Disebuah taman yang indah dan luas dengan hamparan rumput hijau terpotong rapih —tampak dua bocah laki-laki dan satu bocah perempuan berlari kesana-kemari dengan canda tawa. Dua bocah berbeda gender memiliki surai pirang yang sama terus berusaha menangkap bocah bersurai merah kejinggaan itu.

"Kyuu-nii menyebalkan! Aku capek!" Ujar bocah perempuan itu berhenti berlari dengan dada yang naik-turun akibat kekurangan oksigen. Terlihat sekali dia kelelahan dengan wajah memerah serta keringat yang terus turun menurun dipelipisnya.

"Ah, Naluko-chan payah! Segitu saja sudah menyelah!" Ejek bocah laki-laki yang memiliki ciri khas sama dengannya.

Dia tersenyum lebar yang menyaratkan ejekkan disana. tentu saja itu membuat bocah perempuan yang bernama 'Naruko' itu menggembungkan pipinya.

Bocah yang sepertinya lebih tua dibandingkan dengan mereka —tampak tertawa. Bocah bersurai merah kejinggan itu menghampiri dua bocah itu dan langsung menjitak bocah pirang yang masih tertawa. "Jangan kau ejek kakakmu, Naruto pendek!"

"Puuh! Kyuu-nii, sakit tahu! Naluko-chan kan hanya beda lima menit denganku!" Ketus bocah bernama Naruto itu. dia menggembungkan pipi yang tentu saja langsung dicubit oleh Naruko.

"Naluto-chan tidak boleh begitu. Aku tetap kakakmu walau kita beda lima menit!" Ucap Naruko sambil tertawa bangga. Kyuubi —alias kakak pertama mereka juga ikut tertawa melihat Naruto semakin cemberut.

Ya, Mereka adalah tiga bersaudara yang saling mempunyai ikatan darah. Mereka adalah pangeran dan putri di sebuah negri yang bernama Uzumaki dan tinggal disebuah kerajaan Namikaze.

Orang tua mereka yang tak lain adalah seorang Raja dan Ratu di negri ini —bernama Minato Namikaze dan Kushina Namikaze. Kyuubi adalah anak pertama mereka yang memiliki kemiripan dengan sang Ratu, Kushina. Sementara Naruko dan Naruto adalah anak kembar yang lebih mirip dengan sang Raja, Minato.

"Hei, Hei! Kalian ingin dengar cerita tentang permusuhan antara Namikaze dan Uchiha tidak?" Seru Kyuubi menengahi perdebatan siapa-yang-duluan-lahir Naruko dan Naruto. Tentu saja itu membuat mereka langsung berhenti berargumen dan memusatkan perhatiannya pada sang kakak.

"Namilaze? Bukankah itu Kelajaan kita?" tanya Naruto sambil memiringkan kepalanya —menatap sang kakak dengan polos.

"Namikaze, Naluto-chan!" Koreksi Naruko sambil mencubit kembali pipi Naruto dengan gemas.

Kyuubi tersenyum bangga pada Naruko, "Naruko memang pintar! Dan kau bodoh, Na-ru-to-chan!" Ejek sang kakak sambil menyentil dahi Naruto. Naruto tentu saja semakin cemberut.

"Ugh! Telselah! Buluan celita!" ketus Naruto sembari duduk sila dengan kedua tangan bersedekap didepan dadanya.

Kyuubi tersenyum miring, "Baiklah, baiklah, adikku yang manis." Ucapnya juga ikut duduk. Begitu juga dengan Naruko sehingga mereka membentuk lingkaran. Kyuubi pun mulai bercerita, sementara kedua anak kembar pirang itu memasang telinga mereka baik-baik.

"Nah, dengarkan baik-baik! Cerita ini hanya boleh aku ceritakan sekali, Karena cerita ini sangat rahasia bagi anak kecil seperti kalian." Ucap Kyuubi dengan nada penuh peringatan. Naruko dan Naruto pun langsung mengangguk dengan mata yang sangat menyiratkan keantusiasan yang besar.

Kyuubi pun berdehem pelan lalu memasang mimik yang sangat serius, "Dahulu kala, Ada dua buah kerajaan dengan negara yang berbeda. Dua kerajaan ini bisa dibilang tak pernah bisa akur dan selalu melakukan tumpah darah."

"Tumpah darah?" beo Naruko dengan memiringkan kepalanya.

Kyuubi mengangguk, "Tumpah darah yang kumaksud adalah peperangan."

"Huh, Aku sudah duga alti dali tumpah dalah sepelti itu." Ujar Naruto dengan senyum sombong yang langsung mendapat sentilan Kyuubi.

"Kapan kau menduganya, Bocah?" Tanya Kyuubi sweatdrope. Kyuubi berdehem pelan, "Kembali kecerita, Tumpah darah seakan-akan sudah menjadi tradisi bagi kedua kubu ini. Hal itu bisa terjadi karena ketamakan mereka dalam hal wilayah. Dua kerajaan ini benar-benar diikat dengan takdir kebencian satu sama lain."

Naruko dan Naruto memandangnya dengan tatapan berbinar —serta mulut yang menganga. Benar-benar terkesima dengan cerita Kyuubi, "Waaah! Keleeen! Cerita Kyuu-nii kelen!" Naruto bertepuk tangan dengan kagum.

"Tapi, yang lebih keren dari cerita itu adalah …" Kyuubi menatap mereka satu-persatu. Lalu berbisik, "Cerita yang kuceritakan adalah kisah nyata~"

"Hah?! Yang benal?! Belalti …" Kyuubi mengangguk, Meng-iyakan terkaan Naruko.

"Tetapi sayangnya Ayah mau memutuskan tali permusuhan ini dengan cara saling berdamai dan bekerja sama. Walau … Uchiha tetap menolak untuk saling berdamai." Kyuubi mengendikkan bahu sambil menyenderkan punggungnya pada batu besar dibelakangnya.

"Hah … Padahal Ayah baik lho. Tapi, kenapa meleka tidak mau belteman?" Tanya Naruto mendesah kecewa. Naruko mengangguk kecil, setuju dengan pernyataan Naruto.

Kyuubi mengendikkan bahu,"Mana kutahu. Mungkin saja mereka enggan untuk berteman dengan kita. Tapi …" Kyuubi menatap lekat-lekat mereka berdua. Dia berdiri dan tersenyum miring.

"Jika aku menjadi seorang Raja nanti, akan kukuasai wilayah Uchiha! Akan kubunuh mereka semua dan kuperbudak para Uchiha! HUAHAHAHA!" Kyuubi tertawa keji dengan aura kelam keluar dibelakangnya membuat Naruko dan Naruto sweatdrope. Kakak mereka yang paling tua itu ternyata sudah tidak waras.

Tiba-tiba saja Naruko juga ikut berdiri dan memamerkan senyum licik, "Kalau aku, Aku ingin ke negala meleka saat sudah besal nanti. Aku ingin tahu sepelti apa negala meleka." Ucap Naruko yang langsung menghentikan tawa jahat Kyuubi.

Kyuubi berkacak pinggang. Memandang Naruko dengan tatapan meremehkan serta senyum miring, "Heh, Bocah kecil. Apa kau tidak takut jika dibunuh mereka?" tanyanya dengan sebelah alis terangkat.

Naruko malah memamerkan senyum lebih lebar lagi, "Tentu saja aku tidak takut! Aku 'kan gadis kecil yang pemberani! Ibu selalu bilang begitu padaku!" ucap Naruko benar-benar yakin pada dirinya sendiri.

"Yeah, Gadis pemberani yang bodoh." Ejek Kyuubi dengan kedua mata berputar malas.

"Kyuu-nii jahat! Kyuu-nii jahat!"

"Kenyataannya begitu, Na-ru-ko-chan!"

Dan pada akhirnya, Kyuubi dan Naruko saling adu mulut. Sementara Naruto yang menyaksikan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya layaknya bapak-bapak tua yang lelah melihat tingkah kedua anaknya. "Dasal bocah." Gumamnya.

Author hanya bisa sweatdrop.

"Ne, Nalu-chan. Kalau kau menginginkan apa?" Tanya Naruko tiba-tiba pada Naruto yang sudah tidak menghiraukan ejekkan Kyuubi lagi. Kyuubi terlihat sedang memeletinya dengan lidah serta tampang mengejek.

"Aku?" Naruto memiringkan kepalanya. Membuat Naruko gemas ingin mencubiti pipi sang kembarannya.

Tak lama, Naruto berdiri. Dengan wajah penuh kebanggaan dia memamerkan cengirannya dan mengepalkan tinju kelangit,

"Tentu saja membuat Uchiha mau belteman dengan kita!"

