Title: Why?

Author: LoveHyunFamily / OvieKim_

Pair: TaoRis and other

Genre: Romance, Sad(mungkin)

A/N: Holaaaa~~! Saya author baru akhirnya publish FF saya. Sebenernya ini FF kedua, FF pertama saya castnya KaiSoo, ntar di share deh saya coba-cova update yang ini dulu.

Akhirnya bikin TaoRis juga. Ya, walaupun Kris udah gak aktif di EXO lagi, tapi saya tetap bikin. Alasan saya sih di FF ini Cuma Tao ama Kris yang cocok jadi karakter di FF ini. Ini murni dari hasil Imajinasi saya sendiri lho. Maap bila judul gak sesuai sama cerita nya, maklum author juga manusia. Gak ada Summary, saya gak tau Summary nya apaan, langsung aja dah.

Warning! Yaoi, Bahasa Kekanakan, Alur Kecepatan, Yang enggak suka silakan out.

If You Don't Like. Don't Read!

Happy Reading

Sunday, 06.00 KST

Terlihat siluet tinggi dan tegap sekitar20 tahunan sedang berjalan-jalan dengan santai nya. Jogging mugkin, well bisa kita bilang begitu. Kita sebut saja namanya Wu Yi Fan. Seorang keturunan berdarah China-Kanada. Dia berada di Seoul karena ikut Appa nya yang sedang bekerja dan dia beralasan ingin liburan. Bukan Wu Yi Fan namanya kalau tidak ada alasan.

Yifan terlihat berhenti dari jogging nya. Dan bisa kita lihat mata nya menuju kearah salah satu kerumunan.

"Jogiyo? Ada apa ya Ahjumma?" Tanya Yifan pada salah satu wanita paruh baya yang juga sedang ada dikerumunan itu.

"Kata nya sih ada orang gila ngamuk" sahut wanita itu.

"Orang gila? Kenapa bisa? Apa dia kabur?"

"Tidak. Ia gila karena Perusahaan Ayah nya bangkrut dan terlibat banyak hutang dengan perusahaan lain. Lalu para penagih mengejar-ngejar Ayah nya dan sampai Ayah nya bunuh diri karena itu. Dan Ibu nya pun sudah meninggal satu tahun lalu. Mungkin dia juga mengalami sedikit gangguan setelah kejadian itu" sahut wanita paruh baya yang lainnya panjang lebar dan Yifan hanya mangut-mangut tanda mengerti.

"Kau orang baru? Kudengar kau tadi bicara tidak terlalu lancar berbahasa Korea" Tanya wanita itu lagi.

"Ah, Ne Ahjumma. Saya dari China. Saya kesini hanya liburan saja dan…" Yifan berbicara sambil melihat kearah pusat kerumunan dan sontak terbelalak. Orang gila yang dimaksud wanita-wanita ini adalah.

TAO

"Tao.." lirih Yifan

"Kau mengenal anak it- Hey!" tidak sempat wanita itu bertanya. Yifan sudah berlari kearah sang objek kerumunan.

Huang Zi Tao. Anak tunggal dari Tuan Huang dan akan menjadi pewaris perusahaan selanjutnya. Namun melihat kondisi nya yang seperti ini mungkin itu tidak akan terjadi.

Dan hubungan nya dengan Yifan hanya sebatas teman. Ya, teman karena Appa mereka masing-masing yang cukup bersahabat. Tapi tidak bagi Yifan. Yifan sudah lama menyukai Tao semenjak mereka bertemu, namun sayang itu tidak diketahui oleh Tao sendiri.

"Tao!" teriak Yifan.

"Maaf tuan! Anda tidak boleh berada disini" tegur salah seorang petugas yang membawa Tao.

"Argh! Kurang ajar! Tao tidak gila! Ia hanya trauma. Ssh lepaskan brengsek! Biar aku melihat Tao" berontak Yifan.

"Tidak Tuan" tolak petugas tersebut.

"TAO! Hey! TAO!" teriak Yifan sebisa mungkin agar yang dipanggil mendengar. Dan sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Yifan. Tao mendengarnya.

"Yifan…" lirih Tao. Namun Yifan dapat menangkap apa yang diucapkan Tao walaupun tidak mendengar. Tapi Yifan bisa menangkapnya dengan gerakan mulut Tao.

"Ya Tao! Ini aku Yifan!" balas Yifan sembari tersenyum.

Tao yang melihat Yifan pun segera berontak dari genggaman para petugas yang memegang nya. Terlihat Yifan yang khawatir dengan Tao. Dan akhirnya genggaman Tao dari petugas pun terlepas dan segera berlari kearah Yifan. Yifan pun dengan senang hati menyambutnya.

"Yifan! Tolong katakan pada mereka bahwa aku tidak gila! Iyakan Yifan? Aku tidak gila?" bisik Tao pada Yifan. Namun Yifan dapat menangkap nada ketakutan dan frustasi di kalimat tersebut. Yifan hanya dapat mengusap-usap punggung Tao dengan lembut dan mengucapkan kalimat-kalimat penenang agar Tao sedikit lebih tenang. dan benar saja Tao lebih tenang sekarang. Selanjutnya Yifan menyuruh para petugas dan para warga bubar. Awalnya para petugas menolak. Namun melihat Yifan yang menatapnya tanpa ekspresi. Langsung saja para petugas bubar.

Tao terlihat sangat tenang sekarang. Dan Yifan yakini Tao kelelahan karena banyak berontak pada petugas tadi—pikirnya.

