TEACHER

Main Cast: Lee Donghae, Lee Hyukjae

Genre: Romance, Friendship

WARNING!

BOYS LOVE

BAHASA VULGAR, TIDAK COCOK UNTUK ANAK DI BAWAH UMUR!

DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!

THE STORY IS MINE

Typo may applied, don't be silent reader please, NOT ALLOWED TO COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION ^^

TIDAK MENERIMA BASH DAN KAWAN-KAWANNYA. KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN.

THANKYOU ^^


.

.

I get scared when I wonder if this is love...

.

.


"Hyung, hari ini ada yang aneh dengan kamarku dan Eunhyuk."

Seperti biasanya, Junsu selalu bangun pagi dan menyempatkan diri sarapan bersama Yoochun di kantin sekolah. Hari ini obrolan mereka tidak seromantis biasanya karena Junsu tiba-tiba mengeluh soal kamarnya. Sebenarnya, aneh menurut Junsu di sini adalah dalam hal yang baik. Saat Junsu masuk ke kamarnya tadi ia mencium wangi yang tidak biasanya, seprai yang biasa digunakan Eunhyuk juga tampak bersih dan wangi. Aneh karena biasanya Eunhyuk paling malas kalau di suruh mencuci seprai, dia hanya mencuci seprainya dua bulan sekali dan itupun harus Junsu omeli dulu baru dia mau mencuci seprainya.

"Aneh bagaimana? Bukankah biasanya dia memang aneh? Bahkan aneh yang cenderung menyebalkan."

"Eunhyuk mencuci seprainya dan wangi di kamar kami sedikit berbeda dari biasanya."

"Si jorok itu mencuci seprainya? Wah, kalau begitu itu benar-benar aneh."

Yoochun manggut-manggut sambil melahap roti bakarnya. Kejadian langka terjadi di sekolah ini, Eunhyuk mencuci seprai? Mungkin akan ada hal buruk akan terjadi pada sekolah ini. Setahu Yoochun, Eunhyuk paling malas kalau sudah menyangkut urusan bersih-bersih dan menurut cerita Junsu, selama ini selalu Junsu yang membereskan dan merapikan seisi kamar mereka berdua.

"Hei, tidak sopan membicarakan orang di belakang!"

Mata Junsu dan Yoochun terbuka lebar ketika mendapati Eunhyuk duduk di meja yang sama dengan mereka. Hari apa ini? Jam berapa? Kenapa Eunhyuk sudah bangun dan tiba-tiba ikut sarapan? Sepertinya dunia sedang terbalik atau entahlah. Ada apa sebenarnya? Pertama Eunhyuk mencuci seprainya dan sekarang dia hadir di acara sarapan yang biasanya dia lewatkan setiap hari.

"Kau—"

"Apa? Kalian tidak pernah melihat orang sarapan? Jangan pedulikan aku, lanjutkan saja sarapan kalian."

Yoochun dan Junsu masih saja terus memperhatikan Eunhyuk yang sedang melahap roti bakarnya dengan acuh, tidak peduli dengan tatapan semua orang yang memandanginya dari atas hingga ke bawah. Eunhyuk hanya bisa berdecih melihat reaksi orang-orang yang menurutnya sangat berlebihan itu. Memangnya aneh kalau orang tiba-tiba ingin bangun pagi dan sarapan?

"Sayang, sebaiknya kita percepat saja rencana pernikahan kita."

Suara Minho membuat Eunhyuk menghentikan sarapannya dan langsung memperhatikan interaksi antara Minho dan kekasihnya, Taemin.

"Kenapa?"

Taemin menautkan alisnya dan memiringkan kepalanya.

"Aku takut kiamat akan segera datang. Lihat, Eunhyuk bangun pagi dan sarapan di meja yang sama dengan kita."

Eunhyuk langsung saja memberi tatapan maut dan tendangan gratis mengenai tulang kering Minho.

"Kodok sialan!"

"Sakit!"

Keempat remaja itu tertawa, mentertawakan reaksi Minho yang langsung melebarkan matanya ketika Eunhyuk menendangnya tepat mengenai tulang keringnya. Minho mengaduh dan memeluk Taemin berlebihan membuat Junsu memajukan bibirnya, mencibir. Tidak suka kemesraannya ditandingi, Junsu langsung saja bergelayut manja di lengan Yoochun. Demi Tuhan! Pemandangan ini membuat Eunhyuk muak dan ingin memuntahkan isi perutnya dihadapan mereka berempat. Mentang-mentang punya kekasih yang satu lingkungan, mereka jadi tidak tahu tempat dan bermesraan dimanapun tanpa mempedulikan orang lain.

"Kalian semua menyebalkan!"

Taemin memajukan lidahnya untuk meledek Eunhyuk, ia suka sekali melihat wajah masam Eunhyuk.

"Kau iri? Makanya cari pacar!"

"Lihat kalian, sombong sekali! Kalian pikir aku tidak punya pacar? Pacarku orang yang hebat dan kalian akan kaget kalau aku membawanya kemari."

Junsu dan Temin melepaskan pelukan kekasihnya masing-masing dan langsung menatap Eunhyuk tidak percaya. Pacar katanya? Orang hebat? Apa Eunhyuk membual? Kenapa tiba-tiba Eunhyuk punya pacar? Siapa orangnya? Dan bagaimana bisa?

Reaksi Junsu dan Taemin membuat Eunhyuk mengangkat dagunya angkuh. Memangnya hanya mereka saja yang bisa pamer? Tapi sayangnya, Eunhyuk tidak bisa mengungkapkan identitas Donghae di depan mereka karena akan jadi masalah besar jika pihak sekolah tahu ada guru dan murid yang berpacaran. Apa lagi Donghae masih berstatus sebagai guru magang, bisa-bisa Donghae langsung di tendang dari sekolah ini dan hubungannya yang baru seumur jagung itu juga pasti akan berakhir. Eunhyuk bergidik ngeri membayangkan jika semua itu terjadi. Jangan sampai terjadi karena kalau Eunhyuk sampai kehilangan Donghae, Eunhyuk mungkin akan kembali pada kebiasaan lamanya.

"Sudahlah, berhenti menatapku seperti itu. Aku tidak akan memberitahu siapa kekasihku sampai waktu kelulusan tiba."

Taemin memincingkan matanya, "Kau membual ya?"

"Terserah, aku tidak peduli dengan tanggapan kalian. Tapi yang jelas, I'm taken by someone. Bye."

Eunhyuk melambaikan tangannya dan beranjak pergi dari kantin, meninggalkan keempat temannya yang masih saja tidak percaya dengan ucapan Eunhyuk barusan. Terserah, Eunhyuk tidak peduli yang jelas ia memang benar-benar memiliki kekasih.

I'm taken by your teacher, guys.

Karena hari masih terlalu pagi, Eunhyuk sengaja berjalan melewati ruangan guru. Ia ingin tahu, apa yang selalu Donghae lakukan di pagi hari. Eunhyuk tertegun ketika melihat Donghae sedang duduk dimejanya dan ditemani dengan secangkir kopi hangat sambil membaca undangan yang kemarin Eunhyuk baca. Tiba-tiba Eunhyuk merasa perasaannya tidak enak, undangan pernikahan itu di antar ke rumah Donghae yang artinya Donghae mengenal salah satu calon pengantin atau bahkan dua-duanya? Eunhyuk menghela nafas panjang dan menutup pintu ruang guru sepelan mungkin, ia tidak mau menimbulkan suara apapun dan membuat Donghae menyadari kehadirannya. Bagaimana kalau seandainya Donghae tahu orang yang pernah tidur dengannya adalah temannya? Eunhyuk bahkan tidak tahu bagaimana reaksi Donghae nanti setelah mengetahui semuanya, sial! Eunhyuk jadi merasa serba salah dan bimbang sekarang. Haruskah jujur saja? Atau selamanya bungkam?

"Kau sedang apa di situ?"

"Saem! Kau membuatku kaget."

Eunhyuk memegangi dada kirinya ketika suara Yunho memecah keheningan, jelas saja hal itu mengundang perhatian Donghae yang sedari tadi melamun sambil memandangi kartu undangan.

"Ada apa?"

"Tidak ada."

Yunho mengendikan bahunya acuh kemudian masuk ke ruangannya, sementara Eunhyuk mematung di tempatnya dan bola matanya bergerak liar. Eunhyuk tahu, pasti setelah ini Donghae akan mengajukan pertanyaan yang sudah dapat Eunhyuk duga sebelumnya.

"Kemarin kenapa tiba-tiba pulang tanpa memberitahu aku?"

Benarkan? Sialnya, Eunhyuk belum menyiapkan jawaban atas pertanyaan Donghae yang satu itu. Eunhyuk berdeham kecil, ia menggaruk tengkuk sambil memikirkan jawaban apa yang harus ia berikan pada Donghae. Sebenarnya, kemarin itu Eunhyuk memang langsung pulang atau lebih tepatnya melarikan diri dari apartemen Donghae setelah melihat undangan pernikahan yang mencantumkan nama Siwon di sana. Eunhyuk benar-benar terkejut dan tidak menyangka Donghae dan Siwon ternyata saling mengenal. Well, katakanlah Donghae memang tidak mengenal Siwon dan anggaplah Donghae teman dari calon pasangan Siwon. Tapi meskipun begitu, tetap saja mereka berdua akan bertemu di pesta pernikahan Siwon nanti dan apa jadinya kalau Donghae mengetahui bahwa sebenarnya Eunhyuk dan Siwon pernah ada hubungan? Sulit dibayangkan dan terlalu mengerikan untuk dibayangkan.

"Itu—hm—aku tidak enak badan."

Mata Donghae memincing, ia tidak puas dengan jawaban Eunhyuk yang menurutnya terlalu mengada-ada. Kemarin Eunhyuk tampak sehat-sehat saja dan yang jelas mereka tidak melakukan sesuatu yang akan membuat Eunhyuk tidak enak badan.

"Kau tidak mau belajar karena itu kau kabur, benar?"

"Hm, ya—ya begitulah. Maaf, Saem."

"Sudah aku duga. Oh, sepulang sekolah aku ingin kau mengerjakan ini semua dan serahkan padaku besok."

