Don't Know Why

by

N-Yera48

Main Cast(s) :

Min Yoon Gi

Park Ji Min

Other Cast(s) :

BTS Member(s), EXO Member(s)

Rate M

Genre :

Romance, Drama, Married-life

Summary :

Yoongi tidak tahu mengapa ia membeku melihat seseorang di altar sana. Yoongi tidak tahu mengapa ia bisa berada di altar sekarang. Dan Yoongi tidak tahu mengapa ia mengeluarkan dua kata "Saya bersedia." dari mulutnya. Yoongi tidak tahu mengapa. Semuanya terjadi begitu saja.

WARNING!

Shounen-ai/BL/Boys Love

Don't Like, Don't Read

It's so simple, right?

.

Previous Chapter :

Karena dirundung rasa penasaran, Yoongi membuka dan melihat isi dari amplop tersebut. Yoongi membaca surat-surat itu dengan ekspresi tidak percaya.

"Yoongi Hyung, aku pulang. Oh, disini kau rupa... nya..." Jimin terhenti di pintu kamar melihat ekspresi datar Yoongi. Ia mendekati Yoongi perlahan.

"Yoongi Hyung, ada apa? Apa yang kau bac-" Dan betapa terkejutnya ia melihat apa yang sedang dibaca Yoongi. Wajahnya memucat.

"Hyu-hyung?"

Tanpa berkata sepatah katapun, Yoongi melempar berkas tersebut ke arah Jimin dan berjalan keluar kamar.

.

.

.

© N-Yera48

.

.

.

"Yoongi Hyung! Tunggu!" Jimin mencoba meraih tangan Yoongi namun ditepis olehnya. Ia sama sekali tidak menghiraukan Jimin dan terus berjalan menuju pintu apartemen.

"Park Yoongi!"

Yoongi pun menghilang dibalik pintu.

.

"Baek Hyung, sudah siap tugas dari pak Shim?"

"Belum, masih lama kan? Nanti kita kerjakan sama-sama." Baekhyun masih berkutat dengan ponselnya sambil tiduran di sofa.

"Main ponsel mulu. Ga bosan?" Taehyung merengut di samping Baekhyun.

"Makanya, cari gebetan sana."

"Ish! Hyung apaan sih?!"

Tiba-tiba suara bel menginterupsi keduanya.

"Ada tamu tuh! Coba lihat siapa."

"Aigoooo~" Taehyung mencibir ke arah Baekhyun kemudian bangkit menuju pintu depan.

Begitu pintu dibuka, sosok Yoongi yang sedang menunduk terlihat. Entah ekspresi apa yang sedang terpasang di paras Yoongi, Taehyung tidak tahu.

"Yoongi? Kau kena-"

Tanpa suara Yoongi langsung memeluk Taehyung erat. Bahu yang bergetar menandakan Yoongi sedang tidak baik-baik saja. Taehyung mencoba memahami situasi dan yang bisa dilakukannya saat ini adalah membalas pelukan Yoongi seraya mengelus punggungnya berusaha menenangkan.

.

"Perusahaan Jimin menjalin kerja sama dengan toko kosmetik ayahmu?"

Yoongi hanya mengangguk.

"Lalu apa salahnya?" Kini Taehyung yang bersuara.

"Disana jelas tercantum tanggal kerjasamanya sebulan sebelum aku dinikahkan. Aku, aku merasa dijual keluargaku sendiri." Yoongi menunduk dalam.

"Yoongi, jangan berburuk sangka terhadap keluargamu. Menurutku kau harus mendengarkan penjelasan Jimin terlebih dahulu."

"Benar kata Baek Hyung, kau harus mendengarkan penjelasannya dulu. Yang terlihat tidak selalu sesuai dengan kenyataan."

Yoongi merenungkan kata-kata Baekhyun dan Taehyung, "Bolehkah malam ini aku menginap di tempat kalian? Besok tidak ada kelas jadi aku akan pulang ke Daegu."

"Tidak ingin memberitahu Jimin?" Tanya Taehyung.

"Tidak usah, aku tidak ingin berbicara dengannya untuk saat ini."

.

