Perjalanan London-Korea setidaknya akan memakan waktu yang cukup lama, dan seperti penumpang yang lain, Chanyeol memutuskan untuk menutup matanya guna mengistirahatkan pikirannya sejenak, namun tidak dengan Baekhyun. Gadis itu masih setia membuka matanya, meskipun posisinya kini yang berada didekapan Chanyeol, bukan berarti ia bisa memejamkan matanya. Entah mengapa ia merasa cemas, dan sialnya ia tidak tau apa yang sedang ia cemaskan.
Beberapa kali ia harus menahan nafas ketika Chanyeol membenarkan pelukannya, takut jika namja itu akan terbangun dan menemukan dirinya yang masih terjaga. Tidak bohong, diam-diam ia memikirkan soal kehamilannya. Kenyataan bahwa test packnya menghilang begitu saja setelah ia pakai mampu membuatnya panas dingin. Meskipun sampai sekarang Chanyeol terlihat baik-baik saja tan seperti tidak mengetahui apapun, namun pada akhirnya Baekhyun tetap harus mengakuinya kan? Perutnya akan semakin membesar seiring berjalannya waktu dan itu akan menjelaskan kepada semua orang tentang apa yang terjadi termasuk Chanyeol. yang harus ia lakukan adalah mencari tau apakah Chanyeol benar-benar mencintainya dan tidak akan meninggalkannya apapun yang terjadi. Which is stupid, karena Baekhyun sendiripun sejujurnya cukup kenyang mendengar betapa Chanyeol mencintainya, namja itu terlihat benar-benar tergila-gila padanya. Bukannya sombong, tapi Baekhyun bisa merasakan cinta disetiap tatapan Chanyeol yang memuja, dengan begitu, ia benar-benar harus berhati-hati, ia tidak boleh menyakiti Chanyeol barang sedikitpun.
"Hey, what is it?" tubuh Baekhyun menegang mendengarkan suara itu, suara yang diam-diam menjadi favoritenya selama dua tahun terakhir.
"Kau bangun?" bukannya menjawab, Baekhyun justru balik bertanya, membuat Chanyeol tersenyum.
"Aku tidak benar-benar tidur," jawab namja itu pelan, sementara kening Baekhyun merengut bingung seakan bertanya 'kenapa?'.
Chanyeol menghela nafas dalam dan berkata, "Bagaimana aku bisa tidur kalau kau masih terjaga," lagi-lagi Baekhyun menegang, jadi sedari tadi Chanyeol memperhatikannya? Well, dengan posisi kepala yang tersandar didada Chanyeol memang mustahil bagi Baekhyun untuk bisa melihat apakah Chanyeol benar-benar tidur atau tidak.
Namja itu sesaat mengusap kepala Baekhyun dengan sayang, mencoba membuat gadisnya terbuai dan memejamkan mata.
"Tidurlah, perjalanan kita masih jauh," bisiknya parau, menandakan bahwa sebenarnya laki-laki itu sudah merasa begitu mengantuk.
"Chanyeol?" Baekhyun mendapati Chanyeol menggumam sebagai jawaban atas panggilannya.
"Apa aku boleh bertanya?" mungkin jika Baekhyun menggigit bibir bawahnya lebih kuat sedikit lagi, ia akan melukai dirinya sendiri. Tidak bisa dipungkiri, gadis itu begitu terlihat gugup saat ini.
"Tentu saja, ada apa sayang?" Chanyeol sedikit melonggarkan pelukannya dan Baekhyun sedikit merasa kehilangan atas itu, namun ketika ia sadar bahwa Chanyeol melakukannya untuk membuat mereka saling menatap satu sama lain, gadis itu sedikit demi sedikit terbebas dari sifat paranoidnya.
"Apa kau benar-benar mencintaiku?" suara gadis itu mengecil diakhir kalimat. Perlahan-lahan ia gigit ujung lidahnya ketika ia melihat Chanyeol merengut tidak suka mendengar pertanyaannya.
"Apa-apaan dengan pertanyaan itu?" balasnya dengan nada yang sedikit ketus. Ia tidak mengerti mengapa Baekhyun tiba-tiba bertanya seperti itu? Apakah ia kurang meyakinkan selama ini? Chanyeol pikir ia sudah cukup tenang dengan Baekhyun yang sudah mempercayainya, namun sepertinya ia harus meninjau ulang ide itu.
Melihat Baekhyun semakin pucat dan ketakutan, perlahan Chanyeol menghela nafas dalam dan kembali merengkuh gadis itu kedalam pelukannya.
"Kalau saja ada kata yang lebih tinggi dari pada 'aku benar-benar mencintaimu' aku akan mengatakannya kepadamu, Baek." Bisiknya dengan selembut mungkin dan Chanyeol tersenyum ketika ketegangan Baekhyun berangsur-angsur menghilang.
"Apa kau percaya jika aku bilang bahwa aku sudah mencintaimu bahkan sejak pertama kali kita menginjakkan kaki dikantor dua tahun yang lalu? Semua orang boleh berkata bahwa cinta pada pandangan pertama hanya terjadi pada seorang ibu kepada bayinya namun mulai saat ini mereka harus membuat pengecualian untukku," mendengar Chanyeol mengucapkan kata 'ibu' dan 'bayi' sontak membuat Baekhyun tercengang. Bagaimana pun juga, ia belum siap mendengar kata-kata itu dari bibir tebal kekasihnya karena itu akan membuatnya merasa tertekan akan keadaan sebenarnya.
"Hey? Kau mendengarkanku?" Chanyeol sedikit menundukkan kepalanya untuk mencium kening Baekhyun, jika dihitung, ia sudah 6 kali mendaratkan bibirnya dikening kekasihnya dalam satu menit.