Bibir Eunhyuk mengerucut ketika Donghae menyerahkan setumpuk kertas yang berisikan soal-soal kalkulus dan beberapa soal yang kemungkinan akan muncul di ujian nanti.

"Kenapa harus mengerjakannya sekarang? Bukankah kau bilang kita belajar hanya di akhir pekan saja?"

"Akhir pekan ini aku harus datang ke undangan pernikahan temanku."

"Oh."

"Akhir pekan ini kau pulang ke rumah orangtuamu?"

Orangtua? Oh, benar. Eunhyuk sudah lama sekali tidak pulang ke rumah, tapi sepertinya Eunhyuk juga tidak akan pulang minggu ini karena guru tampan sekaligus kekasihnya ini mungkin akan mengajaknya kencan. Dari pada pulang ke rumah dan adu mulut dengan kakak atau ayahnya, Eunhyuk lebih suka menghabiskan waktunya dengan Donghae.

"Tidak. Kau sendiri tahu aku baru selesai di skors dan kalau pulang ke rumah akhir pekan nanti maka selesailah aku. Kau mungkin tidak akan melihatku lagi di Senin pagi, Saem."

"Sepulang dari pesta pernikahan temanku nanti, aku akan menjemputmu."

"Ajakan kencan?"

"Kita akan melanjutkan pelajaran minggu kemarin."

"Kau benar-benar membosankan!"

Melihat bibir Eunhyuk yang mengerucut, Donghae jadi gemas sendiri. Ia melihat ke kanan dan ke kiri memastikan tidak ada seorangpun di sekitar mereka, perlahan Donghae menarik dagu Eunhyuk lalu mengecupnya singkat sebelum ia kembali masuk ke ruangannya.

"Ah, Saem!"

Kurang lama...

.

.


Sudah dua jam Eunhyuk menunggu Donghae di depan gerbang sekolah tapi yang di tunggu-tunggu belum juga menunjukan batang hidungnya. Eunhyuk mulai bosan menunggu dan perasaannya jadi tidak karuan mengingat hari ini Donghae menghadiri pesta pernikahan Siwon, laki-laki yang pertama kali tidur dengannya. Pikiran Eunhyuk melayang-layang dan memikirkan banyak hal, mulai dari bagaimana Donghae dan Siwon saling mengenal sampai apa yang mereka bicarakan di pesta itu.

Sejujurnya jika Eunhyuk di suruh memilih antara jujur atau bungkam selamanya, ia akan memilih opsi kedua yaitu bungkam selamanya. Bukan tanpa alasan, jika bungkam akan menyelamatkan hubungannya dengan Donghae maka Eunhyuk akan melakukannya. Tapi masalahnya, Eunhyuk takut jika bungkam selamanya malah akan membuat hubungannya dengan Donghae berantakan. Setidaknya, Eunhyuk harus belajar dari pengalaman. Dulu ia putus dengan Jungmo karena masalah keterbukaan pada pasangan dan Eunhyuk tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Apapun resikonya, Eunhyuk akan mencoba terbuka dan mengatakan semuanya pada Donghae. Ya, mencoba. Harus di coba.

"Hei!"

Suara klakson mobil dan teriakan Donghae membuat Eunhyuk terperanjat kaget. Saking sibuknya melamun dan memikirkan banyak hal, membuat Eunhyuk tidak menyadari kehadiran mobil Donghae yang sudah berada di hadapannya.

"Kenapa harus berteriak, sih? Bikin kaget saja!"

"Masuklah. Cepat, ini sudah hampir malam."

Eunhyuk masuk dengan wajah yang masam, ia juga membanting pintu mobil Donghae untuk melampiaskan kekesalannya. Yang benar saja, sudah telat dan sekarang malah memanggilnya dengan hei. Kekasih macam apa? Dasar si kaku.

"Memangnya salah siapa kalau sekarang hampir malam? Kau telat dua jam lebih! Kau membuat aku menunggu di luar sangat lama! Bagaimana kalau aku di culik? Bagaimana kalau aku di goda oleh orang yang lewat? Bagaimana kalau aku—eum, di bawa kabur hantu tampan?"

Donghae tertawa lepas mendengar ocehan Eunhyuk, ini pertama kalinya Donghae tertawa selepas itu di depan Eunhyuk. Hantu tampan? Di jaman semodern ini? Lucu sekali. Lagi pula, mana ada hantu yang tampan? Kalau sudah jadi hantu ya menyeramkan. Ada-ada saja.

"Apa yang kau tertawakan? Aku serius! Jadi kau tidak keberatan aku di culik orang?"

"Untuk apa takut? Sekarang aku sedang menculikmu. Seharusnya, kau yang takut."

"Tidak lucu!"

"Kau marah?"

"Ya!"

Donghae menghentikan laju mobilnya dan menepikannya ke pinggir, tidak baik berkendara sambil bertengkar karena sudah pasti memecah konsentrasi. Jadi sebaiknya, berhenti dulu dan bicarakan masalahnya. Donghae tahu, dua jam bukan waktu yang sebentar tapi setidaknya Donghae sudah minta maaf dengan tulus. Ah, Donghae baru ingat dirinya berpacaran dengan bocah berusia delapanbelas tahun yang tentu saja egonya masih tinggi dan pikirannya masih belum cukup dewasa. Mungkin Donghae harus menjelaskannya dengan detail agar Eunhyuk berhenti merajuk seperti itu.

"Baiklah, aku salah dan aku sungguh minta maaf padamu. Di pesta tadi aku bertemu dengan teman-teman lamaku dan mengobrol sampai lupa waktu."

"Lalu?"

Mata Eunhyuk memincing, tangannya masih terlipat di dadanya dan nada bicaranya masih ketus menandakan jawaban yang diberikan sama sekali tidak membuatnya puas.

"Lalu aku langsung kemari menjemputmu, apa lagi?"

"Kau bicara dengan teman-teman wanitamu itu sebabnya kau lupa waktu, begitu?"

Curiga rupanya. Donghae menghela nafas panjang, entah harus bagaimana lagi membujuk Eunhyuk agar berhenti merajuk. Sudah dijelaskan pun dia masih tetap marah dan nada bicaranya masih ketus.

"Tidak, sayang. Aku bicara dengan beberapa teman sekolah dulu dan sisanya bicara dengan Kibum dan Siwon. Tidak ada wanita seperti yang kau tuduhkan padaku."

Eunhyuk melunak, ia tidak lagi melipat tangannya di dada. Diam-diam Eunhyuk melirik ke arah Donghae yang masih saja menatapnya dengan tatapan lembut seperti biasanya. Mata beningnya yang terhalang oleh kacamatanya tampak berkilauan terkena sinar lampu jalanan. Tampan, tampan sekali. Bagaimana bisa Eunhyuk marah lama-lama pada sosok tampan dihadapannya ini? Baru di tatap seperti itu saja Eunhyuk sudah luluh.

"Kemari."

"Hm? Apa?"

Eunhyuk berdecak melihat Donghae yang malah memasang wajah bingung padahal instruksinya sudah jelas, untuk apa lagi Eunhyuk menyuruhnya mendekat kalau bukan untuk melakukan sesuatu? Setelah menghembuskan nafas, Eunhyuk menarik kerah kemeja Donghae dan meraup bibir Donghae. Reaksi Donghae di luar dugaan Eunhyuk, awalnya Eunhyuk mengira Donghae akan terkejut atau apa tapi ternyata Donghae malah menarik tengkuknya dan memperdalam ciuman mereka. Lama-kelamaan Donghae mulai mengambil alih situasi dan mendominasi Eunhyuk, ia semakin menarik tengkuk Eunhyuk dan memaksanya untuk duduk dipangkuan Donghae. Jemari Eunhyuk mulai memereteli satu persatu kancing kemeja Donghae sampai akhirnya Donghae menahan kedua tangan Eunhyuk dengan cara mencengkram pergelangan tangannya dan memutuskan pagutan bibir mereka.

"Kenapa?"

"Ini masih di pinggir jalan."

Bibir Eunhyuk mengerucut tidak suka, ia kembali ke tempat duduknya dengan wajah masam. Padahal Eunhyuk sedang tinggi-tingginya dan Donghae malah menghentikan semuanya secara sepihak. Bibir mungil Eunhyuk bergerak-gerak kecil, ia berkomat-kamit mengucap serangkaian sumpah serapah yang tidak bisa ia ucapkan keras-keras karena Donghae pasti langsung mengomelinya.

Tidak ada pembicaraan khusus di antara mereka, sepanjang jalan mereka hanya fokus pada pikiran masing-masing.

"Apa Kim Kibum itu orang yang pernah kau ceritakan waktu itu?"

"Hm?"

Donghae melirik Eunhyuk sekilas, sebelum melepaskan sabuk pengamannnya.

"Kau pernah bercerita padaku bahwa orang kau sukai akan menikah. Apa dia orang yang kau maksud?"

"Hm."

Lagi-lagi Donghae hanya menjawab dengan gumaman, ia turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk Eunhyuk. Tunggu. Ini bukan perlakuan romantis, untuk apa? Toh Eunhyuk masih punya kedua tangan dan kaki yang masih bisa berfungsi dengan baik. Donghae melakukan semua itu hanya karena Eunhyuk terus melamun dan terlihat tidak berniat turun dari mobilnya.

"Memikirkan apa? Ayo turun."

Eunhyuk mengangguk canggung, pikirannya tiba-tiba kusut ketika memikirkan situasi macam apa yang sedang ia alami bersama Donghae saat ini. Entah memang ini hanya kebetulan atau memang takdir, tapi kenyataan bahwa orang yang pernah Eunhyuk sukai kini bersanding resmi dengan orang yang pernah disukai Donghae membuat kepala Eunhyuk pusing. Bagaimana bisa ada kebetulan seperti ini?

"Jadi Kim Kibum itu orang pernah kau sukai. Hm, menurutmu bagaimana suaminya?"

"Choi Siwon? Ah, memikirkannya saja sudah membuatku marah! Dia menyebalkan dan suka sekali pamer bentuk tubuhnya yang atletis. Sebenarnya dia memang tampan dan bentuk tubuhnya juga memang bagus, harus aku akui dia memang laki-laki yang sempurna. Mapan, matang, tampan, pintar dan kaya raya. Siapa yang bisa menolak pesona sebesar itu?"