Saat itu Naruko bertepuk tangan bangga mendengar keinginan yang diserukan oleh Naruto dengan lantang. Sementara Kyuubi mendengus —walau diam-diam dia tersenyum kecil.


15 tahun kemudian …

"Aku akan pergi …"

Seorang gadis bersurai pirang panjang tampak menatap kedua saudaranya dengan iris biru jernihnya yangmenyiratkan keyakinan dan ketegasan. Alisnya saling bertaut dengan dahi berkerut –sehingga menambah kesan keseriusan diwajahnya.

Suasana yang sejenak diselimuti keheningan langsung terpecahkan oleh gelengan serta tatapan tajam dari seorang lelaki muda yang memiliki rupa sepertinya, "Aku tidak mengijinkanmu untuk pergi, Naruko! Aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu."

"Apa yang dikatakan si Bodoh ini memang benar, Naruko. Aku sebagai kakak tertuamu tidak akan mengijinkanmu untuk pergi." Imbuh seorang pemuda yang mempunyai surai merah kejinggaan dengan tampang malas.

Naruko —gadis cantik itu menghela napas, "Oh ayolah~ Aku hanya ingin tahu bagaimana kehidupan disana. Dan kalian tahu? Aku dengar mereka memiliki pangeran yang tampan!" Seru Naruko dengan wajah berseri-seri.

Naruto tetap menggeleng, tidak setuju dengan kepergian saudari kembarnya. " Tidak kuijinkan! Aku tidak peduli kalau kau kakakku. Walau aku adikmu, aku harus menjauhimu dari bahaya!"

Naruko menggembungkan pipinya, "Kyuu-nii~" Rajuk Naruko pada sang kakak tertua dengan tatapan memohon.

Kyuubi menaikkan sebelah alisnya. Beberapa detik kemudian dia menghela napas, "Baiklah, Aku ijinkan." Ujarnya yang langsung mendapat tatapan tajam dari Naruto dan mendapat seruan gembira dari Naruko.

"Kyuu-nii!" protes Naruto.

Kyuubi tak menghiraukan Naruto. dia menghampiri Naruko dan menyentil jidatnya, "Tapi kau harus menyembunyikan identitasmu. Kalau mereka tahu siapa dirimu, Aku yakin kau akan dibunuh oleh mereka."

Walau Naruko mengaduh kesakitan, dia menunjukkan cengirannya dan Ibu jarinya, "Baik, Kyuu-nii tercinta! Aku juga tidak akan lama perginya!" Seru Naruko yang hanya membuat Naruto menghela napas.

"Naruko-chan, Kau harus janji kembali kesini." Ucap Naruto sambil mengelus pipi yang mirip sepertinya. Naruko tersenyum lembut dan mengelus surai pirang Naruto yang terkuncir.

"Aku janji, Aku akan pasti kembali!"


3 bulan kemudian …

"Aku … ingin menikah dengan pangeran bungsu Uchiha."

Pernyataan yang Naruko lontarkan membuat Naruto dan Kyuubi melebarkan matanya. Gadis yang baru saja kembali keistana ini —sama sekali tak berani menatap kedua saudaranya.

"A-apa kau bilang …" Naruto menatap Naruko nyaris tidak percaya, "Kau pasti bercanda!" Naruto menggebrak meja yang menyajikan berbagai makanan. Suara keramik yang berdenting memenuhi ruangan yang menegangkan ini.

Sementara Kyuubi masih terdiam dibangkunya.

"Apa ini gurauanmu, Naruko?!" Tanya Naruto menatap tajam Naruko.

Naruko membalas tatapan tajam itu, "Aku tidak bercanda, Adikku." Ucap Naruko dengan tatapan tegas. "Aku benar-benar ingin menikah dengan Pangeran bungsu Uchiha."

Perkataan Naruko terasa memotong saraf-saraf Naruto. Naruto terduduk lemas. masih menatap sang kembar dengan tatapan tidak percaya. Dirinya terlalu shock. Shock sekali mendengar pernyataan saudarinya.

"Ayah dan Ibu tidak akan mengijinkanmu."

Naruko menoleh pada Kyuubi yang baru saja berkata. Pangeran utama itu menatapnya dengan datar —
benar-benar tak berbohong dengan ucapannya sendiri. Dan Naruko mengetahui itu.

Naruko menatap sendu piringnya yang masih berisikan makanannya, "Aku ingin menikah tanpa sepengetahuan mereka. Aku hanya ingin mengabari kalian tentang ini." ucapnya.

'Brak!

Lagi-lagi Naruto menggebrak meja dan melempar tatapan geram pada gadis itu, "Naruko, Apa kau gila?! Kau akan menghadapi bahaya yang besar jika mereka tahu siapa dirimu yang sebenarnya!"

Naruko juga menggebrak meja dan membalas tatapan Naruto lebih sengit, "Aku tidak peduli! Aku ingin menikah dengan orang yang kucintai! Aku ingin mendapatkan kebahagiaanku, Naruto!"

"Tetapi tidak dengan cara seperti ini, Naruko …" Naruto melunakkan tatapannya. Nadanya menjadi lirih. "Aku tidak mau kau terbunuh disana …"

Naruko memalingkan wajahnya. Menghindari tatapan sendu yang terasa menyesakkan dadanya. "Aku tetap tidak peduli … Aku hanya ingin bersama dengan orang yang kucintai …" lirihnya dengan air mata mengalir kepipinya.

"Apa aku salah jika aku hanya ingin meraih kebahagiaanku?"

"Tidak, kau tidak salah, Naruko."

Naruko dan Naruto menatap Kyuubi yang kini berdiri dari tempat duduknya dengan terkejut. Kyuubi tak mengekspresikan apapun diwajahnya. Yang terlukiskan hanya pancaran keseriusan diwajahnya, "Aku mengijinkan keinginanmu untuk menikah dengannya."

Air mata semakin deras mengalir. Naruko tersenyum haru. "Te-terimakasih, Kyuu—"

"Tapi aku tidak peduli jika kau mati disana." Kyuubi memandang datar Naruko setelah mengucapkan satu kalimat yang sangat menusuk dada Naruko. Bahkan Naruto pun tak mampu berkata-kata lagi —
sangat terkejut dengan ucapan Kyuubi.

"Pergilah dan raihlah kebahagiaanmu. Dan jangan pernah kau anggap kami adalah saudaramu." Kyuubi pun pergi meninggalkan ruangan yang terasa senyap ini. Pergi meninggalkan kedua adik kembarnya dengan aura kelam menguar dari tubuhnya.

"Na-naruko …" panggil Naruto setelah terdiam cukup beberapa makananpun dibiarkan mendingin begitu saja tanpa ada niatan untuk menyentuhnya lagi.

Naruko yang masih mematung, kini menoleh kearahnya. Menatapnya dengan iris birunya yang tergenangi oleh bulir-bulir Kristal, "Maafkan aku, Naruto … Aku akan tetap pergi." Isaknya.

Naruto mengepalkan tangannya dengan dada yang terasa sakit. Seakan-akan ada sebuah pisau yang menikam dadanya. Dia tahu … Naruko tetap tak akan merubah keputusannya.

Naruto berjalan mengitari meja —menghampiri saudari kembarnya dan langsung memeluknya dengan erat. "Aku tidak bermaksud menghalangimu untuk meraih kebahagiaanmu. Aku hanya ingin kau baik-baik saja, Naruko." Ucapnya.

Naruko menggelengkan kepalanya cepat, "Aku pasti akan baik-baik saja, Naruto. Jika aku mati sekalipun setidaknya …" Naruko menjeda kalimatnya. Air matanya semakin deras mengalir.

"Setidaknya aku sudah bahagia, Naruto …"

Naruto memejamkan mata dengan erat. Ucapan terakhir sang kakak membuat dirinya tak bisa berbuat apa-apa. Jika itu keinginan Naruko, Maka …

"Menikahlah. Aku mengijinkanmu untuk menikah dengannya."

Dan saat itu pula, senyum bahagia terukir dibibir Naruko. Walaupun Naruto masih belum mengikhlaskannya, dia sudah berjanji untuk merestui keinginan Naruko dan akan bertanggung jawab dengan kepergian saudari kembarnya kepada Raja dan Ratu.

Hingga akhirnya … Naruko benar-benar pergi meninggalkan istana dengan status melarikan diri dari Namikaze.


2 tahun kemudian …

Naruto memandang sebuah kotak kayu berukuran besar dengan tubuh terasa membeku. Kotak kayu yang baru saja diantar oleh empat pengawal istana kehadapan seluruh keluarganya diaula singgahsana sang Raja.