"Ya, aku mendengarkanmu," jawab Baekhyun lirih, mencoba menggerakkan tangannya dan balas memeluk tubuh tinggi kekasihnya.
"Apa itu berarti kau tidak akan meninggalkanku?" Baekhyun bertanya lagi, kali ini ia mendongakkan kepalanya, ingin melihat langsung jawaban Chanyeol dari matanya, bukan hanya penuturannya.
"Tidak pernah terlintas dikepalaku untuk meninggalkamu, dan itu memang tidak akan pernah terjadi." Chanyeol tersenyum melihat kelegaan yang terpancar diwajah gadisnya, seperti yang ia harapkan, Baekhyun menemukan kejujuran disana.
"Not gonna happen baby, i promise." Sekali lagi Chanyeol mencium kening Baekhyun sembari membisikkan kalimat yang paling ingin Baekhyun dengar dalam hidupnya, bahwa namja ini berjanji tidak akan meninggalkannya.
"Apapun yang terjadi dan bagaimanapun keadaanku?" Gotcha! Inilah yang Chanyeol cari sedari tadi, maksud dari semua pertanyaan Baekhyun dan kali ini ia menemukannya. Chanyeol yakin lebih dari seribu persen bahwa dalang dibalik semua pertanyaan ini adalah kehamilan Baekhyun. Bahwa gadis itu begitu takut ia akan meninggalkannya ketika Baekhyun break the news tetang keadaannya. Not gonna happen baby, not gonna happen. How could i escape from my own baby? The baby is mine, the baby is ours, Baek, ucap Chanyeol dalam hati.
"apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkanmu," Chanyeol berujar mantap dan ia lagi-lagi menemukan kelegaan dari Baekhyun yang diikuti oleh kebahagiaan, namja itu tidak bisa merasa lebih baik daripada detik ini karena setidaknya ia berhasil mencairkan es yang selama ini membeku dihati kekasihnya.
"Tapi.." Baekhyun sengaja menggantung kalimatnya, mencoba membuat Chanyeol penasaran dan berhasil karena namja itu saat ini sudah sepenuhnya menatapnya dengan alis yang terangkat, khas orang yang sedang menantikan penjelasan lebih lanjut.
"Luhan bilang aku sedikit cerewet, oke mungkin tidak sedikit, aku sangat cerewet," Chanyeol tertawa kecil mendengar ini dan Baekhyun justru menampakkan ekspresi merengut yang begitu menggemaskan,
"Go on," ucap Chanyeol singkat dengan pandangan penuh permintaan maaf karena sudah tertawa diantara penurutan gadisnya.
"Aku sangat cerewet, mataku sipit, tidak seindah milik Luhan. Bibirku juga tipis, tidak seindah milik Kyungsoo. Tubuhku pendek, oke Kyungsoo juga pendek sepertiku. Aku begitu menyebalkan, aku sering mendapatimu menggeram sebal karena tingkahku dikantor, Jongin bilang aku terlalu galak, dan Sehun bilang aku tidak akan mendapatkan kekasih jika aku terus menerus menyebalkan seperti ini. Tapi.. kenapa kau bisa tertarik padaku? Mereka semua adalah sahabatku tapi mereka dengan tega pernah meragukan tentang apa yang Kris sajangnim lihat dariku sehingga ia bisa menyukaiku. Apa aku seburuk itu?" pertanyaan terakhir itu lebih ia tujukan kepada dirinya sendiri, sedangkan Chanyeol hanya mengamati perubahan ekspresi kekasihnya yang kali ini terlihat sendu.
"Kau tau, kau terihat sangat lucu ketika sedang dalam mode 'cerewet' dan aku selalu diam-diam mengangumimu. Matamu memang tidak seindah milik Luhan, tapi mata ini adalah mata favoritku," kata Chanyeol sambil mencium kedua kelopak mata milik Baekhyun.
"Bibirmu juga tidak memiliki bentuk hati seperti milik Kyungsoo, tapi bibir ini adalah bibir favoritku," ciumannya beralih ke bibir tipis Baekhyun, sementara gadis itu masih menutup matanya, Chanyeol lagi-lagi tersenyum dan mendaratkan satu kecupan lembut sebelum melanjutkan,
"Kau tidak menyebalkan, aku menggeram karena menahan rasa gemasku kepadamu. Seperti yang kubilang tadi, kau sangat lucu dan aku menyukainya. Bagiku kau tidak galak, kau tegas dan setiap kali kau berada dalam mode itu, kau terlihat seribu kali lipat lebih cantik daripada biasanya. Baek, mereka semua boleh berpendapat, tapi mereka tidak bisa memprediksikan atau mengukur perasaan orang lain, termasuk mengapa Kris menyukaimu dan mengapa aku begitu mencintaimu," jelas Chanyeol sambil mengusap pipi Baekhyun dengan lembut. Sementara gadis itu hanya menatap Chanyeol dengan pandangan berbinarnya,
"Begitukah?" tanya gadis itu dengan rona merah dikedua pipinya, membuat Chanyeol harus mati-matian menahan keinginannya untuk menggigit pipi itu jika tidak ingin melukai kekasihnya.
"Ya," jawab Chanyeol pendek namun tetap dengan menampilkan senyum terbaiknya.
"Lalu apa yang sebenarnya kau lihat pada diriku sehingga kau menyukaiku?" tanya gadis itu dengan nada yang kelewat antusias, hal ini sontak membuat Chanyeol menggembangkan senyumnya sebelum akhirnya berkata dengan mantap,
"Semua yang tidak pernah mereka lihat."
.
.
.
.
.
Cast: Park Chanyeol, Byun Baekhyun
Supporting cast: the other EXO members and another supporter gonna be revealed as they needed.
Pairing: mainly chanbaek and official couple of EXO.