"Tao" panggil Yifan. Masih dalam pelukan Yifan. Tao tidak bergeming. Dugaan Yifan adalah mungkin Tao tertidur. Dan dugaan Yifan tersebut adalah salah besar. Saat Yifan ingin melepaskan pelukannya. Tao malah semakin mengeratkannya. Yifan hanya tersenyum maklum melihat reaksi Tao.

"Jangan dilepas Yifan.. hh.. A-aku.. aku takut kalau mereka menangkap ku lagi.. aku.."

"Sshh… sudah tidak apa-apa. Ada aku. Tenang saja. Kalau sampai mereka melakukannya lagi. Akan ku hajar mereka semua. Arra" tenang Yifan.

Kembali, Tao tidak menjawab dan tidak bergeming. Yifan tidak tahu harus berbuat apa. Ditengah jalan dan kau sedang berpelukan layaknya patung.

"Tao" panggil Yifan. Dan lagi, Tao tidak menjawab.

"Tao-ie" panggil Yifan tidak menyerah. Yifan tau menangani orang sedikit 'trauma' bukan hal yang mudah. Yifan tidak mau menyebut Tao itu adalah orang gila yang seperti orang-orang katakan. Menurut Yifan, Tao tidaklah gila. Ia hanya sedikit 'trauma'.

"Tao?" panggil Yifan sekaligus bertanya.

"Mmm~" gumam Tao. Yifan bersyukur Tao mau menjawabnya.

"Kita pulang ya" ajak Yifan. Seketika mata Tao melebar dan tubuhnya menegang seketika mendengar kalimat ajakan Yifan. Yifan dapat merasakan tubuh Tao yang tiba-tiba menegang namun tidak melihat mata Tao yang semakin lebar.

Pulang?

Kerumah?

TIDAK!

Tao tidak ingin pulang kerumahnya lagi. Itu akan membuatnya seperti ini terus.

"Tao."

"ANDWAE!" teriak Tao tiba-tiba. Warga yang tadinya berada dirumah masing-masing. Kini berada di beranda nya dan menatap khawatir sekaligus iba pada Yifan. Yifan hanya tersenyum hangat dan menempelkan jari telujuknya ke bibirnya agar tidak ada yang ribut dan sekaligus menjesakan semuanya akan baik-baik saja

"ANDWAE! ANDWAE!" gumam Tao sembari menggelengkan kepala nya dengan cepat dan makin mengeratkan pelukannya terhadap Yifan.

"Sstt.. Kau tidak akan pulang kerumahmu. Tapi ke apartemen ku" jelas Yifan. Dan Tao hanya mengangguk tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

.

.

.

.

.

Hari pun menjelang malam. Tao sedari sore sudah tidur dengan nyenyak nya di apartemen Yifan. Ya. Apartemen Yifan. Yifan hanya tinggal di apartemen nya sendirian yang alasan nya entah apa(Jeong pun tak tahu) #PLAK

Dan Tuan Wu pun hanya bisa pasrah dengan kehendak anak nya itu. Biasanya Tuan Wu akan berkunjung ke apartemen anaknya setiap hari minggu.

Tunggu. Hari Minggu.

Berarti.

HARI INI!

Yifan gelagapan setelah tahu bahwa hari ini Appa nya akan datang. Yifan hanya memijit pelipis nya sebentar agar rasa sakit dikepala nya hilang. Baru saja seharian Yifan menghabiskan waktunya untuk 'mengobati' Tao dari rasa Trauma nya.

Teng.

Nah, itu Tuan Wu datang. Dengan wajah tenang nya Yifan membukakan pintu buat sang Appa.

Setelah cukup lama berbincang dan memeriksa beberapa ruangan. Tuan Wu akan pulang ke apartemen nya sendiri. Namun sebuah suara yang memanggil Yifan sedikit membuat Tuan Wu curiga. Dan Yifan pun hanya menunjukan cengirannya.

"Siapa itu?" selidik Tuan Wu kepada Yifan.

"Ehehe… Teman ku Appa. Menginap" Sahut Yifan

"Benarkah? Apa dari China juga? Sejak kapan kau punya teman di Seoul? Lalu kenapa dia menginap diapartemen mu? Apa dia tidak punya tempat tinggal?" Tanya Tuan Wu dengan sekali tarikan nafas.

"Yifan-ge~!" teriak seseorang lebih tepatnya Tao.

Tuan Wu pun makin menyudutkan Yifan untuk minta penjelasan lebih lanjut.

"Oke oke baiklah. Appa tolong jangan menyudutkan ku seperti ini" tenang Yifan. "Hhh… Itu Tao Pa." jelas Yifan akhirnya.

"Tao?" Tuan Wu berusaha mengingat-ingat.

"Yifan-ge!" teriak Tao lagi. Namun kali ini kedengarannya, suara Tao sedang tidak dalam keadaan baik.

"Lebih baik Appa ikut denganku" Ajak Yifan dan Tuan Wu hanya menggiring.

"Yifan-ge~ Hiks" lirih Tao sembari memeluk lututnya sendiri. Setelah masuk langsung saja Yifan memeluk tubuh Tao yang sudah mulai bergetar.

"Sstt.. Aku disini Tao. Aku disini" tenang Yifan sambil mengusap punggung Tao.

"Hiks. Yifan ge jangan pergi. Jangan tinggalkan aku. Jangan-"

"tidak. Aku tidak akan meninggalkan mu Tao" potong Yifan.