Berbagai tanda tanya bermunculan dibenaknya mengenai kotak kayu yang maish tertutup rapih itu. Perasaan tak enak muncul dibenaknya. Namun dia segera menepis semua segala perasaan yang bermunculan.

"A-apa ini?" Tanya dengan tenggorokkan yang terasa tercekat pada salah satu pengawal yang tampak menundukkan kepalanya.

Kyuubi yang ada disamping Naruto terlihat memandangi kotak kayu itu dalam diam. Namun terlihat jelas iris ruby itu menyiratkan kebingungan disana. Dibelakang Naruto dan Kyuubi, Sang Ratu dan Sang Raja terlihat cemas disinggahsananya.

"Kami menemukan peti ini didepan gerbang perbatasan Negara, Pangeran. Dan kami hanya menemukan kertas ini." Pengawal itu memberikan sebuah kertas yang masih terlipat rapih.

Naruto segera mengambilnya dan membuka kertas yang terlihat kotor oleh tanah. Iris birunya membulat dengan sempurna ketika melihat isi kertas itu. Bahkan Kyuubi yang juga melihatnya tampak terkejut.

'Brak!

Tiba-tiba saja Kyuubi membuka penutup kayu itu dan melemparnya kesembarang arah hingga menimbulkan bunyi nyaring. Bahkan Ratu dan Raja hingga berlari menuruni singgahsananya untuk mengetahui apa yang membuat Kyuubi bertindak kasar seperti itu.

Dan semuanya …

Hening …

Saat itu bumi terasa berhenti …

Hanya mulut yang terbuka serta mata membulat dengan sempurna menjadi ekspresi wajah-wajah yang telah melihat isi kotak kayu itu. Kotak kayu yang berisikan …

seorang wanita.

Seorang Wanita yang menggunakan kimono putih yang telah lusuh dan bernodakan warna merah. Rambut pirang panjangnya tergerainya tak kalah lusuh. Wajah wanita itu sangat pucat dan dihiasi memar serta lebam. Dan kedua mata wanita itu terpejam dengan damai.

"Na … ru … ko …" Naruto menatap tidak percaya pada tubuh yang berada didalam kotak kayu itu. Nafasnya terasa berhenti. Begitu juga dengan detak jantungnya. Masih tidak mempercayainya bahwa sosok yang ada dipeti itu …

Ti-tidak … Tidak mungkin jika itu-

"Na-naruko?" Ratu menghampiri kotak itu dengan mata yang masih menyiratkan keterkejutan dan ketidak percayaan. Tangannya yang bergetar menyentuh pipi biru itu dan rasa dingin langsung menjalar kekulitnya.

Seketika kedua mata sang Ratu terbelalak dengan sempurna dengan air mata menetes kepipinya.

"NARUUUKO!" Ratu pun berteriak histeris dan langsung jatuh pingsan. Raja dan Kyuubi dengan sigap menahan tubuh sang Ratu walau mereka berdua masih terlihat shock.

"Tidak mungkin itu Naruko! Itu bukan Naruko, Naruto!" Bentak sang Raja dengan gurat kegelisahan tercetak jelas diwajahnya. Kyuubi yang masih menahan tubuh sang Ratu terlihat mengatupkan rahangnya dan memalingkan wajahnya kearah lain dengan kedua mata terpejam erat.

Sementara Naruto terlihat mematung diposisinya yang masih berdiri…

Bahkan kertas yang berada ditangannya jatuh begitu saja didekat kakinya.

.

.

Aku sudah mendapatkan kebahagiaanku, Naruto

Naruko

.

.

xxx

Disclaimer by Masashi Kishimoto

Aku hanya ingin tahu By Pierrot

Pairing: Sasuke Uchiha & Naruto Namikaze (Uzumaki)

Genre : Romance, drama, friendship, family, hurt/ comfort, Humor, dll.

Rated: M

Warning: Many Typo, Yaoi, BL, Shounen-Ai, OOC, EYD, dll.

Nb: Naruto disini berambut panjang lurus seperti kaisar-kaisar jepang jaman dulu. Dan ada maksud tertentu kenapa Naruto memanjangkan rambutnya.

"Aku akan pergi dan menemukannya."

xxx

Negara Api

Seluruh penjuru dunia sangat mengenal negara yang mempunyai kekayaan alam yang berlimpah itu. Tanah yang luas dan subur menjadi salah satu alasan Negara itu terkenal menjadi Negara yang paling terkaya dalam memproduksi bahan makanan. Tak heran pula jika banyak Negara lain yang ingin menguasai negara itu.

Tetapi sayang~

Pertahanan Negara Api juga terkenal kuat. Sangat kuat hingga ditakuti oleh Negara-negara lain yang kini tunduk padanya dan saling berkerja sama —Itupun jika negara-negara lain tidak mau dijajah oleh Negara Api.

Maka, Bisa dibilang Negara Api adalah Raja dari seluruh negara lainnya.

Negara Api mempunyai sebuah desa yang sejahtera dan makmur. Dimana para ribuan rakyat mengisi perdesaan itu untuk bergantung nasib. Entah, nasib baik atau buruk.

Desa itu juga memiliki sebuah Istana besar nan megah yang sangat terlihat mencolok diujung perbatasan desa. Istana itu adalah Kerajaan yang bernama Kerajaan Uchiha.

Istana yang menjadi pusat pemerintahan Negara dan Desa. Istana yang memiliki segalanya itu dikuasai oleh seorang Raja bernama Uchiha Fugaku dengan istrinya yang menjadi Permaisuri bernama Uchiha Mikoto. Kedua pasangan itu memiliki dua anak yang kini menjadi pangeran tampan.

Seluruh rakyat tidak mengetahui bagaimana rupa kedua pangeran itu. Tetapi desas-desusnya mengatakan dua pangeran itu memiliki ketampanan yang tak pernah bisa tersaingi.

Diluar desa, Rakyat sedang menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Desa dibagian pasar yang diisi dengan pedagang itu kini terlihat ramai. Ada yang menjual dan membeli. Ada yang berjudi atau bermain tebak-tebak dengan trik murahan dari sang Bandar hingga menyebabkan yang mengikuti pertaruhan kalah. Anak-anak pun juga meramaikan suasana pasar karena ada pertunjukkan drama boneka.

Di gerbang yang menjadi tanda perbatasan desa juga terlihat ramai dengan orang-orang yang kembali kedesa atau orang-orang yang akan meninggalkan desa dengan tujuan-tujuan berbeda.

Penjaga gerbang yang berasal dari istana —memeriksa satu-persatu orang-orang yang akan masuk kedalam desa dengan ketat. Penjaga itu akan memeriksa kartu yang terbuat dari kayu dengan kanji tertulis disana —yang akan menunjukkan identitas orang-orang itu berasal dari kalangan mana saja.

Dan saat itulah …

Dua orang menggunakan hakamah bermodelkan biasa tanpa aksen apapun dengan warna berbeda terlihat mengantri untuk masuk. Namun bisa dilihat jika hakamah yang mereka gunakan terlihat 'mahal dan bagus'. Berbanding terbalik dengan rakyat biasa yang menggunakan hakamah lusuh.

Dua orang yang menggunakan topi jerami besar dengan penutup kain transparan berwarna putih -yang membuat wajah mereka terlihat samar- menunjukkan kepingan kayu bertuliskan 'Kizoku Senju' ke penjaga itu. Dengan mudahnya, mereka diijinkan masuk.

Ah, tak lupa salah satunya memberikan senyum manis pada salah satu penjaga gerbang itu.

Keduanya pun berjalan menelusuri desa ini dengan menembus banyaknya rakyat yang berlalu lalang. Apalagi ketika mereka memasuki area perpasaran didesa itu. Sangat-sangat ramai sekali dengan riuhnya orang-orang disana.

Dua orang itu berhenti -menikmati pemandangan ramai disekitarnya. Sosok yang menggunakan hakamah merah itu melepas topi jerami yang menutupi wajahnya. Dan tampaklah wajah rupawan yang mampu membuat orang-orang yang melihat kearahnya —terpanah dan tercengang.

Orang-orang yang terpesona semakin terpesona ketika sosok itu mengibaskan rambut panjangnya yang berwarna merah kejinggan. Terasa berkilau dan indah disetiap pasang mata. Apalagi ukiran rahang sosok itu. begitu bagus dan sempurna. Hidungnya mancung, bibir tipis berwarna pink yang terlihat basah, dan sepasang iris merah seperti warna batu ruby yang berkilau.

Bisa dibilang sosok itu …

Tampan dan Sempurna.