Genre: fluff, romance, drama, friendship
Rated: M
Length: Chaptered
Warning: genderswitch for all uke(s), typos, broken plot, mature content. If you dont like please help yourself to close the tab.
Disclamaire: all the characters here are not mine. I only own the plot.
No plagiarism, no copy-paste, no bash, and happy reading!
.
.
.
.
.
Sepi. Begitulah keadaan Incheon dipagi hari. Tidak terlalu banyak orang berlalu-lalang, hanya sebagian dari mereka yang berlari kecil untuk mengejar jadwal penerbangannya dan beberapa staff yang sibuk untuk memulai pekerjaan masing-masing. Ini masih pukul 6 pagi dan Baekhyun sama sekali tidak heran jika ia bisa saja bermain futsal ditempat ini karena begitu lapang tanpa ada gerombolan manusia yang berdesakan seperti ketika siang hari tiba.
Setelah menempuh perjalanan berjam-jam, -well Baekhyun tidak begitu ingat berapa jam lebih tepatnya karena ia terlalu sibuk merapatkan tubuhnya kedalam dekapan Chanyeol selama sisa perjalanan-, akhirnya mereka sampai juga di negara dimana mereka berdua dilahirkan. Senyum bahagia selalu terkembang dibibir keduanya, dengan tangan yang saling menggenggam, mereka berdua terus berjalan menuju pintu kedatangan.
Seperti perjanjiannya dengan Chanyeol ketika masih berada didalam pesawat, pagi ini mereka akan dijemput oleh supir pribadi keluarga Chanyeol dan Baekhyun akan beristirahan sejenak dikediamannya, baru setelah makan siang, namja itu akan mengantarkannya pulang ke apartemen.
Sesaat Chanyeol menariknya kesalah satu sudut dimana seseorang sedang tersenyum kearah mereka,
"Halo paman," sapa Chanyeol dengan ramah, sedangkan pria paruh baya itu membungkuk hormat kepadanya dan menjawab,
"Selamat datang kembali Tuan muda,"
Setelah menyapa dan berbincang sejenak, Leeteuk, begitulah nama supir pribadi keluarga park, langsung menghela mereka menuju mobil M3 kesayangan milik Chanyeol yang sudah terparkir didepan bandara. Tidak seperti ketika berangkat beberapa hari yang lalu, barang-barang mereka kali ini jauh lebih banyak dengan berbagai macam plastic bag dan paper bag dari beberapa product terkemuka. Chanyeol sedikit membantu Leeteuk untuk memasukkan semuanya kedalam bagasi mobil yang ukurannya cukup besar sedangkan Baekhyun sudah duduk manis dikursi penumpang dengan memangku Caramel Chocolate dan redvelvet yang saat ini sedang ia nikmati. Tidak butuh waktu lama untuk membereskan semuanya, oleh karena itu ketika Baekhyun bahkan belum sempat menghabiskan satu potong redvelvetnya, Chanyeol sudah duduk disampingnya dan memperhatikan semua pergerakannya.
"Kau mau?" tanya Baekhyun dengan mulut penuh dengan makanan,
"Ani, kau saja," namja itu benar-benar mengerti kenapa gadisnya tiba-tiba begitu ingin menyantap makanan yang mempunyai andil besar dalam penyumbangan lemak ditubuh wanita, dan jawaban paling akurat dari ini semua adalah makhluk kecil yang sedang berada diperut kekasihnya tentu saja.
Namja itu tersenyum sekali lagi, memperhatikan Baekhyun yang dengan lahab memakan semua sisa makanannya mengingat ini masih pukul 6 pagi. Wanita mana yang menghabiskan tiga potong redvelvet dan satu cup chocolate panas sepagi ini? Rasanya menyenangkan bagaimana bayinya bisa mengubah Baekhyun dan meninggalkan segala macam tetek bengek wanita yang menurutnya omong kosong belaka.
"Kita kerumah tuan muda atau ke apartemen?" tanya Leeteuk sambil melirik Chanyeol dari kaca tengah,
"Kerumah saja. Itu yang paling dekat. Kekasihku membutuhkan istirahat." Jawab Chanyeol enteng yang tanpa disadarinya, membuat Baekhyun merona dengan lucu.
"Baik, Nyonya Besar juga meminta saya untuk membawa Tuan muda kerumah ketika beliau berangkat."
"Eomma dan appa pergi kemana lagi kali ini?"
"Jepang, untuk rapat direksi." Jawab Leeteuk dengan tenang sebelum akhirnya menjalankan mobilnya.
Soal orang tua Chanyeol, sejujurnya namja itu sudah menginformasikan semuanya tentang Baekhyun dan mereka berdua tidak pernah mempermasalahkan soal kehamilannya, karena toh pada kenyataannya mereka berdua memang sudah lama mendambakan cucu dari anaknya. Meskipun begitu, sampai saat ini, mereka belum juga memberikan ijin untuk Chanyeol menikahi Baekhyun, alasannya hanya satu, mereka berdua tidak ingin Chanyeol melangkahi kakaknya yang hingga saat ini belum juga mendapatkan pasangan.
"Padahal aku berharap eomma bisa melihat betapa cantiknya kekasihku," Goda Chanyeol sembari merangkul pundak sempit kekasihnya yang saat ini tengah merona dengan hebat, sementara Leeteuk hanya tersenyum maklum melihat adegan pasangan dibelakangnya.
"Bagaimana kalau eomma dan appamu tidak menyukaiku?" Kalimat pertanyaan itu terlolos begitu saja dari mulut Baekhyun, membuat Chanyeol merintih dalam hati, Oh baby kalau saja kau tau, mereka begitu menyukaimu hanya dengan melihat fotomu.
"Mereka akan menyukaimu," ucap Chanyeol mencoba meyakinkan dan berhasil karena Baekhyun kembali tersenyum manis seperti sebelumnya.
