Suho berhenti mengelus punggung Mojo dan membiarkan anjing putih itu pergi berlari. Alisnya mengerut, pandangannya terfokus disatu tempat. Terlihat jika dilanda kebingungan.
"Dad?"
"Ya?" Sahut Siwon tanpa menghentikan kegiatannya bermain lempar tangkap mainan karet berbentuk ikan dengan Bugsy. "Ppalli Bugsy! Ppalli!"
"Dad, apa dongeng itu nyata?"
"Ada yang nyata, ada yang tidak. Jarhae Bugsy!" Siwon bertepuk tangan sebagai apresiasi karena anjingnya mampu menangkap mainannya dengan tepat.
"Bagaimana dengan Cinderella?"
"Ada orang-orang yang mengalaminya hal yang sama seperti Cinderella."
"Jadi ibu tiri itu jahat ya, dad?"
Siwon mematung beberapa detik, tidak menghiraukan Bugsy yang menggonggong meminta lemparan darinya. Ia lalu memanggil anjingnya dan menyuruhnya untuk bermain sendiri. Ia beralih pada Suho, menggendongnya, memangkunya dikursi teras belakang rumah.
"Ada apa?" Tanya Siwon dengan lembut. Suho meliriknya beberapa kali, kebiasaanya selalu ragu jika ingin bertanya.
"Bisakah Kyu hyung jadi Kyu hyung saja?"
"Kenapa?"
"Suho tidak mau ibu tiri." Ucapnya dengan lirih.
Siwon menarik senyum. Jadi itu sebabnya. Memang sejak Siwon mengumumkan pernikahannya dengan Kyuhyun, Suho tidak menunjukkan sikap menolak, menerima tapi tidak antusias.
"Suho, dengar. Tidak semua ibu tiri itu seperti yang ada didalam cerita Cinderella. Ada yang baik, tapi yang jahat juga ada." Siwon memilih berbicara apa adanya. Tidak mau membodohi anaknya hanya untuk membuatnya tenang.
"Menurut Suho, Kyu hyung yang mana?"
"Baik." Jawab Suho lugas, tanpa berpikir.
"Jadi bukankah Suho tidak perlu takut?"
"Tapi ibu tiri Cinderella juga baik pada awalnya."
Siwon menarik Suho untuk bersandar didadanya. "Coba sekarang bayangkan Kyu hyung. Ingat lagi bagaimana sikapnya pada Suho."
Suho memejamkan matanya dan mulai memilah-milah kotak memorinya. Bayangan tentang Kyuhyun muncul satu persatu. Senyumnya, tertawanya, perhatiannya. Saat Siwon pergi, Kyuhyun yang mengantar jemputnya kesekolah dengan sepeda walaupun hujan. Rela tidur siangnya terganggu hanya untuk meladeni pertanyaan konyolnya dan lain sebagainya.
Bibir Suho tertarik keatas. Ia menemukan perbedaannya. Ibu tiri Cinderella hanya baik jika ada ayah Cinderella. Sedangkan Kyu hyung tidak.
"Bagaimana?"
Suho membuka kelopak matanya, mengerjap lalu mendongak menatap ayahnya. Dengan mantap ia berkata, "Suho mau mommy Kyu."
.
.
.
Siwon mengusak rambutnya yang basah karena rintik hujan sembari berjalan mengikuti Kyuhyun memasuki kamarnya. Mereka memutuskan kesini karena tempat ini yang paling dekat dengan lokasi mereka tadi. Siwon akan sampai dikamarnya dengan basah kuyup jika memaksa.
"Kuharap cuaca besok lebih baik daripada ini." Siwon mengelus lengannya yang dingin sambil mengamati hujan deras dari balik jendela penginapan. Bahkan sekarang kilat sudah mulai terlihat membelah langit.
Siwon menerima uluran handuk dari Kyuhyun untuk digunakan mengusap bagian tubuhnya yang basah lalu menyusul sang kekasih terlentang diatas ranjang.
Siwon berbaring miring lalu menekuk siku untuk dijadikannya tumpuan kepala. Ia menemukan Kyuhyun menutup mata sambil menguap. "Kau mengantuk? Tidurlah kalau begitu. Besok akan jadi hari yang panjang untuk kita." Jemarinya menyingkirkan rambut yang hampir menutupi mata Kyuhyun.
...
Kejadian itu terulang lagi. Yang berbeda adalah kali ini tidak ada pihak yang menolak. Tidak ada pula yang menghentikan. Tanpa ada kata persetujuan tapi keduanya sama-sama tahu bahwa inilah saatnya. Masing-masing ingin mereguk rasa manis dari apa saja yang berasal dari pasangannya. Mengejar rasa yang tak bisa dijabarkan melalui mulut tapi mampu dirasakan. Kejadian yang bermula dari kecupan-kecupan kecil menjadi lumatan-lumatan yang basah, kasar dan liar. Tangan saling menyentuh apapun yang mampu mereka raih. Sentuhan yang membuat tubuh masing-masing terasa terbakar hingga menginginkan sesuatu yang lebih.
Siwon merasa Kyuhyun berjengit disela cumbuan mereka saat perlahan jemarinya memasuki tubuh kekasihnya. Kyuhyun tersentak. Bibir Siwon terus bergerak dengan lihai, memperdaya Kyuhyun, membuatnya mabuk agar melupakan rasa itu. Perlahan dua jarinya bergerak, maju-mundur agar Kyuhyun menyesuaikan diri. Dan bertambah satu saat Kyuhyun sudah mulai menerimanya.
Punggung Kyuhyun melengkung, menyebabkan bibir Siwon terlepas dari bibirnya dan mendarat diperpotongan leher Kyuhyun yang telah basah oleh keringat. Perutnya terasa basah dan hangat bersamaan dengan lenguhan panjang Kyuhyun. Orgasme pertama si lelaki manis. Terbilang cukup cepat karena mungkin hal ini pertama baginya.
Siwon kembali memagut bibir Kyuhyun, tak memberikannya waktu untuk sekedar menormalkan nafas.
