.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Warning : T rate/AU/Twisted plot

Pair : SasukeXSakura

Genres : Psychology/Mystery/Romance/Tragedy

By Devilish Grin

.

KURUSHII KURUSHII

Chapter 1

...

.

Sakura Pov

Namaku Sakura Haruno, mahasiswi jurusan Sastra Inggris, 19 tahun. Aku menjalani kehidupan yang cukup menyenangkan selama 19 tahun hidup di muka ini. Aku diberkahi keluarga yang sayang padaku, teman-teman yang baik dan yang paling utama aku memiliki kekasih yang sangat baik hati. Namanya adalah Sasuke Uchiha, mahasiswa jurusan Psikologi, 19 tahun. Dia pemuda yang cerdas, makanya tidak heran di usianya yang masih muda, dia sudah menyelesaikan skripsinya dan sekarang hanya tinggal menunggu sidang.

Normal Pov

"Sakura." Pemuda itu sedang berdiri di depan sebuah mobil hitam sambil setengah bersandar. Gayanya yang cool membuatnya menjadi pusat perhatian dalam sekejap.

"Wah, wah yang dijemput pacar, senangnya~" goda seorang gadis berkuncir kuda begitu melihat Sasuke datang menjemput dan tengah menunggu sang kekasih.

"Ino, jangan menggodaku!" gadis merah muda itu mendelik, menatap sang kawan dengan wajah merah.

"Cie, cie!" Ino malah semakin menggoda Sakura. Jujur saja wajah gadis itu sangat lucu kalau sedang menahan malu seperti sekarang ini.

"Sudah, Ino, kasihan tuh, Sakura, wajahnya sudah sangat merah!" seorang gadis lain cekikikan melihat tampang Sakura yang sudah seperti kepiting rebus.

"Awas ya, kalian berdua!" balas Sakura dengan gemas.

"Mendingan kamu samperin Sasuke, tuh! Kasihan dia kelamaan di sana!" Ino menunjuk ke arah Sasuke yang mulai menatap bosan.

Sakura yang menyadari mimik jenuh pada wajah Sasuke, lekas berlari kecil menghampirinya.

.

.

"Ino menyebalkan," ucapnya setengah merajuk begitu berdiri di hadapan Sasuke.

"Sudahlah, ayo masuk." Pemuda itu hanya tersenyum tipis menanggapi keluhan gadisnya dan menyuruhnya untuk segera masuk ke dalam mobil.

Keduanya masuk ke dalam mobil hitam porsche tersebut, dan tak lama mobil itu meluncur meninggalkan Konoha University.

"Bagaimana harimu, Sasuke?" tanya Sakura memulai percakapan terlebih dahulu, seperti biasanya dia menanyakan apa-apa saja yang sudah dilewati Sasuke hampir seharian ini.

"Seperti biasa, membantu pekerjaan kantor Itachi yang seharusnya dia kerjakan," jawab pemuda itu dengan nada malas. Tangannya tetap memainkan kemudi dengan lincah dan tatapannya fokus ke depan, ke jalan.

Sakura hanya bisa tersenyum kecil mendengar jawaban Sasuke yang serba irit dan singkat. Pemuda itu memang sama sekali tidak berubah meski sudah bertahun-tahun mereka bersama.

"Lalu, kau sendiri?" Sasuke balas menanyakan keadaan Sakura.

"Baik sekali! Tapi hari ini sedikit agak membosankan karena aku mendapat tumpukan tugas," jawab sang gadis dengan bersemangat seperti biasa. Dia selalu antusias tiap kali berbicara dengan Sasuke dan dia sangat senang sekali melakukan pembicaraan dengannya, karena ia dapat lebih mengenal jauh lebih dalam kepribadian Sasuke.

"Jangan malas. Seharusnya kau kerjakan semua tugas-tugasmu biar bisa lulus dengan cepat." Sasuke memutar kemudinya ke arah kiri, sementara Sakura memutar kedua bola matanya.

