Disclamer © Masashi Kishimoto

Pairing: SasukeNaruto, NejiNaru

Warning: AU, TYPO, BOYLOVE, OOC, gaje, DLL

{Segala kritik, saran, flame dengan berbagai variasi rasa saya terima dengan SENANG HATI.}

.

You and I

.

Borax007

.

.

.


chapter 2

.

"Sakura-chan, bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Uciha Sasuke akan memecatku." Ucap Naruto sambil mengaduk-ngaduk makanannya tak bernafsu.

"Itu salahmu idiot. Tidak hanya memecatmu, kurasa dia juga akan membunuhmu." Sakura tersenyum miring sambil menyedot jus strowberinya.

"Kenapa?!"

"Kau bilang kenapa? Setelah menyeretnya? Menyebutnya bodoh dan mengatai ayahnya 'orang tua kolot' kau masih berani bertanya kenapa? Ckckckc."

"Sakuraaa-chan, kau sama sekali tidak membantu." Naruto meraung frustasi memikirkan masa depannya yang sepertinya akan suram setelah bertemu sibungsu Uciha. Naruto sedikit mengakui jika ini memang salahnya, tapi memikirkan dia akan dipecat, bukankah itu terlalu ekstrim. Padahal dia hanya sedikit bertindak seenak udel pada Sasuke serta mengatai ayahnya orang tua kolot, oke ini tidak sekedar 'hanya'.

"Sudahlah Naruto, kau pasrah saja. Aku balik sekarang, masih ada pekerjaan yang belum kuselesaikan."

"Baiklah, laporanku juga belum selesai."

.

.


.

.

"Emm, Naruto, apa kau punya janji sebentar malam?" Hyuuga Neji menghampiri Naruto yang menurutnya sedang fokus pada komputernya, padahal pemuda itu tengah melamun memikirkan nasibnya.

"Ah, Eh Neji-san, janji? Tidak ada, memang kenapa?"

"Aku ingin mengajakmu maka-."

"Naruto, Uciha-sama memanggilmu. Sepertinya dia ingin membunuhmu hari ini. Eh, Neji-kun?" Sakura sedikit terkejut menemukan Neji di ruangan karyawan biasa. Walaupun Sakura telah memegang jabatan asisten divisi pengawasan tapi Neji tetap berada tingkat di atasnya, jadi Sakura mau tidak mau harus berlaku sopan pada pemuda itu.

Neji mengernyit heran, ia bingung dengan ucapan Sakura.

"Apa mak-" baru saja Neji ingin bertanya. Namun, gebrakan dari Naruto, lagi-lagi memotong ucapannya.

"Sakura-chan, katakana pada Uciha-sama, hari ini aku sakit perut. Jadi, aku izin pulang cepat." Wajah Naruto yang tiba-tiba terlihat pucat pasih.

"Uciha-sama berkata jika hari ini kau tidak LAGI datang keruangannya, maka kau akan benar-benar dipecat, Na-ru-to."

"Dipec-"

"Hueeek, aku tidak mau dipecat." Naruto kembali memotong ucapan Neji yang seolah tak dianggap oleh dua bawahannya itu.

"Tunggu dul-"

"Yasudah kalau tidak ingin dipecat ikut denganku, aku akan mengantarmu keruangannya." Kata Sakura yang kemudian menarik paksa tangan Naruto.

"Neji-kun, maaf Naruto dipanggil Uciha-sama, aku pinjam dulu ya." Teriak Sakura setelah menghilang dibalik pintu.

Sedang Neji berkedut kesal, bagaimana tidak para bawahannya itu benar-benar kurang ajar padanya sekarang.

.

.


.

.

"Sakura-chan aku takut." Kata Naruto gemetaran. Saat ini mereka telah berada di depan pintu ruangan Sasuke.

"Aku akan mengantarmu ke dalam." Sakura sedang membenahi make upnya, tak peduli dengan Naruto yang saat ini merasa hampir kencing dicelananya.