Siwon menyentakkan tubuhnya, membenamkan kejantanannya yang tegang ke lubang perawan Kyuhyun yang lembab. Tubuh dibawahnya bergetar dan genggaman yang berada dibahunya seketika mengencang dibarengi dengan pekikan kaget yang pelan.
"Kau baik-baik saja?"
Kyuhyun yang kehabisan nafas hanya mampu mengangguk sementara tubuhnya mencoba untuk beradaptasi dengan benda asing yang memasukinya. Rasanya perih dan sesak. "Bisakah pelan-pelan saja?"
"Pelan atau cepat rasanya akan sama saja, baby." Siwon menyapu kening Kyuhyun yang basah bersama dengan rambutnya yang menempel dengan jemarinya.
"Apa kau siap?" Tanya Siwon sesaat setelah tidak ada raut sakit lagi diwajah Kyuhyun.
Satu anggukan lagi dan Siwon kembali menghujam sampai titik terdalam. Kejantanannya telah sepenuhnya berada didalam tubuh Kyuhyun. Ia merasa menerobos sesuatu yang tipis. Kyuhyun terkesiap, antara terkejut juga kesakitan. Ia yakin, Kyuhyun akan berteriak jika saja ia tidak langsung memagut bibirnya. Sebagai gantinya kuku-kuku terbenam dikedua bahunya.
Kyuhyun merasa tubuhnya terkoyak dari dalam, robek sana sini. Namun koyakan itu perlahan menghilang, digantikan rasa yang lebih nyaman ketika Siwon bergerak dengan ritme pelan. Membuatnya tidak bisa menahan diri untuk tidak mendesah.
Siwon menyentakkan tubuh semakin cepat, ia terpacu seiring dengan desahan Kyuhyun yang memanggil namanya. Mencari dimana titik sensitifnya. Kyuhyun mendorong punggung Siwon untuk merapat padanya, yang nyatanya sudah tidak ada jarak diantara mereka.
Kyuhyun mengerang kala Siwon melesak lebih dalam dan menemukannya. Ia mendengar pria diatasnya menggeram dengan suara rendah. Kepalanya mendongak dengan mata yang terpejam. Ia tak bisa melewatkan pemandangan itu.
"Kenapa memandangiku seperti itu?" Tanya Siwon dengan suara parau.
"Kau sangat seksi, Choi Siwon."
Siwon mengerang. Suara serak nan pelan milik Kyuhyun membuat libidonya meningkat seketika ditambah dengan rambutnya yang berantakan dan bibir tebalnya membuka untuk membantunya bernafas. Kyuhyun juga sangat seksi. Siwon mendorong pinggulnya dengan tempo lebih cepat dan dalam. Ia tak bisa berhenti ketika Kyuhyun memandangnya sayu, memanggil namanya dengan suara keras tiap ia menumbuk titik sensitifnya. Dan suara desahan Kyuhyun memperparah semuanya.
"Hyunghh..." Tubuh Kyuhyun terhentak-hentak. Ia merasa sebentar lagi akan sampai.
"Aaahh..." Kyuhyun mendesah berat dengan nafas terputus-putus akibat pelepasan hebatnya. Pegangan dibahu Siwon mengendur. Beberapa detik ia membiarkan Siwon memberikan dorongan-dorongan lain kedalam tubuhnya. Satu hujaman kuat dan ia bisa merasakan sesuatu yang hangat membanjiri perutnya dari dalam.
Siwon ambruk, tapi tak benar-benar menindih Kyuhyun karena kedua tangannya menopang tubuhnya. Ia bernafas ditempat favoritnya, leher Kyuhyun. Menunggu semua benihnya tertampung dirahim Kyuhyun. Siwon memberikan satu kecupan dibelakang telinga Kyuhyun, lalu berbisik, "aku mencintaimu, Cho Kyuhyun."
Dengan memiringkan kepala Kyuhyun mengecup pipi Siwon. "Aku juga mencintaimu Choi Siwon."
...
Siwon mengelus rambut ikal Kyuhyun yang berada diatas pahanya. Ia memutuskan untuk tinggal sebentar lagi karena gerimis masih mengguyur. Bisa saja ia menorobosnya tapi ia memilih tidak. Menghabiskan waktu dengan Kyuhyun sebanyak mungkin adalah yang paling tepat.
"Kau ingin berapa anak dariku, hyung?"
"Minho dan Suho saja kurasa sudah cukup."
"Lalu kalau aku hamil, kau akan menolak bayi yang kukandung?"
Siwon tertawa kecil. "Tentu saja tidak. Tapi aku berharap tidak menambah lagi. Minho dan Suho sudah cukup merepotkan."
Kyuhyun tersenyum, tahu bagaimana posesifnya si calon suami terhadapnya. Pencemburu, tak terkecuali pada anaknya sendiri. Ia akan menarik Kyuhyun pergi kalau dirasa Minho ataupun Suho memonopoli dirinya terlalu lama. Bahkan ia tak segan-segan menaruh Suho dipinggir ranjang jika mereka tidur bertiga agar bisa memeluk Kyuhyun, tak peduli jika kemungkinan anaknya akan terguling ke lantai.
"Bagaimana kalau sebulan kemudian aku dinyatakan hamil?"
"Tidak akan."
Kyuhyun mendesis. "Yakin sekali."
"Percaya saja padaku."
"Apa kita satu-satunya pasangan yang melakukan malam pertama dimalam sebelum pernikahan?"
"Kurasa masih ada yang lebih gila. Bercinta dua jam sebelum upacara pernikahan."
"Apa masih gugup?" Siwon mengusap pipi Kyuhyun yang kemerahan.
"Sedikit."
"Tenang saja, aku menunggumu dialtar."
"Itu memang harus. Jika tidak, aku akan mengejarmu sampai dapat." Kyuhyun mengatakannya sambil mengacungkan jari telunjuknya.
Siwon tak pernah berpikir jika mereka akan berakhir dengan sesuatu yang paling diinginkan semua pasangan. Menikah. Untuk kedua kalinya dan yang terakhir.