"Aku ini tidak sejenius dirimu," dengus gadis itu yang mau tak mau harus mengakui kecerdasan sang kekasih. Aneh, memang, Sasuke dan dirinya masuk kuliah di umur yang sama tapi sekarang Sasuke sudah mau lulus saja, sementara dia harus menunggu 2 tahun lagi untuk lulus.

"Uchiha memang jenius." Pemuda raven itu menyeringai senang saat akhirnya sang gadis mengakui kalau dia itu memanglah jenius.

Sesaat keadaan hening. Sakura yang memutuskan untuk berkutat bermain game di android dan Sasuke yang kembali menyetir dalam diam. Sesekali pemuda itu melirik ke sisi kirinya, melihat gadis itu sudah tenggelam ke dunia game-nya. Menghela napas sejenak saat mendengar Sakura yang mulai senyum-senyum sendiri atau bergumam tak jelas.

"Apa kau mau makan siang?" tanya pemuda itu berusaha mendapatkan perhatian Sakura kembali.

"Sebenarnya aku mau langsung pulang untuk nge-print semua fotocopy yang aku pinjam dari Temari," jawab gadis itu masih fokus pada permainannya, "Tapi, kalau Sasuke-kun mau makan siang, aku mau kok, menemanimu," ucapnya seraya menoleh ke arah Sasuke yang tak biasa-biasanya menawari makan siang lebih dulu, karena biasanya dia yang selalu meminta untuk makan siang bersama dan Sasuke tidak pernah keberatan akan hal itu.

"Hari ini aku ada janji dengan klien pertamaku jadi aku harus cepat. Kalau kau tidak mau makan siang, aku akan segera mengantarkanmu pulang." Sakura mengulum senyum dan mengerti, kalau sebenarnya Sasuke hanya ingin bercerita tentang pekerjaan barunya saja. Dasar, dia memang agak sedikit aneh dalam bersikap, tapi untunglah dia dapat mengerti pemuda itu setelah sekian lama menjalin kasih.

"Jadi kau sudah mendapatkan klien? Selamat ya, Sasuke-kun!" Sakura dengan tanggap langsung memberikan selamat pada kekasihnya sambil tersenyum lebar, merasa ikut bahagia.

"Hn." Hanya satu kata singkat yang tak jelas sebagai balasan dari ucapan Sakura, tapi gadis itu tahu kalau Sasuke sangat mengapresiasi ucapannya tadi.

.

.

Mobil itu kini mulai memasuki daerah perumahan elite di kawasan Konoha, tempat di mana Sakura tinggal bersama dengan Mebuki dan Kizashi, kedua orang tuanya yang sudah Sasuke anggap seperti kedua orang tuanya sendiri.

Mobil berhenti tepat di depan sebuah rumah cantik bercat kuning yang bagian halaman rumahnya banyak ditanami oleh tumbuhan hias dan pepohonan kecil. Rumah yang tampak begitu bersahabat dengan lingkungan, membuat siapa pun yang melihatnya merasa nyaman.

"Baiklah, Sasuke, terima kasih sudah menjemputku," ucap Sakura sebelum turun dari dalam mobil.

Tangan gadis itu bergerak ke arah daun pintu mobil dan hendak membukanya, namun gerakan tangannya terhenti ketika suara Sasuke memanggilnya dari belakang.

"Sakura, tunggu dulu."

Sakura berhenti sejenak dan berputar ke belakang hanya untuk mendapati wajah Sasuke yang kini dekat dengan wajahnya sendiri. Berada dalam jarak sedekat ini membuat adrenaline-nya berpacu.

Cup!

Sebuah ciuman singkat mendarat di bibir pink Sakura membuat wajah gadis itu merona hebat tatkala mendapat perlakuan seperti itu. 6 tahun mengenal Sasuke, 3 tahun menjadi sahabtnya, dan 3 tahun menjadi kekasihnya, inilah pertama kalinya Sasuke mencium bibirnya.