"Tao" panggil Tuan Wu. Tuan Wu yang sedari tadi penasaran pun akhirnya membuka suara.

Tao tidak menjawab dan tetap memeluk Yifan erat.

"Tao. kau Huang Zi Tao anak dari perusahaan Huang itu?" Tanya Tuan Wu.

"…." Tak ada jawaban yang diberikan Tao. Dan Yifan yakini Tao tertidur lagi karena Yifan mendengar nafas Tao yang tenang.

"Dia tertidur Appa"

"Yifan. Kenapa Tao bisa ada disini?" Tanya Tuan Wu penasaran.

"Cerita nya panjang Appa" jawab Yifan.

"Ceritakanlah"

"Tapi Appa kan mau pulang?" Tanya Kris. "Nanti terlalu larut" lanjutnya.

"Sudahlah tak apa. cepat ceritakan"

Dan jadi lah malam itu Yifan menceritakan semuanya dengan detail tanpa ada yang terlewat. Dan akhirnya. Dimalam ini lah Yifan mengakui diri nya menyukai Tao kepada sang Appa. Awal nya Tuan Wu menentang perasaan Yifan itu. Namun Yifan meyakinkan Appa nya bahwa dia sanggup bersamanya.

"Lagipula Tao tidak mau dengan siapa-siapa selain aku Appa" terang Yifan "Appa saja lihat kan tadi? Dia hanya memanggil nama ku" lanjut Yifan dengan wajah meyakinkan. "Aku yakin dia bisa mencintai ku Appa" Tuan Wu hanya menghela nafas mendengar perkataan anak nya itu.

"Baiklah. Kalau begitu. Appa mendukungmu Yifan. Tapi kalau ada apa-apa telepon saja." Jawab Tuan Wu akhirnya. "Appa akan pulang ke China Minggu depan. Apa kau ikut?" Tanya Tuan Wu.

"Tidak. Aku akan menyembuhkan Tao dari Trauma nya dahulu. Kalau dia sudah sembuh baru aku akan pulang bersamanya" tolak Yifan dengan halus.

"baiklah. Hati-hati"

"Hati-hati kenapa? Seharusnya Appa yang hati-hati karena pulang terlalu larut seperti ini" jawab Yifan dengan sedikit/? Candaan. Tuan Wu tidak menjawab dan menatap Yifan dengan muka tanpa ekspresi nya. Yifan jadi salah tingkah sendiri,

"Ekhem. Baiklah. Hati-hati Appa" ucap Yifan pada akhirnya dan langsung menutup pintu dengan tidak sopannya namun tetap pelan.

"Hh~. Dasar" dan akhirnya pun Tuan Wu meninggalkan apartemen Yifan.

.

.

Yifan masuk kekamarnya. Tidak. Lebih tepatnya di kamar Tao tidur tadi. Yifan berbaring disebelah Tao dengan bertumpu tangan dan menyibak rambut Tao yang sedikit menutupi mata nya dengan pelan.

"Hh.. Tao-ie. Mengapa kau jadi seperti ini um?" Tanya nya pada Tao. Namun pasti tidak ada jawaban sudah dengan Tao yang tertidur seperti itu.

"Kau tahu? Aku merindukan mu seperti dulu. Tidak seperti ini yang selalu menangis dan berteriak." Yifan enghela nafas saat itu untuk menjeda kata-kata nya.

"Tao. Cepatlah sembuh" dan diakhiri Yifan dengan mengecup kening nya sebentar. Lancang memang. Belum apa-apa sudah cium-cium. Tapi bagaimana lagi. Hati kecil Yifan yang menyuruh. Dan Yifan pun tertidur.

.

.

.

.

.

"Hhh!" kejut Tao saat bangun dipagi hari. Entah apa yang dimimpikannya semalam. Namun hal itu membuat Tao terbawa sampai ke alam nyata.

Yifan!

Hati Tao berucap.

"Yifan ge!" teriak Tao. Tidak ada jawaban.

"Yifan ge!" ulang Tao.

Kalut sudah pikran Tao kemana-mana saat Yifan tidak menjawab nya juga. Tao melangkah keluar saat dirasa tubuh nya sedikit ringan. Dan melihat kesekitar. Sepi. Kemana Yifan? Tanya Tao dalam hati.

"Yifan ge!?" panggil Tao. Dan berhasil! Yifan keluar dari kamar mandi.

"Iya Tao. Ada apa?" jawab Yifan. Berkaca-kaca lah mata Tao saat melihat Yifan. "Tao? Waeguraeyo?" Tanya Yifan saat melihat mata Tao.

GREBB

"Kupikir kau meninggalkan ku Yifan ge" pernyataan Tao membuat kening Yifan mengkerut. Tao sudah sembuh dari Trauma nya? Tapi Yifan sedikit bersyukur. Jadi Ia bisa mengobrol sedikit dengan Tao nantinya.

"Eoh? Kenapa kau berkata begitu? Aku membawa mu ke apartemen ku bukan untuk meninggalkan mu" jawab Yifan.

"Tapi kau sungguh tidak akan meninggalkan ku suatu saat nanti kan? Aku masih takut" bibir Tao mengerucut. Nah inilah yang Yifan sukai dengan Tao.

"Tidak akan Tao" peluk Yifan lagi. "Sekarang bagaimana kalau kau mandi dulu? Lalu kita sarapan" janjut Yifan dan diangguki oleh Tao.

.

.

.

.

.

