Disclamer © Masashi Kishimoto

Pairing: SasukeNaruto, NejiNaru

Warning: AU, TYPO, BOYLOVE, OOC, gaje, DLL

{Segala kritik, saran, flame dengan berbagai variasi rasa saya terima dengan SENANG HATI.}

.

You and I

.

Borax007

.


.

Rasanya seperti orang gila, menunggu selama tiga jam bukanlah hal yang menyenangkan. Tapi apa boleh buat Uzumaki Naruto hanyalah kariawan biasa walaupun dari perusahaan terbesar dan terkenal di Tokyo. Jika sang atasan mengatakan A berarti dia harus mengerjakan A atau dia akan kehilangan pekerjaannya, sedang mencari pekerjaan bukanlah hal yang mudah.

Menghirup tehnya sedikit kemudian menghembuskan napas itulah yang dia lakukukan selama 2 jam terakhir, seperti idiot pikirnya.

'Triririing~.' Ponsel disakunya berdering, dengan agak terburu ia meregohnya.

'Klik'.

"Mosih-mosih, Sakura?"

"Naruto, hari ini kliennya tidak datang karena ada masalah, jadi sebaiknya kau pulang saja." Ucap Sakura enteng disebereng sana.

ARRRRRGHHHHHHHHH !

.


.

Kesialan apa lagi yang akan Uzumaki Naruto dapatkan hari ini, tadi pagi sebelum berangkat ke kantor ia harus berlari beberapa blok karena dikejar anjing tetangganya yang sepertinya telah terserang virus rabies dan sialnya diantara ratusan orang yang berada di kompleksnya entah kenapa anjing itu malah tergila-gila padanya, dan karena insiden kejar mengejar tersebut ia mendapat ceramah panjang dari atasannya sebab telat selama dua jam. Tidak berhenti sampai disitu, karena ketelatannya ia juga mendapat hukuman untuk menjemput seorang klien di bandara yang seharusnya itu adalah tugas seorang supir. Shit, seharusnya yang dihukum seperti ini tuh anjing yang mengejarnya. Naruto berjanji akan memberi pelajaran pada anjing itu jika bertemu lagi.

Naruto berjalan terseok-seok menuju ke halte, ia tidak sabar untuk pulang. Setelah ini dia akan berendam kemudian memasak ramen ughh perutnya bener-benar keroncongan.

Naruto mendudukkan dirinya di sebelah remaja yang mengenakan seragam SMA, ditelinganya terpasang headset putih ia memejamkan matanya namun Naruto yakin anak itu tidak tertidur, dilihat dari keningnya yang berkerut samar.

Naruto menyamankan duduknya, busnya mungkin datang sekitar 15 menit lagi. Rasa kantuk menyerangnya namun sedikit pergerakan dari arah anak SMA tadi membuatnya kembali tersadar. ia melirik acuh, anak itu menatapnya intens.

"Apa?." Tanya Naruto karena merasa risih terus dipandangi.

"Bisa paman duduk diujung sana saja." Kata remaja itu datar.

"Tidak bisa. Dan kenapa aku harus melakukannya?." Tukas Naruto sensi,

'Terserah aku dong mau duduk dimana halte inikan milik umum dan sialan baby face gini dipanggil paman, aku masih 23 tahuuuuuuun.' Sungut Naruto dalam hati.

"Kau bau, seperti orang yang tidak pernah mandi setahun dan baumu itu membuatku mual." Mungkin terdengar kasar tapi cara pemuda itu menyampaikannya dengan ekspresi datar dan itu malah menjadi seribu kali menyebalkan jika yang melihatnya itu bukan Naruto.

"Eh, benarkah?." Tanya Naruto polos sambil mencium keteknya bergantian.

"Hn." Anak itu meutar matanya bosan.

"Hehe, sepertinya ia. Baiklah aku akan pindah." Kata Naruto nyengir malu-malu.

"Tidak usah."

"Eh, kenapa? bukankah kau bilang terganggu dengan bauku?." Tanya Naruto heran.

"Busnyan sudah datang Dobe." Remaja itu beranjak menaiki bus, kemudian diikuti Naruto yang merutuki kebodohannya.

.

Sepanjang jalan Naruto mencoba tidak bergerak agar baunya tidak menyebar kemena-mana, ia benar-benar merasa bersalah apalagi ia dan remaja SMA itu harus kembali duduk bersebelahan berhubung hanya tersisa dua kursi penumpang.

