Disclaimer

Fujimaki Tadatoshi

"Tetcuya, kau jangan jadi uke tidak belbakti pada cuami. Lepas."

Perintah absolute itu tentu saja sang Tuan muda Seijurou yang mengatakan. Dia menatap sang guru yang kini tengah berdiri menggandeng tangan Kise Ryouta yang sejak tadi terus menangis karena terjatuh dari ayunan. Akashi seolah tidak rela saat melihat Kuroko yang menggandeng lengan Kise membawanya kembali ke dalam kelas. Bocah kecil itu memelototkan iris heterokrom miliknya, membuat sang guru menghela napas lelah.

"Akashi-kun, Kise-kun sedang sakit. Jadi kita mainnya setelah Sensei mengobati lukanya, ya?" Kuroko berusaha tersenyum walau tidak ada perubahan yang spesifik dari raut wajahnya.

"Tetcuya-Tetcuya." Akashi menggeleng tidak suka dibantah. Dia bertolak sebelah pinggang menatap saingannya gemas. Bocah kuning itu justru sengaja cari-cari kesempatan memeluk kaki sang surai biru muda. "Kau jangan jadi uke dulhaka."

"Kulokochi... sakit-suu." Kise mengeluarkan airmata buaya yang lebih banyak. "Sakit. Aku sudah tidak bisa jalan lagi." Rupanya Kise memang lebih pintar. Terbukti bocah itu bisa mengucapkan huruf 'S' dengan benar. Bocah itu menarik-narik kemeja yang dipakai gurunya, minta dipangku.

Dan dengan wajah malaikat tanpa dosa ala Kuroko Tetsuya, pemuda baby blue itu mengabulkan keinginan Kise. Dia tidak menyadari modus terselubung dari bocah kuning itu. kuroko menggendong Kise di depan sambil sesekali menepuk kepalanya pelan.

"Sudah Kise-kun, jagoan tidak boleh menangis. Sensei akan membawamu ke UKS, ne?"

"Tium dulu!" Kise mengelak gesit. Saat sebuah gunting melayang ke arahnya dengan kecepatan luar biasa. Nyaris saja mengenai bibirnya yang sedang monyong-monyong minta cium Kuroko. Sensei muda itu menoleh pada Akashi si pelaku. Dia menatapnya serius.

"Akashi-kun, jangan melempar gunting sembarangan. Bisa ada yang terluka." Kuroko memarahi si surai merah. Membuat bocah itu memasang wajah sedih.

"Tapi cikapmu justlu membuatku teluka Tetcuya." Akashi memegang dadanya lebay. "Ini cakit."

Entah Kuroko tidak mau tahu bocah lima tahun ini biasa menonton drama picisan di mana? Kenapa sikapnya begitu sok dewasa tanpa menyadari tinggiinya paling pendek di grup Kiseki no Sedai? Dia bahkan bicara belum lancar. Sok-sokan membahas tema cinta soal kesetiaan dan pengkhianatan.

Di kelas itu, mendadak suasana berubah hening. Kuroko masih menggendong Kise, Akashi berdiri di depannya dengan raut tersakiti. Aomine mengupil cari ide biar bisa modusin Kuroko juga. Midorima sok berpikir, cara efektif agar cedera dan mendapatkan perhatian sang Sensei yang menawan.

Kunyahan Murasakibara lah yang terdengar, bocah yang menurut desas-desus adalah hasil persilangan antara titan dan manusia terus mengunyah keripiknya sambil menatap malas pada adegan drama di depan kelas.

Dia tidak berpikir soal memodusi sang Sensei juga. Bukannya tidak mau, sih. Tapi sekali pun dia modus, dia tahu Sensei tidak akan sanggup menggendongnya. Berat dan tinggi badannya tidak sesuai dengan usianya. Dan sebagai calon seme sholeh yang tidak akan menganiaya sang uke, Murasakibara memilih mengalah saja untuk season ini.

"Kulokochi sakiiit." Kise meraung lagi. Ingin cepat-cepat membawa Kuroko keluar kelas dan menghabiskan waktu berdua dengannya saja. "Kakiku beldalaaaaaah..."

"Akashi-kun, tolong menyingkir sebentar. Sensei harus segera membawa Kise-kun ke uks." Kuroko mulai lelah. Bocah merah itu terus saja menghalangi jalannya. "nanti Sensei kasih permen."