Yifan sedang menunggu Tao di ruang Televisi sembari menontonnya(Menonton TV maksudnya). Dan Tao dikamar mandi pun sudah berpakaian lengkap. Namun pikiran nya tiba-tiba di hantui oleh orang-orang itu lagi. Para penagih dan para petugas yang membawanya tempo hari.

"Arrghh!" erang Tao. Yifan yang mendengar pun segera berlari kearah kamar mandi dan mengetok-ngetok pintu nya.

"Tao! Tao! Ada apa!?" panic Yifan. Namun yang didengar Yifan erangan dari mulut Tao lagi.

"Yifan ge~ Hiks. Andwae! Andwae!" Yifan makin panic mendengar nya.

BRAKK

Yifan mendobrak pintu kamar mandi nya dan menghampiri Tao yang meringkuk di dekat pintu yang terus-terusan menggumamkan 'Andwae'. Yifan pun langsung memeluk tubuh Tao.

"Hiks… Hiks…" isak Tao tertahan saat dilihatnya Yifan yang memeluknya.

"Sudah Tao. Tidak ada apa-apa disini. Ada apa eum?" Tanya Yifan sembari menenangkan Tao lagi. Tao hanya menggeleng-gelengkan kepala nya secara brutal. Tak sadar Yifan pun menjatuhkan liquid bening yang sedari tadi menumpuk dimata nya.

"Tao-ie. Sudahlah tidak ada apa-apa. Ada aku disini, tak perlu takut" kata-kata Yifan diselingi isakan nya yang ditahan. Tao yang mendengarnya pun menghentikan gelengan kepala nya dan menahan tangis nya sesegukan. Lalu Tao pun mendongakkan kepala nya untuk melihat wajah Yifan. Seketika pikiran Tao yang dibayangi oleh orang-orang tadi menghilang. Entah dapat keberanian dari mana dan pikiran dari mana, Tao mendekatkan wajah nya ke wajah Yifan dan-

CHU~

Yifan terbelalak setalah apa yang dilakukan Tao barusan. Memang hanya mengecup namun itu sukses membuat Yifan terkejut setengah mati.

"T-Tao?"

"Ge. Kenapa menangis?" Tanya Tao sambil menatap manik coklat Yifan. Yifan kehabisan kata-kata saat ini. Apa yang akan dijawab nya?

"Tidak apa-apa Tao. Gege hanya takut saat kau tiba-tiba berteriak tadi" jawab nya sembari tersenyum meyakinkan pada Tao. "Baiklah. Apa kau siap. Kita sarapan pagi ini. Kau mau makan dimana?" Tanya Yifan. Sementara Tao sudah terlihat baik-baik saja. 'cepat sekali berubahnya' batin Yifan.

"Tao sedang ingin makan Bulgogi ge." Jawab Tao dan diangguki Yifan.

.

.

.

.

.

"Ah! Kenyangnya. Gomawo ge!" riang Tao sesudah makan. Yifan senang kalau setiap hari Tao seperti ini. Dan dihapuskan oleh semua bayangan yang ada di otak Tao. Hmm… dihapuskan. Yifan langsung mendapat ide setelah nya. Mengikutkan Tao terapi agar dia tenang.

Great.

Yifan rasa itu ide yang bagus. "-iya kan ge." Tao menatap Yifan setelah berkata demikian. Namun yang didapat Tao adalah Yifan yang sedang senyum-senyum menatapnya.

"Ge!" tegur Tao. Tersadarlah Yifan dari lamunan nya. Tao yang melihat Yifan yang sudah focus menatap nya pun segera bertanya apakah dia melamun.

"Ah. Tidak Tao. Aku tidak melamun." Sergah Yifan tenang. Namun dibalas Tao dengan deathglare imut nya yang membuat Yifan ingin menerjang nya saat itu juga. Tapi tenang, akal sehat Yifan masih berfungsi. "Hey! Kenapa kau memasang tampang imut seperti itu eoh?" Tanya Yifan yang membuat Tao membulatkan mata nya.

"Yak! Aku tidak memasang wajah imut. Kau tahu?" Tao mengucapkan itu dengan nada tinggi. Sontak saja mereka mengalih perhatian para pengunjung di restoran itu.

'Sepasang kekasih bertengkar?'

'Ada apa sih?'

'Mengganggu saja'

Begitulah bisikan para tamu disitu terhadap Tao dan Yifan. Tao yang merasa pun segera menutup mulutnya rapat-rapat sembari memukul kepala nya dan menggumam 'pabbo'. Yifan pun berdiri dan membungkukkan badan nya seaya meminta maaf pada para pelanggan.

Setelah Yifan duduk. Ia melihat Tao yang masih saja memukulkan tangannya ke kepala nya sendiri.

"Hey. Jangan lakukan itu lagi. Sudah tidak apa-apa. Lihatlah." Perintah Yifan. Tao pun menyapukan mata nya ke seluruh ruangan. Dan benar saja sudah tidak ada yang membicarakan nya lagi—menurut Tao. Tao hanya menundukkan kepala setelah itu merutuk dirinya sendiri. Yifan hanya tersenyum melihat nya. Lalu terlintas lah sebuah kejahilan di otak nya.

"Hey Tao. Kau dengar tidak apa kata orang tadi? Yang kata nya Sepasang Kekasih. Kau berfikir apakah kita terlihat sebagai sepasang kekasih begitu?" Tanya Yifan.

