasanya pemarah dan suka membesarkan masalah kini terlihat tenang-tenang saja ketika Shion mencoba memancing emosinya.

Sakura mengabaikan ocehan Ino, Di pikiran gadis itu saat ini hanya ada Naruto sang pengisi hatinya. Ia sangat merindukan pemuda pirang itu. Rambut lembut, Bibir manis, kecupan lembut dan pelukan hangat darinya. 'Aku sangat merindukanmu Naru-niisan' Sakura membatin sedih, Ia ingin secepatnya bertemu dengan pemuda itu lagi.

"Sakura!?" Ino membuyarkan lamunan Sakura, Ia sedikit khawatir karena sejak tadi Sakura tidak menyentuh makan dan minuman yang dia pesan tadi.

"Eeh... ada apa Ino?"

"Kenapa kau tidak makan?"

"Perutku terasa kenyang"

"Kenyang rindu bukan!" Terdengar nada malas dari sana. Sakura menatap gadis pirang tersebut lalu ia nyengir lebar lantaran malu karena ketahuan sedang merindukan Naruto.

.

.

.

"Aku pulang!" Seru Sakura dari depan pintu.

"Selamat datang cucuku sayang" Seorang pria tua muncul dari dalam sambil menggandeng tangan gadis kecil bersurai merah.

"Kakek..." Sakura memeluk sang kakek sambil menangis.

"Kenapa menangis?" Tanya si kakek, Tangannya yang sedikit keriput mengelus suari pink Sakura.

"Nee-chan selalu terlihat sedih semenjak Naru-nii pulang ke Kyoto" Sahut Sara mewakili Sakura.

"Kau mencintai Naruto?" Masih dalam keadaan memeluk ia mengangguk.

Lelaki tua itu tersenyum senang.

"Kau dan Sasori akan mengunjunginya kesana" Sakura membuat jarak. "Benarkah!?"

"Bersiap-siaplah dari sekarang, Kalian berdua akan berangkat sore ini juga!"

"Horeee..." Gadis itu melesat dari sana, Ia segera membereskan semua keperluannya.

"Indahnya masa muda"

"Kakek juga harus mencari kekasih seperti Sakura-nee" Perkataan polos dari Sara berhasil membuat sang kakek gelagapan.

.

.

.

Satu malam di perjalanan akhirnya kedua saudara itu tiba ditempat tujuan, Kyoto.

Kini mereka berdua tengah berdiri didepan pintu bercat coklat disana.

"Ini rumah calon suamimu"

"Nii-chan..." Seru Sakura kesal karena sang kakak terus-terusan menggodanya. Zambrut itu meneliti dengan jeli rumah mewah milik Namikaze tersebut. Sasori maju selangkah lalu ia mengetuk pintu lebar itu.

#

Kushina meninggalkan cucian piring didapur ketika bel berbunyi. Wanita paruh baya tersebut membuka pintu dan mendapati Sasori bersama gadis cantik di sampingnya.

"Hallo Bibi" Sapa Sasori sambil tersenyum ramah.

"Sasori!?" Kushina segera merengkuh tubuh pemuda baby face tersebut, Ia sangat merindukan lelaki pecinta boneka itu.

"Kenapa tidak pernah mengunjungi kami lagi" Ucap Kushina sambil melepas pelukannya.

"Hehe... Maaf Bibi, Jadwal kuliahku sangat padat" Sasori nyengir sambil menggaruk tengkuk.

"Ohya siapa gadis cantik ini" Kushina menggapai bahu Sakura, Ia terlihat senang bertemu gadis pink tersebut.

Sasori mendekat kearah wanira merah tersebut lalu ia membisikan sesuatu.

'Apa yang mereka bicarakan?' Inner Sakura penasaran.

"Benarkah?" Tanya Kushina sedikit tidak percaya.

Sasori mengangguk, Ia tersenyum penuh arti membuat Kushina melirik Sakura dengan mata berbinar.

"Ayo masuk... Kebetulan aku memasak makanan spesial hari ini!"

"Ucapan Bibi membuatku lapar" Sasori memegang perut, Wajahnya terlihat seperti orang tidak menyentuh makanan selama dua minggu.