Yoongi pergi tidak membawa apa-apa. Bahkan ponselnya ditinggal di atas meja nakas. Jimin mengusak rambutnya frustasi. Bodoh berkali-kali terucap. Tentu saja itu semua untuk dirinya sendiri.

Seharusnya ia menceritakan semuanya dari awal. Ini disaat ia akan menceritakannya, kejadian yang tak diinginkan seperti sekarang ini pun terjadi.

Jimin mengambil kunci mobil, berniat menyusul Yoongi. Diedarkan pandangannya ke seluruh penjuru jalanan seraya mengemudi pelan.

Tak berapa lama, Yoongi terlihat. Ia memasuki pekarangan sebuah apartemen. Bukan apartemen yang ditempatinya dulu. Berbeda. Jimin berhenti tepat di depan gedung tersebut.

Ia ingin masuk menyusul Yoongi. Akan tetapi ada yang menahannya, seolah berkata untuk membiarkan Yoongi tenang terlebih dahulu. Pada akhirnya Jimin memilih untuk menunggu Yoongi di dalam mobil.

Beberapa orang ber lalu-lalang masuk keluar gedung apartemen, Yoongi tak terlihat bahkan sampai cahaya jingga muncul di ufuk barat.

Saat itulah Jimin melihat seorang teman Yoongi yang diyakini bernama Taehyung keluar dari sana. Jimin segera turun dari mobil dan menghampirinya.

"Taehyung kan?"

"Eh? Aku bukan Taehyung."

"Maafkan saya." Jimin membungkuk minta maaf dan segera berbalik.

'Mirip Taehyung.' Batinnya.

"Tunggu! Aku sepupunya Taehyung."

Jimin segera mendekatinya kembali, "Jika begitu, apa kau mengenal Yoongi?"

"Tentu saja. Dia temanku."

"Ah, perkenalkan, nama saya Park Jimin."

"Park Jimin? Ah~ ternyata kau suaminya Yoongi. Aku Byun Baekhyun."

"Iya, benar. Yoongi Hyung sekarang bersamamu?"

"Iya, dia bersama kami. sekarang dia di atas bersama Taehyung." Baekhyun menunjuk ke gedung, "Ah tapi, Yoongi malam ini akan menginap disini. Sebaiknya kau pulang saja dulu. Yoongi butuh waktu untuk menenangkan diri."

Jimin mengusap rambutnya ke belakang. Raut gelisah terlihat jelas. Kemudian membungkuk pamit, "Baiklah. Terima kasih banyak, Baekhyun Hyung. Besok saya akan menjemputnya."

"Oh, satu lagi. Katanya besok dia akan pulang ke Daegu. Jadi kemungkinan dia akan singgah ke apartemen terlebih dahulu. Gunakan waktu sebaik mungkin untuk memperbaiki hubungan kalian." Baekhyun tersenyum tulus, ia hanya ingin yang terbaik untuk temannya.

Walau saat ini terasa sulit untuk menampilkan sebuah senyuman, Jimin tetap membalas senyuman Baekhyun. "Sekali lagi terima kasih." Membungkuk untuk terakhir kali sebelum ia memasuki mobilnya kembali.

Baekhyun melanjutkan tujuannya ke minimarket. Biarlah perjumpaannya dengan Jimin tidak diketahui oleh Yoongi. Menurutnya, ini yang terbaik.

.

.

Yoongi memasuki apartemennya dengan hati-hati. Ia tau bahwa hari ini Jimin sedang ada kelas. Akan tetapi apakah Jimin sudah pergi atau tidak, itulah yang membuat Yoongi was was. Ia masih tidak ingin bertemu dengan Jimin.

"Yoongi Hyung."

Yoongi menegang mendengar suara Jimin yang memanggil namanya. Dilihatnya Jimin sedang duduk di sofa ruang tengah. Penampilan Jimin berantakan.

'Mungkinkah Jimin semalaman menungguku disini?'

Jujur saja hati Yoongi mencelos melihat keadaan Jimin. Namun Yoongi mengeraskan hatinya, ia masih tidak terima perihal Jimin menyembunyikan kerjasama dengan usaha ayahnya.

Yoongi melanjutkan tujuannya mengambil beberapa baju dan ponselnya yang tertinggal di kamar.

