The Mating Season
Original Creator : Ishida Sui-sensei :3
FF from : Zombie Teddy Bear
Pair: Hide x Kaneki
Warning: M+ mungkin, BxB, Yaoi, OOC, sikit nyerempet antara Canon sama AU, kalau memang gk suka tolong jangan di flame yah... Tinggal tekan tombol balik kok... ARIGATOU.. :3
Suara dering handphone membuat sebuah tangan bergerak malas kearahnya yang bergetar hebat di samping tubuhnya. Suara erangan terdengar kesal dari si pemilik tangan berambut jingga tersebut. Ia mematikan telepon di pagi buta dan melemparnya jauh dari sisi tubuhnya. Tubuhnya yang setengah telanjang kembali ia selimuti dengan selimut hangat dan tebal tersebut. Tak lama kemudian terdengar lagi dering handphonenya. Si pemuda hanya mengerang dan membiarkan handphonenya tersebut, tidak butuh waktu lama buatnya menunggu dering yang membisingkan telinganya mati. Merasa lega ia kembali mengendurkan otot wajahnya yang sempat menegang kala tidurnya diganggu. Tapi itu tidak lama... Lagi-lagi handphonenya berbunyi. Tetap dibiarkan seperti tadi... Terus berulang-ulang sampai...
"AAAAAAKH, SIAPA SIH PAGI-PAGI BUTA GINI MENGANGGU TIDURKU, SIALAN!" umpatnya sambil melempar selimutnya ke bawah kasur dan berjalan dengan wajah kesal kearah handphonenya yang masih berdering nyaring di lantai. "Halo, siapa ini?" tanyanya dengan nada kesal.
"ANAK SIALAN, KENAPA KAU TIDAK MENGANGKAT TELEPONKU LEBIH AWAL, DAGING BUSUK!" bentak orang diseberang sana. Nishio Nishiki, kakak kelas sang pemuda kala di Universitas dulu. Si pemuda menjauhkan handphonenya dari dari daun telinganya kemudian mendekati kembali handphone tersebut.
"Ada apa Senpai? Ini sudah larut malam," ucapnya sambil melihat kearah jam dinding yang disinari cahaya rembulan yang masuk melalui jendela kamarnya. Kamar itu dibiarkan gelap agar si pemiliknya bisa tidur lebih tenang dan nyenyak tapi sepertinya itu tidak manjur mengingat ia diganggu oleh seseorang diseberang sana dengan bentakan yang tak diharapkannya.
"Seharusnya kau mengangkat teleponku 10 menit yang lalu, Bodoh, Kaneki sedang gawat, cepatlah ke Anteiku!" ucap Nishio. Nagachika Hideyoshi terkejut, tanpa basa-basi ia menutup teleponnya seraya memasukan handphone tersebut ke dalam celana jeans yang tidak sempat ia lepas karena begitu lelah sepulang bekerja. Ia menyambar baju kaos yang tergeletak dibawah lantai, jaket dengan warna kuning di tangan dan kirinya serta hitam dibagian badan. Ia berlari menuju arah pintu keluar, memasang sepatu dengan tergesa-gesa dan tidak lupa memasang helm sepeda motornya. Suara pintu dibanding dengan keras, menunjukkan kepanikan dari setiap gerak tubuh dan ekspresi wajahnya. Membiarkan pintu apartemen yang tidak terkunci. Hideyoshi berlari menuju sepeda motornya yang terparkir di samping apartemen murah yang ia sewa.
5 menit berkendara ke Anteiku adalah rekor baru untuk Hideyoshi mengingat butuh sekitar 15 menit perjalanan dengan sepeda motor dari apartemennya menuju Anteiku. Hideyoshi tidak memperdulikan hal itu. Yang ada didalam pikirannya hanyalah Kaneki. Ya Kaneki, teman kecilnya tersayang. Ada apa? Ada apa dengannya? Hideyoshi memarkirkan sepeda motornya di depan kafe Anteiku dan ia bergegas menaiki anak tangga dimana ia dapat melihat seorang laki-laki dengan mantel tebal berdiri di depan pintu dimana para pegawai Anteiku tinggal. Kepala dengan surai perak dan janggut tipis itu bergerak melihat kearah Hideyoshi yang tampak tegang.
"Yomo-san, bagaimana dengan Kaneki?" tanya Hideyoshi seraya masuk kala Yomo membukakan pintunya.