Tak butuh waktu lama bagi Baekhyun untuk kembali tertidur di pundak Chanyeol, gadis itu sepertinya masih menyimpan sisa-sisa kelelahannya. Bukan hal yang aneh jika gadis itu merasa cepat lelah, dia tidak hanya sibuk menjaga dirinya sendiri, tetapi secara tidak langsung juga menjaga makhluk mungil didalam perutnya. Tanpa gadis itu sadari Chanyeol mengusap perutnya yang masih terlihat rata dengan lembut, mencoba mengajak bayinya berkomunikasi walaupun mustahil akan mendapatkan jawaban.
"Sudah berapa bulan Tuan muda?" tanya Leeteuk, mengalihkan perhatian Chanyeol dari gadisnya.
"kurasa baru bulan pertama," jawab Chanyeol sambil menampilkan senyum bahagianya, membayangkan bahwa dalam beberapa bulan kedepan ia akan menjadi seorang appa.
"Nyonya besar akan sangat senang ketika si kecil lahir nantinya," Leeteuk menanggapi dengan senyum tak kalah bersahaja, memang bukan rahasia lagi dikalangan keluarga Chanyeol bahwa saat ini ia tengah menjalin hubungan dengan seorang gadis yang juga sedang mengandung buah hatinya, semua orang menyambut berita yang Chanyeol sampaikan dari London beberapa hari yang lalu dengan suka cita, terutama kedua orang tuanya, yang terus mendesaknya untuk bertemu dengan Baekhyun.
"Kau tau betapa eomma mendambakan seorang cucu, tapi.." Chanyeol menggantungkan kata-katanya, dan seakan paham, Leeteuk langsung menyahut,
"Saya mengerti."
"Coba saja eomma tidak melarangku untuk menikah sebelum Hyung, aku pasti akan menjadikan Baekhyun istriku secepatnya, tapi kau tau sendiri, bahkan sampai saat ini Hyung tidak pernah memperkenalkan kekasih," ucap Chanyeol sambil tersenyum masam,
"Untuk pulang saja beliau seperti tidak ada waktu," Leeteuk terkekeh, tidak begitu paham dengan konflik yang ada sebenarnya.
"Sampai sekarang ia belum pulang juga?" Tanya Chanyeol dengan raut wajah serius,
"Belum." Keduanya lalu terdiam. Leeteuk kembali fokus dengan kemudinya sedangkan Chanyeol termangu di posisinya. Ingatannya kembali terlempar ke masa lampau, dimana ia dan Hyungnya adalah dua saudara yang saling mengasihi dan mendukung, mungkin sampai saat ini masih, namun semenjak mereka duduk dibangku SMA, orang tua mereka selalu membuat mereka berada dalam posisi bersaing, bersaing untuk mendapatkan mobil mewah, apartement mewah, dan segala macam fasilitas yang mereka punya. Kadang Chanyeol berfikir, kalau saja eomma dan appanya tidak pernah membuat persaingan antara dirinya dan Hyungnya yang hanya tiga tahun diatasnya, mungkin Hyungnya masih betah berdiam diri dikediaman mereka hingga saat ini. Dan memang itulah yang kedua orang tuanya sesali hingga saat ini, mereka baru menyadari bahwa mereka barusaja menjauhkan kedua anaknya dan menghapus garis mutlak yang disebut persaudaraan.
Tanpa Chanyeol sadari mobil mewah itu sudah memasuki halaman keluarga Park, jika Leeteuk tidak memanggil namanya beberapa kali, mungkin Chanyeol masih akan tenggelam dalam lamunannya hingga petang tiba.
"Tolong bawakan barang-barang kami dan letakkan dikamarku. Aku akan membawa Baekhyun kedalam." Ucap Chanyeol memerintah,
"Baik, Tuan Muda." Leeteuk mengangguk patuh dan seketika turun dari mobilnya untuk membukakan pintu bagi Chanyeol yang berusaha berjalan keluar dengan Baekhyun dalam gendongannya. Mengingat tubuh kecil kekasihnya ini, bukan hal sulit bagi Chanyeol untuk bergerak dan membawanya masuk kedalam rumah.
Sesampainya mereka dikamar yang didominasi dengan warna abu-abu yang dikenali sebagai kamar Chanyeol itu, Baekhyun langsung dibaringkan diatas tempat tidur. Tapi entah apa yang mengusik tidurnya, namun gadis itu perlahan membuka mata, dan mencoba menyesuaikan diri dengan pemandangan asing yang ada dihadapannya. Sebauh TV plasma menggantung didinding yang bersih tanpa hiasan apapun, berikut dengan satu set home theatre beserta playstation dan berbagai macam dvd dirak sampingnya. Warna kamar ini memang abu-abu, cenderung gelap jika dipadukan dengan gorden lebar berwarna abu-abu tua yang menutupi jendela besar dibaliknya. Wangi mint yang menguar begitu menyegarkan, ada bau-bauan parfum Chanyeol yang begitu Baekhyun kenali, membuat kamar ini begitu nyaman untuknya. Dan ah- ya, ranjang king size dengan seprai berwarna hitam legam tanpa motif sedikitpun, membuat kamar ini menguarkan kesan maskulin yang begitu mendalam, ditunjang dengan beberapa rak buku dan lemari modern yang berada disusut ruangan. Ada satu set sofa berwarna hitam yang tertata rapi didepan rak buku yang kira-kira menampung seratus buku bacaan tersebut, Baekhyun berani bertaruh bahwa Chanyeol adalah salah satu namja paling mempesona karena ketertarikannya terhadap buku, itu keren!