Tetapi sayang, hanya satu yang membuat dua kata pujian itu raib begitu saja. Yeah, Ekspresi jutek yang kini terpasang diwajahnya —hingga membuat orang-orang disana ketakutan. Apalagi saat melihat mata tajam itu -yang seakan-akan ingin mengiris mereka seperti bawang. Mengerikan bukan?

"Heh, dasar pamer wajah."

Sosok bermata merah itu mengernyitkan dahi pada saat mendengar nada mengejek disampingnya. Oh~ Ternyata suara itu berasal dari sosok yang disampingnya.

"Heh, dari pada kau bermuka dua."

Sosok berhakamah yang masih menggunakan topi itu hanya menaikkan sebelah alisnya saat mendapat balasan dari pemuda bersurai kejinggaan itu. Ah, dia tahu arti dari ejekan itu.

Menghela napas, dia melepaskan topinya. Lalu tersenyum miring pada pemuda tampan itu —Tak menyadari berbagai pasang mata kini memandangnya dengan pesona, "Aku tersenyum untuk ramah pada mereka. Memangnya aku tak boleh ramah pada mereka?" tanyanya sinis.

"Tapi senyummu itu palsu, Wanita bodoh."

Dia memutar kedua bola matanya, "Terserah lah kau mau menilaiku seperti apa."

"Lalu, kita akan kemana sekarang?" Tanya pemuda tampan itu dengan malas.

Sosok yang dipanggil wanita bodoh itu ingin menjawab. Namun tiba-tiba saja prajurit berbaju besi khas prajurit dari Istana datang membuat suasana pasar semakin ramai dengan para masyarakat yang berkumpul disatu titik. Sementara dua orang tadi hanya bisa minggir dan memerhatikan para prajurit itu dengan seksama.

Salah satu dari prajurit itu naik keatas meja dan berteriak dengan lantang.

"PENGUMUMAN SAYEMBARA KERAJAAN! SAYEMBARA INI DILAKSANAKAN UNTUK MENCARI ISTRI UNTUK PANGERAN UCHIHA SASUKE DAN PANGERAN UCHIHA ITACHI. KERAJAAN AKAN MENYELEKSI PUTRI-PUTRI YANG AKAN MENJADI CALON ISTRI PANGERAN! DAN JUGA AKAN LANGSUNG MENGADAKAN PERNIKAHAN. SAYEMBARA INI UNTUK PARA RAKYAT YANG MEMPUNYAI PUTRI. SAYEMBARA AKAN DILAKSANAKAN LUSA DEPAN!"

Suara riuh dari masyarakat mulai terdengar. Ada yang tersenyum bahagia dan terlihat antusias dengan sayembara itu. Intinya, para rakyat sangat senang mendengar pengumuman dari Kerajaan itu yang akan membuat salah satu dari mereka bisa menjadi keluarga Istana.

Dan kedua orang yang baru saja menyimak pengumuman itu tampak saling memandang dengan warna mata yang sangat kontras namun mempunyai artian yang sama. Senyum kecil bermaknakan licik, terlihat terukir dibibir mereka.

"Mari kita bersiap untuk menjadi 'Istri' yang sempurna~"


"Astaga! Aku tak menyangka kau akan datang, Naruto-kun!"

Naruto tertawa kecil ketika seorang wanita paruh baya cantik yang menggunakan kimono bermotif sakura terkejut melihat kedatangannya. "Aku kembali, Bibi Tsunade!" serunya sembari memeluk wanita bersurai pirang yang disanggul itu.

Wanita yang dipanggil Bibi Tsunade itu juga membalas pelukannya dnegan penuh suka cita. "Aku merindukanmu, Bocah manis." Lirihnya sambil tersenyum.

Naruto menunjukkan cengirannya, "Aku lebih merindukkan, Bibi!"

"Dasar, Kau selalu saja ceria." Tsunade mengacak pelan pucak kepala itu dengan dengusan geli.

"Wanita berdada besar itu siapa?"

Pertanyaan yang begitu frontal membuat Naruto dan Tsunade menoleh pada seorang pemuda yang kini tengah bersender ditiang dengan jari telunjuknya menunjuk kearah Tsunade —Tepatnya didadanya.

"Pffft~" Naruto menahan tawa mati-matian. Sementara objek yang menjadi pertanyaan pemuda itu tampak menunjukkan senyum manis dibibirnya. Lalu—

'Plak!

Cap telapak tangan pun tercetak dipipi putih pemuda itu.

"Jaga bicaramu, Sayang~" Ucap Tsunade dengan tersenyum lembut —namun mematikan. Dia menepuk-nepuk tangannya —seakan-akan membersihkan debu yang menempel ditelapak tangannya.

Dan sedangkan Naruto terlihat tertawa jahat dipojokkan sana. tertawa diatas penderitaan sang kakak yang kini sedang mengusap pipinya yang terasa panas. "Hahaha … Maafkan kakakku, Bi. Dia –Pfft- memang tidak punya sopan santun." Ucapnya sambil mengusap air matanya.

Tsunade menaikkan sebelah alisnya —heran dengan satu panggilan dikalimat Naruto, "Jadi dia kakakmu?" Tanyanya pada Naruto yang langsung dijawab dengan anggukan.

"Ya, Namanya—"

"Namaku Kyuubi." Potong pemuda yang habis kena gamparan maut Tsunade. Kyuubi tampak memalingkan wajahnya —terlihat sekali raut wajah sebal diparasnya yang tampan.

Tsunade mengangguk. "Aku Tsunade, Panggil aku seperti panggilan adikmu padaku." Tsunade berjalan kearah mansion yang sederhana namun terlihat besar itu dengan diikuti kedua orang itu. "Sudah lama semenjak lima tahun yang lalu, Naruto."

Naruto mengangguk dengan sennag, "Aku senang sekali bisa berkunjung kesini. Dan kejadian lima tahun yang lalu aku masih mengingatnya. Bahkan aku masih ingat bagaimana paniknya diriku melihat darah dikimonomu." Ucapnya membuat Tsunade tertawa.

"Kyuu-nii," Panggil Naruto membuat Kyuubi berhenti melihat keadaan alam sekitarnya. "Kau masih ingatkan dengan apa yang kuceritakan tentang aku menolong seorang wanita yang akan melahirkan dihutan perbatasan negara kita?" Tanyanya.

Kyuubi bergumam sebentar —mencoba mengingat. "Hm, Aku ingat. Jadi dia wanita yang kau tolong. Aku tak menyangka kau bisa membantunya untuk melahirkan." Ucapnya dengan nada mengejek.

Naruto tertawa kecil, "Bisa dibilang aku tidak membantunya. Saat itu aku hanya bisa memberikannya semangat."

"Kau membantuku, Nak." Ujar Tsunade sembari tersenyum. Mereka melangkah naik keatas tangga yang terbuat kayu untuk memasuki mansion itu, "Tanpa adanya kau, Aku dan anakku tidak akan selamat." Ucapnya membuat Naruto tersenyum kecil.

Naruto dan Tsunade memang bertemu di Hutan. Kala itu, Tsunade sedang dijebak oleh kawanan perampok ketika ia didalam tandu. Semua terjadi begitu cepat, Hartanya dirampas dan pelayannya telah tewas. Dia hampir saja diperkosa kalau saat itu Naruto tidak datang dan menyelamatkannya.

Tetapi, Karna dirinya yang tak henti-hentinya berlari —Dia mengalami pendarahan. Dan hari itu juga ia harus melahirkan karna air ketubannya juga pecah. Naruto pun membantunya melahirkan disebuah gubuk tua dihutan itu.

"Lalu, Luka didadamu sudah sembuh?"

Naruto menyentuh dadanya ketika bertiga sudah disebuah ruang yang luas dan duduk dengan ditemani teh yang telah disediakan oleh pelayan —dan dilontarkan pertanyaan itu oleh Tsunade.

"Luka? Luka apa?" Tanya Kyuubi menatap Naruto dengan sebelah alis terangkat.

Naruto menggeleng kecil dan tersenyum, "Ah tidak, Waktu itu aku juga tengah memburu hewan. Tapi saat itu ada sebuah panah yang aku tidak tahu datang dari mana, menusuk tepat didada kananku. Bibi Tsunade lah yang menyembuhkanku." Naruto menatap lembut Tsunade.

"Tapi saat kau pulang, kau tidak memberitahuku sama sekali tentang itu." Kyuubi terlihat marah –Kesal karena waktu itu Naruto pulang tanpa memberitahu apa yang terjadi padanya.

"Aku 'kan hanya ingin tidak membuatmu khawatir." Cetus Naruto sambil menggembungkan pipinya.