Eunhyuk terkekeh melihat raut wajah Donghae yang menurutnya sangat lucu itu, dia marah dan berniat menjelakan Siwon tapi pada akhirnya yang keluar dari mulutnya justru pujian. Di usianya yang hampir menginjak kepala tiga, ternyata Donghae masih bisa menunjukan raut wajah kesal seperti anak kecil.

"Kau iri padanya? Kau tidak membencinya tapi kau iri padanya, benarkan?"

"Jangan sok tahu, bocah! Ngomong-ngomong, kau juga pasti suka dengan tipe laki-laki seperti Choi Siwon, kan?"

"Sudah pasti!"

Mata Donghae membulat, tidak di sangka kekasihnya justru menunjukan rasa tertariknya pada orang lain dihadapannya. Donghae kesal dan cemburu, tapi ia tahu rasa cemburu terlalu kekanak-kanakan karena tidak didasari dengan alasan yang kuat. Meski kesal Donghae tetap menunjukan wajah tenangnya dan tidak menunjukan reaksi apapun, ia hanya diam memandangi bayangan dirinya yang terpantul di dinding elevator yang sedang ia naiki bersama Eunhyuk.

"Sudah pasti aku menyukai laki-laki seperti yang kau sebutkan tadi, tapi orang yang bisa membuatku bertekuk lutut dan membuat hatiku luluh hanya kau seorang. Kenapa diam saja? Jangan marah, aku hanya menyukaimu."

Lengan Eunhyuk melingkar di perut Donghae, ia menggesekan kepalanya di punggung Donghae berharap Donghae berbalik melihat ke arahnya. Eunhyuk tahu, Donghae pasti merasa terganggu dengan jawabannya barusan tapi memang tujuan Eunhyuk hanya menggodanya saja. Tidak di sangka Donghae langsung bungkam dan memunggunginya seperti ini.

"Saem, lihat aku! Jangan marah."

Saem? Donghae berdecih pelan, bukankah sekarang mereka sedang berdua? Donghae tidak suka mendengar Eunhyuk memanggilnya seperti itu, jadi ia tetap diam dan terus memandang lurus ke depan.

"Hyung...Donghae Hyung...Jangan marah, hm?"

Bibir Donghae melengkung ke atas begitu mendengar panggilan Eunhyuk yang baru pertama kali ia dengar itu, apa lagi Eunhyuk memanggilnya dengan nada manja. Mana bisa Donghae diam saja ketika suara lembut dan manja Eunhyuk langsung menyeruak masuk menyapa gendang telinganya. Meski senang, Donghae tetap tidak berbalik. Sengaja, ia ingin mendengar Eunhyuk memanggilnya sekali lagi.

"Jangan sok marah! Aku tahu kau tersenyum tadi. Suka dengan panggilan seperti itu, huh? Sebaiknya kau ingat dan rekam baik-baik di ingatanmu karena aku tidak akan pernah mengulanginya lagi!"

Eunhyuk melepaskan pelukannya dan memukul bisep Donghae, ia kesal sekali melihat Donghae sok marah dan sok tidak peduli padahal Eunhyuk tahu Donghae senang melihat Eunhyuk memohon seperti anak manja.

"Perusak suasana!"

Setelah tadi memanggil dengan nada lembut dan manja, Eunhyuk kembali menggunakan nada ketus. Benar-benar bocah setan.

"Jangan terlalu berharap aku akan menjadi sosok yang manis!"

"Oh, kau tidak mau?"

"Tidak!"

Donghae melangkah maju mendekati Eunhyuk secara perlahan, membuat Eunhyuk terus mundur dan akhirnya terjebak di sudut dan tidak bisa lari kemanapun. Eunhyuk mengangkat dagunya, ia tidak menunjukan rasa takut sama sekali. Untuk apa takut? Toh yang akan menyerangnya ini adalah kekasihnya sendiri. Justru Eunhyuk berharap Donghae lepas kendali sekarang dan melupakan soal belajar atau apapun itu.

"Mau apa?"

"Panggil aku Hyung sekali lagi atau—"

"Atau apa? Kau akan menciumku? Dengan senang hati."

Jemari Eunhyuk menarik dagu Donghae, tapi kemudian Donghae mencengkramnya. Salah satu sudut bibir Donghae tertarik, ia menunjukan seringaiannya.

"Atau aku akan membuatmu mengerjakan soal kalkulus sampai besok pagi."

"A—pa? Hei!"

Sialan! Donghae memang sulit sekali di tebak. Eunhyuk pikir Donghae akan mengatakan hal-hal kotor atau memancingnya untuk membicarakan hal-hal yang menjurus ke ranjang. Lagi-lagi kalkulus, selalu kalkulus! Terkutuklah kalkulus!

"Katakan."

"Donghae—Hy—ung."

"Sebegitu sulitkah berkata sopan padaku, bocah nakal?"

Donghae tersenyum mengacak rambut Eunhyuk lalu mengecup singkat bibirnya. Seperti bisa, Eunhyuk tidak akan pernah puas bila Donghae hanya memberinya kecupan singkat. Sekali lagi, Eunhyuk menarik kerah kemeja Donghae lalu mengecup bibirnya sedikit lebih lama dari sebelumnya.

"Nakal."

"Karena itulah aku di panggil Eunhyuk."

Kontak mata mereka terputus ketika pintu elevator terbuka. Tidak biasanya, Donghae menggandeng tangan Eunhyuk bahkan sampai mereka sudah berada di dalam apartemen Donghae tetap menggandeng tangan Eunhyuk dan menyeretnya kesana kemari. Eunhyuk memutar bola matanya, tidak bisakah Donghae melepaskan genggaman tangannya? Karena sungguh, Eunhyuk tidak akan kabur kemanapun.

"Kenapa kau terus menggenggam tanganku? Biarkan aku duduk."

"Terakhir kali aku meninggalkanmu, kau kabur tanpa bilang apapun."

Eunhyuk berdecih, waktu itu kabur karena ada alasannya. Alasan yang mungkin masih sulit untuk Eunhyuk ungkapkan.

"Donghae, lepas!"

Tidak ada tanggapan, Donghae tetap melakukan aktifitasnya tanpa melepaskan genggamannya. Mulai dari ke dapur mengambil gelas dan minum sampai akhirnya berganti pakaian di kamar. Eunhyuk menghembuskan nafasnya, mungkin cara yang tadi harus ia coba kembali.

"Hyung, lepas."

Seperti kalimat ajaib, Donghae langsung melepaskan tangan Eunhyuk dan berbalik menatap Eunhyuk dengan wajah berbinar. Dalam hati Eunhyuk berdecih, mudah sekali membuat Donghae luluh.

"Duduklah di ruang televisi. Kalau kau berani beranjak satu langkah saja, hukuman berat menunggumu. Mengerti?"

Eunhyuk berdecih, "Aku tahu! Setidaknya perlakukan aku sebagai kekasihmu saat kita berdua. Dasar kaku!"

Sementara menunggu Donghae berganti pakaian, Eunhyuk menonton televisi dengan pandangan yang kosong. Dalam diam ia terus memikirkan bagaimana cara berkata jujur pada Donghae soal Siwon, bagaimanapun Eunhyuk sudah memikirkannya matang-matang tentang kelanjutan hubungan mereka. Menurut Eunhyuk, jika hubungan ini ingin berlangsung lama maka Eunhyuk harus memulainya dengan kejujuran.

"Matikan televisinya, kita mulai langsung sesi belajarnya."

Eunhyuk mendengus, ia beranjak dari tempat duduknya dan mengikuti Donghae menuju meja makan. Seharusnya malam ini mereka kencan, bukan belajar seperti ini.

"Kalau aku jujur padamu tentang sesuatu, kau marah tidak?"

"Tergantung, jujur yang seperti apa dulu."

Mata Donghae masih terfokus pada buku-buku dihadapannya dan itu membuat Eunhyuk gusar, Eunhyuk menganggap pembicaraan ini serius jadi tidak seharusnya Donghae bersikap acuh seperti itu. Eunhyuk menghela nafas, ia kemudian menutup semua buku yang di buka Donghae untuk mendapatkan perhatiannya.

"Kau serius dengan hubungan kita? Maksudku, apa kau yakin dengan hubungan ini dan tidak main-main?"

Mata hazel Donghae kini terfokus pada wajah Eunhyuk, ia tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan Eunhyuk dan tidak tahu kemana arah pembicaraan ini karena tidak bisanya Eunhyuk mengajaknya bicara serius.

"Bukankah pertanyaan itu seharusnya milikku? Aku laki-laki dewasa dan tidak ada sedikitpun niat untuk mempermainkan sebuah hubungan. Aku tidak tahu denganmu tapi yang jelas aku menganggap hubungan kita serius."

"Kalau kau menganggap semua ini serius maka aku ingin mengatakan sesuatu. Aku tidak ingin menyembunyikan apapun darimu, jadi aku ingin kau tahu mengenai masalah ini."

"Masih ada yang kau sembunyikan dariku?"

Eunhyuk menghela nafas panjang, belum apa-apa nada bicara Donghae sudah terdengar memojokkan.

"Aku tidak bermaksud menyembunyikannya darimu, aku akan membicarakan semua ini dengan perlahan tapi ternyata kau justru berkaitan dengan sesuatu yang ingin aku bicarakan itu."

Donghae gusar, Eunhyuk terlalu bertele-tele dan berbelit-belit. Donghae benar-benar tidak tahu akan kemana arah pembicaraan ini, ia bahkan sampai lupa hari ini seharusnya mereka belajar dan bukannya membicarakan masalah hubungan mereka.

"Hari semakin larut, sebaiknya kau tidak bicara bertele-tele dan langsung ke poin utama pembicaraan ini agar kita bisa langsung belajar. Ingat? Ujianmu semakin dekat."

"Kalau begitu kita belajar dulu, kita akan melanjutkan pembicaraan ini setelah materi kalkulus ini selesai."

Meski penasaran, Donghae tidak memaksa Eunhyuk untuk melanjutkan pembicaraan yang tidak jelas ini. Ia lebih memilih membuka buku dan membaca materi yang akan dipelajari Eunhyuk nanti, mungkin memang seharusnya mereka belajar dulu baru menyelesaikan pembicaraan tadi. Siapa yang tahu mereka akan bertengkar atau tidak setelah pembicaraan tadi, benarkan? Jadi sebaiknya belajar didahulukan.

