[Chaptered]

Title : The Person who Killed Me

Chapter : 9 / ?

By : Gatsuaki Yuuji

Main Cast : Uzumaki Naruto & Uchiha Sasuke

Disclaimer : All Chara punya Papi Kishi. FYI, Papi Kishi itu Papiku.

Genre : Shonen Ai, Gore?

BGM : Nologo - The Person who Killed Me


Sasuke terpaksa mengaku pada Neji, bahwa dia memang memiliki hubungan khusus dengan Naruto. Dia adalah kekasih Naruto. Neji tidak percaya begitu saja. Sasuke mengatakan bahwa dia sudah bercinta dengan Naruto. Walaupun Sasuke sangat malu telah mengatakan ini, Neji akhirnya percaya.

"Apa yang membuatmu jatuh cinta padanya?" Pertanyaan Neji, tidak bisa dijawab oleh Sasuke. Dia juga tidak tahu, mengapa dia bisa jatuh cinta pada Naruto?

"Tidak apa." Neji tersenyum tipis pada Sasuke, "Aku senang bisa jujur padamu. Kapan-kapan, aku ingin mentraktirmu makan malam berdua. Boleh?"

"Boleh." Sasuke tidak ingin membuat Neji kecewa.


Sasuke tidak memberitahukan pada Naruto tentang perasaan Neji padanya. Dia tidak ingin Naruto memintanya menjauhi Neji. Karena bagi Sasuke, menjauhi Neji itu sama saja membuat permusuhan lagi.

Sasuke juga tidak memberitahukan pada Naruto bahwa Neji tahu hubungan mereka. Sasuke mempercayai Neji, seperti Neji mempercayainya.

Neji dan kawan-kawan kerap mengajak Sasuke berchatting. Sasuke juga terlihat asyik membalas pesan mereka. Sedangkan Naruto sangat tidak suka melihat Sasuke tersenyum pada ponselnya. Ingin sekali Naruto merampas dan membanting ponsel itu hingga hancur.

Tapi itu tidak terjadi. Lebih baik dia menunggu Sasuke tertidur, agar dia bisa melihat isi ponsel Sasuke.


Tidak ada hal yang menarik setelah Naruto membaca pesan yang tersimpan di ponsel Sasuke. Hanya berisi sapaan, candaan garing dari teman-teman Sasuke, group chat yang berisi gosip murahan dan seputar tugas sekolah. Sasuke jarang berkomentar di group chat.

Naruto beralih memeriksa galeri foto yang ada. Foto Sasuke bersama teman-temannya terlihat mendominasi isi galeri. Naruto mengerucutkan bibirnya, menggeser slide foto dengan bosan.

Jari telunjukknya berhenti menggeser, saat melihat sebuah foto selfie Sasuke bersama Menma. Naruto mengumpat dalam hati, kembali dia menggeser slide dengan cepat. Mencari foto dirinya bersama Sasuke. Hingga slide terakhir, tidak ada foto tentang dirinya.

Dia marah dan membanting ponsel itu ke lantai. Kerasnya benturan, membuat Sasuke terbangun.

"Sensei?" panggil Sasuke yang melihat Naruto berdiri di sampingnya. Kondisi lampu yang meredup, ditambah dengan pandangan blur karena mengantuk, membuat Sasuke tidak bisa melihat ekspresi marah Naruto.

Naruto tiba-tiba menerjang Sasuke, mencumbui bibir dan leher Sasuke.

"Aku tidak tahan lagi, Suke!" Naruto menyusupkan tangannya ke dalam celana Sasuke.

Sasuke mendesah atas sentuhan itu, dan dia tidak bisa menolaknya.


Sasuke sudah lama bangun, tapi dia enggan beranjak dari ranjang. Bukan hanya karena pantat dan pinggangnya yang sakit karena bercinta semalam, tetapi banyak pikiran yang mengusiknya.

Mengapa Naruto tiba-tiba ingin bercinta dengan Sasuke?

Mengapa Naruto terlihat lebih kasar dari sebelumnya?

Mengapa Naruto mengira Sasuke akan pergi meninggalkannya sama seperti Sai?

Siapa itu Sai?

Naruto bahkan tidak berada di samping Sasuke. Dia pergi setelah puas bercinta dengan Sasuke. Meninggalkan Sasuke yang bugil tanpa menyelimuti tubuhnya terlebih dahulu.