.

.

.

"Bibi, dimana si Rubah?" Tanya Sasori sembari mengunyah Takoyaki buatan Ibu Naruto.

"Dia pergi bersama teman-temannya"

Wanita merah tersebut menambahkan Takoyaki ke piring Sasori yang hendak habis.

"Paman?"

"Masih dikantor... Habiskan ya" Ujarnya tersenyum manis.

"Hehehe... Tenang saja Bi, Ini pasti akan segera habis"

Kushina menuangkan air ke dalam gelas lalu memberikannya kepada Sakura.

"Terimakasih bibi" Ucapnya dengan sopan. Kushina tersenyum dan membelai rambut pink Sakura. Mendapat perlakuan lembut dari wanita bersuarai merah tersebut membuat Sakura berfikir Naruto sangat beruntung memiliki seorang Ibu sebaik Kushina.

.

.

.

"Aku pulang!"

"Selamat datang Rubah" Mendengar suara familiar ia mengedarkan pandangan kearah sofa.

"Sasori!?"

"Hay Rubah" Sasori beranjak lalu ia mendekati Naruto. Mereka berdua langsung berpelukan selayaknya pertemanan lelaki.

Naruto meninju pelan dada Sasori begitu juga pemuda baby face tersebut. Dan setelah itu mereka tertawa bersama.

#

"Kenapa Nii-san belum pulang?" Gumam seorang gadis pinky sambil menatap bintang dibalkon. Tanpa ia sadari seseorang telah masuk kedalam kamar yang akan menjadi tempat inapnya untuk beberapa hari kedepan.

"Sakura sayang!" Bisikan halus menguar ditelinga Sakura. Ia segera memutar tubuh kebelakang guna melihat orang disana.

"Naruto-niisan!" Sakura segera memeluk tubuh kekar Naruto.

"Ak–aku sangat merindukamu... Hiks... Hiks..."

"Aku juga sangat merindukanmu Sakura" Telapak tangan Naruto mengusap lembut punggung kecil Sakura.

"Jangan menangis lagi!" Naruto menghilangkan bekas jejak air mata dikedua pipi Sakura. Shappire sedikit pucat itu menatap lekat Emerald disana, Mata hijau bening tersebut tergambar jelas tengah memendam kerinduan yang mendalam.

Naruto mendekati wajah Sakura secara perlahan. Kelopak gadis itu tertupup lembut saat merasakan daging basah dan lembut menyentuh bibirnya.

Sakura mengalungkan tangannya dileher Naruto. Lidah hangat milik lelaki tampan itu menyapu seluruh rongga Sakura. Jemari besarnya terkembang lalu kemabali merapat meremas pinggul sexy Sakura.

"Saku— Oops..."

Naruto melepaskan ciumannya terhadap Sakura. Keduanya melihat Kushina dengan wajah merah padam karena wanita itu berhasil memergoki mereka tengah bercumbu mesra dibawah sinar rembulan.

Garis kemerahan tercetak dipipi Kushina. "Maaf menganggu"

Blamm...

"Ibu memang selalu seperti itu"

Sakura kembali menarik tengkuk Naruto. "Mari kita lanjutkan yang sempat terhenti tadi!" Bisiknya dengan suara sedikit serak menggoda.

"Tunggu Saku—Hhmmpph—" Terlambat untuk mencegah, Bibir lembut sudah tersumpal manis oleh bibir peach milik Sakura.

Kehidupan baru sudah dimulai, Sakura telah merasakan cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Gadis pink itu tidak akan pernah membiarkan wanita mana pun merebut putra tunggal Namikaze darinya. Jika hal itu terjadi maka ia tidak akan membiarkan wanita itu hidup normal selayaknya wanita biasa.

.

.

.

–The End–

#

#

Tolong lemparkan tisyu untukku ... #Diamimisan

Wkwkwk sengaja update malam biar besok gk terganggu dijam pelajaran... Apalagi pas upacara. Upacara sangat merpotkan bagiku, Kalau hujan kedinginan dan kalau panas malah kepanasan... Benar-benar merepotkan...