"Lebih baik kau langsung menemuinya, Nagachika-san," ucap Yomo sambil menuntun Hideyoshi menuju kamar sahabatnya. Hide terkejut melihat Tsukiyama Shuu sedang bersandar di dindin dengan tubuh yang di penuhi lubang. Ia melihat Yoshimura, pria berambut perak dengan wajah tua sedang mengobatinya. Sementara seorang gadis dengan rambut sebelah kiri menutupi mata, nya sedang menenangkan Fueguchi Hinami, dan Nishiki sedang memandang kearahnya dengan tatapan menusuk.
"Ini ide buruk Nishiki," ucap Kirishima Touka sambil mengelus kepala Hinami dan melihat kearah Hideyoshi yang sedang memandang kearah Touka dan beralih kearah Nishiki yang mengerutkan dahinya.
"Dengar Touka, kau pikir siapa lagi yang bisa menenangkan anak itu selain sahabatnya sendiri, bukannya kau sudah dengar dia menginggau memanggil nama Hideyoshi, atau kau bisa menenangkannya? Kondisi tubuhnya sedang tidak stabil, aku memerhatikannya selama 3 hari ini, aroma tubuhnya terkesan manis dan kau tahu itu bertanda apa, yang bisa kita lakukan hanya menuruti keinginannya," jawab Nishiki sambil menghela nafasnya.
"Senpai ada apa dengan Kaneki?" tanya Hideyoshi sambil mengerutkan dahinya.
"Tadi sewaktu sedang bekerja dia pingsan, tiba-tiba badannya memanas, kami membawanya ke kamar dan merawatnya, demamnya sudah turun tapi 2 jam yang lalu tiba-tiba ia mengamuk, hampir saja ia membunuh Hinami dan Touka yang saat itu sedang menjaga di kamar," jawab Yoshimura sambil bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kearah pintu kamar Kaneki. "Kami berusaha menenangkannya tapi tidak bisa Tsukiyama yang ikut menolong juga terkena imbasnya, untuk saat ini tidak akan ada satupun dari diantara kami yang bisa menenangkannya, hanya orang yang diinginkannya yang bisa Nagachika-san, yaitu dirimu,"
"Ya, tidak apa-apa, saya akan berusaha menenangkannya," ucap Hideyoshi sambil tersenyum sedih. Kali ini ia berharap ia bisa membantu Kaneki, mengingat selama ini ia tidak bisa membantu pemuda itu melalui masa-masa sulitnya. Padahal ia sudah berjanji akan selalu ada untuk sahabat kecilnya itu.
"Berhati-hatilah, kalau ada apa-apa kau bisa berteriak, Nagachika-san," ucap Yoshimura sambil membuka pintu kamar Kaneki. Hideyoshi tersenyum dan mengangguk dengan mantap, kemudian ia masuk kedalam ruangan gelap dan hanya di penuhi cahaya rembulan yang menyeruak kedalam ruangan yang sudah sangat berantakan tersebut, memberikan nuansa remang-remang di ruangan tersebut. Ia menutup pintu dan tersenyum sambil menganggukkan kepala kepada kelima rekan kerja Kaneki tersebutt. Kemudian Hideyoshi berusaha mencari saklar lampu dan ia menemukannya di sisi sebelah kanan tubuhnya tak jauh dari pintu.
Kala lampunya menyala Hideyoshi dapat melihat sesosok tubuh sedang meringkuk di sudut ruangan dan mengarah kearah dinding. Kagune dengan bentuk tentakel berjumlah 4 buah itu menggeliat-geliat di punggungnya yang telanjang. Rambut putihnya dipenuhi bercak merah begitupun dengan tubuh putih bak porselen itu. Bekas darah Tsukiyama, Hideyoshi hanya mengerutkan dahinya. Kemudian ia melangkahkan kakinya mendekati sosok itu, mencoba menghindari beling-beling agar tidak melukai kakinya yang hanya beralaskan kaus kaki.
"Hide," isaknya. Hideyoshi tersenyum kemudian ia duduk bersila di belakang pemuda tersebut.
"Iya, Kaneki? Ada apa? Kenapa kau jadi seperti ini, kawan?" tanya Hideyoshi sambil tersenyum. Kaneki Ken, sahabat kecil Hideyoshi, setengah ghoul setengah manusia.
"Peluk aku!" pintanya. Hideyoshi tersenyum kemudian ia melakukannya. Kaneki tersenyum tipis dan ia memegang lengan sahabatnya itu dengan jemarinya yang lentik dan kuku jarinya yang menghitam karena siksaan Jason yang tidak berkesudahan. Kaneki membalikkan tubuhnya dan menyatukan iris emas milik Hideyoshi dengan irisnya yang memiliki warna yang berbeda, sebelah kanan beririskan abu-abu sementara disebelah kanan berwarna hitam dengan iris merah. Sorot mata Kaneki terlihat sangat sedih, Hideyoshi mengerutkan dahinya. Kaneki mengangkat tangan kanannya dan mengelus pipi Hideyoshi yang tetap tersenyum padanya yang seorang ghoul. Kemudian ia meletakkan tangan kirinya ke pipi kanan Hideyoshi sambil mendekati wajahnya ke wajah Hideyoshi, meminimalisir jarak dengan pemuda bersurai jingga tersebut.