"Perhatikan ini, kalau kau menggunakan cara ini maka kau akan cepat menyelesaikan soal."

Telinganya mendengar, tapi perhatian Eunhyuk hanya fokus pada wajah tampan Donghae yang sedang menjelaskan rumus dan entahlah apa lagi. Pikirannya melayang entah kemana, ia terus saja memikirkan bagaimana kelanjutan hubungan mereka setelah Eunhyuk mengatakan semuanya pada Donghae.

"Kau mengerti?"

Eunhyuk mengangguk tanpa kata, ia mengambil pensilnya dan mulai mengerjakan soal-soal yang diberikan Donghae. Biasanya Eunhyuk akan mengeluh dan berceloteh panjang lebar karena soal-soal yang diberikan Donghae selalu sulit dan rumit, tapi kali ini Eunhyuk diam saja dan mengerjakan soal yang diberikan Donghae tanpa kendala apapun. Sudah beberapa minggu belajar dengan Donghae, dan Eunhyuk mulai memahami semua materi yang diberikan Donghae. Malas bukan berarti bodoh, Eunhyuk hanya kurang motivasi untuk belajar dan sekarang ia memiliki Donghae yang terus mendorongnya untuk kembali berprestasi di kelas.

"Aku tidak yakin dengan soal yang terakhir. Semakin hari kau memberiku soal yang yang semakin rumit."

Donghae tersenyum mengacak rambut Eunhyuk. Dari lima soal yang diberikan, Eunhyuk bisa menyelesaikan semuanya dengan benar. Tidak seperti di awal-awal, Eunhyuk selalu salah dan akhirnya diomeli habis-habisan oleh Donghae.

"Sudah aku bilang kau bisa."

Wajah Donghae mendekat, mengeliminasi jarak di antara mereka sampai akhirnya bibir Donghae menempel di bibir merah muda Eunhyuk. Kecupan singkat tapi cukup membuat seluruh wajah Eunhyuk panas.

"Aku akan memeriksa soal-soal yang sudah kau kerjakan sebelumnya nanti malam dan menyerahkannya padamu besok pagi. Mau pulang sekarang?"

"Pembicaraan kita?"

"Oh, kau masih mau melanjutkannya? Lanjutkan kalau begitu."

Donghae beranjak dari tempat duduknya, tak lama ia kembali dengan dua kaleng jus ditangannya.

"Strawberry, kesukaanmu."

"Terima kasih."

Senyum Eunhyuk terasa kaku dan terlihat dipaksakan, tidak seperti biasanya yang akan memekik girang ketika mendengar buah kesukaannya di sebut. Donghae mengerutkan dahinya, mungkin pembicaraan kali ini benar-benar serius. Donghae kembali duduk, ia menarik kursi yang duduki Eunhyuk sehingga berhadapan dengannya. Ia ingin tahu, apa yang sebenarnya ingin Eunhyuk bicarakan padanya.

"Saem. Maksudku, Donghae. Aku yakin kau pasti akan marah setelah mendengar ini atau entahlah aku tidak tahu bagaimana reaksimu setelah mengetahui ini, tapi yang jelas aku ingin jujur padamu."

"Sampai kapan kau akan bicara berbelit-belit seperti itu? Katakan dengan jelas, ada apa? Dan tatap mataku saat kita bicara."

Ragu-ragu Eunhyuk mengangkat kepalanya, mensejajarkan pandangannya dengan kedua mata Donghae.

"Ini soal Choi Siwon."

Nafas Eunhyuk tertahan selepas menyebut nama seseorang yang mungkin akan menyebabkan pertengkaran atau bahkan kehancuran hubungannya dengan Donghae.

Hancur sudah...

Donghae melebarkan matanya, penasaran dengan kalimat selanjutnya yang akan keluar dari mulut Eunhyuk.

"Aku—dia—hm—kami pernah melakukan sesuatu yang mungkin—mungkin bisa membuatmu marah."

"Apa?"

"Aku mengenalnya di bar—dia—dia—begini, aku dan dia pernah tidur bersama. Tapi, bukan karena sengaja. Saat itu kami berdua mabuk dan saat aku bangun di pagi hari dia sudah ada di sampingku, aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa kami berakhir di ranjang seperti itu. Dia orang pertama yang meniduriku."

Jemari Eunhyuk terkepal kuat, ia ketakutan setengah mati saat melihat sinar mata Donghae yang sarat dengan kekecewaan. Tidak bisa Eunhyuk bayangkan betapa kecewanya Donghae padanya, sejak awal memang tidak seharusnya mereka seperti ini. Donghae laki-laki yang baik dan tidak ada satupun dari sifatnya yang cacat, sementara Eunhyuk? Sudah tidak terhitung berapa kali ia melakukan penyimpangan dan melanggar aturan. Di usianya yang masih terbilang remaja, Eunhyuk lebih banyak melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya dilakukan oleh remaja seusianya. Di saat remaja lain belajar dan memipikan sesuatu untuk masa depannya, Eunhyuk justru berkelahi dan mabuk-mabukan di bar. Masihkah dirinya merasa pantas untuk Donghae? Terlebih ketika ia mendapati kenyataan bahwa orang yang pertama kali menidurinya tidak lain adalah teman Donghae.

"Aku—kepalaku pusing, sebaiknya kita tunda saja hari ini."

Donghae membereskan buku-buku yang berserakan di meja makannya dengan asal, ia beranjak menuju sofa ruang televisi dan memijat pelipisnya dengan gerakan tidak teratur. Rasanya seperti baru saja di timpa oleh langit-langit apartemennya, terlalu sakit dan membuat sesak.

"Maafkan aku."

Suara lirih Eunhyuk sama sekali tidak mengurangi rasa sakit di kepala Donghae, ia justru merasa mendidih dan ingin memukul apapun untuk meredakan rasa sakit dan sesaknya. Dengan langkah terburu-buru, Donghae meraih mantelnya dan kunci mobilnya. Tanpa bicara apapun pada Eunhyuk, ia keluar dari apartemennya.

Airmata Eunhyuk hampir menetes, reaksi Donghae yang seperti ini justru membuatnya bekali-kali lipat lebih sakit. Di acuhkan, Eunhyuk paling tidak suka di acuhkan. Paling tidak, jika memang Donghae marah ia lebih suka Donghae memakinya atau membentaknya karena hanya dengan begitu Eunhyuk bisa mengetahui perasaan Donghae yang sesungguhnya. Kaki kurus Eunhyuk terasa lemas, tapi ia tetap mengikuti Donghae keluar apartemen.

"Donghae, bicaralah."

Tidak ada jawaban, Donghae tetap diam bahkan setelah mereka sampai di basement dan masuk ke dalam mobil Donghae tetap diam seolah bisu.

"Aku tidak mau bicara denganmu saat aku marah."

"Kenapa?"

"Aku tidak mau menyakitimu. Kita akan bicara saat hati dan pikiranku sudah kembali jernih dan dingin."

Akhirnya sepanjang perjalanan menuju asrama sekolah, mereka hanya duduk diam tanpa sepatah katapun. Hanya sesekali Eunhyuk melirik Donghae dengan tatapan yang paling menyedihkan, tidak pernah sebelumnya Eunhyuk seperti ini tapi entah kenapa saat Donghae mengacuhkannya seperti ini Eunhyuk merasa sangat tidak tenang dan di selimuti rasa bersalah yang berlebihan.

"Turunlah."

"Kau tidak akan turun dulu?"

"Aku tidak enak badan, sampai jumpa besok."

Begitu Eunhyuk turun dari mobilnya, Donghae langsung tancap gas tanpa menengok lagi ke belakang, ia bahkan membelah angin dengan kecepatan yang luar biasa. Dalam sekejap, mobil Donghae hilang dari pandangan Eunhyuk.

Jangan begini...aku mohon jangan begini...

.

.


ooODEOoo


Minggu sibuk ujian di mulai, inilah waktu eksekusi yang di tunggu-tunggu oleh Eunhyuk. Berminggu-minggu ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan mengerjakan soal latihan dan inilah saatnya untuk membuktikan bahwa dirinya bisa menembus 50 besar. Sebenarnya, di hari pertama ujian ini Eunhyuk merasa sedikit tidak enak badan. Semalaman ia belajar sendiri sampai hampir dini hari, perasaannya yang masih kacau akibat pertengkarannya dengan Donghae tempo hari membuatnya tidak bisa tidur dan terus berpikiran buruk. Akhirnya, ia memilih untuk tetap terjaga dan mempelajari semua yang telah Donghae ajarkan padanya.

Sudah seminggu sejak pertengkaran mereka dan sudah seminggu pula Eunhyuk tidak melihat Donghae, Yunho bilang dia sedang sakit jadi mengajukan cuti selama seminggu untuk pemulihan. Entah sakit macam apa yang di derita Donghae sehingga dia berani mengambil cuti selama itu padahal ia masih magang. Eunhyuk sendiri tidak bisa memastikannya karena ia tidak bisa keluar asrama sebelum akhir pekan. Ngomong-ngomong soal akhir pekan, minggu lalu Eunhyuk memutuskan pulang ke rumahnya karena tidak ada Donghae yang menemaninya di akhir pekan. Seperti biasa, suasana rumah sama sekali tidak membuatnya nyaman. Pertengkaran kakak dan ayahnya seolah menjadi nyanyian pagi hari yang tidak kalah nyaring dengan alarm di kamarnya, adu mulut soal perusahaan yang tidak pernah ada ujungnya. Eunhyuk tidak peduli, toh ia pulang hanya karena ingin memastikan keadaan ibunya saja.

"Silahkan bawa kertas ujian kalian ke depan."

Lamunan Eunhyuk buyar, ia melirik jam tangannya. Gawat! Ia melamun di tengah-tengah ujian, untung saja hanya satu soal tersisa. Meski tidak yakin, Eunhyuk mencoba mengerjakannya dengan cara cepat seperti yang diajarkan Donghae terakhir kali. Sekarang hanya tinggal berdoa semoga nilainya tidak anjlok karena hari ini hari pertama ujian.

"Sejak tadi pagi kau terlihat tidak semangat, ada apa? Kau sakit? Semalam aku melihatmu di meja belajar dan terus belajar."