"Sakura-chan, terimakasih, aku mencintaimu." Naruto menatap Sakura bahagia, ia pikir gadis itu akan menemaninya agar ia tidak ketakutan lagi.

"Jangan pasang tampang itu Naruto, aku mengantarmu kedalam agar bisa bertemu Uciha-sama, bukan ingin menemanimu." Sakura memutar matanya bosan. Mendengar ucapan Sakura, Naruto hanya melongo.

"Baik, kita akan masuk."

Setelah mengetuk pintu, mereka berduapun masuk kedalam ruangan Sasuke. Tampak Sasuke duduk dikursinya, kursi CEO. Ia tengah membaca selembar kertas, di atas mejanya terdapat 2 susun lembaran-lembaran kertas yang pastinya harus dibaca dan ditanda tanganinya.

"Uzumaki-san sudah ada disini, Uciha-sama." Ucap Sakura dengan suara lembut. Naruto berbalik cepat kearah Sakura, tidak percaya suara barusan adalah milik gadis itu. Pasalnya selama ini Naruto hanya biasa melihat tingkah anarkis Sakura padanya.

"Baik, silahkan duduk Uzumaki San." Dengan sedikit ragu, Naruto beranjak kearah sofa yang ditunjuk Sasuke. Sofa itu berada disisi kiri ruangan Sasuke, tepat menghadap kearah jendela besar yang menampilkan pemandangan gedung-gedung di hadapan perusahaan mereka.

Lama mereka terdiam dan akhirnya Sasukepun berdehem kecil, ia belum beranjak dari kursinya.

"Apa kau punya sesuatu yang ingin disampaikan, Haruno-san?" Ucap Sasuke dingin, yang terlihat membaca kertas ditangannya.

"Ti-tidak." Gadis itu menjawab dengan gugup dan malu-malu, ia sepenuhnya belum sadar dari keterpanaannya dengan Sasuke.

"Jika tidak, kau boleh pergi."

"Ba-baik."

Naruto yang melihat tingkah Sakura saat ini, membuat Naruto mengernyit aneh. Tingkah Sakura seperti tante-tante yang mengincar berondong.

Setelah kepergian Sakura, Sasuke menyimpan kertas yang sedang dipegangnya kemudian ia berjalan kearah sofa yang berada disamping Naruto.

"Lama tak jumpa, Naruto-san." Sasuke berusaha tampak ramah, jujur dia bukanlah tipikal orang yang suka memulai percakapan seperti ini, tapi melihat tingkah Naruto yang kikuk. Sasuke yakin pemuda itu tak akan memulai pembicara sampai kiamat sekalipun, padahal Sasuke yakin pemuda itu orang yang ceria dan mudah bergaul, ya setidaknya sebelum ia mengetahui bahwa Sasuke adalah CEO diperusahaannya.

"Y-Ya, be-begitulah." Naruto berbalik kesamping mencoba menyembunyikan wajahnya, ia mengutuk dirinya. Apa yang harus dikatakannya sekarang? Mengucapkan maaf atas tingkahnya kemarin, tapi saat ini rasanya berbicarapun ia sudah lupa caranya, Sasuke duduk terlalu dekat dengannya. Sekitar sejengkal atau dua jengkal, ia bahkan bisa mencium aroma mint dari CEO yang lebih mudah sekitar 5 tahun darinya itu.

Oh ayolah, kenapa ia harus segugup ini? Pemuda disampinya itu tak ubahnya bocah ingusan. Mengingat fakta itu, membuat Naruto sedikit lebih tenang.

"Aku, ah saya ingin meminta maaf atas kekurang ajaran saya tempo hari Uciha-sama." Ucap Naruto setelah mendapatkan kembali keberaniannya. Namun, dia belum cukup berani menatap langsug kearah atasannya itu.

