Aku menengadahkan kepalaku, menatap awan hitam yang kini mulai menutupi birunya langit hari ini. Angin yang berhembus kencang membelai kasar rambut berwarna musim semi milikku. Lalu, mataku beralih ke bawah, dan kini aku menyadari bahwa aku sedang berdiri di dekat pagar pembatas gedung sekolah dan menatap aspal di bawah sana.

Aku tersenyum miris, sebelah tanganku terangkat dan mulai memukul pelan dadaku sendiri. "Ternyata sesakit ini." Lirihku pelan.

Dulu, aku selalu menganggap orang yang bunuh diri karena percintaan itu bodoh tapi, sepertinya aku harus menarik kata-kata itu karena sekarang pun aku ingin menghilang dari muka bumi ini. Sebelah kakiku mulai melangkah, mata emerald-ku menatap aspal di bawah sana tanpa keraguan.

"Jatuh dari atas sini, apalagi jika mendarat dengan kepala lebih dahulu, pasti langsung mati." Kataku pelan dengan senyuman putus asa.

Kakiku mulai melewati pagar pembatas, dan terus melangkah tanpa ragu sedikitpun. Sekarang, cukup dengan satu langkah lagi, aku akan menghilang dari bumi ini. Aku menutup mataku dan mulai mencoba berjalan di udara walaupun aku tahu jika gravitasi bumi akan menarikku ke bawah sana.

Namun, aku tidak merasa jatuh, justru aku merasakan seseorang menarik tubuhku kebelakang dan disusul oleh sebuah tangan yang mendekap erat tubuhku dari belakang. Saat itu juga, sebuah suara pun terdengar.

"Jangan mati."


Disclaimer : Masashi Kishimoto – Sensei

Lost

Warning! : AU, OOC, typo, miss typo dan kekurangan lainnya. Harap yang tidak menyukai fic ini, silahkan meninggalkan halaman ini dengan menekan tombol 'back' atau 'close'. Arigatou~

Don't Like? Don't Read. Please Leave This Page.

Chapter 1

Enjoy and Happy Reading...


Gadis dengan seragam Konoha High School dengan name tag Haruno Sakura melangkah dengan cepat menaiki anak tangga. Rambut merah mudanya bergerak seiring dengan tubuhnya yang bergerak dengan gesit. Hingga ia sampai pada puncaknya.

Mata emerald nya langsung di suguhkan dengan pemandangan langit biru yang cerah. Ya, atap sekolah merupakan satu-satunya tempat dimana ia bisa melihat langit luas dan menikmati udara segar. Matanya menjelajah di setiap sisi atap sekolah.

"Mencariku, Sakura-chan?" Sakura melompat kaget dan langsung menoleh ke belakang.

"Naruto! Kau mengejutkanku!" Balas Sakura menatap Naruto horror dan yang di pandang hanya tertawa melihat wajah terkejutnya.

Naruto melangkah mendekati pagar pembatas masih dengan tawa kecilnya. "Gomen Sakura-chan."

Sakura mengikuti langkah kaki Naruto, mata hijaunya menatap tubuh Naruto memakai seragam yang sama persis dengannya namun, tubuh itu terlihat transparan dan dapat ia lihat dengan jelas.

"Aku jadi ingat peristiwa seminggu yang lalu." Kata Sakura memecahkan keheningan di antara mereka.

Naruto tersenyum. "Ya, dan aku sangat panik karena kau tiba-tiba ingin bunuh diri, aku sudah berteriak ingin menghentikanmu tapi kau tidak bisa mendengarku." Lanjutnya.

"Tapi, kenapa tiba-tiba kau bisa menarikku ya?" Tanya Sakura heran.

Naruto hanya mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, mungkin takdir mempertemukan kita." Goda Naruto sukses membuat Sakura memalingkan wajah tak suka namun, dengan rona merah menghiasi wajahnya.