"Jangan pelakukan aku cepelti anak kecil, Tetcuya." Akashi tampak geram. Dia melotot membuat Kuroko mundur selangkah. Bocah itu mengerikan sekali. Dia tidak capek apa sejak tadi mendongak terus? Kuroko saja yang terus-terusan menunduk merasa lehernya sudah mulai pegal kok. "Kau mau B D EC EM?"

Kuroko melotot terbelalak horror. Tidak tahu lagi muridnya itu mendengar istilah mengerikan darimana lagi? Siapa yang mengajarinya? Apa keluarganya tidak ada yang mengawasi apa yang dia tonton selama ini?

Bocah lima tahun mana yang sudah tahu kata se-awkward BDSM? Seperti mengerti saja singkatan dari apa?

Aduh, lagipula masa, sih, seorang Kuroko akan melakukan BDSM dengan salah satu muridnya yang masih TK? Dengan Kagami saja tidak pernah kok.

Kagami dan Kuroko sudah sepakat tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang agama sebelum mereka dihalalkan dalam sebuah ikatan pernikahan. Aamiin.

"Akashi-kun." Kuroko tetap sabar. Ini memang merupakan salah satu tantangan untuk guru TK. Menghadapi kebebalan anak-anak yang kadang membuat para orang dewasa jengkel. "Biarkan Sensei lewat, ya? Nanti setelah mengobati Kise-kun, kita akan main ayunan berdua saja."

Kuroko tidak yakin sebenarnya apa rencananya ini berhasil? Mengingat seorang bocah pastinya tidak mengerti apa yang dinamakan pacaran dan indahnya saat berduaan dengan orang yang mereka sayang. Kuroko pun menganggap sikap abnormal para muridnya itu merupakan bentuk kasih sayang antara murid dengan gurunya.

Murid-muridnya terlalu menyukainya, sehingga begitu ingin memonopoli Kuroko untuk diri sendiri. Pikiran Tetsuya-Sensei memang begitu naif. Tidak heran kalau hampir seminggu mengajar di TK Teiko, dia sering dimodusi murid-murid namun bebal tidak menyadarinya.

Berhasil tidak, ya?

Kuroko mulai khawatir saat darah di lutut Kise kini mengalir menyusuri betisnya. Harusnya tadi dia langsung membawa Kise ke UKS saja, bukan menuruti permintaan anak itu yang ingin ke kelas dulu mengambil tasnya.

Kuroko tidak punya cara lain lagi kalau sampai Akashi menolak. Dia mungkin akan menyingkirkan anak itu paksa.

"Kau mengajakku kencan, Tetcuya?" Akashi tersenyum aneh. Kuroko menahan napas. Sudah tidak kaget lagi dengan kamus kata nonsensor anak-anak milik Akashi.

'Ya, Akashi-kun. Jadi bisa kau bergeser dan memberi Sensei jalan?" Kuroko menahan napas kemudian menghembuskannya cepat saat Akashi mengangguk antusias kemudian bergeser memberi jalan.

"Ya, acal kau janji tidak ingkal, Honey. Kalau kau bohong, bokongmu akan ditucuk celibu jalum."

Kuroko yang langsung berlari keluar kelas sambil menggendong Kise itu nyaris tersedak air ludahnya sendiri. Pasalnya, dia hanya sayup-sayup mendengar kalimat terakhir Akashi, dan sial bagi Kuroko, karena yang dia dengar hanya sampai 'Kalau kau bohong, bokongmu akan ditucuk-'.

Kuroko nyaris mengerang kesal memikirkan kalimat-kalimat frontal bocah itu. dia tidak tahu kenapa merasa dirinya tidak akan aman jika terus mengajar di Teiko apalagi berhadapan Akashi Seijurou.

'Tenang Kagami-kun, aku tidak akan membiarkan bokongku ditusuk siapa pun selain oleh dirimu.' Kuroko bersumpah pada dirinya. Sebagai calon uke yang berbakti dan taat pada semenya, tentu dia akan berusaha menjaga diri agar tidak tergoda oleh bisikkan-bisikkan syaiton para muridnya itu.

QueenNotDevil

Setelah mengobati Kise, Kuroko bersyukur karena luka di lututnya itu tidak terlalu parah. Kise hanya tidak diizinkan bermain dulu dan berdiam diri di kelas saja. Kuroko sebenarnya sangat ingin menemaninya, dia kasihan pada bocah kuning hyperaktif yang mendadak jadi pendiam karena menahan sakit lutut dan sikunya.