Pada awalnya dia meragukan hubungan mereka akan berhasil sampai altar pernikahan. Memikirkan Kyuhyun remaja yang mungkin masih menginginkan banyak petualangan dalam percintaan. Menginginkan kehidupan yang bebas. Dan juga masih banyak pria diluar sana yang lebih baik daripada dirinya dalam segala hal.
Segala keraguan itu perlahan memudar saat melihat sebanyak apa Kyuhyun mencintainya. Rasa ketertarikan yang ditunjukkannya bukan jenis ketertarikan remaja yang sedang dalam puncak gelora cinta. Melainkan ketulusan cinta. Ia tidak bisa mengabaikan satu fakta, bahwa memang Kyuhyunlah orangnya. Orang yang dicarinya selama ini. Pelengkap tulang rusuknya. Belahan jiwanya.
Siwon memberikan satu kecupan dibibir Kyuhyun. "Terima kasih sudah mencintaiku sebanyak itu."
"Itu tidak gratis. Kau harus membayar sama banyaknya." Kyuhyun memiringkan kepala, membenamkannya keperut Siwon. Dia masih saja merasa malu jika membicarakan hal-hal semacam itu.
"Hyung, setelah kupikir. Aku yang akan melakukan semua keinginanmu terhadapku itu."
"Aku tidak mengijinkanmu."
"Tapi faktanya kau lebih lebih lebih tua dariku. Kau yang akan meninggalkanku duluan." Ucap Kyuhyun dengan dengan lirih diakhir kalimat.
Siwon mengangkat Kyuhyun, menjadikannya duduk dipangkuan menghadapnya. "Aku akan selalu meminta Tuhan untuk membiarkanku hidup lebih lama daripada kau. Entah itu lebih lama satu hari ataupun hanya beberapa jam saja. Tapi kita harus menua bersama."
"Kenapa?"
"Karena..." Siwon menyatukan dahi mereka. "Aku ingin mendekor tempat peristirahatan terakhirmu dengan indah. Kau ingat janjiku 'kan? Biarkan aku saja yang menderita karena kehilanganmu, jangan kau. Aku tidak mau kau sendirian." Siwon mengusap setitik airmata yang mengalir dipipi Kyuhyun dengan ibu jari.
"Kau sangat keren, hyung. Apa itu salah satu dialog didramamu?"
"Yah!"
Kyuhyun terkekeh sambil melemparkan diri kepelukan Siwon. Tanpa ia katakanpun pria itu pasti tahu bahwa itu hanya sebuah candaan. Ia hanya tidak tahu bagaimana harus memberikan respon. Ia tidak terlahir menjadi seseorang yang romantis.
"Ngomong-ngomong bagaimana dengan Key?" Ini pertama kalinya Kyuhyun bertanya tentang anak jahat itu.
"Yang jelas mendapatkan hukuman yang pantas atas perbuatannya."
Siwon menyerahkan semuanya pada hukum. Tidak menyentuh yang lainnya karena jika begitu ia sama jahatnya dengan Key. Ia memang murka, dan mudah baginya jika ingin menjatuhkan seseorang. Tapi disini Key yang jahat, bukan seluruh keluarganya atau siapapun itu. Hanya Key yang harus tanggung jawab. Kebencian dari Jinki mungkin sudah menjadi pukulan terberat untuknya.
"Setidaknya kau harus membiarkanku memukulnya satu atau dua kali." Kyuhyun jadi kesal. Sia-sia saja ia belajar ilmu taekwondo dan tubuhnya sakit semua jika tidak sekalipun digunakan. Ia juga ingin merasakan memukul seseorang selain Eunhyuk dan Donghae.
"Sudah, sekarang tidurlah. Besok akan jadi hari yang panjang untuk kita." Siwon mengeratkan rangkulannya.
"Kau akan tinggal?"
"Tidak. Apa kau ingin pernikahan kita terancam batal?"
"Tentu saja tidak. Kita sudah susah payah mendapatkan ijin."
.
.
"Aku takut bibirmu akan sobek nanti." Celetuk Eunhyuk. Pasalnya sejak 20 menit yang lalu sahabatnya itu tidak berhenti tersenyum lebar. Sangat jauh berbeda dengan calon pengantin pada umumnya.
"Bilang saja kau iri." Cibir Kyuhyun.
"Memangnya kau tidak gugup sedikitpun, Kyu?" Ryeowook menanyakan hal yang sama persis dengan isi pikiran Eunhyuk.
"Tidak. Ini 'kan hari bahagiaku."
"Kau tidak takut kalau mungkin saja nanti kau lupa ucapan sumpahnya?" Sahut Eunhyuk.
"Atau mungkin saja kau tersandung ketika berjalan kealtar nanti?"
"Aku tidak pakai high heels, Ryeong."
"Atau tiba-tiba saja kau kejatuhan kotoran burung diwajahmu?"
Hening.
"Apa? Tidak ada yang tidak mungkin." Donghae berkata polos. Ketiga temannya memberikan pandangan imajinasimu-terlalu-liar.
Kyuhyun memilih untuk tidak memperdulikan kicauan para sahabatnya yang tidak penting. Menurutnya dia akan benar-benar gugup jika mendengarkan mereka.
Serempak mereka menoleh kearah pintu saat mendengar knopnya didorong. Minho berjalan masuk sambil menyapa mereka satu persatu.
"Euungg apa kami harus keluar?" Tanya Eunhyuk mewakili. Mereka tentu tahu bagaimana hubungan dua orang itu. Bukan rahasia lagi tentang Minho yang menyukai Kyuhyun.
"Apa aku harus menyuruh kalian?" Ujar Kyuhyun sinis.
Eunhyuk hanya bisa mendesis marah sebelum memutuskan berjalan keluar.
"Jadi, kau benar-benar jadi ibuku?"
"Itu memang sudah seharusnya 'kan?"
Kyuhyun tidak memberikan waktu padanya untuk sekedar memulihkan hatinya. Tapi terkadang hantaman keras memang bisa membuat seseorang menyerah dengan cepat. Mungkin saja dengan begini luka dihatinya juga akan cepat hilang.