Sasuke mengenyahkan sejenak pikiran itu, dia harus bergegas mandi agar tidak terlambat ke sekolah. Saat dia berdiri, sperma Naruto yang masih tersisa di dalam tubuhnya mengalir keluar dari lubang pantatnya, menetes ke karpet.

Secepatnya Sasuke mengambil tissue di meja untuk membersikan cairan kotor itu. Dia terdiam melihat selembar sticker note kuning yang tertempel di layar ponselnya.

Hanya sebuah kata 'Maaf' yang tertulis.

Sasuke baru menyadari bahwa ponselnya dibanting Naruto tadi malam. Melihat sisi ponsel pemberian Naruto yang retak, membuat Sasuke mengambil kesimpulan bahwa dia telah membuat Naruto marah.

Segera dia menghubungi Naruto dari ponselnya. Tapi sayangnya, Naruto tidak menjawab panggilannya.


Pagi ini, Sasuke tidak mengikuti pelajaran olahraga. Dengan beralasan sakit perut, Sasuke diizinkan untuk beristirahat di UKS. Sasuke memang butuh mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Hanya dalam beberapa menit, dia sudah terlelap.

Tak lama kemudian, datanglah lima siswa dari kelasnya. Mereka mengendap diam-diam sambil membawa tirai putih yang kusam dan tali pengikat. Tirai itu dibentangkan menutupi kepala hingga ujung kaki Sasuke. Sasuke terbangun dan menggeliat menjauhkan tirai yang menutupi penglihatannya. Kelima siswa itu segera melilitkan tali untuk mengikat tirai agar tidak terlepas. Mereka juga memukuli Sasuke agar berhenti berontak. Mereka berhasil membungkus Sasuke dengan tirai kusam itu.

"Lepaskan aku!" teriak Sasuke menggeliat-geliat hingga terjatuh dari ranjang. Kerasnya benturan, tidak membuat Sasuke berhenti untuk mencoba melepaskan diri.

"Mati saja sana!" seru mereka tertawa sambil menginjak-nginjak tubuh Sasuke. Salah satu dari mereka terlalu kuat menendang wajah Sasuke, sehingga hidung dan mulutnya berdarah. Gerakan Sasuke perlahan melemah, nafasnya mulai sesak, dia butuh menghirup udara segar.

Tirai putih kusam itu semakin kusam dengan jejak sepatu yang kotor ditambah dengan noda merah dari darah Sasuke. Sebelum pergi, mereka mengencingi Sasuke.


Naruto selalu menjadi pahlawan kesiangan dalam membantu Sasuke. Naruto telat belasan menit, sehingga dia hanya menemukan sosok terbungkus tirai kotor yang tergeletak di lantai ruang UKS. Dia tahu, itu pasti Sasuke.

Secepatnya dia membuka tali pengikat untuk melihat sosok di dalamnya. Mengabaikan rasa jijik dari bau pesing yang mambasahi tirai.

Tampak Sasuke yang dalam keadaan setengah sadar. Wajahnya basah. Kedua matanya menyayu dan terlihat kosong. Mulutnya terbuka dengan nafas tersengal-sengal, darah masih mengalir dari hidung dan mulutnya.

"Mengapa kau begitu lemah?" Naruto mencengkram kuat rahang Sasuke. Sasuke tidak memberi respon apa-apa, dia tidak bisa mendengar ataupun melihat kemarahan Naruto. Pikirannya melayang tentang takdirnya. Selamanya dia akan tetap dikenal dengan label anak koruptor, sampah masyarakat. Orang-orang itu begitu membencinya hingga menginginkan kematiannya.

Naruto berdiri mengambil sebaskom air di wastafel, lalu menyiramnya ke wajah Sasuke. Kembali Naruto mencengkram dagu Sasuke.

"Sensei..." lirih Sasuke tampak begitu pasrah.

"Sampai kapan kau ingin hidup seperti ini?"

"Aku tidak ingin hidup lagi, sensei."

Sebuah tamparan kuat mendarat di pipi Sasuke, membuat darah di hidungnya mengalir lagi. Naruto menarik dagu Sasuke agar mereka bisa saling bertatapan. Ekspresi Naruto berubah menjadi sendu.