"Sayang kau terbangun?" suara itu tiba-tiba mengejutkan Baekhyun, gadis itu menoleh kesana-kemari untuk mencari darimana suara itu berasal, dan dia cukup lega menemukan Chanyeol tengah berjongkok didepan laci sebrang tempat tidurnya sebelah kanan, entah apa yang pria itu cari, ia terlihat begitu serius.
"Eum, apa aku tertidur begitu lama?" tanya Baekhyun sambil mencoba mendudukkan dirinya. Ada perasaan hangat ketika mengetahui bahwa Chanyeol membawanya kekamar pribadinya, bukannya kekamar tamu seperti yang biasa seorang namja lakukan kepada kekasihnya.
"Tidak juga, apa kau masih lelah?" jawab Chanyeol masih dengan menenggelamkan dirinya didepan laci, membuat Baekhyun penasaran apa yang sedang namja itu lakukan.
"Ani," kata gadis itu sambil mencoba turun dari ranjang. Langkah kaki kecilnya kemudian membawanya kedepan rak buku yang lebih tinggi darinya itu, dilihatnya deretan buku-buku berbahasa inggris itu yang tertata begitu rapi. Dari sini Baekhyun menemukan sisi Chanyeol yang lain, bahwa namja itu adalah namja dengan wawasan modern, jika dilihat dari bacaannya yang seolah-olah memang diperuntukkan kepada eksekutif muda.
Namun ada satu hal yang menarik perhatian Baekhyun, sebuah buku berwarna cokelat dengan judul, "Runtuhnya Jerman Timur". Seketika gadis itu mengernyit, tangannya terulur dan mencoba meraih buku yang jika ditaksir, mungkin usianya sudah lebih dari sepuluh tahun- atau lebih.
"Runtuhnya Jerman Timur?" suaranya lirih, namun Chanyeol bisa mendengarnya dan mengalihkan perhatiannya dari depan laci.
"Kau suka sejarah?" tanya Baekhyun tanpa melihat kearah kekasihnya, sementara Chanyeol tersenyum dan melanjutkan kegiatannya,
"Ya, begitulah. Ada masalah?"
"Itu keren!" Pekik Baekhyun, gadis itu kini sibuk membolak-balikkan halaman demi halaman dan membaca beberapa kalimat disana.
"Apa aku tidak terlihat seperti pria berwawasan luas?"
"Kau selalu menyembunyikan sisi itu dibalik senyum bodohmu," Chanyeol terkekeh mendengarnya. Kadang komentar pedas Baekhyun justru menggelitik baginya, bagaimanapun juga dibalik keketusan itu, selalu ada sisi kejujuran yang disampaikan dengan cara sederhana, namun tetap terdengar menggemaskan, apalagi Baekhyun yang mengatakannya.
"Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?" kali ini Baekhyun mengalihkan perhatiannya ketika ia rasa Chanyeol tidak menanggapinya sama sekali. Namja itu sekilas menoleh kearahnya dan tersenyum sebelum akhirnya menjawab,
"Aku sedang mencari mencari file, kurasa aku menyimpannya disini," namja itu kembali mengobrak-abrik isi laci, terlihat sedikit trustasi ketika Baekhyun melihat ia sesekali mengacak-acak beberapa lembar kertas putih yang Baekhyun pikir tidak cukup penting dibandingkan dengan file yang sedang dicari kekasihnya.
Merasa bosan menunggu kekasihnya yang sibuk dengan berkas yang Baekhyun tidak tau apa itu, ia kemudian terduduk disofa dan mengamati kamar Chanyeol dengan seksama. Ia dapat melihat bahwa kamar ini memiliki beberapa lukisan yang tertempel tepat diatas tempat tidur, dan Baekhyun baru menyadari itu. Gadis itu tersenyum menilai selera seni kekasihnya, tidak buruk, Chanyeol cenderung memiliki selera yang cukup bagus dan Baekhyun menyukainya.
Senyumnya masih terkembang ketika ia tanpa sengaja melihat ponsel milik Chanyeol disebelahnya, dengan gerakan hati-hati takut jika Chanyeol akan melihatnya, Baekhyun meraih ponsel itu dan membuka passwordnya yang bisa ia tebak apa itukata kuncinya, "Baekhyun" begitulah passwordnya. Gadis itu tersenyum senang, merasa menang dan bercampur haru ketika tau Chanyeol menggunakan namanya untuk sesuatu se pribadi ini. Pelan-pelan Baekhyun membuka kota galeri yang tanpa ia tau menyimpan banyak foto dirinya, baik ia tengah tersenyum, cemberut, tertawa bahkan tertidur. Baekhyun tidak pernah tau bahwa Chanyeol ternyata gemar mengambil gambarnya tanpa sepengetahuannya, menyebalkan! Ada ratusan fotonya didalam sana, meskipun merasa dicurangi, toh gadis itu tersanjung juga, rasanya menyenangkan ketika mendapati ada begitu banyak fotomu didalam ponsel kekasihmu bukan? gadis itu terus membuka satu pesatu file yang ada disana, sampai akhirnya matanya menangkap satu folder yang berisikan video. Keningnya merengut, video apa itu? Pelan-pelan tangannya tergerak untuk membukanya, mengingat file ini sedikit memiliki ukuran yang besar, jadi Baekhyun harus menunggu sebentar sampai video itu mau terputar. Sebelumnya gadis itu sudah mematikan speaker sehingga Chanyeol tidak akan curiga, kening gadis itu semakin merengut ketika pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sebuah kamar -yang tidak terlalu asing baginya, dan gumpalan diranjang yang Baekhyun yakin itu adalah manusia, tepatnya dua orang manusia.