"Maaf ya, kau pasti tersiksa dengan bauku." Naruto tertunduk, ia benar-benar malu. Seharusnya ia besikap biasa saja disampinyakan cuma remaja ingusan, dia mungkin lebih tua sekitar 5 atau 6 tahun, tapi entah kenapa aura anak itu terasa menekannya tidak beda jauh dengan aurah bosnya yang dingin itu.

"Tak apa, lama kelamaan aku malah menikmatinya." Ucap anak itu pelen tanpa sadar.

"Ha? Kau bilang apa?."

"Ah… kubilang siapa namamu?." Ucap anak itu cepat, mengalihkan ucapan gilanya tadi.

"Oh namaku Uzumaki Naruto, umurku baru 23 tahun jadi jangan panggil aku paman, kalau kamu?." Kata Naruto riang, melupakan fakta bau badannya.

"Panggil saja Sasuke."

"Sasuke, kau tinggal dimana?."

"Di Konoha distrik 1. Kau sendiri?."

"Wah sama. tapi aku di distrik 4. distrik 1 ya? Aku punya kenalan yang tinggal di strikmu dan setauku yang tinggal disana hanya orang kaya. Iyakan?." Kenalan yang Naruto maksud adalah bosnya, Naruto pernah sekali kesana. Rumah-rumah yang berdiri di distrik itu bak istana, apalagi rumah bosnya yang merupakan orang terkaya di jepang .

.

"Hn." Sasuke tersenyum memandangi Naruto yang terus berceloteh tentang ini dan itu, entah kenapa ia merasa nyaman dengan pemuda yang lebih tua lima tahun darinya itu, seolah lama saling mengenal padahal mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu.

"Ah Sasuke, aku akan turun disini. Sampai jumpa, semoga kita bisa bertemu lagi." Kata Naruto kemudian memencet tombol berhenti di sampingnya.

Sesaat kamudian Naruto telah turun dari bus dan melambai kepadanya dengan seulas senyum. Tapi apa ini? Ada perasaan ganjal dalam hatinya, ada perasaan tidak rela dalam dirinya Naruto pergi. Betapa Sasuke menyesal kenapa ia tidak meminta nomor posel Naruto ataukah alamat rumahnya. Bagaimana ini? Bagaimana, haruska ia berhenti dan mengejar Naruto. Ada apa dengan dirinya sekarang, kenapa sekarang ia malah seperti remaja ababil begini.

Sasuke tidak bisa merelakan Naruto pergi , ia tidak bisa melepaskan orang yang pertama kali membuat jantungnya berdebar-debar seperti ini begitu saja.

'aku harus berhenti… berhenti!'

.


.

Naruto tinggal disebuah apartemen kecil yang berada distrik 4. Ia tinggal sendiri di apartemen itu, ayah dan ibunya telah meninggal saat ia masih remaja. Semenjak SMA ia mulai menafkahi dirinya sendiri lewat kerja part time. Tiga tahun setelah lulus SMA dengan segenap perjuangannya, ia iseng melamar pekerjaan disebuah perusahaan besar milik keluarga Uciha, entah karena kebaikan apa yang pernah Naruto perbuat, diantara ribuan orang yang melamar di perusahaan tersebut ia diterima padahal hanya bermodalkan ijazah SMA. Walaupun pada awalnya ia menjabat diposisi yang paling rendah tapi Naruto sangat bersyukur ia tidak harus bekerja gila-gilaan seperti saat berada di SMA, setidaknya gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.

Naruto bersiul pelan saat memasuki apartemennya, ia tersenyum kecil saat mengingat pertemuannya dengan remaja SMA tadi.

'Sasuke, distrik 1 ya. Pasti anak orang kaya, tapi kenapa ia naik bus? Padahal biasanya orang-orang dari distrik 1 itu sombong dan tukang pamer.' Ia memutar matanya bosan saat ia mengingat tabiat teman SMAnya yang berasal dari distrik 2, kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orang tuanya.

'Ah, kenapa aku malah memikirkan hal-hal yang tidak penting begini.' Naruto mengacak rambutnya pelan.

"Lebih baik mandi terus masak rameeeeeeeeen…"

.


.

"Hoammmmm…"

"Berhenti menguap Naruto, kau bisa menelan semua meja yang ada di kantor ini."

"A-ah Neji-san kau mengagetkanku." Kata Naruto yang kini menegakkan badannya.

Hyuuga Neji adalah atasan Naruto dari divisi pemasaran. Mereka cukup dekat selama dua tahun terakhir, Neji adalah atasan yang baik beberapa kali ia membantu Naruto saat ia sedang kesulitan. Karena sifat Neji yang baik dan ramah membuat cara pandang Naruto pada Neji menjadi agak berbeda, Neji memang orang kaya tapi ia tidak sombong seperti robot-robot dari distrik 2 ataupun 1.