BLUSH

Entah datang dari mana, jantung Tao berdetak dua kali lipat dari batas normal. Dan pipi nya pun memerah dengan mata yang melebar.

Gugup?

Kenapa? Tanya Tao pada diri nya sendiri.

"M-mwo? S-sepasang Kekasih? A-apa-apaan itu?" Yifan tersenyum nakal saat menyadari nada kegugupan dari Tao. Tao yang melihat smirk Yifan pun makin merah lah pipi nya. 'Kenapa dia terlihat tampan saat seperti itu? Astaga Tao! Apa yang kau pikirkan eoh' batin Tao.

"Menurutmu bagaimana kalau kita benar-benar jadi sepasang kekasih?" Tanya Tao sembari duduk mendekati Tao. 'ada apa dengannya? Apakah pelayan tadi memasukkan sesuatu didalam makanannya? Ya ampun kenapa tubuh ku tidak bisa bergerak?' seakan mati rasa Tao berusaha untuk bergerak menjauhi Yifan yang semakin menempel padanya sampai-sampai keringat dingin mengalir dari kepala nya.

Yifan yang melihat nya pun salah sangka. Dia kira Tao kembali dibayangi oleh orang-orang itu. Segera lah Yifan mengambilkan tisu untuk mengelap keringat Tao yang terjatuh dengan tergesa-gesa.

"Tao? Ada apa eoh?" panik Yifan. Tao yang merasakan nada ke khawatiran dari Yifan pun langsung tenang—sedikit takut juga saat mendengar nada bicara Yifan– dari ke tegangannya.

"E-eh? Tidak ada apa-apa ge" sahut Tao.

"Syukurlah. Ku kira kau akan kambuh lagi" Yifan pun memeluk Tao. Tao merasa nyaman saat Yifan memeluknya seperti ini.

.

.

.

.

Malam pun tiba. Yifan dan Tao—lebih tepat nya Tao saja, menonton sebuah kartun. Kartun favorite Tao. Yifan sedang membaca salah satu majalah favorite nya juga, alih-alih nonton kartun lebih baik baca majalah—ujar nya. Suasana sepi dan terasa nyaman, hingga tiba-tiba.

"Eungh." Erang Tao sembari memegang kepala nya. Segera Yifan menoleh kearah Tao.

"Tao. Wae?" Tanya Yifan takut-takut. Dan hanya dibalas gelengan oleh Tao.

"Tidurlah sekarang. Sudah larut." Suruh Yifan, namun dibalas gelengan lagi.

"Why?" alis Yifan mengkerut mendengarnya.

"Apa maksudmu Tao? Gege tidak mengerti." Jawab Yifan. Yifan merasa aneh dengan Tao.

"Why ge? Why?" Tanya Tao lagi, namun kali ini Tao seperti hendak menangis. Kenapa apanya? Batin Yifan.

"Gege benar-benar tidak mengerti apa maksudmu Tao. Cepatlah tidur sekarang. Aku tahu kau kelelahan. Kajja" ajak Yifan sembari menuntun Tao ke kamar. Tao hanya diam dan mengikuti Yifan yang membawa nya.

"Tidurlah. Besok kau mau kemana? Gege akan membawa mu. Jaljayo" dan diakhiri senyuman 1000 volt milik Yifan.

Deg

Deg

Deg

Tiba-tiba Tao merasa tubuh nya kembali menegang dan merasa wajah nya memanas. Perasaan ini lagi batin Tao.

Tes

Hujan? Bukan. Itu Tao yang menangis. Pabo! Tao Pabo! Kenapa kau menyukai orang yang tidak menyukai mu? Dan juga siapa yang menyukai ku? Aku ini gangguan jiwa! Tidak ada yang suka dengan mu Tao. Berhenti lah menyukai-nya. Ia hanya kasihan kepada mu yang sangat bodoh ini. Tidak lebih. Batin Tao dan akhirnya tertidur setelah sedikit menangis.

Yifan mendudukkan dirinya disofa tadi. Kata-kata Tao masih terngiang-ngiang dibenaknya. Ada apa dengan Tao? Itulah kata yang selalu ada di dalam hatinya. Dia bingung.

Sangat bingung. Tidak biasa nya Tao bertanya. Apakah Tao sudah lebih baik dari sebelum dia bertemu?

Ah sudahlah. Yifan sudah tertidur sekarang.

.

.

.

.

Hari-hari pun berlalu seperti biasa. Yifan mengajak—lagi– Tao jalan-jalan kemana Tao ingin. Tao juga sudah tidak terlalu takut lagi. Sehari mungkin satu dua kali saja bila dia kembali dibayangi oleh masa lalu nya. Dan Yifan akui dia tidak perlu memasukkan Tao ke Terapi.

Yifan sedang mengendarai mobilnya untuk menyenangkan Tao. Dan Tao menikmati pemandangan jalanan yang penuh dengan lampu-lampu disekelilingnya hingga-

"Ge?" Tanya Tao.

"Ya? Ada apa?" Tanya Yifan tanpa mengalihkan pandangan nya ke jalanan.

"Eum. Tidak jadi"

"Tidak jadi? Emang nya ada apa? Kau lapar? Tapi tadi kan kita baru makan. Atau kau mau kesuatu tempat? Kau bosan? Oh atau k-"

"Tidak ge, bukan itu" putus Tao.

"Lalu apa?" Tanya Yifan.

"Boleh aku bertanya?" Yifan terkikik mendengarnya. Oh ayolah sejak kapan Tao terlihat ragu seperti ini?