"Bagaimana jika aku masih saja menyukaimu?"
Kyuhyun menggeleng sambil tersenyum tipis. "Tidak akan jika kau membuka hatimu untuk orang lain. Memberikan tempatku sebelumnya untuk orang lain dan menempatkanku diruang yang berbeda."
"Bagaimana jika tidak bisa?"
"Kau harus bisa."
Keadaan seperti ini sudah terbayang dibenaknya jauh sebelumnya. Perasaannya tidak terbalas. Minho tahu itu dengan pasti. Sejak awal ia hanya mencoba peruntungannya saja. Dan bodohnya ia tidak memperhitungkan tentang kesakitan yang ia terima. Ia pikir dengan disamping Kyuhyun, melihat senyumnya ia akan baik-baik saja. Tapi melakukannya jauh lebih sulit daripada bayangannya.
Tubuh Minho tertarik kedalam pelukan. Ia membawa kepalanya bersandar dipundak Kyuhyun. Mencari kenyamanan. Jika ia seorang gadis, mungkin saat ini pipinya sudah basah air mata. Ia harus mengucapkan selamat tinggal pada kisah cinta pertamanya. Menutup bukunya lalu menyimpannya kelaci paling dalam yang tidak bisa dijangkau oleh siapapun, termasuk dirinya sendiri.
"Kau akan menemukan seseorang yang memang pantas mendapatkan hatimu. Kau juga akan mendapat cinta yang memang pantas kau dapatkan. Yang bisa membuatmu bahagia."
"Aku tahu." Minho memeluk Kyuhyun lebih erat. "Di kehidupan selanjutnya aku yang akan menemukanmu lebih dulu daripada daddy."
"Tapi aku akan berakhir ke pelukan Siwon hyung. Terus seperti itu. Jodoh tidak akan tertukar."
"Kau benar-benar tidak memberikan aku kesempatan, ya?"
Kyuhyun tertawa kecil. "Aku menyayangimu, Minho."
"Aku juga sayang padamu, mom." Memanggil Kyuhyun dengan sebutan ibu. Mematri kedalam otak dan hatinya bahwa Kyuhyun adalah ibunya. Langkah pertama Minho untuk menggeser paksa nama Kyuhyun dihatinya. Ia tidak bisa mencintainya dengan cara yang sama. Mulai detik ini Kyuhyun ditempatkannya dibagian spesial hatinya yang lain. Dibagian yang sama yang sudah lebih dulu didiami Soojung.
Minho tersenyum sambil melepaskan pelukannya. Tapi ia malah mendapati Kyuhyun menangis. Jemarinya bergerak untuk menghapus air mata itu. "Aku berdosa. Aku sudah membuat ibuku yang cantik menangis."
Tangan Kyuhyun mengusap pipinya dengan kasar. "Siapa bilang? Aku sedang bahagia saat ini."
"Dasar cengeng."
"Yah! Hormati aku sebagai ibumu!" Kyuhyun menyingkirkan tangan Minho yang berada dipuncak kepalanya. Ia bergeser kedepan cermin, merapikan rambutnya yang diacak-acak Minho sebelumnya.
"Gara-gara kau, aku jadi tidak tampan lagi." Gerutu Kyuhyun sambil tangannya memperbaiki riasan wajahnya yang berantakan.
Minho tertawa kecil. Yang benar saja Kyuhyun menyebut dirinya tampan. Selama di Korea bahkan ia belum pernah mendengar ada yang menyebut Kyuhyun tampan.
"Woooo putra eomma sangat cantik dan manis." Heechul bersiul sembari berjalan menghampiri anaknya. Tubuh Kyuhyun diputarnya beberapa kali.
Belum sempat berkata, satu pil sudah bersarang dimulutnya yang terbuka. Ia ingin melepehkannya jika saja Heechul tidak menahan rahangnya dan mengancam dengan suara mengerikan. Sepertinya itu jenis pil yang sama yang dicekokan Heechul padanya semalam.
Kyuhyun menjulurkan lidah sambil mencari air untuk menetralkan rasa pahitnya. Ia merebut gelas yang disodorkan Minho lalu meminumnya dengan beringas.
"Eomma, pil apa yang kau masukkan itu?! Menjijikkan."
Heechul hanya mengangkat bahu. "Hanya vitamin untuk membuatmu rileks. Terbukti 'kan?"
Kyuhyun memutar bola mata jengah. Ibunya tidak perlu melakukan kekerasan untuk menyuruhnya menelan pil itu. Walaupun dirinya juga tidak menjamin benda bulat itu akan sampai keperutnya.
"Aigoo, cucuku yang tampan."
Heechul memeluk Minho sambil terus melontarkan pujian-pujian yang membuat Kyuhyun hampir mual. Cari muka sekali ibunya itu. Padahal biasanya ia akan mencela kekurangan orang, berbicara ini itu dengan sindiran bermaksud agar orang itu memperbaiki diri. Hampir tidak ada yang mendapat pujian darinya, kecuali ayahnya.
"Halmoni juga cantik."
"Hush panggil aku noona jika tidak ada orang lain."
"Dasar tidak tahu diri." Cibir Kyuhyun.
Minho hanya tersenyum kikuk. Ternyata omongan Eunhyuk dan yang lainnya benar. Neneknya berbeda dengan nenek pada umumnya. Mereka mengobrol sebentar sebelum Minho pamit keluar.
"Bersiaplah. Acara akan mulai sebentar lagi." Heechul menyapu tuksedo putih yang dikenakannya, seolah ada debu yang menempel. "Jangan melakukan hal yang bisa mempermalukanku."
"Ne, eomma." Ucap Kyuhyun patuh. Lebih kepada tidak mau berdebat dengan ibunya dan pastinya akan berakhir dengan saling mencibir.
Beberapa saat kemudian Hangeng muncul dari balik pintu. Heechul berbicara dengan suaminya sebentar sambil merapikan pakaiannya. Ia memberikan kecupan dibibir Hangeng lalu keluar tanpa mengucapkan semangat pada anaknya. Sungguh keterlaluan.