Tanpa sadar, gadis itu menggigit ibu jarinya ketika kepala namja itu menyembul dari bawah, dengan posisi yang memunggungi, sedikit sulit bagi Baekhyun melihat wajah namja itu, sampai ketika ia menengokkan kepalanya kebelakang untuk menyibak selimutnya, Baekhyun membekap mulutnya dengan kuat, mencoba menahan jeritannya, demi Tuhan ia melihat Chanyeol! itu Chanyeol dan Baekhyun yakin sekali. Matanya mulai memanas, beberapa kali ia menggelengkan kepalanya mencoba menyangkal apa yang ia lihat, namun kenyataan bahwa ia juga melihat dirinya disana bersama Chanyeol mampu membuat tubuhnya lemas seketika. Gadis itu menghempaskan tubuhnya kesandaran sofa dan membiarkan ponsel itu terjatuh dengan cukup keras, sehingga suaranya mampu menarik perhatian Chanyeol yang belum juga selesai dengan kegiatannya.
Mata pria itu terbelalak ketika ia melihat Baekhyun sudah berurai airmata dengan tubuh yang terjajar kebelakang, ditambah dengan ponselnya yang sudah tergeletak mengenaskan dilantai. Tanpa pikir panjang, ia langsung menghampiri Baekhyun yang langsung menangkis tangannya yang hendak memeluknya, Chanyeol tau ini akan terjadi, ia hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Baekhyun, tidak ada yang bisa ia lakukan lagi saat ini, bahkan ketika Baekhyun enggan menatapnya, ia tau bahwa harapannya sudah hilang ditelan bersama ludahnya sendiri.
Tanpa Chanyeol sadari Baekhyun sudah mengangkat ponselnya sendiri dan berbicara dengan seseorang diseberang sana,
"Aku baik-baik saja Kyung, tapi bisakah kau menjemputku?"
"..."
" Ya, aku yakin Jongin tau dimana rumah Chanyeol,"
"..."
"Baiklah, aku akan segera turun."
Gadis itu mengakhiri panggilannya dengan muram. Hatinya begitu sakit, disisi lain ia bersyukur bahwa ayah dari bayinya adalah seseorang yang ia cintai, tapi kenyataan bahwa Chanyeol selalu menyembunyikan ini darinya tidak memberinya alasan bahwa Chanyeol memang mencintainya. Ini adalah rahasia besar dan sudah sepantasnya Baekhyun tau, ia sangat tidak mengerti dengan jalan pikiran Chanyeol, bahkan ketika namja itu berlutut dihadapannya, Baekhyun masih enggan menatapnya.
"Baek..maafkan aku. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya, sungguh.." gadis itu tidak bergeming, meskipun Chanyeol sudah meraih tangannya dan digenggam dengan erat, Baekhyun masih tetap diam, tanpa ekspresi apapun disana.
"Aku tau aku egois, aku membiarkan semuanya terjadi tanpa menahanmu saat itu. Tapi aku benar-benar mencintaimu, aku tidak ingin kau melakukannya dengan namja lain, aku.. aku menginginkanmu. Mungkin kau memang harus bersabar sebentar, tapi aku akan menikahimu, k-kau mau kan menikah denganku? K-kau sudah berjanji akan tetap bersamaku? Kau tidak akan meninggalkanku kan?" gadis itu benar-benar tidak mampu menahan isakannya sendiri, meskipun ia menolak menatap mata Chanyeol tapi Baekhyun tau bahwa kekasihnya tengah sama-sama menangis seperti dirinya saat ini.
Tidak ada yang mengatakan apapun, kecuali Baekhyun yang terus terisak dan Chanyeol yang berusaha keras menahan air matanya yang sejujurnya sudah banyak menumpahi pipinya. Yang ia butuh saat ini adalah meyakinkan Baekhyun dan membuat gadis itu bertahan disampingnya, apapun caranya, Chanyeol akan melakukannya.
Hingga ketika ketukan dipintu kamar iktu berbunyi, belum ada yang bangkit dari posisinya. Samar-samar mereka mendengar suara yang familiar memanggil nama Baekhyun.
"Baek? Apa kau didalam?" itu suara Kyungsoo. Sepertinya sahabatnya itu begitu khawatir karena suara bergetar Baekhyun ketika ditelepon tadi.
Baekhyun mencoba melepaskan tangan Chanyeol tanpa sedikitpun berani menatap mata merah milik kekasihnya, kemudian ia bangkit dan berjalan menuju pintu dan membukanya. Ketika ia melihat Kyungsoo dengan Jongin berdiri disampingnya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain memeluk sahabatnya itu dengan erat, sedangkan Kyungsoo diam-diam melayangkan tatapan siap membunuh kepada Chanyeol yang kali ini terlihat sama kacaunya dan berdiri disana menatap mereka dengan pandangan menyedihkan.
"Kyung, bawa Baekhyun ke mobil, aku akan berbicara sebentar dengan Chanyeol." Kyungsoo mengangguk dan menuntun Baekhyun untuk meninggalkan kamar milik Chanyeol sementara Jongin masuk begitu saja dan duduk tepat disofa yang baru saja Baekhyun tempati.
"Apa yang terjadi?" tanya Jongin to the point. Namja itu melihat Chanyeol mencoba untuk mengalihkan matanya dari pintu dan menolehkan kepalanya kepada Jongin.
"Baekhyun tau semuanya," jawabnya lirih dan duduk tepat disamping sahabatnya.
"Bagaimana bisa?" tanya Jongin sedikit tidak percaya, pasalnya setau dirinya, ia sudah berhasil memblokir semua video yang tersebar sehingga ketika Baekhyun pulang, ia tidak akan menemukan apapun.
"Dia membuka ponselku dan ya kau tau file dari email itu tersimpan di galeriku." Ucap Chanyeol sambil menunduk lemas. Tidak bohong, rasanya seperti baru saja kehilangan sebagian dari dirinya. Hal terbesar yang menjadi ketakutannya adalah jika Baekhyun tidak akan memaafkannya, bahwa gadis itu akan meninggalkannya begitu saja.