"Hanya sedikit tidak enak badan."

"Tidak biasanya kau belajar sampai semalam suntuk seperti itu. Kau tahu? Kau membuatku ketakutan karena sikapmu tiba-tiba berubah bak malaikat. Tunggu, kau tidak merencanakan bunuh diri 'kan? Kau tidak akan mati 'kan?"

Eunhyuk berdecih, dengan senang hati ia memukul kepala Junsu. Bebek cerewet sialan! Memangnya Eunhyuk sudah gila? Untuk apa bunuh diri? Masih banyak yang masih ia ingin kejar, termasuk cintanya Donghae. Eunhyuk bertekad untuk menyelesaikan ujian ini dengan baik dan mendapatkan cinta Donghae kembali. Si brengsek itu harus tahu, di acuhkan itu tidak enak!

"Kau saja yang mati sana!"

"Mulutmu itu!"

"Apa? Kau ingin ribut denganku?"

"Ya Tuhan, kalian adu mulut seperti gadis-gadis."

Eunhyuk dan Junsu berhenti saling memelototi, pandangan mereka beralih pada Yoochun yang ada di samping mereka. Apa? Gadis katanya? Cari mati. Eunhyuk mendengus, ia menendang tulang kering Yoochun lalu berlari sekencang mungkin menghindari amukan Yoochun setelahnya.

"Ah, sialan! Si brengsek kurus itu menendangku! Hei, kembali kau sialan! Auh, sakitnya."

"Siapa suruh ikut campur pertengkaran 'gadis-gadis'?"

Junsu menepuk bahu Yoochun lalu pergi meninggalkannya, ia tidak punya waktu untuk Yoochun karena ada sesuatu yang membuatnya penasaran soal Eunhyuk. Rasa penasaran itu harus segera ia atasi dengan cara mencecar Eunhyuk dengan berbagai pertanyaan sampai dia mengaku ada apa sebenarnya dengan dirinya yang tiba-tiba berubah menjadi siswa baik.

"Kau di sini rupanya."

Junsu merebut kaleng jus milik Eunhyuk dan meneguknya sampai habis. Sudah bisa Junsu tebak, Eunhyuk pasti ada di pojok kantin dengan roti dan sekaleng jus strawberry kesukaannya.

"Katakan padaku, apa yang membuatmu berubah seperti ini? Jangan berbohong karena aku akan tahu kalau kau berbohong."

Tidak ada pilihan lain selain jujur, apa lagi? Jika Junsu sudah mencecarnya seperti ini maka dia tidak akan pernah berhenti sampai mendapatkan jawaban yang membuatnya puas. Eunhyuk menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan, melihat tatapan mata Junsu yang berkilat karena penasaran membuat Eunhyuk terpaksa harus mengalah.

"Aku punya kekasih, bukankah aku sudah menceritakannya padamu? Kekasihku yang membuatku berubah. Cukup? Aku sedang tidak ingin membicarakannya sekarang."

"Benar, kau pernah bercerita soal itu tapi aku yakin kau tidak menceritakan semuanya. Sekarang, ceritakan semuanya."

"Kim Junsu!"

"Lee Hyukjae!"

Eunhyuk mendengus, sulit sekali menghindari Junsu.

"Baiklah, akan aku ceritakan tapi kau harus bersumpah tidak akan menceritakannya pada siapapun termasuk Yoochun Sunbae."

"Kenapa? Kau berpacaran dengan top star? Idol?"

"Mau bersumpah tidak?"

Junsu mengangguk, ia membuat gerakan menutup resleting di bibirnya. Biarpun cerewet, Junsu tahu cara menjaga rahasia teman. Buktinya, tidak ada yang pernah tahu kenakalan-kenakalan Eunhyuk di bar kecuali dirinya.

"Aku berpacaran dengan Lee Sonsaengnim."

"Oh—apa? Apa kau bilang? Maksudmu, Lee Donghae Sonsaengnim?"

"Hm."

"Kau—ba—bagaimana bisa? Kau sudah gila? Kalau kalian ketahuan pihak sekolah bukan hanya kau berakhir tapi Lee Sonsaengnim juga!"

"Maka dari itu jangan beri tahu siapapun dan jangan berteriak! Kau akan membuat semua orang tahu. Kau benar, aku sudah gila! Aku jatuh cinta sungguhan padanya, dia membuatku gila, dia membuatku kehilangan akal sehatku!"

Nafas Eunhyuk memburu, emosinya tiba-tiba meledak dan tidak terkendali. Pertengkarannya dengan Donghae membuat semuanya kacau.

"Alasan Lee Sonsaengnim mengambil cuti selama seminggu pasti ada kaitannya denganmu, 'kan? Ada apa dengan kalian?"

"Aku tidak tahu harus menceritakannya dari mana, yang jelas kami memang sedang bertengkar. Tidak, tepatnya dia marah dan mengacuhkanku. Aku tahu kau pasti penasaran, tapi Junsu aku mohon jangan bertanya sekarang karena aku tidak tahu harus menceritakannya bagaimana padamu."

Junsu menghela nafas, "Keluargamu, kehidupan percintaanmu, kenapa semuanya begitu rumit?"

Aku tidak tahu...

Tidak mau tahu...

Aku hanya ingin cintanya kembali...

.

.


Pagi-pagi sekali Donghae bangun, matanya terlihat sayu dan kantung mata di sekitar matanya memperburuk keadaan wajahnya. Donghae terlihat seperti orang depresi, bulu-bulu halus di sekitar wajahnya mulai tumbuh dan rambutnya selalu dalam keadaan berantakan. Sudah seminggu ini Donghae malas merawat tubuhnya sendiri, bahkan makan dan minumpun tidak seteratur biasanya.

Kenyataan bahwa Siwon–rival abadinya—adalah orang yang pertama menyentuh Eunhyuk membuatnya sangat marah, orang itu menikahi seseorang yang pernah ia sukai di tambah dia adalah orang yang pertama kali menyentuh kekasihnya. Kekasih? Pantaskah Donghae menyebut bocah itu kekasihnya? Donghae berdecih, tidak seharusnya ia terlarut dalam perasaan cintanya pada Eunhyuk. Sial memang, Donghae menyukai Eunhyuk dengan seluruh hatinya, ia memberikan seluruh cintanya pada Eunhyuk dan beginilah akhirnya. Saat ada sesuatu yang buruk menimpa hubungan mereka, Donghae tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Kasarnya, Donghae seperti dipermainkan oleh bocah ingusan.

Donghae tahu, ia sangat tidak profesional karena tiba-tiba mengambil cuti dengan alasan yang tidak jelas. Tapi mau bagimana lagi? Ia perlu waktu sendiri untuk berpikir, untuk menjernihkan pikirannya dan menyingkirkan emosi yang berlebihan. Donghae tidak mau kehilangan Eunhyuk, itu sebabnya ia perlu waktu sendiri untuk berpikir. Ini karena baru pertama kalinya Donghae menganggap hubungannya dengan seseorang sangat serius, baru pertama kali serius dan langsung di hajar oleh kenyataan yang pahit.

Sial!

"Lee Donghae, buka pintunya!"

Suara berisik dan ketukan pintu yang brutal menarik kesadaran Donghae kembali, ia buru-buru mencuci mukanya dan berlari kecil untuk melihat siapa yang datang sepagi ini. Aneh, biasanya Donghae tidak menerima tamu sepagi ini.

"Jung Yunho?"

Donghae mengerutkan keningnya begitu melihat wajah Yunho dari intercomnya, ada apa pagi-pagi begini? Jangan bilang dia mau menyerahkan surat pemecatan Donghae? Oh, sial! Kalau sampai itu terjadi maka tamatlah riwayatnya.

"Ada apa pagi-pagi begini?"

"Menjengukmu, bukankah kau sakit? Tapi kau tidak terlihat seperti orang sakit, kau lebih mirip orang depresi."

"Cerewet! Masuklah dan duduk dimanapun kau mau, aku mau mandi dulu."

Sepertinya yang dikatakan Yunho memang benar, ia lebih mirip orang depresi dari pada orang sakit. Begitu masuk kamar mandi, Donghae langsung mencukup bulu-bulu halus di sekitar wajahnya dan mulai merapikan rambutnya yang sudah sedikit panjang setelah mandi.

"Jadi kau tidak sakit sungguhan, 'kan? Apa ada sesuatu yang menganggumu di sekolah? Tidak betah?"

Donghae memutar bola matanya, Yunho benar-benar duduk dimanapun dia mau. Begitu keluar dari kamar mandi, Donghae langsung mendapati sosok Yunho sedang duduk di tempat tidurnya.

"Aku memang tidak sakit, hanya perlu istirahat dari rutinitas."

"Tapi kau juga tidak terlihat seperti orang yang sedang istirahat, kau terlihat lelah dan depresi. Lihat kantung matamu itu, kau sulit tidur? Ah, kau bertengkar dengan kekasihmu, ya? Siapa? Siapa yang membuatmu jadi begini?"

"Kalau aku mengatakannya kau pasti akan terkejut. Atau mungkin kau akan langsung menghajarku."

Alis Yunho bertaut, "Selama kau tidak mengencani Jaejoong, untuk apa aku menghajarmu?"

"Kalau aku mengencani muridku?"

"Ah, itu tidak masa—apa? Apa kau bilang?"

Benarkan, reaksi Yunho sudah bisa Donghae duga sebelumnya. Kalau tidak berteriak, pasti melotot dengan mulut terbuka.

"Anak nakal itu, aku mengencaninya."

"Maksudmu Lee Hyukjae?"

"Hm."

"Kau tahu konsekuensi yang akan kau terima jika pihak sekolah tahu?"

"Sangat tahu, itu sebabnya aku ingin memohon padamu agar tutup mulut soal ini."

"Kita kesampingkan dulu soal itu. Jadi, apa kau sungguh-sungguh padanya? Dia yang menyebabkan kantung matamu itu?"

Donghae mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari lemari, tangannya sibuk memilih baju yang akan dipakainya hari ini. Akhirnya ia memutuskan untuk memakai kaos putih tipis dan celana training seperti biasanya.

"Ceritakan padaku."

"Sebenarnya hubunganku di ambang kehancuran, aku tidak bicara padanya selama seminggu."