Kyuubi tampak tersenyum miring, "Tahu darimana kau kalau aku akan khawatir? Malah aku mau tertawa kalau kau tertusuk panah." Ucapnya ketus.

Naruto mendengus dengan kedua bola matanya berputar malas, "Dasar Tsundere." Gumamnya.

Tsunade yang melihat tingkah kedua anak itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Heran dengan hubungan persaudaraan itu. Tetapi Tsunade bisa melihat betapa kuatnya tali persaudaraan mereka berdua. Membuat Tsunade tersenyum kecil saja.

"Naruto, Rambutmu sudah panjang sekali." Tsunade mengelus surai pirang Naruto yang terurai dengan indahnya. Begitu halus dan lembut helai-helai rambut berwarna kuning bak seperti matahari itu. "Kau jadi terlihat seperti pemuda cantik."

Naruto tertawa mendengar penuturan Tsunade, "Aku sudah mendengar itu ribuan kali, Bibi. Bahkan ada yang menganggapku perempuan paling cantik. Dan bahkan ada yang mengejar-ngejarku untuk menerima cintanya." Ucap Naruto membuat Kyuubi mendengus.

"Nyatanya kau memang banci."

"Kyuu-nii!"

"Sudah, sudah, Kalian ini ribut sekali." Tsunade menghentikan pertingkaian kedua adik-kakak itu dengan malas. "Kalian kesini hanya berdua saja?" tanyanya sembari meminum tehnya.

Naruto menggeleng, "Tidak, Aku pergi kesini tidak berdua saja dengan Kyuu-nii."

"Lalu kemana mereka?" Tanya Tsunade. Tetapi Naruto hanya tersenyum tanpa menjawabnya. Begitu juga dengan Kyuubi yang terlihat diam saja. Tsunade pun mengendikkan bahu —tak masalah jika Naruto tak ingin menjawab.

"Ibu, Aku datang bersama Menma."

Suara yang begitu halus dan lembut mengintrupsi mereka bertiga. Seorang gadis cantik bermata lavender pucat berdiri diambang pintu dengan seorang anak kecil disampingnya. Naruto terdiam —
tercengang melihat sosok yang seperti malaikat dimatanya.

"Shion, Menma, Kemarilah. Sapa lah tamu spesialku." Ucap Tsunade memanggil gadis itu untuk mendekat. Dengan gerakan anggun, Gadis cantik itu pun melangkah kearah mereka dnegan senyum manis.

"Selamat datang di keluarga besar Senju, Tuan." Ucap gadis bernama Shion itu sambil membungkukkan badannya sehingga surai pirang pucatnya yang tergerai terjatuh kesisi wajahnya.

Naruto tampak menunjukan senyum canggungnya dengan wajahnya yang terasa panas, "Kau cantik sekali, Nona." Pujinya membuat Tsunade dan Kyuubi tersenyum penuh makna.

"Anda juga sangat cantik, Nona."

"HAHAHAHA!" Suara tawa pecah Kyuubi membahana diruangan ini. Tsunade juga terlihat tertawa. Sementara Naruto yang wajahnya sudah memerah semakin memerah dan hanya bisa memasnag wajah cemberut.

"Eh? Apa ucapanku ada yang salah?" Tanya Shion sambil memiringkan kepalanya.

"Shion putriku, Dia ini seorang pria." Jelas Tsunade sambil tertawa geli. Wajah Shion pun langsung memerah —menahan malu dan segera membungkukkan badannya berkali-kali.

"Ma-maafkan aku, Tuan!"

Naruto menghela napas, "Tidak apa-apa. Aku sudah biasa dipanggil seperti itu." Ucapnya berusaha tersenyum dengan tangan membekap Kyuubi yang sedari tadi tidak berhenti tertawa.

"Eh? Nona ini seorang pria? Hah~ padahal dia manis sekali, Bu." Ucap seorang anak kecil sambil bersedekap dengan pipi menggembung.

Tsunade hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat putranya yang kini sudah bisa tertarik pada apapun yang indah dimatanya. "Naru, Ini Putri dan Putraku. Dia Shion dan ini Menma. Menma sudah tumbuh besar, kan?" Tanya Tsunade dengan tersenyum.

Naruto langsung menatap bocah bersurai hitam jabrik yang ada disampingnya, "Waaah! Aku tak menyangka kau sudah tumbuh secepat ini. Rasanya seperti kemarin saja aku melihatmu masih bayi." Naruto mengacak-acak surai hitam itu dengan gemas.

Menma terlihat memerah dan langsung memalingkan wajahnya karna malu melihat senyum Naruto. "A-aku sudah tumbuh besar tahu!" ketusnya membuat mereka tertawa.

"Putrimu cantik, Tsunade." Ujar Naruto sambil memandangi Shion yang sudah duduk bersimpuh disamping Tsunade dengan wajah memerah.

Tsunade tersenyum kecil dan menepuk-nepuk puncak kepala Putrinya, "Kau menyukainya, Naruto? Aku bisa menikahkanmu dengan anakku. Tapi … Dia harus ikut sayembara kerajaan untuk menjadi istri dari slaah satu pangeran dikerajaan Uchiha besok." Ucapnya membuat Naruto terkejut.

"Ibu! Aku tidak mau ikut sayembara itu!" Tiba-tiba saja Shion menangkas pernyataan Ibunya. Dia terlihat marah sekali. "Aku tidak mau menjadi Istri mereka!"

"Shion!" Tsunade menatap tajam gadis itu —memperingatkan kalau bukan waktunya yang tepat untuk berdebat dihadapan kedua tamu mereka. Shion pun langsung menundukkan kepalanya.

Naruto yang terdiam dengan mata terus memandang kearah Shion tampak tersentak ketika merasakan sikutan dilengannya. Dia melihat Kyuubi tengah menatapnya dengan tatapan yang menyiratkan kata-kata. Kyuubi pun berbisik kepadanya.

"Aku mengerti …" bisik Naruto setelah Kyuubi selesai berbisik kepadanya.

"Nona Shion," Shion menatap Naruto yang baru saja memanggil namanya. "Ya, Tuan?" balasnya dengan sopan.

Naruto berdehem pelan lalu menatap gadis itu, "Kenapa kau tidak mau menikah dengan Pangeran? Bukankah Pangeran Uchiha sangatlah tampan?" Tanyanya sambil tersenyum.

Seketika Shion langsung memasang wajah merenggut , "Aku ingin belajar, Tuan. Aku tidak mau menikah secepat ini. Aku masih ingin mencari ilmu. Tapi, Ibu menginginkan aku menikah agar ada yang menjagaku." Shion berkata sambil melirik Ibunya dengan siratan kekesalan.

"Lagipula, Aku tidak menyukai Pangeran Uchiha walau mereka mempunyai ketampanan yang sempurna sekaligus." Tambah Shion membuat Naruto tersenyum.

"Kau gadis yang pintar dan baik hati." Puji Naruto dengan tulus. Pujiannya tentu saja membuat Shion memerah. "Tapi …"

Naruto memandang kearah Tsunade yang tampak diam –seolah-olah tak mendengarkan ucapan Putrinya —dengan serius. "Bibi, Ada yang ingin kubicarakan. Tapi bisakah kita hanya bertiga saja?"

Tsunade yang mengerti, langsung menyuruh putra-putrinya untuk keluar dari ruangan ini dan menutup pintunya. Kini mereka hanya bertiga dengan saling tatap-menatap yang menyiratkan keseriusan.

Melihat bagimana kedua pemuda itu menatapnya, Tsunade tersenyum miring, "Aku sudah menduga kedatanganmu kesini bukan hanya untuk menemuiku. Pasti ada sesuatu yang membuatmu kemari, Nak."

Naruto mengangguk dengan mata memandang kearah minumannya yang masih belum tersentuh barang sedikitpun, "Kami memang datang kesini untuk satu tujuan." Ucapnya dengan nada beratnya.

"Apa itu?" Tanya Tsunade dengan sebelah alis terangkat. Jari lentiknya memegang gelas keramik kecilnya —bersiap untuk meminum teh itu.

Naruto langsung mendongakkan kepalanya. Menatap Tsunade lagi-lagi dengan keseriusan yang lebih mendalam. Tidak, bahkan lebih serius. Seakan-akan jawaban yang akan ia berikan pada Tsunade bukanlah omong kosong.

"Kami …"

"Ingin menikah dengan Pangeran."

.

'Prak

Tsunade tak menghiraukan teh yang kini membasahi kimono indahnya. Gelas menggelinding tak tentu arah. Menumpahkan cairan berwarna coklatnya kelantai tatami itu. Semua terasa hening. Bahkan waktu juga terasa berhenti berputar.