Ia dan Neji memiliki nasib yang hampir sama, orang tua mereka meninggal semenjak mereka masih remaja, namun bedanya Neji memiliki seorang paman yang memberinya jalan dan selebihnya adalah usaha Neji sendiri, sedangkan Naruto sejak awal ia hanya bergantung pada usahnya sendiri serta keberuntungan. Bagi Naruto Neji adalah inspirasinya, ia mengagumi atasannya itu, dalam keadaan apapun Naruto tak pernah melihat Neji marah, ia selalu bertahan dengan senyum ramahnya itu. Saat bawahannya melakukan kesalahan, ia dengan kesabarannya akan membantu bawahannya menghadapi masalah tersebut hingga terselesaikan.

"Hei Naruto? Kau tidak apa-apakan? Apa kau sakit?." Sebuah telapak tangan yang besar dan hangat menempel dikening Naruto, cukup membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Ti-tidak Neji-san, aku tidak apa-apa." Naruto menjauhkan dirinya dari tangan Neji, tiba-tiba ia merasa jantungnya akan meledak.

"Aku akan mebuat laporan mengenai hasil pemasaran produk kita yang ada di Kyoto, jadi kurasa Neji-san sebaiknya kau pergi, karena kalau tidak aku yakin setelah ini kau pasti akan mengajakku berggosip lagi." Kata Naruto yang kini telah mendapatkan rona wajahnya kembali.

"Hahaha kau ini ada-ada saja Naruto, kau pikir aku ini ibu-ibu yang suka berggosip. Ya sudah, sebaiknya kau minum ini." Neji menyerahkan sebuah cangkir coklat.

"Ini apa?." Naruto menatap gelas itu curiga.

"Kopi, kudengar kemarin kau mendapat hukuman dari bos, makanya kubawakan ini biar kau tambah semangat. Baiklah aku pergi dulu, masih banyak pekerjaan yang belum kuselesaikan." Kata Neji yang kemudian beranjak pergi.

"Iya, terimakasih kopinya ya." Naruto memutar-mutar gelasnya riang.

'Neji-san memang sangat perhatian.' Bisiknya senang dalam hati.

"Cepat diminum, keburu dingin...!" Kata Neji yang kini menghilang dibalik tikungan.

"Ok..!... UWEEEEAAAAKKKK..prffttt… prfffttt.. BLAHH… NEJI-SAAAAAN PAHEEEEET, KAU INGIN MEMBUNUHKU YAHH.."

"Hahaha, itu untuk membangunkanmu Naruto, semangat kerjanya." Teriak Neji yang kini berlari menghindari amukan Naruto.

Aku menyesal memujinya. Pikir Naruto kesal.

.


.

"Haaaaahhh, akhirnya laporannya selesai juga." Kata Naruto seraya melirik arlojinya.

"Masih ada 20 menit untuk istirahat, sebaiknya aku makan siang dulu." Naruto kemudian beranjak keluar dari ruangannya setelah membereskan barang-barangnya.

Di loby ia bertemu dengan Sakura yang sibuk dengan dandanannya.

"Sakura-chan kau sudah makan siang?"

"Sudah, sebaiknya kau pergi dan kembalilah secepat mungkin." Kata Sakura yang kini membereskan peralatan make upnya.

"Memang kenapa? Jangan bilang kau kangen padaku." Canda Naruto.

"Jangan mimpi deh Naruto." Sakura memutar matanya bosan.

"Hari ini kedua anak Fugaku-sama akan datang berkunjung, jadi sebaiknya kau jangan berbuat ulah atau gajimu akan dipotong, hhkkk." Kata Sakura sambil menirukan gerakan melintang dilehernya.

"Tumben mereka datang, memang ada acara apa Sakura-chan?."

"Dasar bodoh hari inikan penyambutan pimpinan baru, anak bungsu Fugaku sama akan menggantikannya di perusahaan ini."

"Aku lupa hehe. oh ya, memang Fugaku-sama akan kemana?, dan kenapa bukan anak sulungnya saja yang mengambil alih, yang kudengar anak bungsu Fugaku-sama kan masih SMA?." Tanya Naruto heran.

"Fugaku-sama akan kembali ke perusahaan induk, sedangkan Itachi-sama sudah punya perusahaan sendiri yang cukup berkembang pesat, jadi otomatis perusahaan ini akan diambil alih oleh anak bungsu Fugaku-sama yang baru lulus SMA itu dan yang ku tahu dia itu jenius dan tampan hihihi." Ucap sakura di sertai background lope-lope. Di mata orang-orang yang lewat ia seperti nenek sihir pedofile.