"Tapi sekarang..." Sakura mulai mengulurkan tangannya, mencoba meraih tangan Naruto dan ia tidak bisa memegang tangan itu, tidak merasakan adanya sentuhan kulit, berbeda dengan apa yang dirasakannya seminggu yang lalu, merasakan sebuah dekapan yang benar-benar hangat. "Aku tidak bisa menyentuhmu." Lanjut Sakura kecewa.

Naruto melebarkan senyumnya. "Bagaimanapun, aku ini hanya roh Sakura-chan." Balas Naruto lirih dan membuat Sakura terdiam.

"Aku roh yang paling aneh dari semua roh yang ada disini. Bagaimana aku mati? Dimana keluargaku? Siapa teman-temanku? Aku melupakan semuanya." Kata Naruto pelan, blue sapphire nya menatap langit biru yang terbentang luas di atasnya.

"Tapi, kau pasti murid disini kan?" Tanya Sakura dan di jawab anggukan oleh Naruto.

"Tidak di ragukan lagi, aku kan memakai seragam ini. Satu-satunya yang bisa kutinggali hanya sekolah ini, aku bersyukur seragam ini menjadi petunjuk untukku, aku ingin tahu, bagaimana aku mati." Kata Naruto dengan senyuman lebar.

"Tapi, jika kau murid disini, aku tidak pernah melihatmu." Lanjut Sakura yang di jawab gelengan kepala dari Naruto.

"Bagaimana jika aku membantu mencari informasi?" Tawar Sakura membuat mata Naruto berbinar-binar.

"Benarkah? Kau akan membantuku? Kau baik sekali Sakura-chan!"

Sakura tersenyum. "Tentu saja!" Ucapnya bangga.

"Hoi, kalau mau pacaran cari tempat lain sana!"

Naruto dan Sakura menoleh mencari sumber suara, hingga akhirnya mereka mendapati seorang lelaki yang berdiri di sudut atap jauh beberapa meter darinya. Ditubuhnya melekat seragam sekolah KHS namun dengan versi yang berbeda, seragam itu tampak lusuh dan terdapat bercak darah di beberapa bagian terutama kepala lelaki itu.

"Maaf, apa kami mengganggumu Sora?" Tanya Naruto dengan cengiran khas di wajahnya.

Sakura mundur selangkah menatap roh yang tampak mengerikan itu, matanya terfokus ke bagian kepala yang terus mengeluarkan darah, membuat rambut putih lelaki yang bernama Sora itu berubah menjadi merah di beberapa bagian.

"Jangan takut Sakura-chan. Namanya Sora, jika kau bertanya mengapa seragam KHS nya berbeda berbeda denganmu, itu karena dia murid 10 tahun lalu." Jelas Naruto membuat Sakura mengangguk mengerti dengan sebelah telapak tangan yang menutupi mata hijaunya.

"Kau takut ya? Sebaiknya kita pergi dari sini. Sora itu suka menyendiri." Ajak Naruto.

"Tidak perlu, aku saja yang pergi. Aku mau jalan-jalan." Ujar Sora cepat dan melangkah pergi meninggalkan atap.

"Ke-kenapa banyak darah di kepalanya?" Tanya Sakura ngeri dengan apa yang di lihatnya.

"Itu karena dia meninggal dengan luka di kepala. Saat dalam perjalanan pulang sekolah, dia tertabrak sebuah truk, dia mengalami pendarahan hebat di kepala dan akhirnya tak tertolong. Dia sendiri yang cerita padaku."

"Sangat mengenaskan." Balas Sakura simpati.

Detik itu juga bel berdering dengan keras, memberi tanda bahwa jam istirahat sudah usai, memanggil murid untuk kembali masuk ke dalam kelas masing-masing. Sakura menatap Naruto.

"Aku harus kembali ke kelas."

Naruto mengangguk, dan mulai melangkah. "Ayo, aku akan mengantarkanmu sampai kelas."

Sakura mengangkat sebelah alisnya, menyusul di belakang Naruto dan mulai menyamakan langkahnya dengan Naruto. "Kenapa?"