"Yoongi Hyung."

Jimin mengikuti langkah Yoongi dan yang dilihatnya adalah Yoongi yang sibuk memasukkan beberapa pakaian ke dalam tasnya.

"Yoongi Hyung mau kemana? Hyung, dengarkan penjelasanku dulu."

Tak ada sahutan. Jimin mengeratkan kepalan tangan, emosi mulai menguasai dirinya.

"Park Yoongi!" Jimin menepis tangan Yoongi membuat tas dan pakaian berhamburan di lantai.

"APA, HAH?! AKU MAU PULANG KE DAEGU! MEMANG APA PEDULIMU? LAGI PULA PERNIKAHAN KITA CUMAN SEBATAS HITAM DI ATAS PUTIH KAN?!"

Jimin benar-benar tersulut, di genggam erat bahu Yoongi dan dihempaskan tubuh kecil Yoongi ke ranjang membuat Yoongi berada dalam kungkungan Jimin, "KAU TAU APA, YOONGI? DENGARKAN DULU PENJELASANKU!"

Wajah keduanya memerah karena emosi.

"APA LAGI YANG HARUS DIJELA- HMMMFFTT!"

Perkataan Yoongi terputus karena Jimin menciumnya kasar. Kedua tangan Yoongi di cengkram kuat olehnya. Jimin tak membiarkan sedikit ruang pun untuk Yoongi menghindar, bahkan untuk bernapas.

Yoongi memberontak sekuat tenaga tapi ia masih tak bisa lepas. Jimin yang sekarang membuatnya takut luar biasa. Tanpa disadarinya, cairan bening mulai mengalir dari pelupuk mata.

Jimin menurunkan ciumannya ke rahang serta leher Yoongi.

"Haah! Haah! Jim-JIMIIINNH! BERHENTIII!" Suara Yoongi yang memintanya berhenti seakan tidak memasuki indra pendengarannya.

"AAAKHH!"

Yoongi berteriak kencang saat Jimin menghisap kuat lehernya -atau bahkan menggigitnya?-

"JIMIN BERHENTIII! INI TIDAK BENAR!"

Jimin benar-benar tuli. Ia dengan tega merobek kemeja yang dikenakan Yoongi hingga tak berbentuk. Kemudian kembali menciumi rahang Yoongi dengan tangan yang terus mengerayangi.

Pergerakan Yoongi semakin lama semakin melemah. Hingga tak ada lagi perlawanan.

"Jimin... hiks.. aku mencintaimu. Aku... hiks.. mencintaimu. Aku mencintaimu..."

Pernyataan lemah Yoongi yang terputus-putus oleh isakan membuat pergerakan Jimin terhenti. Matanya perih, mendesak cairan bening keluar dari sana. Terlebih saat ia perlahan bangkit untuk melihat keadaan sang istri yang berada dibawah kuasanya.

Air matanya semakin deras mengalir saat ia melihat keadaan Yoongi. Yoongi menangis kencang sambil meringkuk memeluk tubuhnya sendiri. Kemejanya sobek, resleting celananya pun rusak.

Tubuh putihnya tidak mulus lagi. Rona merah menghiasi rahang, leher, dan pundaknya. Bekas cengkeramannya tercetak jelas di pergelangan tangan Yoongi. Mata tertutup rapat dengan air mata yang mengalir deras, bahkan terdapat darah di sudut bibir Yoongi.

"AARRGGGHHH!" Jimin berteriak kencang. Apa yang sudah dilakukannya? Orang yang seharusnya dia lindungi malah dia sendiri yang menyakiti.

"Yoongi Hyung, maafkan aku, maafkan aku." Kata maaf berulang kali terucap. Jimin memeluk Yoongi pelan. Tubuh Yoongi masih bergetar, namun ia tetap membalas pelukan Jimin.

.

.

Akibat lelah menangis, Yoongi tertidur. Penampilan Yoongi sudah tidak seberantakan tadi. Jimin mengelap tubuh Yoongi dengan air hangat serta mengganti pakaiannya dengan piyama.

Sudah 2 jam Yoongi masih setia menutup matanya. Jimin juga masih setia menunggu Yoongi bangun dari tidurnya.