"Ah, apakah itu yang membuatmu jadi sesikuk ini?" Sasuke tersenyum geli.

Naruto mencoba memberanikan diri untuk melihat wajah atasannya itu, dan dia terpaku. Pantas saja Sakura jadi gila begini, dengan cahaya dari jendela membuat Sasuke yang memiliki kulit putih tampak bercahaya namun rambut reven, alis hitam, serta mata oniksnya membuatnya tampak benar-benar… tampan.

"Ruto, Naruto-san…."

"Y-ya?!" Naruto terperanjak kaget ketika Sasuke manggilnya dengan jarak sedekat tadi, Sasuke mencoba menyadarkannya dari keterpanahannya. Walapun sepertinya Sasuke tidak menyadari hal itu, tapi tersadar dari jarak Sasuke membuat jantungnya bertaluh-taluh. Oke, tadi jantungnya berdebar kencang karena ia ketakutan , dan sekarang jantungnya lagi-lagi berdebar kencang, namun kali ini rasanya beda.

"Apa kau punya janji sebentar malam?" ucap pemuda itu terlihat berharap Naruto menjawab tidak.

"Em, tidak." Apa benar, tidak? Naruto seolah pernah mendeangar kalimat itu, namun entah kapan. Lupakan sajalah.

"Aku diberi dua tiket teater Dream, kupikir sayang jika pergi sendiri dan kau tahu aku tak punya sahabat, dan mungkin lebih baik jika aku mengajak seseorang dari perusahaan ini, dan satu-satunya yang kukenal hanya dirimu." Sasuke pengucapkan kalimat itu dalam sekali tarikan napas, terlihat dia juga sedikit gugup.

Sebenarnya Naruto sama sekali tidak mengerti tentang teater ataupun music. Terlepas dari itu semua ia juga mulai membayangkan bagaimana suasana diantara mereka jika pergi berdua saja, pasti aneh. Naruto berbalik kearah Sasuke, bermaksud menolak ajakan Sasuken dengan halus tapi mendapati sorot mata Sasuke yang menatapnya penuh harap, membuatnya tidak tega untuk menolak ajakan pemuda itu. Andai Menma, adiknya masih hidup mungkin dia akan seumuran Sasuke. Dan, dan entah kenapa wajah Sasuke terlihat mirip dengan adiknya, dan itu semakin membuatnya tak bisa menolak ajakan Sasuke.

Tanpa sadar Naruto tersenyum.

"Baiklah."

"Ok, aku akan menjemputmu. Dimana alamatmu?" Sasuke sangat bahagia hinggap ia berusaha keras untu terlihat biasa.

"Ti-tidak perlu. Kita bertemu ditempatnya saja."

"Itu hanya membuatmu repot saja, lagi pula aku membawa mobil."

"Ta-tapi."

"Tenang saja aku punya sim. Aku akan menjemputmu pukul 07.00 nanti."

Selanjut Naruto hanya menghembuskan napas pasrah.

.

.


.

.

Naruto baru saja memastikan penampilannya terlihat rapi namun santai ketika handphonenya bergetar menandakan ada pesan yang masuk, yang ternyata dari Sasuke.

Sasuke mengatakan jika ia suda ada di depan apartemen Naruto. Dengan agak terburu Naruto memakai sepatunya, tidak ingin membuat atasannya itu menunggu lama.

Naruto mendapati Sasuke sedang bersandar dimobil sport hitamnya, ia terlihat dewasa dengan stylenya, lagi-lagi Naruto terpanah, namun kali ini ia dapat cepat-cepat menyadarkan dirinya.

"Sudah menunggu lama?" kata Naruto ketika jarak mereka telah dekat.

"Tidak juga. Masuklah." Kata remaja 18 tahun itu setelah membukakan pintu mobil untuk Naruto.

Sungguh Naruto merasa sangat aneh diperlakukan seperti gadis oleh bocah seperti Sasuke, tapi toh dia masuk juga. Terlalu malas untuk berkomentar, atau tidak tahu komentar apa yang harus dia utarakan jika dia memang ingin.