"Oh stupid!" Jongin mengumpat geram. Sementara Chanyeol hanya menringis sedih mendengarnya, ya Jongin benar, ia memang benar-benar bodoh.
"What are you going to do, man?"
"I dont know," lirih Chanyeol, hal itu benar-benar membuat Jongin frustasi setengah mati.
"You dont know?! Are you letting her go? I mean- GODDAMN IT PARK CHANYEOL DO SOMETHING!"
"I will okay? I will, but i need to think about it," Chanyeol dibuat sama geramnya, tidak terima akan teriakan sahabatnya.
"Jangan membuang banyak waktu,"
"I need to think about it okay, if i ever make wrong decision, you know what? I'll be done."
Benar. Jongin diam-diam membenarkan perkataan Chanyeol. sahabat bodohnya itu harus berfikir dengan jernih atau jika dia sampai membuat keputusan yang salah, maka semuanya akan berakhir.
"Man, kau tau kau selalu bisa memanggilku ketika kau butuh sesuatu, aku dan Sehun akan membantumu. Aku selalu berada di pihakmu," kata Jongin dengan emosi yang sudah terkontrol kembali. Chanyeol hanya tersenyum lemah menanggapinya dan menjawab,
"Terimakasih,"
"Kau butuh istirahat dan pikirkan itu baik-baik. Jangan gegabah. Gunakan tumpukan koper milik Baekhyun itu sebagai alat untukmu bisa berbicara dengannya. Jika kau memerlukan bantuan, kau tau aku selalu dibelakangmu. Aku akan mengantarkan Baekhyun pulang, dan butuh menjelaskan situasi ini kepada Kyungsoo. Kulihat tadi dia begitu marah kepadamu," kata Jongin sambil bangkit dari duduknya yang diikuti Chanyeol disampingnya.
"Kau yang terbaik," Jongin hanya tersenyum miring dan menepuk pundak Chanyeol sebelum keluar dari kamar itu dan berjalan menuju halaman, dimana mobilnya berada dengan Kyungsoo dan Baekhyun yang tengah menunggunya.
.
.
.
Baekhyun masih belum berhenti menangis ketika mereka sampai diapartement milik gadis itu. Kyungsoo hanya mampu mengelus pundak sahabatnya guna menenangkannya, ia masih tidak habis pikir dengan Chanyeol yang sudah menyakitinya sampai seperti ini. Meskipun gadis bermata bulat itu tidak tau apa yang terjadi, namun dia yakin bahwa ini adalah masalah serius, karena menurutnya, Baekhyun tidak pernah menangis hingga seperti ini.
"Baek, tenanglah.." ucap Kyungsoo sembari membantu Baekhyun untuk duduk disofa, sementara Jongin sudah duduk tepat dihadapan mereka menatap kedua yeoja itu dengan teliti.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Chanyeol menyakitimu?" Baekhyun menggeleng dengan pelan, membuat dahi Kyungsoo merengut bingung.
"A-aku sudah melihat video itu, dan... dan Tuhan ini sangat memalukan. Bagaimana bisa video itu tersebar dan... dan bagaimana mungkin Chanyeol menyembunyikan hal sepenting ini dariku?" isakan gadis bereyeliner tebal itu semakin pilu, mau tak mau membuat Jongin dan Kyungsoo mengehela nafas dengan dalam.
"Baek.. kau tau kan ini juga sulit bagi Chanyeol, aku yakin ia punya alasan atas ini," Jongin mencoba menjelaskan sepelan mungkin, takut kata-katanya menyinggung perasaan gadis dihadapannya.
"Tapi tidak seharusnya ia menyembunyikan ini dariku, kau tidak tau betapa aku menanggung kepedihanku sendiri ketika aku tau aku sudah pernah melakukannya dengan seseorang yang tidak aku ketahui identitasnya."
"Baek.. Chanyeol hanya mencoba menyelamatkanmu. Hari itu kau bersikeras melakukan one night stand dengan seseorang, dan Chanyeol tidak mungkin membiarkanmu melakukannya dengan seseorang yang bahkan tidak kau kenal, itu terlalu berbahaya bagimu," Kyungsoo ikut menimpali, gadis itu agaknya mulai paham dengan situasi yang terjadi.
"Tapi tetap saja!" Baekhyun bersikukuh dengan kekesalannya, tidak mau mengalah dan mencoba melupakan rasa rindunya kepada kekasih tampannya yang baru beberapa puluh menit ia tinggalkan.
"Yang penting kan kau tidak kenapa-napa" sungut Kyungsoo mulai tidak sabaran, kadang ia geram sendiri melihat kelakuan childish sahabatnya.
"Tidak kenapa-napa apanya? Aku mengandung anaknya bodoh!"
"APA?!" itu suara Jongin dan Kyungsoo yang berteriak bersamaan, beserta Sehun dan Luhan yang sedang berdiri diambang pintu dengan mata melotot kaget. Kini giliran Baekhyun yang terkaget melihat Luhan dan Sehun juga berada disana, mengabaikan raut wajah mereka berempat yang sedikit menyeramkan, Baekhyun merasa sedikit bahagia, disaat kondisinya yang seperti ini, mereka semua selalu ada untuknya.
Setelah sembuh dari keterkejutannya, Sehun dan Luhan akhirnya bergabung bersama Jongin dan duduk dihadapan Baekhyun. Luhan segera meraih tangan Baekhyun dan menggenggamnya dengan erat, mencoba menyampaikan rasa sedihnya terhadap sahabatnya.
"Apa yang harus kulakukan.." lirih Baekhyun, membuat semua orang disana menatap gadis itu dengan pandangan yang sama.