"Sasuke..." Sakura hanya mampu terbengong sambil memegang bibirnya sendiri dan menatap Sasuke yang kini tengah memandangnya dengan wajah menahan tawa.

"Jangan kaget begitu Sakura," ucap pemuda itu sambil tersenyum menahan geli saat melihat wajah polos Sakura, "Sudah sana masuk ke rumah. Katanya kau banyak tugas yang harus dikerjakan 'kan?" pernyataan pemuda itu menyadarkan Sakura kembali ke alam nyata.

"A-ah ya, kau benar!" balas Sakura dengan agak tergagap.

Sakura segera turun dari dalam mobil. Di luar ia sempat melongok ke dalam kaca mobil dan menatap Sasuke yang masih berada pada posisinya sedang memandang ke arah dirinya.

"Semangat pada klien pertamamu ya, Sasuke! Semoga berhasil!" ucapnya sambil melambai ke arah dalam.

"Kau juga, kerjakan semua tugasmu. Jangan malah bergosip dengan dua nenek sihir itu!" balas Sasuke yang sudah dua kali memperingati Sakura untuk mengerjakan tugasnya.

Haha, pemuda itu sepertinya hapal sekali kebiasaan gadisnya yang kalau sudah bosan mengerjakan tugas, bakalan menelepon Ino dan Temari yang berujung jadi acara gosip dan membuatnya lupa akan tugas yang seharusnya ia kerjakan.

"Iya aku tahu. Kau juga, awas, ya jangan selingkuh kalau kliennya ternyata gadis cantik!" Sakura tidak mau kalah, diia juga menasehati Sasuke untuk tidak selingkuh kalau nantinya orang yang menjadi klien pertamanya adalah gadis yang sangat cantik dan memiliki segala kelebihan di atasnya.

"Hn, aku pergi dulu." Sasuke memutar kedua iris kelamnya dengan bosan, dan setelah itu ia berpamitan pada Sakura.

Mobil Sasuke akhirnya melaju secara perlahan meninggalkan Sakura yang masih berdiri di depan pintu gerbang rumahnya. Gadis merah muda itu masih menatap mobil Sasuke dari kejauhan. Setelah mobil itu berbelok dan tak terlihat oleh pandangannya lagi, ia segera masuk ke dalam rumah.


Jalan Raya Konoha

.

Sasuke sekarang sedang berada di jalan raya menuju kantornya yang berada di pusat kota Konoha dan hanya berjarak kurang dari 100 km dari kampus Sakura. Keadaan jalan kala siang itu agak lengang membuat pemuda itu sedikit mempercepat laju mobilnya dan setengah melamun.

Sasuke sedang melamunkan kisah cintanya bersama Sakura. Tak terasa hampir 7 tahun dilewatinya bersama Sakura. Menjalin kasih 3 tahun semenjak mereka duduk di bangku SMA hingga sekarang. Ternyata kalau dipikir-pikir hubungan dialah yang paling awet dibanding teman-temannya semasa sekolah dulu. Ino terkenal play girl meskipun dia mengaku hanya mencintai Sai, sepupu Sasuke, tapi gadis itu tampak tidak sungguh-sungguh membuat Sai akhirnya memutuskan untuk menuntut ilmu di Amerika. Temari, entah sudah berapa kali putus-nyambung dengan Shikamaru, faktor kurangnya kepercayaan di dalam hubungan. Temari yang terlalu pencemburu dan Shikamaru yang cuek, kombinasi yang berbahaya. Sementara Naruto tidak jelas, sepertinya sejak dulu dia memang berbakat untuk jadi jomblo dan pemuda itu juga sama halnya seperti Sai, kuliah di negeri orang.

Kembali ke hubungannya dengan Sakura. Kalau dipikir memang dialah yang paling beruntung. Meski Sakura agak keras kepala tapi gadis itu bisa dengan mudah beradaptasi dengan sikapnya dan bisa dikatakan memiliki kesetiaan tinggi.