"Tentu saja Tao" jawab Yifan.

"Ge. Why?" Tanya Tao sedikit ragu mengucapkannya. Yifan langsung merubah mimic wajahnya. Tao sedikit takut melihat perubahan Yifan. Yifan langsung menepikan mobilnya dan berbalik menatap Tao.

"Tao. beberapa hari yang lalu kau juga bertanya begitu. Sebenarnya pertanyaan apa itu? Aku sungguh tidak mengerti" Tao diam tak bergeming.

"Tao jawab aku. Apa maksudmu eoh?" Tanya Yifan sedikit meninggi. Kepala Tao makin menunduk mendengarnya.

"Ge. Why?" Tanya Tao lagi berbisik pada dirinya sendiri. Namun masih bisa didengar Yifan. Yifan berfikir, Tao kembali dalam masa trauma nya.

"Hhh… Aku tidak akan menjawabnya kalau kau tidak bertanya sungguh-sungguh dan bertanya hanya dengan kata 'Why' seperti itu. Kita pulang." jawab Yifan dan kembali menjalankan mobilnya.

Orang seperti Tao tidak bisa dibentak dan dimarahi. Yifan hanya bersabar untuk menghadapinya. Agar Tao mencintainya. Yah setidaknya itulah yang diharapkan Yifan. Yifan tidak tahu saja padahal Tao juga sudah mencintai nya.

Tao juga diam tak bergeming. Tao meyakinkan dirinya untuk bertanya sekarang juga. Kalau tidak sekarang kapan lagi kan? Namun setelah dia sedikit melirik Yifan yang tengah konsentrasi dengan wajah tampak frustasi nyali Tao hilang seketika. Baiklah aku akan bertanya. Kau pasti bisa Tao, pasti Batinnya meyakinkan diri sendiri.

"Ge. Kenapa? Kenapa kau mau membawaku saat orang-orang sedang menangkapku? Kenapa kau mau menolongku? Dan membawa ku ke apartemen mu? Padahal aku sering membuat mu repot dengan semua yang ada pada diriku. Dan kenapa kau begitu…" Tao menahannya sebentar dan menarik nafas dalam. "…baik padaku?" itulah pertanyaan yang selama ini ingin dia tanyakan pada Yifan.

Bukannya Tao tidak senang tinggal dengan Yifan. Dia sangat senang malah namun Tao takut Yifan akan membencinya suatu saat dan meninggalkannya. Takut? Tentu saja. Tao tidak punya siapa-siapa lagi sekarang.

Yifan kembali menepikan mobilnya lagi. Yifan memejamkan mata nya dan menarik nafas dalam. Meresapi ucapan Tao. Ya Tuhan. Apa yang harus ku jawab? Batinnya.

"Tao mau tahu jawabannya?" Tanya Yifan dan tentu saja Tao mengangguk. "Jika gege menjawab yang sebenarnya apakah Tao akan membenci gege?" Tanya Yifan lagi dan disahut gelengan Tao.

Bagaimana aku mau membencimu. Kau sudah menolongku ge. Batin Tao.

"Kau tahu kenapa aku menolongmu pada hari itu?" diam, Yifan maupun Tao sama-sama diam. "Apa kau tidak merasakan sesuatu disini?" Tanya Yifan lagi menunjuk dada kiri nya, Tao mengerutkan alisnya pertanda dia sedang bingung, dan Yifan tahu itu.

"Apa kau tidak merasakan apa-apa saat bersamaku?" Tanya Yifan lagi dan tersenyum miris. Tao tidak dapat menerka apa yang dimaksudkan Yifan dan kembali menunduk. Sebenarnya yang dirasakan Tao saat bersama Yifan itu adalah rasa sayang kepada Yifan. Dan Tao menyukai Yifan, mencintai malah.

"Kau tahu? Aku menyukai mu Tao. Mencintai mu." Jawab Yifan pada akhirnya. Tao terbelalak mendengarnya, rona merah menyelimuti wajah Tao sekarang. Dan tentu saja Yifan tidak melihatnya.

"Itulah alasan ku menolongmu pada hari itu. Coba kau bayangkan orang yang kau cintai sedang dibawa oleh petugas-petugas rumah sakit dengan paksa? Dan mendengar perkataan orang bahwa dia gila? Padahal dia tidak gila. Orang-orang hanya menonton dan tidak menolong nya untuk menjelaskan yang sebenarnya. Pasti sakit bukan?" Tao terharu mendengarnya. Namun tetap diam menundukkan kepala nya.

"Aku bahkan mencintai orang yang tidak mencintai ku. Aku mencintai orang yang salah? Tidak kan? Dia pun mungkin tidak tahu apa arti cinta." Yifan menatap Tao yang menunduk sembari tersenyum, terlihat Yifan sekarang ingin menjatuhkan air mata nya. "Sudah tidur ya. Ah aku pasti sudah gila sekarang berbicara sendiri. Baiklah kau boleh membenciku setelah ini Tao. Kau b-"

CHU~

Yifan tebelalak sekali lagi setelah kejadian di kamar mandi. Tao menciumnya! Tao pun terlihat menjatuhkan air mata nya setelah mendengar semua perkataan Yifan. Yifan masih membeku melihatnya.

Yifan dapat merasakan Tao sekarang melumat bibirnya. Yifan tak dapat menahan semua nya lagi. Yifan pun menarik tubuh Tao ke atas pangkuannya dan balas melumat bibir Tao. Tidak kasar tentunya.