"Sebabnya?"

"Itu—"

Kalimat Donghae terhenti, sepertinya ia harus berpikir dua kali untuk menceritakan segalanya pada Yunho. Bagaimanapun Yunho adalah salah satu guru yang mengajar Eunhyuk, kalau sampai dia tahu kelakuan Eunhyuk yang sebenarnya mungkin Eunhyuk akan langsung di tendang dari sekolah.

"Itu—karena dia terlalu kekanakan."

"Dia memang masih remaja, salahmu sendiri mengencani anak remaja. Kalau kau merasa tidak nyaman dalam suatu hubungan, maka tinggalkan dan cari yang lain."

"Aku serius padanya dan aku merasa nyaman dengan hubungan ini."

"Terserahlah, aku tidak mau terlalu ikut campur hubunganmu dengan Eunhyuk. Aku juga juga tidak akan memberitahu siapapun soal ini karena jujur saja, kau berhasil membuatnya berubah. Akhir-akhir ini dia sering datang ke perpustakaan dan selalu mengkuti pelajaran dengan baik. Aku datang ke sini untuk memberitahumu soal kontrak kerja yang di tawarkan kepala yayasan, dia ingin kau menjadi guru tetap di Empire jadi sebaiknya minggu depan kau masuk dan akhiri masa cuti tidak pentingmu ini sebelum kepala yayasan berubah pikiran!"

"Sungguh?"

"Hm. Sudah ya, aku harus pulang. Pikirkan sekali lagi soal hubunganmu, kalau kau memang serius jangan sampai kau menyesal di akhir nanti."

"Sampai jumpa."

"Hm."

Sepeninggal Yunho dari rumahnya, Donghae kembali berpikir.

Kalau kau merasa tidak nyaman dalam suatu hubungan, maka tinggalkan dan cari yang lain...

Kata-kata Yunho masih terus terngiang di telinganya, Yunho benar sebagai laki-laki dewasa harusnya Donghae bisa mengambil sikap yang tegas. Tapi di samping itu, laki-laki dewasa menurut Donghae adalah laki-laki yang tidak mengambil keputusan terburu-buru. Apapun situasinya, Donghae harus mempertimbangkan segalanya dan membicarakan semuanya dengan Eunhyuk. Jika memang sudah tidak ada lagi jalan keluar, maka terpaksa hubungan mereka harus berakhir seperti ini.

Berakhir seperti ini?

Haruskah?

.

.


ooODEOoo


Setelah seminggu berkutat dengan ujian yang membuat kepala Eunhyuk pusing akhirnya hasil ujian mulai diumumkan dan di pajang di papan pengumuman utama. Junsu sudah berlari duluan menerjang segerombolan siswa yang sedang mencari nama juga peringkatnya, sementara Eunhyuk berjalan malas-malasan menuju papan pengumuman. Meski sudah belajar mati-matian sampai sakit kepala, Eunhyuk tetap tidak yakin dengan hasil ujiannya. 50 besar sulit sekali untuk di tembus, terlebih banyak siswa dari kelas 2-1 yang rata-rata pintar semua. Kalaupun Eunhyuk masuk ke daftar 50 besar, ia tidak mengharapkan apa-apa karena sesungguhnya ia belajar dan ingin masuk 50 besar adalah karena dorongan Donghae. Sekarang, Donghae hampir tidak pernah muncul di sekolah apa lagi yang Eunhyuk harapkan? 50 besar tidak ada artinya lagi.

"Lee Hyukjae?"

"Hm, aku."

Eunhyuk menunjuk mukanya sendiri ketika Kyuhyun yang juga ada dikerumunan menatap Eunhyuk dengan tatapan yang entahlah harus di sebut apa, biasanya dia tidak banyak berekspresi jadi ketika dia berekspresi Eunhyuk bingung harus menyebut ekspresi macam apa itu.

"Kau masuk 50 besar."

"Apa?"

Junsu dan Eunhyuk berseru hampir bersamaan, Eunhyuk berdesakan dikerumunan untuk mencari namanya. Dari nomor urut satu sampai sepuluh ia tidak menemukan namanya dan sampai di peringkat akhir—

"Kau peringkat 50!"

Tawa Junsu menggelegar, ia menunjuk papan pengumuman sambil memegangi perutnya. Belajar sampai tengah malam, sampai lupa makan dan minum ternyata hanya ada di peringkat 50. Tapi harus Junsu akui, Eunhyuk yang biasanya entah ada di peringkat berapa kini bisa menembus 50 besar.

"Kau pikir kau hebat? Kau ada di peringkat 38, sialan!"

"Setidaknya aku masih lebih baik darimu!"

"Kim Junsu sialan!"

Dari pada adu mulut dengan Junsu, Eunhyuk lebih memilih menghabiskan waktu santainya di atap. Suasana hatinya sedang tidak baik, adu mulut dengan Junsu hanya akan membuat emosinya semakin naik. Bisa-bisa Eunhyuk kena darah tinggi kalau harus adu mulut dengan Junsu di saat seperti ini.

"Saem?"

"Aku tahu kau akan ke sini."

Hati Eunhyuk seperti membuncah ketika melihat Donghae berbalik dan tersenyum padanya. Senyum yang sempat hilang itu kini kembali, angin dingin musim gugur tidak terasa dingin ketika mata Eunhyuk membingkai senyum Donghae dan mematrinya dalam ingatan.

"Peringkat 50, huh? Kau benar-benar melakukannya. Kerja bagus, selamat ya."

Jujur saja, Eunhyuk memang gembira melihat senyum Donghae kembali dan juga ia senang karena akhirnya ia bisa melihat Donghae lagi setelah sekian lama. Tapi ada satu hal yang membuatnya marah, setelah sekian lama mengacuhkannya Donghae malah bersikap seolah tidak terjadi apapun di antara mereka. Apa itu artinya Donghae sudah mengakhiri hubungan mereka?

"Bukankah kau bilang tidak ingin bicara denganku lagi? Kenapa tersenyum seperti itu?"

"Salahkah seorang guru tersenyum bangga melihat muridnya yang akhirnya bisa menembus 50 besar?"

"Guru dan murid? Oh, aku mengerti. Aku tidak ada artinya lagi untukmu."

Donghae terkekeh dan hal itu semakin menyulut amarah Eunhyuk. Bukan ini yang Eunhyuk inginkan. Baiklah, Eunhyuk memang rindu pada sosok dihadapannya ini tapi bukan seperti ini! Eunhyuk ingin kejelasan, Eunhyuk ingin tahu bagaimana perasaan Donghae yang sesungguhnya. Bila dia marah, maka Eunhyuk lebih suka Donghae memaki atau membentaknya. Bila Donghae tidak lagi menginginkannya, maka Eunhyuk lebih suka Donghae mencampakannya. Bila Donghae ingin mengakhiri hubungan mereka, maka Eunhyuk lebih suka Donghae berkata yang sujujurnya. Bukan seperti ini, tersenyum tanpa arti seolah tidak terjadi apapun di antara mereka.

"Tidak, kau memang tidak artinya lagi buatku."

Singkat tapi menusuk. Eunhyuk merasa kacau dan matanya terasa panas, sial! Kalau Donghae sampai melihat airmatanya jatuh, itu adalah hal yang paling memalukan! Eunhyuk berbalik hendak meninggalkan tempat itu sebelum airmatanya benar-benar jatuh. Inilah akhir dari semuanya, akhir dari sebuah mimpi indah. Sekarang Eunhyuk harus bangun dan menghadapi kenyataan.

"Yang berarti untukku hanyalah Lee Hyukjae yang manis, menyebalkan, galak dan selalu tersenyum. Lee Hyukjae yang selalu belajar sampai malam demi masuk 50 besar, Lee Hyukjae yang selalu berhasil membuatku tersenyum dan salah tingkah. Aku tidak mengenal Eunhyuk, aku tidak mengenal sosok mengerikan itu. Yang berarti untukku hanya Lee Hyukjae dan selamanya akan seperti itu."

Apa?

Dia sudah gila?

Dia mempermainkanku?

Eunhyuk berbalik dengan airmata yang bercucuran dipipinya, ia melangkah terburu-buru dan langsung mencengkram kerah kemeja Donghae.

"Kau—kau brengsek! Kau pikir semua ini lucu? Kau benar-benar brengsek!"

Donghae menghapus jejak airmata di pipi Eunhyuk lalu memeluknya dengan erat, lama-lama ia merasa bersalah. Mungkin candaannya tadi sedikit berlebihan sehingga membuat Eunhyuk sampai meneteskan airmata seperti ini, padahal ia sendiri tahu harga diri Eunhyuk sangat tinggi dan pantang menangis di hadapan orang lain.

"Maafkan aku. Aku bukannya tidak mau bicara denganmu, aku hanya tidak ingin bicara denganmu saat aku marah. Bukankah aku sudah pernah bilang? Aku tidak mau menyakitimu, itu sebabnya aku perlu waktu sendiri untuk memikirkan bagaimana kelanjutan hubungan kita. Setelah aku pikirkan lagi, aku tidak bisa kehilanganmu. Jujur aku marah, sangat marah padamu saat aku tahu ternyata kau pernah jatuh cinta pada Siwon dan bahkan dia adalah orang yang pertama kali menyentuhmu. Tapi setelah aku pikir-pikir lagi, Siwon hanya mengenal sosok Eunhyuk, yang pernah dia sentuh adalah Eunhyuk dan bukan Lee Hyukjae."

"Kau sedang berpidato atau menganalisis sesuatu? Katakan dengan kalimat yang mudah! Kau sendiri tahu aku tidak pintar."

"Eunhyuk adalah masa lalumu dan Lee Hyukjae adalah masa depanmu dan dirimu yang sesungguhnya. Tinggalkan masa lalu, lupakan masa lalu dan kita akan memulai sesuatu yang baru."

"Hanya itu?"

Alis Donghae bertaut, ia melepaskan pelukannya untuk melihat wajah Eunhyuk dengan jelas.

"Apa lagi?"

"Katakan sesuatu yang lain! Aku mencintaimu, aku menyayangimu, aku menginginkanmu atau apapun!"

"Kupikir kau tidak menyukai kata-kata sentimentil seperti itu."