"Ckckck, inilah hidup Sakura-chan, orang kaya akan semakin kaya orang miskin akan tambah miskin, di distrik 1 orang bermadikan uang, sedangkan distrik 5 orang bermandikan keringat dan air mata. Masih mudah udah jadi miliader. " Kata Naruto syok mendengar kesuksesesan boss dan anak-anaknya.

"Ya aku tahu Naruto, sebaiknya kau makan siang sekarang karena sebentar lagi mereka akan benar-benar datang."

"Oke Sakura-chan, aku pergi dulu ya."

.


.

"Enaknya makan apa ya." Kata Naruto sambil membolak-balikan dafatr menu ditangannya. "Daripada bingung. Paman! saya pesan menu seperti biasa saja deh."

"Baik Naruto-san pesanannya akan segera datang." Teriak sang pelayan penuh semangat.

Sambil menunggu pesanannya Naruto teringat dengan atasannya, Hyuga Neji. Setiap kali ia dekat dengan pemuda itu, ia selalu merasa berdebar-debar. Ah, jangan bilang ia menyukai peria itu, tidak mungkin, pikirnya.

'Memalukan.' Rutuknya dalam hati.

Srekkk.

Naruto terlonjat kaget dari lamunannya ketika tiba-tiba kursi di sampingnya ditarik oleh seseorang.

"Ah, maaf apakah aku membuatmu terkejut, aku menegurmu berulang kali tapi kau malah mengacuhkanku." Kata orang itu.

"Eh kamu? Tidak apa-apa, seharusnya aku yang meminta maaf." Ucap Naruto kepada orang itu yang ternyata adalah anak SMA yang ia temui tempo hari.

"Boleh aku duduk di sini?" Tanya anak itu dengan seulas senyumnya yang terlihat menawan.

"Si-silahkan." Naruto tiba-tiba merasa agak gugup dengan anak itu, entah kenapa dari sejak pertama bertemu anak itu selalu membuatnya nervous, mungkin karena tingkahnya yang terlihat dewasa beda dengan remaja SMA lainnya, ditambah dengan gaya berpakaiannya saat ini, kemeja putih, jas hitam serta dasi hitam yang membalut tubuhnya yang lebih tinggi beberapa centi dari Naruto membuatnya seperti pengusaha muda saja. Ia lebih dari kata tampan, menurut Naruto.

"Kau bekerja di perusahan Uciha Corp.?" Tanya anak itu, setelah duduk di kursi samping Naruto.

"Begitulah. Sedangkan apa kau di sini? Kau tidak sekolah?"

"Aku sudah tamat, sekarang aku akan bekerja di perusahan yang sama dengan mu."

"Eh benarkah? Kau diterima hanya dengan ijazah SMA? Wah kau pasti jenius haha."

Sasuke hanya tersenyum kecil melihat tingkah Naruto yang ceria.

"Tapi walaupun kau jenius sekalipun, kalu kau bukan lulusan Universitas terkenal pada awalnya kau akan di tempatkan di posisi yang rendah." Naruto tiba-tiba terlihat murung, ia teringat dengan dirinya dulu.

Sepertinya benar Naruto belum mengenal dirinya.

"Tapi tenang, jika kau bekerja di bawahku nanti aku akan membantumu, errr… oh ya siapa namamu?."

"Sasuke Uc-, em panggil saja Sasuke." Sasuke sengaja tidak memberitahukan siapa dirinya sebenarnya, bermain-main sedikit dengan pemuda yang sejak awal telah membuatnya tertarik ini sepertinya akan menyenangkan. ia tidak sabar melihat bagaimana ekspresi Naruto saat mengetahui siapa sebenarnya dirinya.

"Haha, aku Uzumaki Naruto, panggil Naruto saja, baik Sasuke jika nanti kau punya kesulitan dalam bekerja tanya saja padaku, aku akan membantumu dengan senang hati, kau benar-benar beruntung bisa bertemu denganku." Kata Naruto sambil mengacak kepala Sasuke, bertingkah seolah dia adalah orang yang sangat berpengalaman.

Haaah, Naruto andai kau tau siapa orang yang ada di sampingmu sekarang.

.


.

"Naruto baka, lama sekali, Fugaku-san sudah tiba sejak 5 menit yang lalu. Untung anaknya belum datang, kalau sudah kau pasti dicincang." Bisik Sakura, yang duduk di sampingnya.