Naruto tersenyum jahil. "Kau bilang, kau selalu berlari jika ingin kembali ke kelas atau pergi ke atap atau kemanapun. Kau takut kan?"

Sakura mengepalkan tangannya dan melayangkan kepalan tangannya ke arah kepala Naruto namun percuma saja, tangannya hanya terasa seperti memukul angin.

Sakura mendengus. "Jika saja aku bisa memukulmu." Kata Sakura membuat Naruto tertawa.

Mereka mulai menuruni anak tangga tanpa ada perbincangan, tidak ada yang berniat memulai percakapan ataupun sekedar basa-basi. Hingga akhirnya...

"Kyaaa!"

Naruto melompat kaget saat Sakura berteriak tepat saat mereka berada di tengah tangga. Kini, Naruto melihat tangan kanan Sakura yang menunjuk sesuatu sedangkan tangannya yang lain menutup matanya.

Naruto mengikuti arah yang di tunjuk Sakura. Di bawah beberapa anak tangga dari yang ia pijak, ia melihat seorang anak perempuan berkisar 10 tahun sedang duduk di tangga, dengan rambut coklat panjang kusut dan boneka panda lusuh, kepalanya berputar ke belakang dengan mata lebar yang mengeluarkan darah, tak lama setelah itu, isakan tangisan anak kecil pun terdegar darinya membuat Sakura memejamkan kedua matanya dan menutup telinganya erat dengan kedua tangannya.

Naruto mendekati anak itu dengan tangan terkepal dan tangannya pun ia layangkan tepat di kepala anak itu. "Riko-chan, jangan memasang penampilan seperti itu, kau membuat Sakura-chan takut. Aku sudah katakan hal ini berapa kali?"

Anak yang bernama Riko itu tertawa keras dan tak lama, sebuah cahaya putih menyelimutinya. Setelah cahaya itu menghilang, terlihatlah anak perempuan cantik dengan rambut coklat panjang dengan mata hazzel yang tak lagi mengeluarkan darah. Semua penampilannya benar-benar bersih daripada yang tadi.

"Jangan tertawa."

"Haha, baiklah." Jawab Riko mengakhiri tawanya.

"Sekarang minta maaf."

Kaki kecil Riko menaiki tangga, mendekati Sakura yang masih menutup matanya dengan kedua tangan menutup kedua telinganya.

"Sekarang sudah tidak apa-apa nee-chan, maafkan aku karena membuatmu takut."

Sakura membuka matanya dan menatap roh anak kecil yang ia kenal, saat itu juga ia mengehela napas berat. Ia memang mengenal Riko tapi, melihat penampilan Riko seperti tadi masih membuatnya takut. Ia masih belum terbiasa dengan hal ini.

"Kau ini kenapa sih suka berubah menjadi menyeramkan seperti itu? Kau lebih manis seperti ini." Ujar Naruto dengan gelengan kepala.

Riko mengedipkan sebelah matanya. "Naruto-nii tahulah! Selain itu, aku senang dengan sikap Naruto-nii yang selalu berusaha agar Sakura nee-chan tidak ketakutan. Kalian berdua cocok!" Kata Riko membuat Naruto dan Sakura ber-blushing ria.

"Jangan begitu lagi ya Riko-chan, aku belum terbiasa dan itu selalu membuat jantungku hampir copot." Balas Sakura yang di jawab acungan jempol dari Riko. Sakura kembali menuruni tangga. "Aku harus cepat kembali ke kelas." Lanjutnya, dan Naruto pun mengikuti langkah Sakura saat sebelumnya ia ternyum ke arah Riko.

xxx

Sakura POV

Aku memandang dengan bosan pelajaran yang sedang di terangkan di depan kelas, benar-benar membuat orang mengantuk. Aku pun mengarahkan pandanganku ke arah lain dan tidak sengaja lagi-lagi mataku terhenti pada sosok yang duduk lebih depan dariku.

