BoboiBoy © Animonsta
.
.
.
1. Tidak akan ada artinya bila kau menang sendiri.
Untuk pertama kalinya Fang dapat mengalahkan BoboiBoy, bukan dalam olahraga Sepak Bola, melainkan dalam olahraga Basket. Ia langsung memasang senyuman angkuh ketika sepasang orbs nila-nya bertemu dengan papan skor.
Fang vs BoboiBoy. 41-10.
Dalam waktu sepuluh menit. One-on-One.
BoboiBoy tersenyum memaklumi, ia merasakan perasaan yang dialami Fang saat kalah dalam pertandingan Sepak Bola, setidaknya bukan perasaan dendam kesumat. Ying dan Yaya pun ia hadang untuk tidak melabrak Fang, dan Gopal? Sedang sibuk menjual lembaran foto Fang pada sang penggemar.
"Tengok BoboiBoy, aku lebih populer daripada kau," dalam jarak tak dekat, Fang menunjuk kearah BoboiBoy, aura keangkuhan menguar sangat jelas—mengejek.
"Heleh.. Dilapangan basket je, 'kan?" ejek BoboiBoy, retoris, membuat tangan Fang yang tadi menunjuk kini menggenggam geram, dan perempatan fiksi warna ungu yang bertengger dikepalanya.
"Aku bisa jadi Kiperlah," kata Fang keras, tak mau kalah.
"Kau tau tak Fang ? Kemenangan tidak akan ada artinya bila kau sendiri,"
Sederhana. Tapi dapat membuat Fang termenung diam - diam.
2. Aku pasti menang
BoboiBoy sudah menemukan timnya untuk pertandingan Sepak Bola sore ini, sementara dia ? Fang menggerutu pelan sambil menshoot bola basketnya kearah papan tua diatas pintu masuk rumah (tak) berhantu. Tidak menemukan tim—Adu Du menawarkan dirinya, tapi Fang menolak mentah-mentah—bukanlah hal yang baik untuk saat ini.
Bola basketnya terlempar keluar, menggelinding mengenai kaki seseorang yang tengah lewat. "Eh ?" BoboiBoy mengambil basketnya, disana—tepatnya didepan rumah—BoboiBoy melihat sang hantu rumah menopang dagu, berpikir serius.
"Tak usah dipikirkan terlalu berat," kekehan geli, dari sang pahlawan. Fang menyahut galak. "Aku pasti menang,"
3. BoboiBoy tetap BoboiBoy
Tok Aba sakit. Bisa tak bisa BoboiBoy harus membuka kedai, bersekolah, sekaligus menjaga Tok Aba diwaktu yang sama. Berkat bantuan Ochobot, BoboiBoy dapat berpecah menjadi tiga dalam waktu sehari sehingga Gempa diberi tugas untuk menjaga Tok Aba, Taufan menjaga Kedai, dan Halilintar pergi bersekolah.
Kejadian yang cukup memalukan disekolah dialami Halilintar. Mejanya dihiasi dengan berbagai karangan bunga berwarna warni, juga pot dan taplak meja berwarna merah muda. Kalau dia dulu sih, bisa sabar karena ada sisi BoboiBoy Gempa yang baik hati, tapi kalau sekarang adalah Halilintar... hanya ada sisi serius dan tidak mau diganggu gugat.
Cikgu Papa Kebenaran mendekati BoboiBoy, "huuu feminimnyaaaa, BoboiBoy." Ia tertawa geli dengan background pink tanpa memperhatikan mata merah BoboiBoy yang berkilat.
Sebuah pedang Halilintar keluar dari tangannya, semua menatap ngeri sambil bersiap untuk kabur.
"KYYAAA," teriakan Papa Zola seakan mendeklarasikan kegosongan Fang dan kekaburan murid-muridnya.
.
.
.
Waktunya pulang sekolah, BoboiBoy Taufan dengan riang gembira melayani para pengunjung yang datang—tepatnya teman-temannya. Meskipun begitu, ada sirat heran saat melihat Fang terplester wajahnya.
"Apesal dengan kau ni ?"
Tatapan Fang galak, presensi sudut fiksi berwarna ungu dan tangannya yang tergenggam kuat cukup membuat Taufan bisa menebak bahwa mood nya sedang dalam keadaan tidak baik.
"Aku disetrum oleh dia," disempatkan menunjuk BoboiBoy Halilintar, "hanya karena menghias mejamu tau BoboiBoy,"
Yang bertanya tertawa gelak, ia menepuk kepala Fang seakan memberinya kode untuk tabah secara tak langsung—tapi kalau Taufan yang melakukannya sih, lebih ke mengejek. "Sabar, sabar," dan Fang langsung menepis tangan Taufan.
Saat Fang melirik kearah kiri, ia mendapati BoboiBoy Gempa berlari kearah kedai, dengan Giga yang menggendong Tok Aba.
"Woi woi, tengok tuuu," suara Gopal berteriak, menggalihkan pandangan semua orang untuk melihat Gempa yang berlari kearah mereka. Setelah sampai, Giga menurunkan Tok Aba. Wajahnya masih memerah, ketika Taufan mengeceknya, Tok Aba masih demam—tapi lebih baik daripada pagi tadi.
Gempa yang menjadi korban penganiayaan Tok Aba pun menjatuhkan dirinya pada rerumputan. Telinganya terlihat sedikit memerah dan wajahnya—tepatnya dipipi—memerah entah karena apa.
"Kau tak pe BoboiBoy ?" Fang bertanya sambil menaikkan sebelah alis, suaranya lebih tenang daripada yang tadi. Ia jongkok disamping Gempa yang terlihat pasrah.
"Aku dijewer dan pipiku dicubit Atok karena tak bolehkan kemari," ujarnya lemas, nafasnya terengah-engah karena lelah—oh pantas saja.
Kadang Fang berpikir, apakah mereka itu... berbeda?
Kemudian tanpa sadar ia menyuarakan pertanyaan dalam pikirannya. "BoboiBoy, apesal kat korang menjadi tige.. sifat korang berubah ?"
Semua cengo, jangkrik mengerik. Mungkin di sini satu-satunya yang berpikir begitu hanyalah Fang. Ochobot yang mengerti jalan pikiran Fang pun menyela.
"Berdasarkan elemen, emosi BoboiBoy akan terbagi juga."
Walau bagaimanapun mereka masih anak SD, wajar kalau tak mengerti. BoboiBoy kembali menjadi satu, kemudian mengatakan terbaik dengan jempol andalannya. Barulah ia membujuk sang Atok untuk kembali beristirahat.
Ochobot mendekati Fang, berharap bahwa bocah SD terpintar setelah Yaya dan Ying itu paham perkataannya.
"Meskipun aku tak faham apa kau cakap Ochobot—
... hati si robot kuning hancur berkeping-keping.
—tapi tak pe lah. BoboiBoy tetap BoboiBoy."
... ya, tak masalah.
Drabble singkat tentang BoboiBoy & Fang. Request? Saya pikirkan X3