"Kau harus hidup untukku, Suke." Tangannya menyeka darah di hidung Sasuke. Meskipun telah diseka, darah itu masih mengalir. "Aku tidak ingin kehilanganmu."

Ucapan Naruto membuat Sasuke menitikkan air mata. Dia menyesal atas kebodohannya. Seharusnya dia sadar bahwa masih ada Naruto di sisinya, sosok seperti matahari yang mau mencintainya dengan tulus tanpa memandang masa lalu.


Sasuke sangat malu, saat Naruto menyuapinya. Walaupun dokter mengatakan bahwa pembuluh darah di hidung Sasuke pecah, Sasuke masih bisa makan sendiri, tapi sayangnya Naruto memaksa ingin meyuapi Sasuke. Naruto hanya ingin memanjakan Sasuke.

Setelah menyuapi Sasuke, Naruto memberi sebuah piring kecil yang terbuat dari tanah liat. Piring itu dinamainya Jiucho, tulisan yang terukir di bawah piring. Sasuke teringat dengan pemberian Naruto yang sebelumnya, semuanya dia simpan di sebuah kotak kaleng di lemari pakaian. Naruto sangat senang bahwa Sasuke masih menyimpan maha karyanya. Hanya abu Suigetsu yang tidak dipergunakan Naruto, dia tidak suka Sasuke menyimpan hal berbau Suigetsu.

Naruto tiba-tiba memasang wajah sendu, meminta maaf pada Sasuke karena dia telah mengasari Sasuke. Naruto menjelaskan bahwa dia cemburu dan ingin perhatian Sasuke hanya tertuju padanya saja.

"Maaf, jika aku terlalu egois."

Sasuke mengusap pipi Naruto. Sasuke tidak ingin Naruto merasa bersalah. Sasukelah yang salah, karena dirinya tidak peka.

"Dulu, ada sosok yang sangat kucintai. Dia berjanji akan selalu bersamaku, tapi ternyata dia pergi meninggalkanku." Naruto mencengkram dadanya sambil membayangkan sosok yang pernah dia cintai dulu -sebelum Sasuke. "Dia sudah tidak mencintaiku lagi, dia melarikan diri."

Sasuke tahu bahwa sosok itu bernama Sai.

"Aku sangat sedih, dia meninggalkanku," Naruto tersenyum tipis sambil memandangi Sasuke dengan mata berkaca-kaca.

Sasuke melingkarkan lengannya ke leher Naruto, mengusap-usap punggung Naruto, memberinya sebuah pelukan yang menenangkan.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, sensei." Janji Sasuke yang membuat Naruto berseringai seperti iblis.


Kehidupan Sasuke terasa kembali seperti semula, saat dia melihat meja dan bangkunya dipenuhi dengan coret-coretan kapur dan tumpahan bekal makan siangnya. Tas dan buku-bukunya basah dan dirobek-robek. Beruntung, dia tidak membawa ponselnya. Bisa-bisa ponsel mahal pemberian Naruto juga dirusak.

Pandangan Sasuke mengedar memandangi teman-teman sekelasnya. Tidak ada Neji dan kawanannya. Terlihat kawanan Dozu yang menyeringai. Sasuke yakin bahwa merekalah pelakunya.

Sasuke terjongkok memunguti barang-barangnya yang tercecer di lantai. Tiba-tiba saja beberapa butir telur melayang dan mendarat ke kepalanya.

"Dasar sampah!"

"Menjijikkan!

"Mati saja kau!"

Beberapa umpatan dan cacian terlontar bebas dari mulut-mulut orang yang begitu membenci Sasuke. Sasuke tidak tahu, mengapa dia terus-terusan dibenci? Padahal dia tidak pernah menyakiti mereka.

"Mati saja kau, anak koruptor! Sampah masyarakat!"

Sasuke sudah tidak tahan lagi, hatinya sangat sakit mendengar kalimat seperti itu. Dia mengambil kulit telur yang menempel di kepalanya dan melempar ke arah mereka.

"Aku punya sensei. Sensei pasti akan melindungiku!" tegas Sasuke dalam hati. Dia tidak akan berdiam diri lagi, dia harus melawan mereka.

Sasuke berlari menerjang Dozu, melayangkan kepalan tinju ke hidungnya. Melihat Sasuke melakukan perlawanan, mereka bersatu mengeroyok Sasuke. Sasuke yang tidak pandai berkelahi, hanya bisa asal menyeruduk dan melayangkan tinju dengan membabi buta. Dia mengangkat bangku dan melemparkannya ke arah musuh-musuhnya.