Mata onyx nya memandang serius pelajaran yang sedang di jelaskan, sesekali tangan berkulit pucat itu menulis sesuatu di bukunya yang di anggap penting dalam pelajaran. Ya, dia Uchiha Sasuke. Lelaki yang hampir membuatku bunuh diri minggu lalu.

Aku bersyukur karena ada yang mencegahku, aku benar-benar gila saat itu! Gadis bodoh, hanya karena di tolak mentah-mentah aku sampai berniat bunuh diri. Bagaimana tidak? Uchiha Sasuke adalah temanku, dia lumayan dekat denganku karena itulah aku berani menyatakan perasaanku, dia menolakku dan mengatakan bahwa aku gadis berisik. Aku benci itu.

Orang yang menghentikanku saat itu adalah Naruto, sulit menjelaskannya, tapi ini benar-benar terjadi padaku. Saat itu juga tiba-tiba aku bisa melihat roh-roh yang seharusnya tak bisa dilihat oleh manusia biasa. Adu mulut pun terjadi antara diriku dan Naruto saat itu, dan perkataan Naruto sukses membuatku membatalkan aksi bunuh diri yang ingin kulakukan.

.

.

Flashback

"Jangan mati."

Aku hanya mampu terdiam mendengar suara halus yang memintaku agar tidak melompat. Dekapan itu semakin lama semakin erat hingga membuatku sesak. Dekapannya menarikku kembali ke tengah-tengah atap dan menjauh dari pagar pembatas.

Dekapannya melonggar. "Jangan bertindak seperti itu, Sakura-chan." Katanya, aku membalikkan tubuhku, melihat siapa yang berani memelukku secara tiba-tiba dan saat itu juga aku melihat lelaki yang lebih tinggi dariku dengan rambut blonde dan seragam yang sama persis dengan diriku.

"Siapa kau? Jangan menghalangiku! Pergi sana!" Kataku dengan suara keras dan mencoba mendorongnya namun, apa yang terjadi? Lelaki itu bukannya terdorong kebelakang justru aku sendirilah yang langsung terjungkal ke depan.

Aku membalikkan tubuhku, kini dia ada di belakangku, dengan senyuman miris terukir di wajahnya. Hingga akhirnya aku sadar bahwa tubuhnya transparan. Aku sempat tidak percaya dan menganggap orang di depanku hanyalah ilusi, mengedipkan mata beberapa kali bahkan mengucek mataku namun, usaha yang kulakukan sia-sia.

Aku berdiri tegak dengan air mata yang masih mengalir tanpa henti, mataku menatap tajam sosok di depanku. "Siapa kau? Apa maumu? Jangan campuri urusanku!"

Dia maju selangkah, blue sapphire miliknya menatap tajam diriku. "Apa kau tidak menghargai nyawamu sendiri?" Tanyanya.

Cih! Memangnya dia siapa? Berani-beraninya berkata seperti itu padaku. "Ini nyawaku! Terserah mau kuapakan, aku berhak menentukan pilihan hidup atau mati!"

"Jika kau mati, kau akan membuat keluarga dan sahabatmu sedih dan kecewa, janga bunuh diri hanya karena hal sepele!" Balas lelaki itu tak kalah keras dari suaraku.

Rintik-rintik air mulai berjatuhan dari awan gelap di atas kota ini, sedikit demi sedikit dan akhirnya ribuan tetes menyiram kota ini dan membasahi seragam yang kukenakan.

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin menghilang dari muka bumi ini sekaligus menghilangkan rasa sakit yang ada disini." Kataku dengan emosi yang meluap mengalahkan suara derasnya air hujan. Tanganku mencengkram erat dada yang masih terasa sesak.

Aku menatap lelaki itu yang sekarang memandangku dengan tatapan yang lembut dan damai. Ia tersenyum lembut.

"Jangan Sakura-chan. Kau hidup, kau bernafas, jantungmu berdetak tapi, bagaimana denganku? Bagaimana dengan orang-orang disekitar sini?" Katanya pelan, saat itu juga, beberapa orang dengan penampilan menyeramkan muncul di belakang lelaki itu dengan tubuh transparan.