Jimin duduk disamping Yoongi tidur, memandang wajah teduh pasangannya saat menyelam mimpi. Luka serta memar di sudut bibir Yoongi masih terlihat jelas. Jimin berulang kali mengutuk dirinya sendiri.

Beberapa saat kemudian, Yoongi mulai membuka matanya.

"Yoongi Hyung." Jimin membantu Yoongi untuk duduk. Matanya kembali berair, air mata kapan saja siap meluncur dari sana. Tangannya menangkup pipi Yoongi, mengelusnya pelan, menyalurkan kehangatan.

"Maafkan aku, Hyung. Aku suami terbrengsek yang pernah ada. Aku yang seharusnya melindungimu malah aku yang menyakitimu. Maafkan aku."

Mata keduanya beradu. "Aku yang seharusnya minta maaf. Aku yang terlebih dahulu memancing emosimu, Jimin."

"Jangan meminta maaf, Hyung tidak salah. Aku yang salah." Jimin bangkit mengambil amplop coklat yang menjadi akar kesalahpahaman mereka.

"Tidak seharusnya aku merahasiakan ini darimu, Yoongi Hyung."

"Jadi benar ya, jika pernikahan kita adalah perantara kerjasama?" Yoongi menundukkan kepalanya.

"Tidak, Hyung. Tidak seperti itu."

.

Flashback sebulan sebelum pernikahan.

.

Jimin memasuki ruang kerja ayahnya, "Appa memanggilku?"

"Oh, Jimin. Kau sudah datang."

Jimin duduk tepat didepan meja ayahnya. Tuan Park langsung memberikannya beberapa berkas. "Ini berkas kerjasama dengan beberapa toko kosmetik di wilayah Seoul, Daegu, Gwangju, dan Busan. Coba kamu cek."

"Baik, Appa." Setelah itu Jimin pamit dan kembali ke kamarnya.

Jimin memeriksa satu persatu berkas tersebut dan saat memeriksa berkas kerjasama dengan salah satu toko yang ada di Daegu, Jimin tertarik.

'Min Cosmetic' mengingatkan ia pada Min Yoongi sang cinta pertama. Apakah ini milik keluarga Yoongi? Tapi yang bermarga Min banyak. Jimin harus memastikan, mungkin ini saatnya ia mencari Yoongi.

.

Keesokan harinya Jimin berangkat sendiri ke Daegu, tujuannya adalah 'Min Cosmetic'. Alamatnya tertera lengkap di berkas yang diberikan ayahnya. Namun Jimin menghentikan mobilnya di pinggir taman yang menjadi tempat perjumpaannya dengan Yoongi. Banyak sekali perubahan yang terjadi. Wajar saja, sudah 5 tahun berlalu.

Jimin tidak jadi menjalankan mobilnya saat ia melihat seorang siswa berambut hitam di seberang jalan. Terasa familiar. Jimin memutar memorinya. Siapa dia?

Oh! Dia kan yang dulu sempat ke taman bersama Yoongi. Pemuda bermarga Park itu buru-buru menyusul siswa itu.

"Permisi."

"Ya?" Siswa itu menatap Jimin bingung.

"Aku ingin bertanya. Apa kau mengenal Min Yoongi?" Jimin langsung ke intinya.

"Min Yoongi? Dia adalah Hyung ku."

'Oh, ternyata ini calon adik ipar.'

"Oh? Kau tidak asing. Yang di taman? Eumm.." Jimin heran, siswa ini mengenalnya? "Ah! Jimin!"

"Kau mengenalku?"

"Dari Hyungku. Oh, ya. Aku Min Jungkook."

"Park Jimin." Keduanya pun berjabat tangan.

Dari sinilah Jimin tau semua tentang Yoongi, melalui Jungkook -adik Min Yoongi-.

.

Flashback end.

.

"Berkat kerjasama itulah aku bisa menemukanmu, Yoongi Hyung." Jimin memandang dalam mata Yoongi, "Pernikahan kita bukan terjadi karena kerjasama perusahaan."

Mata Yoongi berkaca-kaca, "Seharusnya kau mengatakannya dari awal sehingga kejadian seperti ini tidak pernah terjadi. Aku.."