Tsunade terdiam —tak mampu berkata-berkata.

"Kami tahu kau akan terkejut." Ujar Kyuubi memecahkan keheningan itu. Dia melirik adiknya yang kini tertunduk, "Tapi kami memang ingin menikah dengan kedua Pangeran itu."

"Apa kalian bercanda?!" Tanya Tsunade dengan iris kuning emas yang menajam. "Kalian ini seorang pria! Tidak mungkin pria dengan pria bisa menikah di Negri ini!" Ucapnya menyadarkan pikiran gila mereka berdua.

"Maka dari itu, Bibi. Biarkan kami berdua menggantikan Shion untuk menjadi putri Senju." Ucap Naruto dengan tatapan memohon. Tetapi Tsunade terlihat semakin marah.

"Pernikahan yang diadakan bukanlah main-main!" Tegas Tsunade. "Jika para kerajaan mengetahui siapa kau, Kau akan dihukum mati karena melakukan kebohongan besar! Bukan hanya itu saja … Keluarga Senju juga akan terkena dampaknya." Tsunade menatap mereka berdua dengan penuh peringatan.

"Tapi aku tidak pernah menyangka kau jatuh cinta pada seorang pria, Naruto." Imbuh Tsunade sambil meminum teh itu dengan gelas yang baru —untuk menenangkan dirinya.

Naruto menggeleng, "Aku ingin menikah bukan atas dasar perasaan. Aku menikah karena ingin mencari tahu sesuatu." Ucapnya.

Tsunade mengernyitkan dahi. Matanya menyipit —memandang penuh kecurigaaan pada dua pemuda yang kesini dengan tujuan yang tak masuk akal. "Apa yang ingin kalian cari disana?"

"Kau tidak perlu tahu apa yang kami cari. Intinya, Naruto dan Aku hanya ingin menikah dan mencari tahu disana." Jawab Kyuubi membuat Tsunade terdiam. Tsunade memandang Naruto. Tatapan anak itu begitu menyakinkan dirinya jika dia memang ingin melakukan itu. Seakan-akan tujuan itu sangatlah penting baginya dan kakaknya.

Dua pemuda itu benar-benar serius dengan tujuannya.

"Sebenarnya … kalian ini siapa?"


Hari ini, Hari yang terasa berbeda. Pagi-pagi sekali burung telah bercicit dengan merdu didahan pohon. Menambah kesan ramai disebuah Istana yang kini didatangi oleh ratusan rakyat. Dari kalangan bawah sampai atas mengantri untuk masuk ke Istana yang megah itu.

Dengan kimono mewah, Para gadis cantik berjalan dengan anggun ke halaman Istana yang luas melebihi luas tanah sawah mereka. Gadis-gadis muda itu ditemani oleh Ibu mereka yang siap mengantar anaknya untuk menuju pelaminan jika dipilih oleh salah satu pangeran Uchiha itu.

Dihalaman Istana ini telah dihiasi karpet mewah terbentang luas menutupi pijakkan tanah dengan berbagai bantal untuk duduk bersimpuh mereka nanti. Dan dihadapan mereka, terlihat Singgahsana-singgahsana mewah yang terlapisi emas diatas altar.

Singgahsana yang akan diisi oleh orang-orang yang memiliki derajat yang paling tinggi diantara mereka.

Para gadis berbaris dengan rapih disetiap titik yang telah ditentukan oleh para pengawal Istana. Dan gadis-gadis yang berasal dari kalangan bangsawan dipisahkan dari gadis-gadis rakyat biasa.

Mereka semua berdiri —Menunggu kedatangan para Pangeran yang akan menjadi calon suami salah satu dari mereka. Jantung mereka berdetak tak karuan. Merasa bahagia dan tidak percaya jika mereka bisa memasuki Istana dan akan melihat Pangeran —yang konon memiliki ketampanan yang sempurna.

Hari ini adalah hari yang luar biasa bagi semua para gadis.

"IBUNDA PERMAISURI TELAH DATANG. BERI HORMAT PADA PERMAISURI!"

Suara lantang pengawal membuat mereka semua membungkukkan badan dengan gerakan yang hampir bersamaan. Semua membungkuk. Tak berani mengintip ketika suara langkah berirama terdengar ditelinga mereka.

Ya, Saat itu seorang wanita berwajah anggun dan cantik yang mengenakan gaun Kimono berwarna emas datang dengan para pelayang yang mengikutinya dari belakang. Dia berjalan dengan langkah yang anggun serta dagu yang terangkat dan dada yang dibusungkan.

Dia berdiri di tengah altar. Menatap para gadis-gadis yang kini ia suruh tegapkan badannya. Semua para gadis terlihat tercengang melihat kecantikan Permaisuri yang kini tersenyum kearah mereka.

"Selamat pagi, putri-putriku yang cantik." Sapa Permaisuri Mikoto menundukkan kepalanya sedikit. Senyum tak terlepas diparasnya yang sangat cantik. "Hari ini kalian semua tampak cantik." pujinya.

"Terimakasih atas pujianmu, Permaisuri." Balas para gadis serempak —tak lupa memasang senyum.

Permaisuri bersurai hitam yang disanggul dengan mengenakan mahkota itu kembali berkata, "Sebagai Ibu dari kedua pangeranku yang tampan, Aku ingin calon yang akan menjadi Istri anak-anakku nanti adalah gadis yang baik hati dan bisa mengurus anakku dengan baik. Aku berharap kalian tulus mencintai anak-anakku." Ucapnya sambil tersenyum lembut.

"Kalian akan diseleksi untuk menjadi pendamping anakku. Jadi yang tidak terpilih janganlah kecewa. Ibu yakin kalian akan mendapatkan seorang pria yang lebih baik dari pada anak-anakku. Berusahalah menjadi yang paling terbaik!" Ucap Permaisuri itu mengakhiri ucapannya. Dia pun duduk disinggahsana yang berada disamping singgahsana yang terlihat lebih besar diantara singgahsana lainnya.

Semua para gadis hanya bisa memuji kebaikkan sang Permaisuri dalam hati.

"YANG MULIA RAJA AGUNG TELAH TIBA! BERI HORMAT PADA YANG MULIA!"

Kini seorang pria dengan dada yang tegap serta wajah yang bijaksana datang bersama para menteri-menteri. Raja bernama Fugaku itu tak banyak berbicara dan duduk disinggahsana kemuliaannya sembari menatap para gadis-gadis itu dengan pandangan yang jeli.

"PANGERAN ITACHI DAN PANGERAN SASUKE TELAH TIBA. BERI HORMAT PADA PANGERAN!"

Dan tibalah pula kedatangan yang ditunggu-tunggu oleh para gadis. Tapi saat itu begitu banyaknya pengawal membawa kain dan langsung menutupi mata mereka satu persatu. Semua bertanya-tanya tapi tak ada yang menjawab dan hanya menyuruh mereka tetap tenang dan diam ditempat. Tak lupa untuk membungkuk.

Tanpa tahu para pangeran sudah tiba atau belum, mereka semua disuruh untuk duduk bersimpuh dengan tata cara duduk yang benar. Penyeleksian pertama pun dimulai diawali dengan pertanyaan dari sang Permasuri tentang identitas mereka.

"Siapa namamu? Dan kau berasal dari mana?"

Gadis berkimono corak oranye-putih tampak berdiri dan menjawab dengan gugup, "Na-namaku Lee Tenten. Aku berasal dari keluarga bangsawan Lee yang tinggal di sayap barat desa."

"Hormat Yang Mulia Permaisuri, Nama hamba Sabaku no Temari. Hamba berasal dari keluarga bangsawan Sabaku di daerah Suna, Yang Mulia."

"Namaku Inuzuka Hana. Aku berasal dari bangsawan Inuzuka di sayap timur desa."

Mikoto tampak tersenyum mengetahui identitas mereka. Dari identitas serta cara mereka berbicara, Mikoto sudah tahu mana gadis yang pintar dan baik. Sebenarnya identitas mereka berasal dari bangsawan manapun itu sama sekali tak mempengaruhi Mikoto. Mikoto hanya ingin melihat bagaimana sikap mereka dan cara mereka berbicara.

"Ah, Lalu kalian berdua yang memakai Kimono putih bercorak Sakura kembar." Tunjuk Mikoto pada dua orang gadis yang duduk bersebelahan. Mereka berdua berada di tempat putri-putri bangsawan yang secara langsung menandakan mereka berasal dari bangsawan.

Kedua gadis yang memiliki surai pirang bak seperti matahari dan surai merah kejinggaan yang terlihat indah disanggul dengan penusuk sanggul yang dihiasi bandul Sakura berdiri dengan gerakan yang kompak. Badannya dibungkukkan dengan sempurna. Serta cara menegapkan tubuhnya dengan cara yang sempurna dan anggun.