"Kami yang sudah tak memiliki raga ingin hidup sepertimu, banyak orang yang ingin hidup namun takdir berkata lain tapi, kau yang masih memiliki kehidupan dan memiliki masa depan ingin membuang nyawamu sia-sia?"

Aku membeku mendengar kalimatnya, aku merasakan dunia seolah berputar dan membuatku terjatuh di atas atap yang kini sudah basah terguyur air hujan. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat dan aku juga tidak percaya dengan apa yang kudengar.

"Percayalah, yang kau lihat ini bukan ilusi, Sakura-chan." Katanya seakan tahu dengan apa yang kupikirkan.

"Pulanglah Sakura-chan."

Detik itu juga, aku berdiri dan langsung berlari meninggalkan atap, berlari di sepanjang tangga dan koridor sekolah yang mulai sepi. Mataku bergerak liar melihat orang-orang di sekelilingku, semuanya transparan, beberapa dari mereka berwajah menyeramkan membuatku sesekali terjatuh dan menutup mata.

Flashback End

.

.

Aku menggelengkan kepalaku. Ya, semenjak kejadian itu, aku mulai bisa melihat roh-roh yang seharusnya tidak di lihat oleh manusia, termasuk aku. Aku melihatnya dimana-mana, di sekolah, di jalan, di kelas, bahkan di rumahku sendiri. Mataku berpindah ke sudut ruangan, di dekat pintu kelas, disana pun aku melihat gadis seumuran denganku berambut hitam panjang dengan paras cantik sedang memperhatikan penjelasan guru.

Mata gadis itu tak sengaja melihatku, aku tersenyum tipis dan gadis itu juga tersenyum dengan tangan melambai di udara. Aku kenal dia, namanya Sasame, dia roh yang senang sekali di kelasku dan memperhatikan guru yang sedang mengajar. Dia pernah bercerita padaku bahwa dia ingin menjadi seorang dokter tapi tanpa di duga, saat dia terlalu malam pulang sekolah, dia di bunuh oleh para pemabuk jalanan.

Aku menoleh ke arah jendela, melihat langit yang terbentang luas di luar sana, warna birunya mengingatkanku pada mata Naruto. Sosok Sasuke memang belum mau pergi dari kepalaku, bagaimanapun juga aku masih tetap menyukainya dan akhir-akhir ini Naruto selalu ngotot menyuruhku untuk melupakan Sasuke.

Hei, melupakan seseorang itu tidaklah mudah.

Sakura POV End

xxx

Sakura merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur berwarna merah muda miliknya, ia memejamkan matanya, mencoba rileks sekaligus menghilangkan penat yang ia rasakan selama sekolah seharian. Rambut pink nya masih terlihat basah menandakan bahwa ia baru saja selesai mandi. Tak lama, ia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di pinggir ranjang tidur. Seketika matanya mendapati seorang wanita tua yang kini sedang bediri di dekat balkon kamarnya.

"Baa-san?" Panggil Sakura membuat wanita itu menoleh.

"Bisakah baa-san keluar dari kamarku?" Tanya Sakura dengan lembut dan sopan, wanita itu tersenyum dan mengangguk. Setelah itu, ia berjalan pelan ke arah pintu keluar kamar Sakura dan wanita itu menghilang saat tubuhnya menembus pintu kamar.

Sakura menghela napas pelan, ia kembali membaringkan tubuhnya. Bisa melihat sosok seperti itu membuat dirinya lelah, terkadang ia melihat roh yang baik, terkadang menyeramkan, terkadang usil, dan ada juga yang jahat hingga membuat dirinya harus berlari-lari jika melihat roh yang tidak di sukainya.

'Penyebab Naruto meninggal itu apa ya?' Pikir Sakura tiba-tiba, mencoba menerka apa yang terjadi pada Naruto.