"Aku tidak takut pada kalian!" teriaknya kembali melempar bangku di dekatnya. Mereka membalas melempari Sasuke dengan bangku. Sasuke menunduk, melindungi kepalanya dengan tangan. Meringis tertahan saat bangku-bangku itu mengenainya.

PRaaaaNG

Kaca jendela pecah terkena lemparan bangku. Suasana kelas yang ricuh itu terhenti saat dua guru datang.


Sasuke dihukum menguras kolam renang. Murid-murid di kelas, dengan kompak menyalahkan Sasuke. Mereka bersaksi bahwa Sasukelah yang memulai keributan itu. Neji dan kawanannya hanya diam, tidak memberi pembelaan, karena mereka tidak ada di kelas saat itu.

Jelas-jelas, Sasuke adalah korban pembullyan, tapi malah dia yang dihukum dan dimintai ganti rugi atas rusaknya fasilitas kelas. Sungguh meggelikan.

Sambil berbaring di kolam renang yang kosong dan basah, Sasuke menghela nafas jenuh. Dia tahu, bahwa guru-guru itu tidak akan pernah mau membelanya. Mereka lebih sayang pada anak-anak dari keluarga terpandang itu.

"Huf~" untuk kesekian kalinya, dia menghela nafas.

"Kau keren, Suke!" seru Naruto yang sedari tadi mengamati Sasuke. Naruto melompat turun ke kolam dan duduk di samping Sasuke.

"Aku kalah dari mereka. Sama sekali tidak keren!"

"Kau sudah berusaha melawan, Suke." Naruto menyodorkan sekaleng softdrink dingin untuk Sasuke.

Sasuke menerima softdrink itu, lalu menempelkannya ke keningnya. Naruto bisa melihat memar di punggung tangan Sasuke.

"Sensei, apa aku harus terus berusaha melawan?"

"Tentu!"

"Meskipun aku tahu akan berakhir dengan kekalahanku?"

"Jangan lupa bahwa aku akan selalu di pihakmu!"

Naruto membantu Sasuke menguras kolam renang. Setelah selesai, dia pasti akan menghabisi Mizuki dan Kurenai -kedua guru yang telah memberi hukuman pada Sasuke.


Keesokan harinya, beredar dua kabar duka yang menghebohkan seluruh penghuni sekolah.

Kabar duka yang pertama, tubuh Mizuki ditemukan tewas tergantung di apartmennya. Polisi masih menyelidiki kasus ini.

Kabar duka yang kedua, anak semata wayang Kurenai yang baru berumur 7 tahun, meninggal karena terjatuh dari lantai 12 apartmen, tempat tinggalnya. Kurenai sangat depresi hingga ingin bunuh diri.

Kebetulan hari ini, Sasuke tidak masuk sekolah, sehingga hanya dia yang tidak tahu kabar duka tersebut, dia juga tidak mengaktifkan ponselnya. Sasuke tidak tahu bahwa murid-murid tengah membicarakannya. Dimulai dari Sasuke yang mengamuk di kelas, lalu mengaitkan Sasuke dengan musibah yang menimpa Mizuki dan Kurenai, hingga menghilangnya murid-murid yang sekelas dengan Sasuke. Mereka dengan kompak mengkambing-hitamkan Sasuke, menuduh bahwa Sasuke memiliki sisi gelap.

"Si miskin tidak mungkin melakukan itu," ucap Kiba yang bergaya seperti detektif. Neji yang duduk di sebelahnya juga berpendapat sama. Neji menduga bahwa orang yang melindungi Sasukelah pelakunya, tak lain dan tak bukan adalah Uzumaki Naruto. Mereka berpikir bahwa menghilangnya teman-teman sekelas, itu terjadi sejak kedatangan Naruto.


Saat pelajaran pertama berlangsung, Tsunade memanggil Naruto ke ruangannya.

Naruto mengernyit saat Tsunade menuduhnya sebagai pelaku, pasalnya dia belum sempat menghabisi Mizuki dan Kurenai.

"Aku memang ingin membunuh mereka, tapi bukan dengan cara seperti itu," jelas Naruto.