Mobil Sasuke telah keluar dari distrik Naruto, suasana di dalam mobil membuat kaduanya sedikit kikuk. Keduanya mencoba mencari topic yang bagus untuk dibicarakan.

"Apartemenmu benar-benar kecil, bagaimana bisa kau tinggal disitu?" dan akhirnya Sasuke lah yang pertama memecah keheningan itu, namun selanjutnya ia mengutuk dirinya sendiri atas apa yang baru diucapkannya. Dia benar-benar bukan manusia yang bisa menegur terlebih dahulu, lihat sekarang kesannya dia sedang merendahkan pemuda pirang itu. Padahal dia sedang memilih topic antara memuji penampilan pemuda itu atau menanyakan bersama siapa ia tinggal dirumahnya, namun dasar mulutnya yang memang lebih senang berkata-kata anarkis.

Dalam hati Naruto sudah mendumel-dumel sendiri, antara ingin membalas perkataan pemuda itu atau tidak. Ternyata semua orang dari distrik 1 dan 2 itu sama saja. Tapi Neji-san tiddak seperti itu. Tu-tunggu, Neji? Pemuda itu tadi menanyakan apakah ada ia ada acara malam ini atau tidak, akhh kenapa dia bisa lupa dan sekarang terjebak dengan remaja ababil disampingnya.

"Lebih baik kecil, dari pada tidak ada sama sekali, Uciha-sama." dan tiba-tiba saja Sasuke merem mobilnya sedikit keras dan itu sukses mebuat mereka tersentak kedepan dan terdengar suara cekitan mobil yang menakutkan.

"APA KAU INGIN MEMBUNUH KITA, TEME?!" pekik Naruto dalam keadaan sock.

"Kau tidak apa-apa?" Sasuke membuka sabuk pengamannya dan memeriksa keadaan Naruto dengan khawatir, ia bahkan tak sadar akan jeritan Naruto.

"Tidak ada yang luka, kan'?" Pemuda itu bergeser kearah Naruto, meyakinkan dirinya bahwa tidak ada bagian dari tubuh pemuda yang disukainya itu terbentur ataupun lecet.

Wajah mereka sangat dekat, hingga Naruto bisa melihat dahi Sasuke memerah mungkin terbentur dengan stir.

"Kau, dahimu terbentur." Tanpa sadar tangan Naruto terangkat ingin menyentuh dahi Sasuke, namaun terhenti oleh tangan kiri Sasuke yang menahannya. Pemuda itu menatapnya nanar dan terkunci tepat diiris birunya. Dan pelan-pelan Sasuke memiringkan kepalanya dan mengeliminasi jarak diantara mereka. Kening Naruto berkerut. Apa yang ingin bocah 18 tahun ini lakukan padanya. Me-mencoba menciumnya?. Tinggal beberapa centi, semakin dekat, dekat, dekat dan …tiba-tiba saja Naruto membentur kepala meraka.

Terdengat suara 'prakk' yang kemudian diikuti aduhan kedua pemuda itu.

"Auhhhh, Kau ingin memecahkan tempurung kepalaku ya, Dobe…!" ucap Sasuke mengerang,kepalanya benar-benar sakit, apa dahi Naruto terbuat dari baja?

"AKhh, salahkan otak ababilmu yang mesum itu, Teme…!"

Dan pada akhirnya mereka malah tertawa, setidaknya insiden tadi menghilangan suasana kikuk sebelumnya.

"Dan kenapa anda merem tiba-tiba seperti itu Uciha-sama?" ucap Naruto setelah Sasuke kembali menjalankan mesinnya, ia baru saja tersadar jika beberapa saat yang lalu ia membentak Sasuke semoga saja pemuda itu tidak menyadarinya

"Tidak perlu berbicara seformal itu, dan cukup panggil aku Sasuke saja, bukankah saat pertama kali bertemu kau juga memanggilku seperti itu."