"Kau yakin dengan ini?" Hangeng meremas salah satu bahu Kyuhyun.
"Tentu, Appa."
"Kau masih punya waktu untuk membatalkannya. Appa akan membantumu untuk kabur."
"Appa~"
Hangeng tersenyum. Anaknya, putra manisnya akan menikah. Ada secuil rasa tak rela jika kini Kyuhyun bukan lagi hanya miliknya. Ada seseorang yang akan menggantikan perannya untuk menjaga Kyuhyun. Tapi pada akhirnya kebahagiaan Kyuhyun berada diatas semuanya. Lagipula Siwon juga bisa diandalkan.
"Berjanjilah pada Appa. Kau tidak akan menyesali ini. Jangan pernah datang ke rumah dengan menangis dan mengadu tentang suamimu. Appa tidak akan mengganggapmu anak lagi jika itu terjadi."
"Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi, Appa."
.
.
Rasanya jauh lebih mengerikan dibanding pertama kali berbicara didepan kamera. Rasanya ada yang melilit perutnya dengan kuat, seperti ular python yang menangkap mangsanya. Mendadak banyak skenario tidak mengenakan mengelilingi otaknya. Berkali-kali Siwon melipat bibirnya kedalam, membuat lip gloss yang sebelumnya terpoles hilang tak berbekas.
Detak jantungnya meningkat tajam ketika mars pernikahan mulai bergema didalam gedung gereja. Hidungnya menarik nafas panjang sembari matanya memandang berputar untuk mencari ketenangan. Senyum kecil mulai terbit dibibirnya dan rasa aneh yang membelitnya perlahan pergi. Didepan sana kedua putranya memberikan senyum bahwa semua akan baik-baik saja. Ia bisa melakukannya.
Pintu kayu besar berwarna coklat terbuka, mengeluarkan sosok yang tersembunyi dibaliknya. Untuk beberapa detik Siwon tidak lagi merasakan dentuman jantungnya. Telinganya tuli, pandangan disekitarnya memburam, matanya seolah hanya diatur untuk melihat sosok itu. Kyuhyun sangat cantik, menawan sekaligus mempesona dalam balutan tuksedo putihnya. Ia tidak tahu apa ia sedang berhalusinasi. Tapi ia bersumpah bahwa wajah Kyuhyun terlihat bersinar saat ini. Pipinya yang kemerahan dan senyum malu terpulas dibibir ranum Kyuhyun. Membuatnya begitu indah.
"Woooaaa uri Mommy neomu yeppeuda." Suho berucap kagum yang diangguki oleh Minho disampingnya.
Kyuhyun mengeratkan genggamannya ditangan Hangeng. Bibirnya terkulum, mencegah untuk tidak tertarik lebar dan membuatnya terlihat idiot. Ia menurunkan pandangan, merasa tidak kuat dengan pandangan yang ditujukan Siwon padanya. Pria itu seperti membeku ditempatnya, menghujaninya dengan pandangan memuja. Tapi ia juga tidak bisa untuk tidak mengagumi balik pria itu. Siwon sangat tampan dengan tuksedo hitamnya. Berdiri gagah menunggunya diujung altar.
Dari ujung matanya ia bisa melihat para tamu yang datang. Tidak banyak memang, karena mereka sepakat untuk mengadakannya sederhana di distrik Busan secara tertutup. Pernikahan rahasia kalau kata orang. Gereja kecil itu disulap menjadi sangat indah dan terlihat sangat mewah. Dibeberapa sudut terdapat rangkaian bunga cantik yang dipasang. Semuanya berwarna putih.
Hanya anggota keluarga dan para sahabat saja yang menghadiri. Dibarisan depan sebelah kiri diduduki Minho, Suho, Leeteuk dan anggota keluarga Siwon yang lain. Oh Kris dan Kyungsoo juga ada. Lalu dibelakangnya diikuti beberapa artis dari agensi Siwon dan para pemegang saham. Ada Shindong, Teddy, Yunho dan Jaejoong dengan perutnya yang timbul, Taemin dan bahkan yang tidak Kyuhyun sangka. Kim Kibum, bersama seorang laki-laki tampan disampingnya. Sedangkan dibarisan depan sebelah kanan ada nenek Cho, Heechul, Ahra yang menggendong keponakan kecilnya juga Yuta, kakak iparnya. Dibarisan kedua ada pamannya yang lain, juga Henry beserta Soojung dan anak mereka. Sahabat-sahabat terbaiknya; Donghae, Eunhyuk, Ryeowook dan Yesung berada dibelakangnya. Lalu diikuti rekan kerja Hangeng.
Kyuhyun melangkah pelan dan hati-hati, takut jika tiba-tiba kakinya membelit satu sama lain karena ketampanan Siwon terlalu menyilaukan matanya. Ah, itukah pangeran berkuda putih impiannya sewaktu kecil? Genggaman pada buket bunga ditangannya mengencang. Satu, dua, tiga, empat, ia menghitung langkah dengan sabar. Karena demi Tuhan, saat ini dia ingin berlari kepelukan Siwon!
Hangeng menyerahkan tangan Kyuhyun pada Siwon yang menyambutnya. Menyerahkan diri Kyuhyun pada pria itu. "Aku serahkan putraku padamu. Jagalah ia dengan baik." Hangeng menepuk lengan Siwon.
Sumpah yang mengikat mereka seumur hidup terucap. Bersumpah untuk menjadi pasangan seumur hidup dalam segala keadaan. Mencintai pasangannya, menerimanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Menggoreskan tinta kehidupan pada lembaran baru dibuku yang sama. Menaiki kapal mereka sendiri, bersama mengarungi lautan dengan banyak ombak besar yang menanti.
Tepukan riuh dari para tamu mengiringi acara tukar cincin mereka yang dilanjutkan dengan prosesi berciuman. Siwon memberikan kecupan panjang dibibir ranum itu. Kyuhyun merasa ini adalah ciuman terbaiknya. Kecupan sederhana tapi mengandung cinta yang besar dan tulus.
...