Tsunade menatap tajam Naruto, dia lupa bahwa cucu angkatnya ini adalah pembunuh yang sadis. Naruto tidak mungkin membunuh tanpa merusak tubuh korbannya.

Sebuah senyuman mengejek terukir di wajah Tsunade.

"Sepertinya, ada orang lain yang lebih cepat darimu!"

"Ck! Kuso!" Naruto meninju pahanya karena kesal.


Karena ada Menma di rumah, Sasuke memilih untuk tidak ke sekolah. Entah apa yang membuatnya begitu malas ke sekolah? Biasanya dia selalu rajin, meskipun harus berjuang menghadapi para pembully itu.

Kini Sasuke sedang memandikan Menma. Tubuh Menma begitu bau dan kotor. Menma merengek ingin dimandikan oleh Sasuke.

"Sasu-queen sungguh manis! Menma suka!" Menma tersenyum memandangi Sasuke yang sedang menggosok-gosok kotoran yang menempel di sela-sela jari kaki Menma.

Sasuke hanya tersenyum menanggapinya.

"Sasu-queen cinta Menma?"

Perhatian Sasuke beralih menatap Menma. "Aku sayang Menma-kun."

"Hanya sayang? Tidak cinta?" Menma menggembungkan pipinya, ekspresinya mengingatkan Sasuke ketika Naruto cemberut.

"Aku mencintai Menma-kun sebagai adik."

Jawaban Sasuke membuat Menma marah dan memukul-mukul air busa di bathtube tempatnya berendam. Percikan air itu mengenai Sasuke hingga pakaiannya basah.

"Menma-kun?" Sasuke tidak tahu apa yang terjadi pada Menma?

"Menma tidak ingin dianggap adik oleh Sasu-queen! Menma sudah besar! Menma sudah 24 tahun!" teriak Menma masih terus memukuli air.

Sasuke merutuki kebodohannya selama ini, yang telah menganggap Menma sebagai adik kecil. Seharusnya dia lebih berani bertanya banyak pada Naruto tentang Menma, walaupun Naruto tidak suka Sasuke membahas keluarganya.

Sasuke berniat memeluk Menma agar tenang, tapi Menma menarik lengan Sasuke dan membantingnya hingga terbenam ke dasar bathtube. Sasuke terbatuk-batuk terminum air busa, pendengarannya tidak jelas karena air memasuki telinganya.

Menma mendorong Sasuke ke sisi bathtube, lalu duduk di pahanya.

"Menma sudah 24 tahun! Menma ingin dicintai Sasu-queen, seperti Sasu-queen mencintai aniki! Hueee!"

"Maaf, Menma-kun. Maaf..." Sasuke menyeka air di pipi Menma yang basah. Sasuke merasa bersalah telah menyakit hati Menma.

Menma menangis meraung-raung sambil menutupi wajahnya dengan tangan, seolah malu untuk dilihat Sasuke.


Naruto menelepon Kakashi untuk memberi Menma obat tidur, menjauhkan Menma dari Sasuke. Naruto tidak ingin Menma mencuri kesempatan selama dia tidak ada di rumah.

Sambil menonton drama televisi bersama Sasuke, Menma tertidur pulas di sofa ruang keluarga. Sasuke mematikan TV, mengambil bantal dan selimut untuk Menma. Setelah itu, Sasuke duduk bersandar di sofa lain, memikirkan apa yang harus dia lakukan? Tubuhnya sangat letih, tapi pikirannya tidak bisa beristirahat.

"Sebaiknya aku menyalin ulang catatanku," pikir Sasuke.

Sasuke berjalan menuju kamarnya, duduk di depan meja belajar, mengambil duplikat buku catatannya. Menghela nafas sekali sebelum membuka lembaran buku catatan. Dia tidak menemukan pensil mekaniknya, sekali lagi dia menghela nafas. Dia harus pergi membelinya di toko.

Dengan dikawal Genma, Sasuke pergi ke toko buku. Genma tidak masuk, hanya berdiri di depan toko, mengawasi gerak-gerik Sasuke. Sasuke tidak suka diawasi seperti bayi. Mungkin nanti, dia akan membicarakan ini pada Naruto.

Tanpa Sasuke sadari, ada seorang pria yang sedari tadi memperhatikannya juga.


Terputus


Sebenarnya ngstack, tapi diposting aja walopun pendek.

Review please (+﹏+)