Eunhyuk mendengus, suasana sudah mendukung. Keadaan mereka juga sangat memungkinkan tapi memang pada dasarnya Donghae kaku dan sialan, jadi mau suasana seromantis apapun dia tetap tidak akan bisa mengungkap perasaannya dengan benar.

"Sudahlah, mengharapkan sesuatu darimu hanya akan membuatku gila."

Tangan Donghae menarik pinggang Eunhyuk sampai mereka kembali berhimpitan dan tidak ada lagi jarak di antara mereka, Donghae lalu mendekatkan wajahnya pada wajah Eunhyuk, merasakan hembusan nafas Eunhyuk yang hangat dan sedikit tidak teratur. Bibir mereka akhirnya bertemu setelah sekian lama, Donghae memagutnya penuh afeksi dan melumatnya seakan hari esok tidak akan ada lagi. Menyalurkan seluruh rasa rindu dan luapan cintanya lewat sebuah ciuman lembut tanpa tuntutan.

Sementara tangan kanannya memegang pinggang Eunhyuk, tangan kirinya yang ada di tengkuk Eunhyuk turun ke bawah dan menelusup masuk untuk meraba seluruh permukaan kulit Eunhyuk yang halus. Di mulai dari perut hingga puncak dada Eunhyuk yang secara perlahan mulai menegang karena suntuhan sensual Donghae.

"Aku mencintaimu, menyayangimu, menginginkanmu. Cukup?"

Eunhyuk berdecih, meskipun Donghae sudah mengatakan apa yang ingin ia dengar tapi rasanya berbeda dengan yang ia bayangkan. Wajahnya terlalu datar untuk ukuran seseorang yang sedang jatuh cinta.

"Hyuk?"

"Hm?"

Rasanya aneh ketika Donghae memanggilnya seperti itu, tapi rasanya lumayan dan terdengar manis.

"Kau tegang."

"Oh, shit! Ini masih di sekolah."

Eunhyuk berlari meninggalkan atap, ia malu sekali ketahuan tegang padahal Donghae hanya menyentuhnya sedikit.

Memalukan sekali!

.

.


Pukul lima sore Donghae masih duduk terpaku di balik meja kerjanya, suluruh guru sudah pulang sejak sejam yang lalu, Donghae hanya tinggal seorang diri di ruangan itu. Pekerjaan yang ia tinggalkan selama hampir dua minggu bertumpuk dan Donghae harus menyelesaikannya sesegera mungkin, terlebih ia sekarang sudah menjadi guru tetap dan tanggungjawabnya sudah pasti semakin besar lagi. Donghae harus memeriksa semua makalah yang sudah di susun oleh siswanya, di tambah lagi ia juga harus mengisi raport murid-muridnya di kelas 2-1.

Ngomong-ngomong, suasana hatinya benar-benar sedang dalam keadaan yang luar biasa baik. Setelah bertemu dengan Eunhyuk dan bicara dengannya, semua terasa lebih ringan. Tidak di sangka pengaruh Eunhyuk dalam hidupnya begitu besar, Eunhyuk bisa membuatnya gila karena bahagia dan marah berlebihan karena cemburu. Eunhyuk benar-benar telah membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya hingga tidak bisa bangun lagi.

"Hai, Saem."

Donghae melepas kacamatanya begitu melihat Eunhyuk berdiri di ambang pintu dengan senyum khas seperti biasanya. Lelah yang tadi melandanya hilang begitu saja saat melihat Eunhyuk, ajaib.

"Masuklah, ada apa?"

"Sudah tidak ada siapa-siapa?"

"Tidak ada."

Eunhyuk berlari menghampiri Donghae langsung duduk dipangkuannya tanpa malu, ia juga mengecup singkat bibir Donghae dengan tangan yang melingkar di sekitar leher Donghae.

"Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba sekali?"

"Aku merindukanmu."

"Benarkah? Baguslah kalau begitu."

"Hm, Donghae."

"Hm?"

"Itu—"

Eunhyuk terlihat ragu-ragu, ia memainkan telunjuknya di dada Donghae membuat pola-pola aneh sambil menunduk. Eh, apa ini? Tidak biasanya Eunhyuk bersikap—sok—manis seperti ini.

"Apa?"

"Yang tadi, aku tidak bisa menyelesaikannya sendiri."

Dalam hati Donghae tersenyum puas, tidak usah dijelaskan pun Donghae sudah tahu kemana arah pembicaraan ini. Tapi Donghae sedang ingin main-main sekarang, ia ingin menggoda Eunhyuk dan membuatnya frustasi sampai memohon.

"Yang mana?"

"Itu—yang tadi."

"Yang mana? Katakan dengan jelas."

Tangan Donghae meraih tengkuk Eunhyuk dan mengelusnya dengan lembut, jemarinya memereteli kancing kemeja Eunhyuk dengan gerakan perlahan. Satu kancing, dua kancing dan berakhir di tiga kancing teratas kemeja Eunhyuk. Sengaja, Donghae memang hanya ingin menggoda Eunhyuk.

"Lanjutkan."

"Apanya?"

"Buka semua!"

"Apanya?"

"Kau menyebalkan, Lee Donghae!"

"Katakan apa yang kau inginkan."

Bibir Eunhyuk mengerucut, ia memukul lengan Donghae.

"Do me...do whatever you want to me. I want you."

"Hm?"

"Fuck me!"

Akhirnya kata-kata itu keluar juga dari mulut Eunhyuk, Donghae tersenyum puas sebelum memagut bibir Eunhyuk dengan bersemangat. Donghae memereteli kancing kemeja Eunhyuk sampai semua terbuka dan menampilkan kulit mulus Eunhyuk, ia merabanya tanpa melewatkan sedikitpun. Begitu sampai di puncak dada Eunhyuk, ia memilinnya dengan sedikit kasar.

"Nghno, Saem—please."

Eunhyuk melepaskan pagutan mereka dan mengerang sejadinya. Nikmat, sentuhan Donghae benar-benar nikmat dan membuatnya melayang. Donghae menurunkan Eunhyuk dari pangkuannya dan membaringkannya di meja kerjanya yang penuh dengan kertas dan map-map penting.

"Singkirkan."

"Apanya?"

"Kertas dan map itu."

Dengan gerakan terburu-buru Donghae merapikan seluruh kertas dan map yang berserakan di mejanya lalu menumpuknya menjadi satu di sudut mejanya, menyisakan ruang untuk Eunhyuk menggeliat nantinya. Setelah semua selesai, Donghae kembali memagut bibir Eunhyuk dengan kasar dan menuntut. Tangannya membuka resleting celana Eunhyuk dan menariknya hingga hanya menyisakan celana dalam putih milik Eunhyuk. Sebelum menarik kain terakhir yang menutupi bagian bawah Eunhyuk, Donghae terlebih dahulu membuka sabuk dan resleting celananya. Ia tidak mau repot dengan membuka kemeja dan celananya secara utuh karena ini bukan tempat yang nyaman untuk bercinta, jadi ia hanya membukanya sedikit asal ada celah untuk miliknya keluar nanti.

"Do it faster, Saem."

"Bahasa inggrismu semakin lancar, sayang."

Donghae menarik celana dalam Eunhyuk lalu memagut bibir Eunhyuk sekali lagi sebelum turun ke leher dan berakhir puncak dada Eunhyuk. Ia menghisap dan menggigitnya dan pelan sementara tangan kirinya mengarahkan miliknya untuk masuk ke dalam lubang senggama Eunhyuk.

"Ah! Saem—ngh, too much. Feeling Good!"

Bergumul di atas meja hingga matahari tenggelam dan akhirnya langit berubah menjadi gelap. Donghae masih saja menggerakan pinggulnya, menusuk titik terdalam Eunhyuk hingga Eunhyuk hanya mampu mengeluarkan pekikan kecil karena sudah tidak sanggup lagi menyuarakan kenikmatan yang melandanya. Apapun yang dilakukan Donghae pada tubuhnya membuat Eunhyuk terus mengerang dan mengadahkan kepalanya, bereaksi atas kenikmatan yang diberikan Donghae.

"Aku lelah."

Donghae tersenyum, ia menyingkirkan poni Eunhyuk ke samping agar bisa dengan jelas menatap matanya yang sayu. Setiap kali setelah bercinta, Donghae selalu menyukai dan mengagumi ekspresi Eunhyuk yang tampak sexy.

"Punggungku sakit!"

"Kau yang datang padaku duluan dan menggodaku."

Eunhyuk berdecih, entah sejak kapan Donghae jadi pintar merayu dan tatapannya itu kenapa bisa seliar itu? Dia tidak terlihat seperti laki-laki baik-baik ketika menatapnya seperti itu. Tapi tidak bisa Eunhyuk pungkiri, ketika Donghae melepas kacamatanya dan menatapnya dengan dalam seperti itu membuat Eunhyuk berdebar dan Eunhyuk suka di tatap seperti itu, tatapan yang posesif.

"Aku mencintaimu, Lee Hyukjae."

"Aku harus menunggu lama untuk mendengarmu mengucapkan kalimat itu dengan jelas. Bodoh!"

Haruskah aku berteriak di depan wajahmu agar kau tahu betapa aku mencintaimu?

Jangan pernah pergi lagi dariku...

Karena itu menyiksaku...

.

.


ooODEOoo


1 YEAR LATER...

"Selamat atas kelulusanmu."

Donghae memberikan karangan bunga pada Eunhyuk, bocah manis itu tersenyum menerimanya tapi kemudian pandangannya teralih ketika salah satu temannya memanggil namanya. Donghae berdecak, ia baru saja ingin memeluknya tapi kekasihnya itu sudah berlari duluan ke arah teman-temannya. Padahal hari ini Donghae sudah berdandan habis-habisan untuk menyambut pesta kelulusan Eunhyuk, ia berharap akan ada makan malam romantis dengan Eunhyuk setelah pengumuman kelulusan.

"Saem!"

Senyum Donghae kembali ketika melihat Eunhyuk berlari tergopoh-gopoh menghampirinya, sepertinya malam ini rencananya akan berjalan dengan lancar.

"Aku akan pergi minum-minum dengan teman-temanku!"

"Apa? Tapi—"

"Usiaku sudah legal sekarang dan ini terakhir kalinya aku menghabiskan malam dengan teman-temanku. Oh, aku akan mampir ke rumahmu setelah selesai dengan teman-temanku."