Air mata menetes kembali dari mata indahnya, "Aku merasa berdosa pada orang tuaku. Ku kira mereka mengorbankanku untuk kerjasama ini."

"Jangan menangis lagi, Hyung. Maaf telah menyebabkan luka sebanyak ini padamu." Jimin menghapus air mata yang mengalir di pipi Yoongi menggunakan kedua ibu jarinya.

"Aku juga minta maaf. Aku mencintaimu, Park Jimin."

"Aku juga sangat mencintaimu, Park Yoongi."

Dan setelah itu kedua bibir saling bertemu. Tidak ada pergerakan disana. Hanya saling menempel untuk menyalurkan rasa cinta masing-masing.

.

.

.

Seminggu kemudian.

"Eomma~"

Nyonya Min terkejut dengan kehadiran Yoongi. Yoongi segera berlari memeluk ibunya.

"Ya ampun, Yoongi. Pulang kenapa tidak bilang dulu. Eomma belum menyiapkan apa-apa."

"Kejutan." Yoongi memberikan senyum terbaiknya. Jimin yang melihat ikut tersenyum.

"Jimin, ayo masuk dulu."

"Iya, Eomeonim."

.

"Eomma, Appa, aku minta maaf. Selama ini aku pasti sering menyusahkan Eomma dan Appa."

"Aigoo, Yoongi. Kenapa tiba-tiba minta maaf? Terjadi sesuatu?" Nyonya Min terlihat khawatir.

Saat ini keluarga Min sedang makan malam bersama, ditambah dengan kehadiran Jimin tentu saja.

"Tidak, hanya ingin minta maaf saja. Hehe."

"Jika ada masalah, kau boleh menceritakannya pada kami." Tuan Min juga ikut bersuara.

"Kalian baik-baik saja kan?" Nyonya Min masih terlihat khawatir.

"Kami baik-baik saja, Abeonim, Eomeonim. Akhir-akhir ini Yoongi Hyung sering teringat rumah, makanya hari ini kami berkunjung."

"Syukurlah."

"Yoonie Hyung tidak meminta maaf padaku juga?" Sang adik yang sedari tadi menyimak pun bersuara.

"Harusnya kau yang minta maaf, Kookie. Kau sering membuatku jengkel."

"Ish! Yoonie Hyung." Jungkook kembali memakan makanannya.

Yoongi terkekeh melihat tingkah adiknya.

Makan malam diringi dengan obrolan ringan membuat suasana keluarga Min menghangat. Yoongi dan Jimin saling melempar senyuman. Biarlah masalah yang terjadi menjadi rahasia bagi mereka berdua.

.

.

.

END.

Maaf beribu maaf bagi yang menunggu fanfic ini. 1,5 tahun hanya untuk chapter terakhir? Tampar saya tolong. Sekali lagi maaf yang sebesar-besarnya. /bungkuk dalam-dalam/

Karena ada unsur kekerasan, ratenya berubah jadi M ya.

Terima kasih pada kalian yang masih setia menunggu. Ada kah? Jika tidak ada, salah saya sendiri. Haha. :'D

Terima kasih kepada-

michaelchildhood, Dudu Luv Nini, Reny246, an.2794, XiayuweLiu, Park RinHyun-Uchiha, minyoonlovers, Amond14, Jimsnoona, Jimsuga, Guest (1), Reniependi07, ChiminsCake, , flyhjgh, A Y P, Linkz account, indriwin175, Guest (2), Guest (3), Guest (4), EightForty, Reichannn, siscaMinstalove, haruna sakurai, Hanami96, ArsFirda, Tabifangirl, Suga's kumamon, BornSinger, applecrushx, Jimiestry, Khasabat04, LittleDeviL94, sugarmy19, egik, triesuga, Guest (5), ParkChim, , parkjims, siapaaja

yang telah mereview di chapter sebelumnya dan menanyakan kelanjutan cerita ini. Jujur review kalian saya baca berulang-ulang. Sekali lagi terima kasih.

Terima kasih juga yang telah membaca, memfollow dan memfavoritekan fanfic ini. Salam cinta untuk kalian semuanya.

Akhir kata, Gomawoyo, saranghaeyo, mianhaeyooooo~^^