"Tapi di perusahan ti-"

"Ah baiklah dikantor kau bisa memanggilku seperti itu, tapi jika di luar anggap saja kita berteman, bisa kan?" Sasuke mengingatkan dirinya untuk menghapus peraturan menambahkan embel-embel sama kepada pemegang jabatan penting, entah system apa yang dianut ayahnya tapi ia tidak suka denga embel-embel itu. Terdengar seperti panggilan untuk kakek-kekek 60 tahun, pantasan Naruto menyebut ayahnya 'orang tua kolot'.

"Aku hanya merasa seperti melihat seekor kucing yang menyeberang tadi, Naruto. Boleh aku memanggilmu seperti itu?." Sasuke berbohong saat mengatakan melihat kucing. Tidak mungkinkan kan ia mengatakan jika otaknya berpikir yang tidak-tidak saat Naruto mengatakan

'Lebih baik kecil, dari pada tidak ada sama sekali, Uciha-sama.' apakah punya Naruto kecil, atau tidak ada sama sekali, Sasuke rasa itu tidak masalah intinya ia punya lubang. Oke, Sasuke hentikan otak kotormu itu.

"Tentu, Sasuke."

.

Berberapa menit kemudian akhirnya mereka sampai di halaman parkir gedung teater.

.

.

.

TBC

.

.

.


Sekilas Chap.3.

Sasuke melirik pemuda di sampingnya.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa ia tertidur dengan pulasnya saat menyaksikan teater yang hanya bisa disaksikan oleh orang-orang tertentu.

"Hapus ilermu Dobe, semua orang melihatmu."

"Ayo aku akan mengajakmu ketempat yang tak akan bisa membuatmu tertidur."

"Wahhh Sasuke, Wahh, ini…"


.

.

.

Thanks for:

.11, hanazawa kay, justin cruellin, Aiko Mihisige, mifta cinya, kagaari, gici love sasunaru, Himawari Wia, Akasuna no Akemi, Sadistic, FayRin Setsuna D Fluorite, SNS, Quachy, airahara, Guest, miss horvilshy, 85, .9, hollow cocret, HiNa devilujoshi, himakaruLi, versetta, Jasmine Daisyno Yuki, vivinwardani, namikaze lin-chan.

Terimakasih buat kalian semua yang udah review, fav, foll, ataupun yang hanya baca aja(liat grafiknya) :v

Sebenarny fic ini udah malas aku lanjutin tapi aku pikir ficku yang gak ada peminatnya aja aku lanjutin masa yang ada nungguin aku gak lanjutin. Power of review minna`san memang mujarab. XD


Q &A for review chap.1

Q:kenapa ficnya pisah-pisah, kenapa gak di satui aja?

A: yang akun Celeron 911 gak aktif lg, makanya aku lanjutin disini, tapi udah gak pisah-pisa kok yng dulu filenya sempet ilang makanya gakaku satuin, tapi udak ketemu , jadi chap.1 dan 2 udah aku gabungin jadi chap.1 dan ini yang chap.2nya.

Q: sasukenya sopan, moga aja gak jadi songong…

A: kalau awalnya, sasuke emang harus sopan kan belum kenal dan lagi Naruto lebih tua 5 tahun, tapi klo kedepannya tergantung para reader aja gmana mikirnya, tapi klo panggilan Dobe n Teme itu harus tetap ada, ini berasa kaya udah cirri khas mereka bedua :v

Q: apakah Naruto suka Neji.?

A: saya pikir orang ketiga harus ada sebagai pemanas{?} untuk hubungan mereka, dichap. Ini saya perjelas bahwa Naruto BELUM suka Sasuke XD jadi siapa orang ke 3, Sasuke atau Neji? Entahlah #plakk


.

.

Oke sampai ketemu dichap. Selanjutnya :*