"Cup," kecupan singkat mendarat di bibir Hideyoshi. Sontak membuat Hideyoshi terjerebab, menjauhi tubuhnya dari Kaneki yang sekarang menatapnya dengan tatapan sedih dan terluka. Tiba-tiba, air matanya menetes, kerutan di keningnya semakin banyak. "Aku merindukanmu, kau kemana saja selama seminggu ini, Hide?" isak Kaneki sambil duduk bersimpuh dengan kagune miliknya yang melemas.
"Maaf aku sibuk dengan pekerjaanku Kaneki, jadi tidak sempat mengunjungi Anteiku," jawab Hideyoshi, masih tidak percaya dengan apa yang telah dilakukan Kaneki padanya tadi. "Apa karena diriku kau begini?" tanya Hideyoshi sambil mengerutkan dahinya, tidak percaya kalau sahabatnya ini sedang merajuk hanya karena tidak bertemu dengan dirinya selama hampir seminggu lamanya. Padahal dulu sampai berbulan-bulan Kaneki tidak pernah mengeluh. Tapi sekarang kenapa?
"Aku ingin anakmu, Hide," ucap Kaneki sambil mengerutkan dahinya. Hideyoshi terdiam mendengar perkataan Kaneki yang tiba-tiba tersebut.
Sementara itu diluar kamar...
"Hah, Kaneki itu normal kan? Dia bukan seorang gay kan?" tanya Touka sambil mengerutkan dahinya.
"Dia normal," jawab Tsukiyama. "Kau pasti juga tertarik dengan pheromon yang dikeluarkan dari tubuh anak itu akhir-akhir ini kan, Nishiki?" tanya Tsukiyama sambil melirik kearah Nishiki yang sedang melipat tangannya dan menghela nafasnya.
"Aku memang tertarik, tapi aku lebih menyukai pheromon Nishino Kimi, kekasihku," ucap Nishiki santai.
"Akhir-akhir ini banyak para ghoul datang ke kafe dan melirik kearah Kaneki yang sedang bekerja, pheromon yang dikeluarkannya itu pheromon seorang ghoul wanita," ucap Yoshimura. "Aku rasa ini pengaruh dari tubuh Rize yang tertanam dalam tubuhnya," lanjut Yoshimura sambil mengerutkan dahinya. Touka menghela nafasnya sementara Hinami sudah tertidur dalam pelukannya.
"Hah... Mating Season itu merepotkan," keluh Nishiki sambil berjalan menuju kamarnya. "Aku tidur duluan... Selamat malam...," pemuda tersebut menguap sambil melambaikan tangannya. Touka menyusul dengan berjalan ke kamarnya. Membawa Hinami ke ranjang miliknya yang empuk. Sementara Renji membantu Tsukiyama yang tampak tak berdaya dengan tubuhnya yang berlubang tersebut. Tubuh itu akan sembuh seketika tapi yang namanya luka tetap saja sakit.
Yoshimura tetap berdiri di depan pintu kemudian ia menghela nafasnya dan tersenyum. "Sepertinya mereka baik-baik saja," pikirnya dan lebih memilih untuk pergi meninggalkan tempatnya berdiri. Meninggalkan Kaneki dan Hideyoshi dengan privasi mereka.
"A... A... Anak? Itu tidak mungkin Kaneki...," jawab Hideyoshi dengan wajah memerah.
"Aku ingin kau mengisi tubuhku dengan benihmu, aku ingin kau menyentuhku, merabaku, memanjakanku, aku ingin sentuhan dan pelukanmu," isak Kaneki sambil menundukkan kepalanya dan menangis terisak-isak. "Awalnya aku terbiasa dengan dirimu yang tidak datang berkunjung ke Anteiku... Tapi entah kenapa beberapa hari ini, aku menginginkan dirimu, aku menginginkan keberadaanmu disisiku, menemaniku, meringkuhku dan membelaiku, aku tidak tahu kenapa!" Kaneki melihat Hideyoshi yang terdiam melihat kearah sahabatnya tersebut dengan wajah kaget setengah mati.