Setiap arwah atau roh yang sering di temuinya memiliki sikap yang berbeda, semuanya terlihat dari penampilannya dan Sakura sangat tidak menyukai roh yang bersikap usil. Riko lah contohnya, ia selalu merubah penampilannya menjadi sosok yang menyeramkan padahal ia memiliki paras manis.

'Yah... Pada dasarnya semua roh bisa merubah penampilan mereka. Pertama, penampilan menyeramkan mereka dan kedua, penampilan asli mereka.' Pikir Sakura mengingat kejadian di atap tadi. Sora memang sangat menakutkan jika memasang penampilan dirinya yang penuh darah sehabis di tabrak tapi, jika ia merubah penampilan aslinya ia adalah lelaki yang lumayan tampan.

"Nak, kamu memikirkan sesuatu?" Sakura melompat kaget mendengar suara tiba-tiba itu dan ia mendapati wanita tua yang tadi di kamarnya kini kembali lagi dan duduk di pinggir kasurnya.

"Chiyo baa-san, jangan membuatku kaget." Balasku sambil mengelus-elus dada.

Wanita tua itu tertawa. "Dari luar, aku melihatmu sedang memikirkan sesuatu? Apa aku boleh tahu?"

"Di sekolah, ada roh yang bernama Naruto, dia tidak seperti roh lainnya," nenek Chiyo mengangkat sebelah alisnya, dan merasa tertarik dengan cerita Sakura.

"Rata-rata, roh tahu bagaimana ia mati, siapa keluarganya, dimana tempat tinggalnya tapi, Naruto itu sama sekali tidak tahu apa-apa! Dia tahu namanya pun karena name tag seragamnya dan sekarang tinggal di sekolah karena tidak tahu siapa keluarganya, tempat tinggalnya dan semuanya." Jelas Sakura panjang lebar.

"Mungkin ingatannya hilang."

Sakura melebarkan matanya. "Eh? Apa bisa?" wanita tua itu tertawa dengan suara khas orang tua.

"Siapa tahu, tidak ada yang tahu." Balas nenek Chiyo masih dengan suara tawanya membuat Sakura bergidik ngeri mendengar suara yang terdengar seperti nenek lampir.

"Ah sudahlah, aku mau tidur."

Sakura pun menarik selimutnya dan mulai memejamkan matanya, berusaha meninggalkan dunia nyata hingga akhirnya dunia mimpi pun menarik kesadarannya. Nenek Chiyo yang melihat Sakura sudah terlelap hanya tersenyum dan meninggalkan gadis itu.

Mengetahui Sakura tiba-tiba bisa melihat agak merepotkan juga, ada saatnya ia harus meninggalkan kamar Sakura atau tempat favoritnya jika gadis itu sedang tidur karena pasti akan mengganggu. Tak masalah jika dulu ia selalu disana karena Sakura tidak bisa melihat dan menyadari kehadirannya tapi, sekarang sudah berbeda.

xxx

Sakura masuk ke dalam gedung sekolah dengan napas terengah-engah, ia mengangkat sebelah tangannya dan melihat arloji yang melingkar di pergelangannya.

"Hahhh... Hampir saja terlambat." Ujar Sakura mencoba menetralkan napasnya yang masih memburu.

"Ohayou Sakura-chan!"

Sakura terus berjalan masuk ke dalam gedung sekolah dan mulai melewati koridor menuju kelasnya tanpa mempedulikan Naruto yang mengatakan ucapan selamat pagi berkali-kali di sampingnya. Sakura memang tidak pernah membuka mulut jika berada di keramaian, bisa-bisa ia di anggap orang gila.

Langkah kaki Sakura memasuki kelas dengan papan XI-1 di atas pintu, ia berjalan ke arah kursinya, mendudukkan diri dan mengambil sebuah notes kecil dan pulpen hitam. Ia menuliskan sesuatu notes itu.

'Sebentar lagi bel, keluarlah, aku akan menemuimu di jam istirahat, seperti biasa ya, di atap sekolah'

Naruto yang berdiri di samping meja Sakura hanya mengangguk paham dengan tulisan itu. Ia tersenyum lima jari. "Baiklah, selamat belajar Sakura-chan." Kata Naruto dan langsung meninggalkan kelas itu.