Mereka terlarut dalam ciuman yang memabukkan, meresapi kesedihan dan merasakan cinta yang selama ini mereka pendam masing-masing. Yifan rasa ia harus segera melepaskan ciumannya yang merasa nafas Tao tidak beraturan untuk mengambil sedikit udara.

PLOOP

Tao segera mengambil udara sebanyak-banyak nya. Wajah mereka masih dekat, sangat dekat. Hidung pun masih bersentuhan. Setelah stabil. Tao menatap wajah Yifan dan

BLUSH

Melihat wajah Yifan yang sangat dekat membuat darah Tao berdesir dan jantungnya memompa beberapa kali lebih cepat.

"M-Maaf" hanya itu yang bisa diucapkan Tao. Yifan tersenyum melihatnya.

"Maaf untuk apa?"Tanya Yifan pura-pura tidak tahu. Tao merutuk diri nya saat itu juga.

"Haha. Tidak usah memukulkan tangan mu begitu" Yifan menjauhkan tangan Tao yang mengetuk-ngetuk kepala nya. "Aku terkejut saat kau tiba-tiba menciumku tadi" Yifan mengelap bibir Tao yang basah. Tao hanya dapat menunduk rupa menyembunyikan wajah merah padam nya.

"Jadi" Tao mengangkat wajahnya saat Yifan menggantungkan kalimatnya. "Pertanda apa itu tadi? Kau menciumku tiba-tiba karena kau tidak mencintai ku atau karena kau mencintai ku?" Tao diam.

"Baiklah kalau memang kau tidak mencintai ku. Terima kasih atas ciumannya" jawab Yifan sendiri tanpa membiarkan Tao berbicara.

"Tidak" Yifan diam melihat Tao.

"Bukan itu maksudnya. Aku. A-aku juga mencintai mu ge" Tao menunduk lagi setelah mengatakan hal itu. Yifan merasa ada sesuatu yang menggelitik di dalam tubuh nya hingga tidak bisa ditahan untuk tersenyum. (Ingat! Posisi nya masih kek tadi. Tao dipangkuan Yifan di dalam mobil '-') *author mulai sarap*

"Benarkah?" Tanya Yifan. Sekali lagi Tao mengangguk.

"Kalau begitu cium aku lagi" Tao terkejut mendengarnya lalu ia mengangkat kepala nya dan

CHU~

Kali ini Yifan yang menciumnya. Sekali lagi, Tao blushing didepan Yifan. Dan Yifan yang melihat nya pun semakin puas.

"Baiklah. Kita pulang"

.

.

.

.

.

"Tao kit-" Yifan berhenti berucap saat melihat sang kekasih yang sudah terlelap dengan damainya. Kekasih? Ngomong-ngomong apakah mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih?

Jawabnnya adalah IYA.

Yifan segera keluar dari mobil nya dan menuju pintu sebelah—Tao tertidur-

"Tao. Tao baby. Ireona." Yifan mencoba untuk membangunkan Tao namun hanya dibalas. "Hmm." Oleh Tao. Yifan tersenyum melihat nya.

Akhirnya, Yifan pun menggendong Tao menuju kamarnya. Dan Yifan akan tidur bersama Tao sekarang. Sudah menjadi sepasang kekasih boleh kan? Itulah kata hati Yifan.

.

.

.

Terlihat Yifan yang terganggu dari tidurnya karena bias matahari dan menggapai-gapai orang disebelah nya.

KOSONG

Yifan pun bangun dan benar saja. Tempat disampingnya tidak ada siapa-siapa. Lalu Yifan mengedarkan pandangannya sebentar dan terlihat secarik kertas di nakas nya.

'MIANHAE GE'

Itulah isi surat tersebut. Yifan membelalakkan mata nya saat menyadari.

TAO PERGI!

Yifan bergegas keluar kamar. Memastikan Tao hanya bercanda. Tao tidak mungkin pergi. Tao tidak mungkin pergi. Batinnya. Seakan itu adalah mantra yang ampuh agar Tao tidak sungguh pergi darinya.

Namun nasi sudah menjadi bubur. Tao benar-benar meninggalkannya sekarang. Yifan tidak percaya, Tao sejahat ini padanya. Yifan berfikir sebentar barang mehilangkan sakit dikepala nya. Setelah itu Yifan langsung mencari Tao. aku pasti menemukan mu Tao.

.

.

.

.

.

Yifan tak henti-henti nya mencari Tao. sudah empat hari Yifan berkeliling hanya mencari Tao. namun Tao tak jua menampakkan batang hidung nya dihadapan Yifan. Bahkan mata Yifan sudah menampakkan bahwa betapa lelah nya ia sekarang. Namun itupu tetap tak digubris Yifan dan tetap mencari Tao tanpa pulang kerumah.

Yifan menepi sebentar dan berfikir kemana Tao. sampai mata nya melihat siluet orang yang selama ini dicari nya.

TAO

Ya, itu Tao dan Yifan yakin itu. Sekarang Yifan melihat Tao ingin menyeberang Yifan pun keluar dari mobil nya dan berteriak saat sebuah mobil besar hendak menabrak Tao.

TIINN/TAO!

"Hhh!"

"GE!"

Bersamaan dengan itu. Dia melihat Tao dengan wajah yang basah dan mata yang sedikit membengkak. Yifan langsung meraba tubuh Tao dan memeriksa wajah nya. Tidak apa-apa batin Yifan.