"Aku bisa melakukan apapun yang kau inginkan dari diriku, tapi Kaneki... Memiliki anak? Itu lain cerita, kau pasti tahu apa maksudku bukan?"
Kaneki tampak terluka dengan jawaban sahabatnya tersebut. "Aku tahu... Aku tahu... Tapi sisi lain dari tubuhku berkata lain, aku... Aku tidak tahu kenapa... Tapi yang pasti aku merasa aku bisa hamil, aku tidak mau siapapun menyentuhku... Aku tidak ingin siapapun menyentuhku kecuali olehmu," isak Kaneki. "Aku tidak ingin ada yang menyentuhku selain dirimu," Kaneki mulai menangis. "Maaf... Maaf sudah membuatmu repot, aku tahu kau normal dan masih menyukai perempuan daripada laki-laki begitu juga denganku, tapi... Tapi Hide, aku tidak tahu kenapa aku lebih tertarik dengan tubuh laki-laki daripada perempuan untuk saat ini, aku tidak tahu... Maafkan aku! Hik," Hideyoshi terdiam melihat Kaneki menangis terisak-isak seperti itu, sudah lama ia tidak melihat ekspresi terluka dari wajah Kaneki seperti ini. Ia sungguh tidak tega, shabat kecil yang sudah jadi kuat dan sbenarnya tidak butuh perlindungannya lagi memelas seperti ini, Hideyoshi mengerutkan dahinya. Kemudian ia menghela nafasnyandan ia bangkit dari duduknya seraya mendekati Kaneki dan mengelus kepala pemuda tersebut. Kaneki mengangkat kepalanya dan melihat Hideyoshi yang tersenyum kepadanya.
"Baiklah, Kaneki, ini untuk sahabatku," Hideyoshi membungkukkan tubuhnya seraya mengangkat dagu Kaneki dan mengecup bibir si pemuda pucat. "Apapun akan kulakukan asalkan kau bisa bahagia, Kaneki," Hideyoshi tersenyum lebar. Kaneki terdiam kemudian ia kembali meneteskan air matanya dan dengan sigap ia memeluk leher Hideyoshi dan menyentuh bibir sahabatnya itu dengan bibirnya.
"Terima kasih," jawab Kaneki. Hideyoshi tersenyum kemudian ia kembali mengecup bibir Kaneki mengelus wajah pucat sahabatnya tersebut dengan punggung tangan kanannya sementara tangan kirinya melingkari tubuh Kaneki yang setengah telanjang.
"Hm," jawab Hideyoshi disela kecupan-kecupan menuntut Kaneki yang ditujukan untuknya. Hideyoshi dan Kaneki melepaskan kecupan mereka. Kaneki menatap Hideyoshi dengan mata setengah ghoul miliknya. Berkabut dan terkesan memelas, layaknya seekor kucing yang memelas meminta makanan kepada majikannya. Sungguh lucu dan Hideyoshi mulai tidak sabar untuk melakukan sesuatu yang lebih pada tubuh yang tiba-tiba menguarkan aroma manis itu. Tanpa basa-basi ia menuntun Kaneki untuk ke ranjang dan memulai kegiatan yang seharusnya bisa menenangkan Kaneki.
Kaneki tersenyum, saat Hideyoshi membaringkan tubuhnya diatas ranjang dengan lembut, bak keramik mahal yang akan pecah kalau tidak hati-hati meletakkannya. Hideyoshi berdiri dengan kedua lututnya sementara Kaneki berada dibawahnya. Pemuda bersurai jingga tersebut tersenyum melihat Kaneki kemudian ia kembali mengecup bibir Kaneki. Hingga pada akhirnya, Kaneki membuka pakaian Hideyoshi dengan bantuan ke empat tentakel kagune miliknya. Sekarang dada dari kedua pemuda itu bergesekkan tanpa perantara seiring dengan cumbuan-cumbuan yang memabukan dari Hideyoshi. Suara desahan Kaneki dan Kagunenya yang bergerak-gerak liar memanjakan tubuh Hideyoshi membuat mereka berdua semakin gila.
Meninggalkan kedua pemuda yang akan beranjak menjadi pria tersebut, seorang wanita berambut nila dengan pakaian manis sedang tersenyum puas. "Haaah, akhirnya... Aku mendapatkan laki-laki yang selama ini kuincar, Hideyoshi," ucapnya dengan wajah memerah sambil memegang kedua pipinya. "Kaneki dan Hideyoshi, dua pemuda tanggung yang membuatku gila," ia histeris sambil tersenyum tipis.