Bel yang berdering sebanyak tiga kali membuat kelas yang sebelumnya hanya ada beberapa orang kini terisi penuh dengan para penghuni kelas. Tak lama, disusul juga oleh seorang guru. Sakura melebarkan matanya.

'Hebat! Dia tidak terlambat hari ini.' Pikir Sakura, matanya memandang seorang guru dengan masker yang selalu ia kenakan kemana-mana. Sakura meringis pelan, mengingat saat pertama mengenal guru itu, yang ia pikirkan adalah 'dia itu guru, penjahat, atau ninja?'

"Selamat pagi semuanya." Sapa sang guru dengan nada ogah-ogahan.

"Pagi Kakashi-sensei."

"Yahh... Sepertinya, hari ini aku masuk tepat waktu." Ujar Kakashi pada anak-anak muridnya, mata hitamnya menangkap salah seorang murid sedang menulis sesuatu. "Inuzuka-san, apa yang kau tulis?"

Kiba menegakkan posisi duduknya dan menatap Kakashi dengan cengirannya. "Menulis PR, Kakashi-sensei." Jawab Kiba jujur.

Kakashi tersenyum penuh arti di balik maskernya. "Mau di hukum atau keluar dari kelas?"

Kiba meringis mendengar tawaran itu. 'Bukannya itu sama saja?' Pikirnya. "Aku ingin di dalam kelas." Jawabnya.

"Keluar sana." Kata Kakashi masih dengan senyumannya.

Kiba bangkit dari posisi duduknya lalu membungkuk. "Baik sensei." Gelak tawa langsung mengisi kelas XI-1 di pagi hari, seisi kelas mentertawakan Kiba saat pemuda pecinta anjing itu melangkah keluar kelas. Kakashi hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah muridnya.

"Sebenarnya hari ini~"

"KAU?!"

Kakashi menghela napas saat kalimatnya terpotong oleh teriakan Kiba dari luar.

"Sebenarnya hari ini~"

"KAPAN KAU DATANG?!"

Dan kali ini Kakashi hanya mampu menarik napas, berusaha agak tetap sabar karena Kiba yang berada di luar kelas berteriak memotong kalimatnya. Ia berjalan ke arah pintu dengan buku tebal di tangan kanannya.

"Diam! Sekarang jam pelajaran!"

Duak!

Kiba hanya mampu mengelus kepalanya saat sebelumnya sebuah kamus bahasa Inggris super tebal melayang membentur kepalanya.

"Sudah, jangan menunggu di luar lagi. Masuklah." Kata Kakashi pada sosok yang lain.

Murid-murid dalam kelas bertanya-tanya saat Kakashi masuk bersama orang yang tak di kenal. Seragam KHS yang di kenakan orang itu memberikan bukti bahwa ia bersekolah disini, satu-satunya yang mereka pikirkan adalah 'murid baru'. Namun, berbeda dengan Sakura, gadis itu melebarkan matanya, tak percaya dengan orang yang datang bersama Kakashi itu.

"Sebenarnya hari ini kita kedatangan murid baru."

Brak!

Semua pasang mata kini teralihkan oleh sebuah suara. Sakura berdiri dari posisi duduknya, membuat kursinya terjatuh, sebelah tangannya menunjuk orang yang berdiri di samping Kakashi. Seseorang dengan rambut blonde dan sepasang mata blue sapphire, ia menggeleng tak percaya.

"Kau Naruto?!"


TBC

AN : Ide ini mendadak muncul waktu tengah malem pengen tidur, entah gimana munculnya aku gak bisa ceritain. Daripada dianggurin, keburu lupa, akhirnya langsung aja aku ketik dan jadilah seperti ini. Mumpung malem minggu juga hehe. Masih belum tahu nanti ke depannya gimana, namanya juga ide mendadak. :D

Sampai jumpa di chapter depan!

.

.

Review?