Dalam hati Mikoto memuji kedua gadis itu yang terlihat seperti putri kerajaan. Terlatih dan sempurna. Apalagi wajah mereka yang tidak tertutup tampaklah cantik dimata Mikoto.

"Kalian berdua sangat cantik dan mirip. Apakah kalian kembar?" Tanya Mikoto sebelum kedua gadis itu memperkenalkan diri.

Kedua gadis itu tampak tersenyum walau kedua mata mereka masih tertutup. Gadis itu pun lalu menggeleng dengan gerakan pelan, "Kami tidak kembar. Kami hanya bersaudara, Permaisuri." Jawab mereka dengan nada yang lembut.

"Kalau begitu, Sebutkanlah nama kalian."

"Namaku Senju Kyuubi."

"Dan …"

"Aku bernama Senju Naruto, Permaisuri Yang Agung."


Awalnya halaman ini terisi penuh oleh gadis-gadis cantik. Tapi setelah beberapa jam, kini hanya tinggal 25 gadis yang duduk bersimpuh disana. Mikoto tersenyum melihat berjuangnya para gadis-gadis yang tersisa hanya demi mendapatkan anaknya.

Mikoto tahu jika mereka sudah lelah karena duduk diatas terik sang surya yang kini sangat panas selama berjam-jam. Bahkan keringat terlihat menetes disisi pipi para gadis-gadis itu.

Tapi ada satu hal yang membuat Mikoto takjub. Dua gadis yang sempat ia sangka adalah anak kembar tetap terlihat tegap dan terlihat masih segar. Tak ada setetes keringat pun yang membasahi wajahnya. Tetapi manusia tetaplah manusia, Mikoto yakin kedua gadis itu sedang menahan rasa lelahnya.

"Ini adalah tahap ketiga, Di tahap ketiga ini aku ingin melihat kalian membuat sya'ir yang indah untuk para pangeran-ku." Ujar Mikoto tentang apa yang harus para gadis-gadis lakukan dibabak ketiga ini. Para pelayan pun datang membawa tumpukkan kertas. Pelayan-pelayan itu memberikan kertas dan tinta serta kuas kepada para gadis.

Tirai pun disibakkan dihadapan mereka agar tak melihat apa yang dihadapan mereka. Dan akhirnya kain yang menutupi mata mereka pun dilepaskan. Untuk beberapa saat mata mereka terasa gelap dan merasakan cahaya yang silau akibat terlalu lamanya mata mereka ditutup.

Tetapi, mereka pun segera menorehkan tinta pada kertas yang ada dihadapan mereka dengan tulisan tangan yang indah.

Cukup satu jam, Dua puluh empat kertas sudah ada dihadapan Permaisuri. Permaisuri pun mulai membaca kertas-kertas itu. seiringnya ia membaca, tak lupa senyum kecil terukir dibibirnya.

Tapi ada salah satu kertas yang tampak berbeda isinya dengan sya'ir-sya'ir yang lainnya. Walaupun ia mengerti dengan maksud sya'ir itu, Dia memberi kertas itu pada seseorang yang sedari tadi hanya diam dengan wajah yang terlihat datar.

"Bacalah, Sya'ir ini bagus sekali." Ucap Mikoto sambil tersenyum. Sosok itu pun menerimanya dan membacanya.

'Pencarian sepanjang hidup

Penantian sebuah jawaban

Menyusuri tepian musim

Meninggalkan semua kepedihan

Pencarian yang sangat menakjubkan

Menembus seluruh lapisan jagad

Mengharapkan belas kasihan

Menanti sebuah panggilan

Apakah dibalik gunung

Ataukah diatas langit?

Harus kulangkahkan kaki ini

Untuk memecahkan sebuah misteri

Apakah aku harus berlari

Ataukah aku hanya diam?

Ku bersandar pada rembulan

Bersama gelapnya malam

Senju Naruto'

Sreet!

Dan ketika tirai disibak kembali menampilkan para gadis-gadis yang matanya telah kembali tertutup, sepasang iris hitam yang kelam tertuju kearah seorang wanita bersurai pirang.


Inilah tahap yang terakhir. Tahap yang akan menentukan siapa yang akan menjadi istri kedua pangeran itu. Kini hanya tersisa enam gadis. Tiga untuk pangeran pertama dan tiga untuk pangeran kedua. Keputusan siapa yang akan memilih para gadis-gadis itu sekarang ada ditangan sang Pangeran.

Mikoto dan Fugaku tampak duduk disinggahsananya dengan para pelayan yang mengipasi mereka. Mikoto yang awalnya mengambil alih dari tahap pertama, kini digantikan oleh dua orang pemuda yang berdiri diatas altar ditemani oleh seorang pria tua yang akan mengikat janji suci.

Para ke-enam gadis datang dengan Ibu mereka yang akan menuntun mereka untuk jalan -karena mata mereka masih ditutupi oleh seutas kain merah. Tapi ada yang berbeda dari ke-enam gadis itu.

Gadis-gadis itu menggunakan gaun pernikahan yang disebut Hanayome isho. Kimono furisode yang dilapisi jubah merah bernama Uchisake dengan gambar burung jenjang yang sedang mengibarkan sayap. Rambut indah mereka dikepang dan dibentuk menjadi sanggul yang besar. Aksesoris berlapis emas yang membentuk mahkota terpasang diatas kepala mereka. dan beberapa tusuk dengan bandulan yang berbentuk keping-kepingan menjadi penghias sanggulan itu.

Bukan hanya itu saja. Tempat yang semulanya untuk para gadis berkumpul, kini berubah dengan luar biasanya. Kelopak bunga mawar bertaburan dimana-mana. Karpet merah yang panjang tergelar hingga sampai diatas altar. Disisi kanan dan kiri karpet itu terdapat para menteri yang kini berbaris dengan rapih.

Begitu indahnya tempat yang akan menjadi saksi bisu pernikahan suci itu …

"Pangeran Itachi, Siapa yang akan anda pilih untuk menjadi istri anda?" Tanya pria tua berjubah putih dengan benang emas menjadi motif disisi jubahnya —pada seorang Pangeran yang tersenyum ramah padanya.

Pangeran bersurai hitam yang dikuncir kuda itu pun berbisik pada sang pria tua. Setelah berbisik, sang pria tua mengangguk. "Hamba mengerti, Pangeran Itachi. Lalu bagaimana dengan anda, Pangeran Sasuke?"

Pangeran yang terlihat mirip dengan Pangeran bernama Itachi juga berbisik pada pria tua itu. Pria tua itu tersenyum setelah sang Pangeran selesai memberitahu siapa yang akan menjadi calon istrinya.

"Baiklah," Pria tua itu menghadap kearah gadis-gadis itu. dia pun mengumumkan akan memanggil nama yang akan menjadi istri dari dua Pangeran itu. "Pangeran Itachi memutuskan untuk memilih calon istrinya adalah …"

"Senju Kyuubi!"

Seketika tepuk tangan memeriahkan suasana. Gadis yang bernama Senju Kyuubi hanya tersenyum. Wanita cantik yang menggenggam tangannya tampak tersenyum. Dan gadis-gadis lainnya terlihat mulai cemas karna takut tidak akan terpilih oleh sang pangeran yang berikutnya.

"Dan Pangeran Sasuke memutuskan Senju Naruto akan menjadi istrinya!"

Tepuk tangan semakin meriah dengan senyum bahagia dari para menteri serta para warga Istana. Gadis bernama Senju Naruto terlihat tersenyum lebar. Gadis bersaudara itu pun dituntun oleh Ibunya melangkahkan kaki diatas karpet merah itu.

Gadis-gadis yang terlihat kecewa pun hanya bisa pasrah dan mulai membuka penutup matanya. Dan saat itulah mereka menangis melihat dua gadis berjalan diatas karpet merah dengan ribuan kelopak mawar dilempar oleh para menteri disisi kanan dan kiri.

Bukan hanya itu saja yang membuat mereka menangis. Air mata mereka semakin deras mengalir melihat dua sosok pemuda diatas altar sana.

Dua gadis Senju itupun mulai menaiki tangga dengan langkah yang sempurna tanpa takut akan jatuh. Ibu mereka berdua setia menemani langkah mereka untuk menuju altar dengan senyuman bahagia seorang Ibu. Dan Ibu mereka melepaskan genggamannya ketika kedua putri-nya telah berhadapan dengan dua pangeran itu.

"Sekarang kalian berdua boleh membuka kain penutup pasangan kalian."