Para tamu berdiri berdesakan, mencari posisi yang pas untuk berkumpul didepan panggung rendah tempat Siwon dan Kyuhyun berdiri. Saatnya acara penantian bagi yang masih lajang, acara pelemparan bunga. Tangan besar Siwon membalut tangan cantik Kyuhyun, memegang buket bunga baby's breath bersama. Bunga yang disetujui Kyuhyun setelah proses seleksi panjang. Karena dia laki-laki dan bunga itu terlalu feminim. Tapi kemudian ia jatuh hati pada bunga kecil-kecil yang bergerombol itu, disamping filosofi dari bunga itu. Melambangkan kesucian dan ketulusan.
Siwon dan Kyuhyun menolehkan kepala kesamping, saling memandang dan melemparkan senyum. Tepat dihitungan ketiga mereka melemparkan bunganya kebelakang. Seketika suasana menjadi ribut. Pekikan kesal, desahan kecewa dan teriakan riang menjadi satu.
Kyuhyun membalikkan badan, sekedar ingin tahu siapa orang yang mitosnya akan menyusulnya ke altar pernikahan berikutnya. Kibum dan pasangannya hanya diam, memasang ekspresi santai. Kyuhyun bertaruh, mereka pasangan paling membosankan didunia. Eunhyuk sibuk mencerca Donghae yang gagal mendapatkan bunga. Donghae berusaha merayu kekasihnya, berkata dengan wajah ceria dan kekanakannya tapi Eunhyuk terlihat tak peduli. Mereka sempat berdebat beberapa saat, kemudian saling melempar senyum idiot. Ah mereka masih saja aneh dan konyol.
Kyuhyun menggulirkan bola matanya kearah lain. Ryeowook berdiri dipojokan paling belakang dengan murung sambil memainkan kaki. Yesung disampingnya berdiri sok keren dengan kedua tangan didalam saku celana, sangat terlihat tidak tertarik. Kyuhyun merasa iba dengan teman kecilnya itu. Menyadari itu, kemudian Yesung mencomot beberapa bunga plastik dari vas dibelakangnya lalu memberikannya pada Ryeowook. Entah apa yang dikatakan si kepala besar itu Kyuhyun tak bisa mendengarnya, tapi rona merah samar mulai muncul dipipi Ryeowook.
Kyuhyun beralih ke sudut lain. Kali ini ia menemukan orang yang mendapat bunganya. Minho. Si sulung itu terlihat bingung dengan bunga dipangkuannya. Tak menyangka, dia yang duduk diam sambil memainkan ponsel malah terkena lemparan bunga. Minho mengambilnya lalu bertemu pandang dengan ibu barunya. Kyuhyun memberikan senyum, melirikkan matanya ketempat lain. Anak itu mengikuti pandangannya tapi kemudian melengos. Merasa Minho akan membuang bunganya, Kyuhyun cepat-cepat menatapnya galak. Minho dengan jengah berdiri sambil memutar bola matanya. Ia lalu berjalan malas menuju samping panggung yang tertutup dari pandangan orang-orang, seseorang disana berdiri dengan kepala menggantung lesu, terlihat sangat kecewa.
Dengan tidak ikhlas Minho mengulurkan bunga itu kepada Taemin. Si cantik perlahan mendongak dan menerimanya.
"Dasar bodoh. Sudah tahu pendek malah memilih berdiri disini. Kau pikir bunganya akan kesini? Tentu saja ketengah. Idiot."
Minho berlalu begitu saja. Melewatkan tatapan terpesona dan senyum manis yang tersungging dibibir Taemin.
"Gomawo." Taemin berucap pelan.
Kyuhyun mendecak melihat kelakuan Minho. Ia menjadi kesal sendiri. Jika ia adalah Taemin, tulang kering Minho sudah ia tendang membabi buta. Tapi kemudian Kyuhyun tersenyum. Bukankah hal tadi menunjukkan bahwa Minho mulai peduli pada Taemin? Karena jika tidak, bunga itu benar-benar akan dibuangnya.
Siwon mengecup pipi Kyuhyun. "Apa yang kau lihat? Kenapa senyum begitu?"
Siwon menaikkan alis ketika Kyuhyun malah memeluknya lalu berkata, "aku mencintaimu, hyung."
Memilih tidak terlalu memikirkannya, Siwon ikut melingkarkan lengannya kepinggang Kyuhyun lalu membalas pernyataan cintanya. "Aku juga mencintaimu, baby."
.
.
Ini bukanlah dongeng, dimana diakhir cerita pasangan akan bersatu lalu akan bahagia selamanya. Aura kebahagiaan yang semula tercipta menguap. Rasa suka cita seketika menjadi duka. Bibir yang beberapa jam lalu tersungging senyum lebar kini melengkung kebawah. Wajah-wajah yang sebelumnya memancarkan sinar secerah matahari pagi kini mendung, gelap layaknya langit malam tanpa bintang.
Tangisan memilukan keluar dari bibir mungilnya. Kepalanya terbenam kepundak orang yang lebih dewasa darinya. Ia tidak ingin melihat, menolak apapun yang menyakitkan hatinya. Ia tidak menyukainya, ia membenci keadaan ini. Ia berharap ini hanyalah mimpi buruk lalu ia akan bangun keesokan harinya dengan suasana bahagia seperti tadi. Semuanya lengkap, tidak ada seorangpun yang pergi.
"Suho~ya..."
Anak yang dipanggil namanya menggeleng kuat, mengeratkan kalungan lengannya dileher sang kakak. Minho menghela nafas, menggeleng kepada sang ayah lalu kembali menepuk-nepuk pelan punggung kecil adiknya sembari terus mengucapkan kalimat bujukan.
"Suho tidak mau memeluk mommy? Besok Suho tidak bisa melihatnya." Siwon mencoba membujuk si bungsu kembali.
"Suho benci mommy! Mommy meninggalkan Suho! Mommy tidak mau mengajak Suho! Mommy jahat! Suho benci mommy!" Jeritan Suho terdengar keras diruangan jalur VIP bandara.