Yang bisa dilakukan Donghae hanyalah menghela nafas panjang, ia belum sempat mengatakan apa-apa dan Eunhyuk sudah kembali ke kerumunan teman-temannya. Tidak ada pelukan apa lagi kecupan. Well, Donghae tahu ini masih di sekolah, tapi apa salahnya dengan pelukan? Tidak akan ada yang curiga, orang hanya akan mengira Eunhyuk sedang berterimakasih pada gurunya. Sial!

"Kenapa dengan wajahmu?"

"Bukan urusanmu."

Di saat seperti ini Donghae sama sekali tidak ingin melihat Yunho. Jika tidak untuk membicarakan hal yang tidak penting, Yunho pasti ingin meledeknya.

"Tidak berhasil meniduri kekasih kecilmu, eh?"

"Jaga mulutmu!"

Donghae menutup mulut Yunho dengan tangannya lalu menyeretnya ke parkiran sebelum ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka.

"Ini masih di sekolah, sialan!"

"Tenang, bung. Kau tidak lagi berpacaran dengan anak di bawah umur, dia sudah dewasa dan sudah lulus sekolah."

"Sudahlah, aku tidak ingin bicara denganmu. Sampai ketemu di tahun ajaran baru, Jung Sonsaeng."

Hancur sudah rencananya malam ini. Donghae mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, tidak bisa ia pungkiri rasa kesalnya terus memuncak karena Eunhyuk lebih memilih teman-temannya dari pada menghabiskan malam romantis bersamanya. Begitu sampai di rumah, Donghae melepaskan setelan jasnya dan menggulung asal kemeja putihnya. Ia melirik jam dinding sekilas, baru pukul sebelas siang. Entah jam berapa Eunhyuk akan pulang.

Tidak ada yang bisa Donghae lakukan di rumah selain berbaring di tempat tidur dan melirik jam dinding atau jam tangannya, sudah pukul tiga sore dan belum ada kabar dari Eunhyuk. Donghae mengeluarkan ponselnya, ia menekan nomor yang sudah sangat ia hapal. Tidak ada jawaban, hanya nada sambung yang di akhiri dengan perintah meninggalkan pesan di kotak suara.

"Ah, bocah itu! Aku bisa gila karena menunggunya. Sebenarnya apa yang dia lakukan sampai tidak menjawab teleponnya?"

Akhirnya Donghae bangkit dari tempat tidur dan melemparkan ponselnya entah kemana, ia bosan menunggu di kamar jadi ia memutuskan untuk minum kopi sambil melihat pemandangan dari balkon. Siapa tahu dengan begitu waktu akan cepat berlalu dan Eunhyuk akan segera datang.

Satu jam, dua jam sampai tiga jam Eunhyuk belum juga datang. Donghae semakin frustasi, ia kembali masuk dan menutup pintu balkon. Karena tidak tahu harus melakukan apa, ia memutuskan untuk membaca Koran dan—

"Donghae?"

Akhirnya tepat pada pukul sembilan malam Eunhyuk datang dengan langkah yang sempoyongan. Donghae berpura-pura tidak peduli dengan terus membaca Koran, seolah ia tidak pernah menunggu kedatangan Eunhyuk.

"Hei, aku datang."

"Hm."

Donghae terus saja membalikan halaman Koran tanpa membacanya, ia hanya tidak ingin terlihat seperti kekasih yang menunggu kekasihnya dan hampir gila.

"Apa Koran itu lebih menarik dari pada aku?"

Eunhyuk menghampiri Donghae dengan langkah yang sedikit kaku dan masih sempoyongan, jemarinya melepaskan seragamnya lalu melemparkan Koran yang di baca Donghae.

"Kau hanya boleh melihatku."

"Kau mabuk, Hyuk!"

"Hm, aku mabuk. Mabuk karena minuman dan mabuk karenamu."

"Kau—"

Sebelum sempat Donghae berkata-kata atau lebih tepatnya mengomel, Eunhyuk sudah memagut bibirnya dengan kasar. Donghae tidak bisa menolak, ia membalas pagutan bibir Eunhyuk dan berusaha mendominasi.

"Kau benar-benar penggoda ulung."

"Do me, Hyung."

Donghae berdecih sebelum membawa Eunhyuk ke dalam kamarnya. Tidak ada makan malam romantis, tidak ada kencan romantis dan tidak ada kata-kata manis. Semua yang telah Donghae rencanakan kacau sudah dan akhirnya mereka bergumul di tempat tidur sampai pagi, sampai Eunhyuk tidak sanggup mengerang lagi.

Ketika pagi menjelang, Donghae mendapati seluruh isi kamarnya berantakan. Bisa di bayangkan betapa liarnya mereka semalam. Di sampingnya, Eunhyuk masih meringkuk di balik selimut. Bibir ripisnya bergerak-gerak lucu, mengundang Donghae untuk memagutnya.

"Pagi, sayang."

"Ugh! Kau menganggu tidurku."

Eunhyuk bangun dan bersandar di bahu Donghae, matanya setengah terpejam karena kantuk yang tidak bisa ia tahan.

"Ambil lah."

Mata Eunhyuk terbuka, ia memincingkan matanya untuk memastikan apa yang ada di tangan Donghae.

"Kalung?"

"Hm."

"Untuk apa?"

"Mengikatmu."

"Hm?"

Donghae berdecak karena Eunhyuk tidak juga mengerti.

"Si bodoh ini! Aku melamarmu bodoh!"

Tangan Donghae menarik lengan Eunhyuk, lalu memakaikan kalung berinisial itu di leher jenjang Eunhyuk.

"Kau yang bodoh! Mana ada melamar dengan kalung. Semua orang melamar dengan cincin!"

"Aku orang yang anti mainstream, sayang."

"Terserah. Hm? DH? Inisial namamu?"

"Bisa jadi, tapi sebenarnya itu inisial nama kita. Donghae & Hyukjae. Dengan begitu, semua orang akan tahu kau adalah milikku."

Eunhyuk mengulum senyumnya, pipinya merona merah tapi ia terlalu gengsi untuk memekik girang.

"Lalu, kapan kita akan menikah?"

"Tentunya setelah kau menyelesaikan kuliahmu."

"Ah, lama sekali! Bisa-bisa aku jatuh cinta pada orang lain!"

Mendengar kata-kata yang sedikit menyulut emosinya, Donghae menerjang Eunhyuk lalu menindihnya. Berani sekali berkata begitu di depan wajahnya, bocah ini benar-benar ingin celaka.

"Kau ingin celaka?"

"Aku memang sedang berniat celaka hari ini."

Donghae menggelitik pinggang Eunhyuk sebelum memulai ciuman panjang yang di akhiri dengan desahan panjang Eunhyuk. Akhirnya pagi itu mereka habiskan dengan kegiatan panas, melanjutkan sisa semalam.

Tidak perlu kata-kata manis, tidak perlu perlakuan romantis. Kau hanya perlu memandang ke arahku dan sebut namaku, maka aku akan selalu berada di sampingmu sampai kau tidak menginginkan kehadiranku lagi.

Aku mencintaimu...

Selamanya hanya mencintaimu...

.

.

END


BIG THANKS TO:

Lee Haerieun, NicKyun, guixianstan, dekdes, ahahyuk, Eunri, Haehyuk546, mizukhy yank eny, megajewels2312, siti sisun, Cique, akuu, FN, ChoYenie94, ren, Namekeysha nada, minmi arakida, eunhyukuke, RieHaeHyuk, abilhikmah1, kakimulusheenim, Miss Chocoffee, kajaee, NamXena, HHSHelviJjang, nyukkunyuk, Tina KwonLee, babyhyukee, meyidhae, jewELF, oelum96, Arum Junnie, isnadhia, isroie106, depirizqhadiechipie, aiyu kie, danactebh, PurpleLittleCho, nurulpputri, haehyukiddo, alipp, nanaxxzzz, tiwiepratiwierafdie, 25jewels, reiasia95, mankhey, HAEHYUK IS REAL, kartikawaii, Haehyuk546, isnadhia, lee ikan, hyona, haeveunka, hyukjae86, babyhyukee, Haehyuk546, ryesung, ChoChoi, NovaPolariself, Aiko Michishige, Min Hwa, ulzzleyna, Misshae d'cessevil, chowlee794, unyokuni, egaeunsuk1, Chojungie9, lala, metroxylon, FishyHaeHyuk, Polarise437, taroxxi, hyukkitty, jewel0404, haehyuk96, raehyuk98, ceekuchiki, haeveunka, jihyuk44, hunhun, BkSuzy, maya han, Always HaeHyuk, Nakamichan, nemonkey, Melaststar, mankhey, Chris M Hwang, lastsweetpoetry, few90, Anissa Jung, still, ratu kyuhae, LookAtHYouk, bubbleshae, haehyukdaught, fishy1510, para guest dan semua orang yang mengapresiasi fanfic ini

.

.

Hai~ maaf update lama...maaf juga kl di chapter ini gak sesuai harapan kalian dan berantakan krn gak di edit sama sekali...maaf ya sekali lagi maaf karena saya sibuk terus di kantor belum lagi baru-baru ini nenek saya masuk rumah sakit jadi saya makin sibuk dan pikiran kacau banget...maaf ya menunggu lama...

Maaf kalau mengecewakan, next fanfic saya akan berusaha lebih baik lagi...maaf juga krn gak bisa nyebutin thanks to krn waktunya mepet...ini saya update di tengah2 jam kerja...mungkin besok baru di update thanks to nya ya ^^

Saya bener2 sangat amat berterimakasih sama yang selalu review meski gak bisa balas satu2...terima kasih juga sama yg selalu nyemangatin di mention, dm dan pm...duh kalian berarti banget buat saya T_T sampe gak tau harus berterimakasihnya gimana...kalian bener2 penyemangat saya untuk tetep nulis :) pokoknya makasih banyak untuk kalian semua :)

Sekali lagi maaf kl ceritanya berantakan...saya sudah berusaha sebak mungkin untuk menulis cerita yg bagus...maaf juga kl berantakan krn gak saya edit...sekali lagi maaf maaf maaf dan terima kasih semua ^^

Last, Review please?

.

.

With Love,

Milkyta Lee