"Ge! Kenapa kau tadi seperti orang gila!? Teriak-teriak dan berbicara sendiri?" sungut Tao sedikit membentak. Yifan tersadar dari lamunan nya. Jadi, hanya mimpi? Batin nya lagi.

"Ge! Jawab a-"

CHU

Yifan langsung menyambar bibir Tao dengan rakus. Tao kaget bukan main namun tetap dibalas nya ciuman Yifan. Yifan yang merasa dibalas pun semakin liar hingga Tao benar-benar kehabisan nafas dan memukul dada Yifan dengan keras.

"Hh-hh… Kau ingin membuat ku mati ya ge!?" bentak Tao.

Yifan langsung memeluk Tao dan terisak dibahu nya. Tao pun semakin bingung dan panic saat mendengar isakan kecil Yifan.

"Ge. Sebenarnya ada apa? Kau bermimpi buruk ya?" Tanya Tao pelan. Yifan semakin mengeratkan pelukannya dan Tao paham itu.

"Sudah lah ge. Tidak apa-apa. Dulu kau yang selalu bilang padaku bahwa tidak ada apa-apa yang terjadi. Tapi sekarang kau yang begitu. Sebenarnya ada apa sih? Kenapa jadi terbalik seperti ini?" Tanya Tao dengan nada manja. Yifan tersenyum di pelukan Tao. lalu melepaskannya.

"Sekarang. Jelaskan semuanya" tuntut Tao sembari menyilangkan tangannya.

"Baiklah. Hh~ gege tadi bermimpi kau meninggalkan gege. Dan mimpi itu serasa nyata Tao kau tahu itu?" dan dijawab gelengan Tao. Yifan sweatdrop melihatnya.
"Inti nya ya seperti itu. Tapi gege minta jangan tinggalkan gege ne. Gege tidak tahu harus kemana mencari kau bila itu terjadi." Jelas Yifan.

"Kalau begitu tidak usah cari aku kalau aku pergi" jawab Tao lagi dan Yifan melongo mendengarnya.

"Jadi. Kau benar ingin pergi?" Tanya Yifan. Lalu dibalas Tao lagi dengan gelengan. Alis Yifan berkerut melihatnya. "Lalu?" Tanya Yifan lagi.

"Ani. Tao juga tidak tahu" jawab Tao sembari geleng kepala dan mengangkat bahu.

Yifan sudah tidak tahan melihat nya dan langsung menerjang tubuh Tao hingga menindihinya.

"Aah.. dasar anak nakal. Berani nya kau menggoda kekasih baru mu huh"

"Eoh? Emang aku menggoda mu? Tidak tuh" jawab Tao tanpa mau kalah.

"Baiklah kalau kau berani menjawab anak nakal. Kau mau berapa ronde pagi ini? Sekalian jadi sentuhan pertama Yifan bagi Tao di pagi hari. Bagaimana?" Tanya Yifan lalu memasang smirk andalannya.

Tao seketika menegang dan membulatkan mata mendengarnya. Dengan segera Tao memberontak dibawah Yifan dan Yifan semakin mengeratkan pertahanannya.

"Tidak ge! Jangan! Ini masih pagi hmmpph-" Yifan segera melumat bibir Tao dengan hasrat yang menggebu-gebu.

"Mhh hh.. Ti- hh dak haah ge" Tao mendesah saat Yifan memainkan nipple nya dari luar. Yifan tersenyum puas ditengah-tengah ciumannya dengan Tao.

PLOOP

"Hahh hahh.. Ge, kumohon jangan. Ini masih pagi" mohon Tao.

"Lalu. Kau mau kapan? Siang? Sore? Eumm atau malam?"

BLUSH

Pertanyaan Yifan membuat pipi Tao memanas lagi.

"Ti-tidak b-bukan itu maksudku"

"Ayolah baby. Kau pasti akan menyukai nya dan meminta lebih."

BLUSH

Sekali lagi kadar merah di wajah Tao meningkat. Apalagi sekarang Yifan menggesek-gesekan sesuatu dibawah sana.

"B-bukan itu. Hanya saja. A- aku belum siap ge" lirih Tao sembari menahan desahannya.

Yifan menundukkan kepala nya hingga hidung mereka bersentuhan.

"Lalu kapan kau akan siap? Kau tahu. Aku sudah menginginkan ini sejak lama dan saat kau berada disini. Aku berusaha mati-matian untuk menahannya karena kau saat itu tidak dalam keadaan baik." Bisik Yifan didepan wajah Tao. Tao hanya memejamkan mata saat nafas Yifan menyapu wajahnya. "Tapi. Baiklah jika kau belum siap." Yifan menjauhkan wajah nya dan mata Tao terbuka. "aku akan menunggu mu hingga siap" dan setelah itu Yifan meninggalkan Tao dan berjalan menuju kamar mandi.

'mian ge aku tidak bermaksud begitu'

.

.

.

.

.

Malam nya. Tao melihat Yifan yang sedang berdiam diri di balkon. Tao tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tao merasa bersalah telah menolak Yifan tadi pagi. Tiba-tiba Tao merasa kaki nya melemah dan kepala nya seperti ada batu diatas nya. Hingga..

BUGH

Yifan pun berbalik saat mendengar bunyi tersebut dan melihat Tao sudah pingsan didekatnya.

"Tao!"

TBC

Otte Otee? Maafkan saya jika ceritanya kurang bagus, karena saya masih newbie ^^

Reviewnya ditunggu~