Kurang lebih seperti itu juga yang dirasakan Siwon. Ia juga tidak menginginkan ini terjadi. Ia ingin menahan Kyuhyun untuk tetap disampingnya. Tidak mengijinkannya bergerak pergi satu inchipun. Tapi ia seolah tak berdaya untuk melawan.
Tangisan Suho mengencang ketika merasakan kecupan yang familiar dipucuk kepalanya. Pelukannya dileher Minho mengendur, berganti ke tempat pelukan paling favoritnya.
"Mommy sayang Suho." Bisik Kyuhyun. Kepalanya menyandar kepundak sempit si bungsu.
Anggota keluarga yang lain terlihat tidak bisa menahan rasa haru mereka, tak terkecuali Heechul dan Hangeng yang memberikan ultimatum bahwa Kyuhyun harus tetap pergi ke Amerika. Pria cantik itu bahkan harus memalingkan wajah sambil mendongak, mengipasi matanya yang mulai berair.
"Kalau begitu, biarkan Suho ikut!" Jerit si kecil. "Suho juga sayang mommy. Suho sayang mommy."
"Suho bisa ikut daddy kalau mengunjungi mommy nanti."
"Tidak mau! Itu lama!"
Kyuhyun memberikan pandangan menyerah pada Siwon. Menyuruh pria itu untuk turun tangan sekali lagi.
"Kalau mommy disini, Suho akan punya adik. Suho mau?"
Kyuhyun melotot. Apa-apaan itu. Cara membujuk yang payah. Jelas saja Suho akan tetap memilih menahan Kyuhyun. Walaupun itu sebenarnya sebuah keuntungan. Tapi pasti Siwon akan mewujudkan perkataannya itu. Kyuhyun tidak mau. Membuat anak itu melelahkan.
Tanpa disangka Suho menggeleng. "Tidak."
"Kalau begitu, Suho harus jadi anak baik. Dengan begitu mommy akan cepat pulang."
"Tapi..."
"Suho bisa mengunjungi mommy kapanpun." Sahut Heechul.
Mata Kyuhyun berbinar. Akhirnya kepala batu karang ibunya tergerus air laut juga. Akhirnya malaikat yang selalu terlempar jika didekat ibunya kini berhasil menghampirinya. Sebelumnya tidak ada yang boleh mengunjungi ataupun Kyuhyun pulang walau natal sekalipun.
Akhirnya tangisan Suho berhenti dan membolehkan Kyuhyun pergi setelah Leeteuk dan Hangeng juga ikut turun tangan. Sangat menyedihkan sebenarnya karena Siwon mengharapkan hal yang sebaliknya. Ia akan menandai tanggal ini adalah hari yang membahagiakan dan terkutuk secara bersamaan.
Kyuhyun memeluk Leeteuk. "Eommonim, tolong jaga keluarga kecilku sekali lagi."
"Iya, kau juga jaga dirimu baik-baik." Leeteuk tersenyum sambil menepuk punggungnya. Kyuhyun lalu memberikan kecupan dipipi dan beralih pada Hangeng.
"Belajarlah dengan baik. Aku tidak perlu mengatakan padamu untuk makan teratur karena kau sudah melakukannya dengan sangat baik selama ini." Hangeng tertawa mendapat pukulan main-main dari Kyuhyun diperutnya.
"Cepatlah pulang. Buat bangga ayah, ibu dan suamimu."
"Arasseo." Hangeng menghadiahinya kecupan dikening.
Wajah Kyuhyun tertekuk berlipat-lipat saat tiba dihadapan ibunya. Memasang senyumpun ibunya tidak akan bersikap manis padanya. Jadi sama saja.
"Yah! Anak nakal! Ekspresi apa-apaan itu!" Hardik Heechul. Ia memukulkan kipas lipatnya ke kepala Kyuhyun. Yang justru membuat wajah anak itu makin tak sedap dipandang mata.
Heechul mendengus. "Tetaplah cantik, jangan bertambah jelek." Kalimat jaga diri baik-baik versi Heechul. Ia menarik putranya kedalam pelukan sekilas.
Kipas lipatnya diacungkan kekening Kyuhyun. "Aku akan mengunjungimu dua hari lagi."
"Nah, aku memang gampang dirindukan."
"Terlalu percaya diri. Aku kesana untuk membawamu ke dokter. Memasang alat pencegah kehamilan dirahimmu. Kau pikir aku tidak tahu apa yang kalian berdua lakukan semalam?"
Hanya Suho seorang yang tidak mendadak tersedak air ludahnya sendiri. Anak itu sibuk mencecap-cecap rasa permen yang diberikan Heechul. Siwon mengusap tengkuknya tidak nyaman. Jadi mereka benar-benar ketahuan. Tapi ia berterima kasih pada mertuanya itu karena secara tidak langsung mengijinkannya untuk menyentuh Kyuhyun sepenuhnya.
"Kami berhak mendapatkannya." Timpal Kyuhyun.
Kening Kyuhyun mengerut, merasa ada sesuatu yang ganjil. Tidak mungkin ibunya mengampuninya begitu saja. Lalu matanya membelalak setelah menyadari sesuatu. Menatap ibunya kesal. Heechul tetaplah cerdik dan licik. Pil yang dicekokan Heechul adalah pil pencegah kehamilan. Ibunya sudah mempersiapkan segalanya ternyata.
Kyuhyun mencium pipi Heechul asal-asalan lalu berpaling pada Minho. "Awasi ayahmu. Jangan biarkan ia dekat dengan wanita atau lelaki manis manapun selama aku pergi."
"Bagaimana kalau kau saja yang berselingkuh? Denganku?" Sedetik kemudian ia mengusap kepalanya yang dipukul Kyuhyun. "Dasar ibu kejam." Gerutunya.
"Biar saja." Sahut Kyuhyun tak acuh.
Setelah itu Minho merasakan pipinya dicium. "Jangan selalu menolak apa kata hatimu. Dia bisa saja lari jika kau lengah. Dan jangan bertindak bodoh dengan alasan yang bodoh pula. Karena belum tentu dia sepercaya diri dan sesabar aku." Kyuhyun mengakhiri ucapannya dengan menepuk bahu Minho pelan.