"Bayimu membutuhkan ayah Baek, dan Chanyeol adalah satu-satunya orang yang tepat." Ucap Sehun yang dihadiahi anggukan dari tiga orang lainnya.
"Bukankah Chanyeol sangat mencintaimu? Apa yang kau pikirkan lagi?" timpal Luhan, kali ini air mukanya sudah jauh lebih tenang daripada sebelumnya.
"Tapi...tapi Chanyeol sudah menyembunyikan ini dariku! Berarti dia tidak ingin aku tau! Bagaimana jika dia melakukannya karena dia tidak menginginkan bayi ini?!"
"Percaya padaku, Chanyeol bahkan sudah mencintai bayi. Dia menginginkanmu, menginginkan kalian," Jongin mencoba memperlihatkan pesan Chanyeol yang dikirim beberapa waktu yang lalu dan baru saja ia lihat isinya tepat setelah Baekhyun mengakui kehamilannya.
Chanyeol
Kendarai mobilmu dengan pelan, kau membawa empat nyawa didalamnya.
"Dan kurasa, yang terpenting adalah siapa yang merekamnya, bukan kenapa Chanyeol menyembunyikannya," kata Kyungsoo sembari menangkup kedua pipi Baekhyun.
"Aku tau ini sulit bagimu, tapi maafkan Chanyeol. dia laki-laki yang baik, aku yakin kau akan aman bersamanya, karena aku tau setelah ini akan banyak hal yang mencoba menghancurkan kalian."
Tidak dipungkiri, Jongin, Sehun dan Luhan setuju dengan apa yang baru saja Kyungsoo katakan. Dan mereka sudah bertekad untuk selalu melindungi sahabatnya, termasuk dari segala sesuatu yang mengancar mereka semua.
"Ya, kau harus segera memaafkannya, jika kau tidak ingin melihat namja paling maskulin di korea selatan menangis dengan keras karena kekasihnya meninggalkannya." Goda Jongin yang berhasil membuat wajah Baekhyun memerah dengan sempurna.
"Tidak lucu!" sungut Baekhyun dengan kesal.
"Serius Baek, apa kau tidak memperhatikan raut wajah Chanyeol tadi? Dia terlihat seperti orang paling idiot di korea dengan aliran airmata dipipinya,"
"Chanyeol menangis?!" pekik Sehun dengan raut wajah menahan tawa.
"Ya, kau tau, wajahnya idiot sekali," ucap Jongin disela tawanya yang menggelegar,
"KIM JONGIN BERHENTI MEMBICARAKAN CHANYEOLKU!" teriak Baekhyun dengan murka.
.
.
.
.
Sepeninggalan Jongin, Chanyeol kembali terduduk disofa. Matanya menatap kedepan dengan kosong. Ia masih ingat betul bagaimana kehangatan Baekhyun beberapa jam yang lalu dan sekarang semuanya sudah hilang. Namja itu tentu saja tidak bisa menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri, andai saja ia tidak ceroboh meletakkan ponselnya sembarangan dengan password yang sungguh mudah ditebak, mungkin Baekhyun masih disini saat ini dan akan mendengar penjelasannya malam nanti dengan cara yang sejatinya sudah Chanyeol pikirkan matang-matang.
Situasi ini semakin mempersulit Chanyeol. Bukan hanya mendapatkan izin menikahi Baekhyun, tapi ia juga harus meyakinkan Baekhyun bahwa ia namja yang cukup bertanggung jawab untuk dinikahi. Tetapi lebih dari itu semua, Chanyeol harus mendapatkan maaf dari Baekhyun terlebih dahulu.
"Kau tau apa yang akan terjadi ketika kau menyakiti Baekhyun sekali lagi?" suara itu terdengar bagaikan petir bagi Chanyeol. Dengan cepat ia alihkan pandangannya kepada sosok tinggi yang sedang berdiri diambang pintu kamarnya yang sedang menatapnya dengan tajam.
"Aku bersumpah aku tidak akan memaafkanmu dan tidak akan membiarkanmu masuk kedalam hidup Baekhyun lagi," Kris berkata dengan penuh penekanan, kedua tangannya sudah terkepal sempurna didalam satu celana kerjanya. Sementara Chanyeol hanya mampu membuka tutup mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun,
"Kuharap kau mengerti apa yang baru saja kukatakan." Pemuda itu berlalu begitu saja meninggalkan Chanyeol yang masih tergagap dengan bodoh, setelah akhirnya menemukan kesadarannya kembali, Chanyeol buru-buru berlari mengejar namja itu dan berteriak,
"HYUNG!"
.
.
.
.
To be continued
.
.
.
.
HIIIIII akhirnya bisa update juga yaampun. Udah berapa hari ya semenjak update terakhir? Seminggu? Lol nah kali ini udah banyak fakta yang terungkap dan as what i said before, konflik antara Chanbaeknya gabakal berat guys, Cuma ya lingkungannya aja ntar yang agak beribet. Bocoran buat Chapter depan, Chanbaek bakalan nikah yaaaaaaay!(?)
Buat dirty little secretnya, seperti yang udah gue bilang, itu paling tinggal beberapa Chapter lagi, dan rencananya gue mau publish ff baru. Ide ceritanya udah kepikiran dari awal sampe endingnya, castnya tetep chanbaek dan beberapa cameo haha, ff ini terinspirasi dari salah satu film paling gokil yang ada didunia (menurut gue), dan disini masih bingung, mau dijadiin GS apa yaoi. So gue minta sarannya ya, mendingan bikin GS lagi atau yaoi? Silahkan salurkan pendapat kalian dikotak review:-)
Segitu dulu ya, buat yang nagih dirty little secret, ff itu lagi dalam proses penulisan, so tungguin aja.
Last but not least, review please?:-)