"Gomen Sakura-chan, tadi aku terlalu asyik ngobrol dengan karyawan baru. Aduh anak itu kemana sih, jangan bilang dia tersesat. Aku keluar dulu mencarinya, jangan sampai dia mendapat masalah di hari pertamanya bekerja." Kata Naruto langsung mengendap–ngendap keluar.

"Tunggu Naruto." Bisik Sakura mencoba mnghentikan Naruto, tapi terlambat Naruto sudah menghilang dibalik pintu.

"Naruto baka, kalau begini kau yang akan mendapatkan masalah. Eh tunggu dulu, karyawan baru? perasaan bulan ini tidak list penerimaan karyawan baru. Ah, bodoh amat." Kata Sakura yang kemudian kembali mebantu persiapan penyambutan pimpimpinan baru perusahaan mereka.

.

.

.

"Eh, bodoh kau kemana saja?" kata Naruto menghampiri Sasuke yang berdiri di loby.

" Naruto-san? Ada apa?"

"Baka, hari ini penyambutan pimpinan yang baru dan semua karyawan di wajibkan hadir, tidak ada waktu menjelaskannya, kau ikut saja." Kata Naruto menyeret Sasuke kasar.

"Tu-tunggu dulu, Naruto."

.


.

"Fiuuuuhhh, tepat waktu." Kata Naruto lega serta berada di ruangan penyambutan.

"Tapi Naruto-"

"Baiklah, Sasuke ayo kita duduk di sana, di samping Sakura-chan saja." Kata Naruto yang kembali menarik paksa Sasuke. Sasuke menyerah untuk menjelaskannya pada Naruto, dan sepertinya sebentar lagi Naruto akan tahu dengan sendirinya.

"Hai Sakura-chan, ini karyawan baru yang aku maksud." Kata Naruto kepada Sakura yang duduk disamping kirinya, sedangkan Sasuke duduk disamping kanan Naruto.

"Naruto kau in—Na-Na-Naruto di-di-dia." Wajah Sakura berubah pucat pasih, tak kalah melihat karyawan baru yang di maksud Naruto.

'Baik para hadirin sekalian, kita akan memulai acara, untuk acara pertama, di awali oleh sambutan Presedir, Fugaku-sama….'

"Naaaruto kau dalam masalah." Bisik Sakura pelan.

"Kita akan dalam masalah jika kau terus bicara Sakura-chan, sebaiknya kau diam dan dengarkan sambutan si orang tua kolot itu, atau kau akan berakhir sepertiku." Ucap Naruto dengan aurah dendam mengingat hukumannya tempo hari.

"Orang tua kolot?" Tanya Sasuke heran dari samping.

"Maksudnya, dia." Kata Naruto menunjuk kearah Fugaku yang sedang menyampaikan pidatonya.

"Ohhh." Sasuke merasa geli dengan julukan yang Naruto berikan kepada ayahnya. Selama ini Sasuke pikir tidak ada orang yang berani bertindak kurang ajar dengan keluarga Uciha, baik itu di belakang ataupun didepan mereka, tapi ternyata dia salah. Setidaknya sekarang dia telah menemukan 1 orang.

Sakura menepuk jidatnya, ia pasrah atas apa yang akan menimpah Naruto nantinya.

Acara penyambutan itu berjalan lancar, sangat lancar hingga membuat Naruto hampir jatuh tertidur.

"Lama sekali sih, aku sangat capek duduk begini terus." Protes Naruto pelan, namun dapat didengar oleh dua orang di sampignya.

'Baiklah kita tiba di bagian utama yaitu pengesahan pimpinan baru, kepada pimpinan baru kami persilahkan naik ke podium untuk menyampaikan beberapa sambutan'

"Akhirnya, aku sangat penasaran dengan bocah yang akan menjadi pimpinan kita nanti. Eh, Sasuke kau mau kemana?" Naruto heran melihat Sasuke yang tiba-tiba berdiri.

"Memberi sambutan, karena kau sepertinya lelah, sambutanku akan kubuat sesingkat mungkin. kau tunggu saja di sini, aku akan segera kembali, Do-be." Sasuke berbisik pelan ditelinga Naruto, dan jangan lupa senyum miring yang membuat bulu kuduk Naruto serasa berdiri.

"Hah?" Naruto mencoba memproses kejadian yang barusan terjadi.

Sasuke sedang meberikan sambutan, pimpinan baru sedang memberikan sambutan. Ap-APA?

Sedangkan sakura menggigil ketakutan dari samping. Ia terus merapalkan doa agar kesialan Naruto kali ini tidak mencipratinya.

"Sa-Sakura-chan?"

"Y-Ya Nauto?"

"Bunuh akuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu…"

.

.

.

TBC?