Tapi-

Dia sudah kepalang janji dengan Akashi. Saat ini dirinya tengah berada di halaman bermain. Dia mendudukki ayunan dengan Akashi yang bermanja-manja duduk di pangkuannya, tersenyum girang saat Kuroko memeluk pinggangnya agar bocah itu tidak terlempar karena ayunan yang bergoyang.

Yah, itu lebih baik daripada bokongnya ditusuk bocah lima tahun bukan?

"Tetcuya, apa makanan kecukaanmu?" Akashi bertanya antusias. Bocah itu menggenggam erat tangan besar Kuroko yang melingkar perutnya, sesekali berseru heboh layaknya anak kecil saat ayunannya naik-turun. Menghempaskan rambut merah darahnya tersapu angin.

Ah, Kuroko lupa dia memang masih anak-anak.

"Sensei suka vanilla shake, Akashi-kun." Si pemilik surai baby blue menjawab lembut, sesekali dia mendaratkan kakinya ke tanah untuk mengayunkan ayunan mereka.

"Itu minuman Tetcuya, bukan makanan." Akashi meralat. "Pantas caja kulitmu putih cekali. Kau seling minum cucu, ya?"

Cara bicara Akashi lucu sekali. Walau bocah ini sering bersikap sok dewasa, cadelnya itu loh menggemaskan keterlaluan.

"Susu tidak akan berpengaruh untuk warna kulit seseorang." Sensei muda mengulum senyum. Dia meluruskan pandangannya, melihat Aomine yang sedang menenggak susu dari botol minum bekalnya dari rumah. Bocah sinis itu tampak sedang cekcok mulut sambil membuat istana pasir dengan Midorima.

Benar, susu tidak akan berpengaruh pada warna kulit seseorang.

Buktinya, Kuroko sering melihat Aomine minum susu vanilla di sekolah, tapi kulitnya tetap saja dekil tidak ada perubahan sama sekali.

Tetap dekil selalu, Aomine-kun.

Sumpah, Kuroko yakin bukan dirinya yang mengatakan hal itu.

"Kebetulan orangtua Sensei juga berkulit putih."

"Ibu meltuaku pasti tantik tepelti Tetcuya." Akashi mengangguk sok mengerti. Kuroko membiarkan saja. "Tetcuya punya adik?"

"Tidak, Sensei anak tunggal." Kuroko terus memanggil dirinya sendiri 'Sensei' berharap panggilan itu juga akan menular pada murid-muridnya yang lain. Dia berharap suatu hari nanti murid pelanginya itu akan mengerti dan mulai belajar menghormati dirinya.

"Aku juga tidak punya adik." Akashi menjawab padahal Kuroko tidak bertanya. "Mama-Papa seling ndak ada di lumah. Cepi cekali."

Kuroko menyayukan matanya. Dia tahu kalau Akashi memang berasal dari keluarga kaya raya. Tidak heran kalau sehari-harinya orangtua bocah ini lebih sibuk mengurusi pekerjaan daripada merawat anak semata wayang mereka.

Kuroko sekarang cukup mengerti, kenapa Akashi begitu superior dan asal jeplak saat bicara.

Orangtuanya bahkan tidak ada waktu untuk mendidiknya.

"Jadi, Akashi-kun kesepian?" Kuroko bertanya lembut. Tangannya yang bebas mengelus rambut merah Akashi yang begitu wangi.

"Tidak." Akashi menggeleng. "Aku cudah becal, jadi tidak kecepian lagi."

Kuroko mengulum senyum. Dia membelai lembut rambut merah bocah kecil di pangkuannya, ayunan mereka berhenti. Akashi menoleh dan mendongak demi balas menatap mata biru yang menatap hangat padanya.

"Kenapa belhenti, Tetcuya?"

"Akashi-kun." Kuroko menahan napas. Kagum pada sikap sok tegar seorang anak yang bahkan masih masuk kategori balita. "Kau memang anak yang hebat. Sensei kagum padamu."

TBC

Maaf, updatenya lama. Saya masih agak susah nulis ff multi. Hehehe. Semoga terhibur. Terima kasih untuk semua yang sudah menyempatkan membaca.

FF ini akan diusahakan update maksimal sebulan sekali.

Untuk yang tanya pairing tetap di ff ini. Masih belum bisa saya tentukan. Tapi sebenarnya saya ini AkaKuroShipper. Jadi entahlah, chap depan bahas AoKuro, yaaa. Biar adil. Hehehe.

Salam

Queen Not Devil