"Mommy sayang Suho." Kyuhyun menciumi si bungsu yang berada digendongan Hangeng diseluruh wajah. Kalau saja bisa ia akan membawa Suho untuk menemaninya.
Kyuhyun melambaikan tangannya pada yang lain. Mereka memberikan waktu pribadi untuk pasangan pengantin baru itu. Siwon langsung saja mendekap Kyuhyun. Ini hari penikahan mereka tapi Siwon lebih merasa seperti ini adalah perceraian mereka. Tragis.
"Hahh." Siwon meloloskan desahan nafas kasar. "Bagaimana hidupku setelah ini? Apa aku akan baik-baik saja?"
"Kita hanya terpisah jarak, hyung."
"Tetap saja menyiksa. Aku akan sangat merindukanmu. Cepat pulang, ya."
"Eum." Kyuhyun mengangguk. Seperti kata Siwon, hari-hari berikutnya akan menyiksa. Secerdas apapun dirinya, paling tidak ia membutuhkan waktu tiga tahun untuk menyelesaikan studinya. Ah mengerikan.
"Kunjungi aku sesering yang kau bisa."
"Tentu." Siwon mengecup pucuk kepala Kyuhyun sebelum melepas pelukan mereka. Waktu check in Kyuhyun tinggal 15 menit lagi.
Siwon mengetuk-ngetuk kening Kyuhyun dengan telunjuknya. "Kau tidak boleh berdandan terlalu cantik. Hanya aku yang boleh melihatmu cantik. Kalau perlu berpenampilan culunlah, biar tidak ada yang mendekatimu dan aku bisa tenang."
Kyuhyun balas menusuk-nusuk dada Siwon dengan telunjuknya. "Jangan berdiri disamping wanita cantik atau lelaki manis dalam radius 7 meter. Kau tidak boleh terlalu sering tampil dipublik. Jangan juga terlalu tampan."
Siwon menaikkan satu alisnya. "Apa aku harus operasi plastik?"
"Enak saja. Aku tidak mau punya suami jelek."
Mereka kembali berpelukan. "Apa tidak bisa waktu berhenti saja saat ini?" Gumam Siwon.
"Aku harus pergi sekarang." Kyuhyun bergerak melepaskan pelukan. Jika lebih lama lagi bisa saja ia akan menangis.
Siwon mengecup kening Kyuhyun. "Ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu dan menunggumu pulang kerumah."
Kyuhyun berjinjit dan menumpu tangannya dikedua bahu Siwon untuk menjangkau bibir pria itu. "Aku juga mencintaimu."
Kyuhyun cepat-cepat berbalik lalu menyeret kopernya. Takut jika tidak bisa melepas Siwon. Ia menunduk, mengelus cincin dijari manisnya lalu mengecupnya dengan mata terpejam. Air mata mulai menetes kepipinya.
Tidak. Ia tidak mau pergi. Semenitpun ia tidak mau berpisah dengan Siwon. Tapi bagaimana? Ayah dan ibunya pasti tidak akan membiarkannya. Ia rela tidak meraih cita-citanya asalkan bersama Siwon. Bukankah yang dicari dalam hidup adalah kebahagiaan? Dan Kyuhyun sudah menemukannya. Kebahagiaan Kyuhyun adalah bersama Siwon.
Siwon memandang bahu yang melorot itu kian menjauh. Ia berbalik setelah tubuh Kyuhyun tidak terjangkau oleh matanya lagi. Kenapa begini? Mereka bahagia, tapi kenapa harus berpisah? Ini tidak adil. Mereka sudah melewati perjalanan yang panjang dan berliku untuk mencapai ini. Kenapa akhirnya seperti ini?
Apa dirinya dan Siwon harus kabur? Tapi kemana? Hampir setiap orang dibelahan dunia mengenal Siwon! Kyuhyun menjerit dalam hati.
"Persetan dengan pesawatnya!" Kyuhyun membanting kopernya.
Mungkin karena ikatan hati yang kuat, secara bersamaan mereka berbalik, berlari untuk menggapai kebahagiaan mereka.
Kyuhyun tersenyum dengan berurai air mata melihat Siwon berlari kearahnya. Tidak seharusnya mereka berpisah dihari bahagia ini. Kyuhyun melompat, mengalungkan lengan keleher Siwon. Pria itu menangkapnya walaupun sempat terhuyung kebelakang hampir terjatuh.
"Aku tidak bisa! Aku mencintaimu! Aku tidak bisa!" Kyuhyun menyatukan bibir mereka, memakan bibir Siwon dengan gerakan acak. Menyalurkan segala rasa frustasinya melalui ciuman itu.
Gerakan bibir mereka melambat lalu berhenti. Kening mereka menyatu. "Aku juga tidak bisa. Aku sangat mencintaimu." Bisik Siwon.
Lalu satu kalimat gila yang lain terucap dari bibir Kyuhyun. "Ayo kabur ke Alaska."
Mungkin kewarasan Siwon juga menghilang karena dia menimpali sama gilanya. "Dengan senang hati. Ayo."
Mungkin mereka akan melakukan kegilaan yang lain lagi. Dari pengalaman sebelumnya, Kyuhyun nekad mencium Siwon dan kegilaan itu menghasilkan suatu kebahagiaan. Mungkin kali ini mereka juga akan berhasil. Siapa tahu mungkin saja Heechul kerasukan malaikat bersayap enam. Siapa tahu Suho akan menahan mereka. Siapa tahu Hangeng kembali dirasuki malaikat. Ya. Apa saja bisa terjadi. Siapa tahu 'kan?
END
YES. THIS IS END NOT AND.
.
.
.
AKHIRNYA FF ini selesai juga setelah perjalanan panjang. Terima kasih ya buat kalian yang udh ngikutin nih ff dari awal, Support kalian buat aku. Terima kasih banyak. T.T
Sampai jumpa di projek ff ku yang lain. Semoga juga akan selesai kayak ini.
Terakhir, silahkan tinggalkan jejak di chapter terakhir ini. heuheu
THANK YOU SO MUCH