Perintah sang pria tua dilakukan oleh kedua pangeran itu. Dengan pasangan yang mereka telah pilih, Pangeran Itachi dan Pangeran Sasuke maju selangkah sehingga jaraknya dengan para mempelai wanita sangat dekat.

Tangan besar mereka mulai melepaskan ikatan kain itu. Perlahan, mereka menarik kain itu dengan gerakan lembut. Dan saat itulah sepasang kelopak mata yang indah dan terpejam terlihat. Kelopak mata ke-dua gadis itu pun bergerak-gerak.

Kelopak mata gadis bersurai merah kejinggaan itu mulai terbuka. Menyesuaikan cahaya diretina dimata mereka. Hingga pada akhirnya sepasang matanya menampilkan iris jernih yang memiliki warna begitu indah.

Sepasang iris berwarna merah menyala bak seperti batu ruby yang bersinar ditimpa cahaya sang surya. Sangat berkilau dan indah. Bahkan Pangeran yang ada dihadapannya terlihat terpesona dengan keindahan matanya.

Tetapi semua terasa hening …

Begitu sunyi …

Bahkan nafas dari orang-orang yang disana tampak tak terdengar …

Semua berhenti begitu saja. Ketika gadis bersurai pirang itu membuka matanya dengan sempurna. Sepasang iris berwarna biru jernih bak seperti langit biru tak berawan memandang lurus kearah sang Pangeran yang ada dihadapannya.

Saat itulah …

Biru safir bertemu pandang dengan Mutiara hitam yang begitu kelam …

Perlahan, Kain yang ada digenggaman sang Pangeran pun terjatuh ke sisi kakinya.


"Kami adalah pangeran Namikaze."

Tsunade menggigit bibir bawahnya sembari mencengkram kimono indahnya dengan erat. Wajahnya begitu kalut ketika mengingat pengakuan dari pemuda yang telah menyelamatkannya lima tahun yang lalu.

Tsunade tak pernah menyangka dia akan ditakdirkan untuk membantu dua orang pemuda yang berasal dari Kerajaan yang telah dianggap menjadi musuh besar di Negara Api ini. Tapi …

"Aku mempunyai saudari kembar. Dia adalah gadis yang cantik dan sangat mirip denganku. Disaat umurnya yang kelima belas tahun, Dia memutuskan untuk mengenali Negara ini. Namun, Tiba-tiba saja dia ingin menikah dengan seorang Pangeran Uchiha. Dan setelah dua tahun kemudian tanpa kabar, Aku menemukannya didalam peti. Itu terjadi lima tahun yang lalu -tak lama setelah aku bertemu denganmu."

Saat itu Tsunade hanya bisa terdiam ketika Naruto mulai menceritakan penyebabnya keinginan Naruto untuk menikah dengan Pangeran Uchiha.

"Kenapa kau menceritakannya, bodoh?!"

"Karena aku percaya pada Bibi Tsunade yang menyayangiku."

Naruto menaruhkan seluruh kepercayaannya kepadanya. Tsunade pun tak bisa untuk menolak. Apalagi keinginan Naruto hanyalah ingin mencari tahu bagaimana kisah saudari kembarnya disini hingga saudara kembarnya meninggalkan dunia ini selama-lamanya.

"Tapi, kau seorang pria, Naruto. Setelah mengikat janji suci, kau sudah akan melaksanakan malam pertama. Bagaimana kau akan mengatasinya?" Tanya Tsunade saat itu yang masih ragu dengan keputusan Naruto untuk menikah.

Awalnya Naruto juga terlihat tengah berpikir. Tapi kemudian, dia kembali berkata dengan penuh keyakinan, "Aku akan mengatasinya dengan cara apapun. Jika aku tak bisa menghindari malam pertama itu, Aku akan menghadapi apa yang akan terjadi."

"Anak itu …" Tsunade terkekeh. Begitu heran dengan bocah yang masih muda itu. Bocah itu penuh ambisi dan sangat percaya diri. Sama sekali tidak memikirkan hal yang buruk bisa terjadi padanya. Yang ada dipikiran bocah itu hanya ingin mengetahui kebenaran atas kematian kakaknya.

"Ada ribuan gadis cantik yang akan ikut sayembara ini. Apakah kau bisa mengalahkan mereka?"

"Aku yakin, Aku bisa mengalahkan ribuan gadis itu."

"Ya, Kau benar-benar hebat, Naruto. Kau dan kakakmu bisa mengalahkan mereka dengan kepintaran dan kecantikanmu." Gumam Tsunade sambil tersenyum.

Begitu bangga dengan kedua adik-kakak itu. Seandainya mereka adalah seorang wanita dan mereka ditakdirkan menjadi anaknya, Tsunade sangat bahagia memiliki mereka berdua.

Sekarang Tsunade telah meninggalkan mereka berdua di Kerajaan dan sedang menuju perjalanan pulang dengan tandu yang digotong oleh para pelayannya. Dia memang harus meninggalkan kedua pemuda itu dan tidak bisa tinggal di Istana karena Tsunade tak bisa meninggalkan putra-putrinya.

Pernikahan tadi berjalan dengan lancar setelah kedua mempelai itu bersumpah untuk setia dalam suka mau pun duka hingga akhir hayat mereka. Tsunade ingin sekali bertepuk tangan melihat kedua pemuda Namikaze itu berciuman tanpa ada rasa ragu. Mereka melakukannya dengan professional.

Sebagai Ibu, Tsunade hanya bisa berharap kedua pemuda yang sekarang menjadi keluarga besar Kerajaan Uchiha dilindungi oleh Tuhan. Semoga hal yang buruk tidak menimpa mereka.

"Aku berharap kau tidak membuat masalah yang besar disaat malam pertama, Bocah." Gumam Tsunade sembari memejamkan matanya dengan senyum terpatri diwajahnya.


Malam ini begitu indah dan menyejukkan. Bulan purnama menerangi langit malam dengan sempurna. Ribuan bintang menghiasi langit dengan titik-titik cahayanya yang mengilaukan langit malam. Angin bertiup pelan, membuat daun-daun saling bergesekkan.

Dan malam ini dianggap sebagai malam yang suci untuk kerajaan Uchiha. Kedua pangeran Uchiha yang baru saja menikah akan melaksanakan malam suci mereka dengan mempelai wanita yang sudah sah menjadi istri mereka –atau biasa disebut juga sebagai malam pertama.

Malam pertama yang akan saling berbagi kehangatan dan akan saling bersatu dalam balutan cinta …

Dua kamar yang berbeda letak sudah disiapkan untuk kedua pangeran dan pasangannya. Kamar pengantin akan dihias sedemikan rupa dengan indahnya. Kelopak mawar bertaburan diatas ranjang. Dan wangi harum yang menenangkan memenuhi kamar mereka masing-masing.

Suara langkah seorang gadis yang masih memakai gaun pengantinnya tampak berdiri disebuah kamar dengan para pelayan yang setia membungkuk dibelakangnya. Gadis bersurai pirang dengan tata rambut yang masih disanggul dengan sempurna terlihat diam —memandangi pintu dihadapannya.

Tak ada ekspresi sama sekali diwajah wanita cantik yang telah memiliki gelar sah sebagai Istri Pangeran bungsu Uchiha itu. Datar sekali. Iris birunya hanya memandang pintu yang dihiasi dengan indah itu.

Pintu yang akan ia buka dan akan menampilkan seseorang yang amat ia benci.

Seseorang yang sudah lama ia nanti-nanti untuk membongkar sebuah kisah yang masih menjadi abu-abu untuknya. Seorang Pangeran tampan yang telah merenggut nyawa saudara kembarnya dengan keji. Dan seorang Pangeran Uchiha Sasuke yang kini telah sah menjadi suaminya.

Ya, Suaminya …

Suami dari seorang Pangeran Namikaze Naruto!

Gresk!

TBC


NP (Not Pierrot): Ciyeeee … Pierrot hadir membawa ff bertemakan kingdom :v

Kenalin author keceh bertampang manis ini. Namaku Pierrot, biasa dipanggil errot(?) :v Sejujurnya aku ini author lama yang kembali dari kubur (Lo kira zombie?!)
Oke, Pierrot buat ff ini semata-mata ingin mengetahui sesuatu. But, secret~ :p
Lemon dichap depan! Aku gak tahu deh lemonnya bakal hot apa kagak. Yang penting jadi~
So, Yang suka tinggal review. Yang bingung tinggal review. Yang gak suka tinggal review :v

Pika-pika-pika-pika-chuuuu~ Ane bukan mak errot~(lagi baca mantra)

Mohon riviewnya minna!