Aroma kopi, menggelitik hidung seorang pemuda... Ah bukan, anda bisa memanggilnya pria sekarang mengingat ehem tadi malam ia melepaskan masa perjakanya dengan seseorang meskipun seseorang yang selama ini tidak ia duga. Posisi tubuh yang tertelungkup membuat wajahnya tertutup bantal, surai jingganya yang hampir menutupi leher itu bergerak kearah kanan tubuhnya. Dengan iris berwarna emas, ia melihat sesosok tubuh dengan pakaian buttler yang ia yakini sebagai seragam kafe Anteiku berdiri sambil meletakkan secangkir kopi diatas meja nakas.
"Hah," seorang laki-laki bersurai putih pucat dengan eyepatch putih menutupi mata kirinya terkejut saat matanya beradu dengan iris emas milik Hideyoshi. Wajahnya memerah dan pemuda yang diyakini Hideyoshi telah melepas masa keperjakaanya itu sekarang sedang gugup. "Pa... Pa... Pagi Hide," salamnya sambil memeluk nampan kayu yang digunakan Kaneki untuk membawa kue dan kopi untuk sarapan sahabatnya. .
"Kenapa kau gugup?" tanya Hideyoshi serak, tubuhnya tetap diposisinya. Kaneki terkejut kemudian ia menggigit bibirnya dan menundukkan kepala. Hideyoshi tersenyum kemudian ia menegakkan tubuhnya seraya mengacak rambutnya. Dengan wajah mengantuk ia melihat kearah sarapan pagi yang diletakkan Kaneki diatas meja nakas kemudian beralih ke Kaneki yang masih dalam posisi yang sama. Malu... Pasti. Kaneki adalah seorang pemuda yang pemalu. Iya, Hideyoshi tahu itu, karena ia kenal sekali tepikal pemuda yang sudah jadi pria itu sejak kecil. Hideyoshi berpikir setelah kejadian selama ini Kaneki akan berubah. Tapi, Kaneki tetaplah Kaneki, dia adalah sahabat kecilnya yang rapuh, pemalu dan mudah gugup.
"Ma... Makanlah, aku tahu perutmu pasti sudah kelaparan, kau... Kau... Sepertinya juga lelah setelah melayani... Pesssst," wajahnya berubah layaknya kepiting rebus hingga menimbulkan asap di kepalanya. Hide tercengang melihat reaksi sahabatnya itu, kemudian ia tertawa kecil.
"Hi... Hi... Kau tidak berubah Kaneki, tetap Kaneki yang selama ini kukenal," Hideyoshi tertawa geli. Kaneki mengangkat kepalanya dan melihat senyum pria yang telah menjadi sahabatnya sejak SD tersebut. Kaneki tersenyum dengan rona merah di kedua pipinya.
"Sudah jam 9, makanlah dulu, hari ini kau liburkan?" tanya Kaneki dengan suara halusnya. Ia sudah mulai bisa mengontrol rasa gugupnya dan akhirnya tersenyum untuk menenangkan gejolak di hatinya melihat senyum tulus sahabatnya itu.
"Hm, sepertinya kau ingat semua jadwalku Kaneki, tapi untuk sekarang...," Hideyoshi menarik tangan Kaneki dan mengecup singkat bibir pria tersebut. "Ini jadwal tambahan untukmu setiap paginya, oke," titah Hideyoshi dengan cengiran khasnya. Kaneki terdiam dengan rona merah di wajahnya. Tidak sanggup menahan beban dikepala dikarenakan darah yang mengalir terlalu banyak ke kepalanya, membuat Kaneki menjatuhkan kepalanya ke dada Hideyoshi yang hanya bisa tertawa lepas sambil memeluk tubuh Kaneki yang melemas.
Sementara itu Tsukiyama yang sedang mengintip kemersaan Hideyoshi dan Kaneki dari celah kunci pintu hanya bisa gigit jari. Sementara Nishiki hanya menghela nafas melihat aksi konyol si Ghoul rakus yang satu itu. Hanami terbengong melihat Tsukiyama sementara Touka akan mengamuk karena Tsukiyama menghalangi jalannya. Menginggat lorong kamar yang tidak cukup muat dikarenakan tubuh Tsukiyama yang tinggi kalau sedang membungkuk hampir menutupi jalan di lorong tersebut.
"Hah, bagaimana selanjutnya yah?" ucap seorang wanita bersurai nila sambil memegang bibirnya dengan sorot mata nan jahil. :3
Hiyaaaa... Akhirnya... Selesai...
Author baru di fandom TG tercinta... :v aih... Hubungan Hide sama Kaneki bikin greget... cocok sih saat kutimbang-timbang ketimbang sama si banci Tsukiyama.. #plaaak...
Mohon kritik dan saran... :3