Sasuke sangat menyayangi gadis itu dan berencana untuk mengikatnya dalam suatu ikatan suci yang disebut pernikahan, makanya dia berjuang keras agar bisa secepat mungkin lulus kuliah dan mencari pekerjaan, meskipun dalam hal ini Sasuke sudah ditawari untuk menjadi direktur utama di salah satu perusahaan ayahnya, tapi ia berkeras untuk mandiri dan lepas dari orang tuanya.

Saat sedang asik melamun merencanakan masa depannya dengan Sakura, tiba-tiba saja Sasuke dikejutkan oleh kemunculan seorang gadis bergaun biru yang melintas dari kejauhan pada jalurnya. Spontan pemuda itu langsung mengerem secepat kilat agar tidak menabrak gadis tersebut.

CKIIIIIITTTT!

Sasuke berhenti tepat beberapa centi dari tubuh gadis itu. Sementara sosok sang gadis malah berdiri diam di depan mobil Sasuke. Gadis itu memutar tubuhnya ke arah Sasuke dan tanpa terduga ia berteriak-teriak histeris di sana.

"KENAPA KAU MALAH BERHENTI? TABRAK! AYO TABRAK AKU!"

Gadis bersurai indigo itu berteriak kencang pada Sasuke dan meminta dirinya untuk ditabrak. Tak pelak kejadian itu langsung memacu kerumunan orang-orang dalam waktu tak kurang dari 5 menit.

'Apa-apaan dia, berteriak seperti itu?' Sasuke mengernyit melihat tingkah aneh dari sang gadis.

"TABRAK AKU! TABRAK AKU SEKARANG JUGA KARENA AKU MAU MATI!"

Sekarang gadis tersebut malah menggebrak-gebrak bagian depan mobil Sasuke dengan ganas dan membuat kerumunan yang melihat mereka semakin banyak.

'Baiklah, cukup sampai di sini!'

Sasuke hilang kesabaran. Pemuda itu keluar dari dalam mobil dan menghampiri orang aneh tersebut. Tanpa banyak bicara ia segera menarik dan menyeretnya masuk ke dalam mobil secara paksa.

Blugh!

Tanpa berperasaan Sasuke mendorong gadis itu dan membuatnya secara otomatis terduduk di bangku depan. Sasuke menutup pintu mobil dan dengan cepat ia berjalan ke samping, membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

"Kau dalam masalah, Nona!" tukasnya dengan marah sementara gadis itu hanya terdiam. Kontras dengan sikapnya yang barusan. "Sekarang aku akan mengantarmu pulang," ucapnya kali ini berusaha menstabilkan emosinya yang nyaris meledak.

"Ma-maafkan aku...," balas sang gadis sambil tertunduk. Sasuke kembali mengernyit heran dan bergumam pelan kalau gadis itu benar-benar sangat aneh.

.

.

.

15 menit kemudian

Sasuke berhenti di depan sebuah rumah bergaya tradisional jepang yang bisa dikatakan sangat mewah dan ia menurunkan gadis indigo itu tepat di depannya.

"Maaf telah merepotkan anda, dan terima kasih," ucap gadis itu dengan sopan sambil membungkuk di depan mobil.

"Hn. Lain kali kalau mau bunuh diri cari sasaran lain," balas Sasuke sekenanya. Pemuda itu kembali menjalankan mobilnya meninggalkan area tersebut menuju kantornya.


Conselling Terapist

.

Gara-gara kejadian tadi Sasuke jadi datang terlambat, padahal ini adalah usaha pertamanya untuk mendapatkan klien. Sebenarnya dia sudah janji untuk bertemu dengan kliennya 20 menit yang lalu tapi dia terlambat. Begini, nih repotnya kalau punya kantor baru, dia belum memiliki asisten sehingga semuanya harus ia selesaikan sendiri.

Knock knock knock!

Terdengar suara ketukan pintu dari arah depan ruangannya. Sasuke bergegas bangkit dari tempat duduk. Siapa tahu yang datang adalah kliennya.

Cklek!

Begitu membuka pintu, ia mendapati ada dua orang sedang berdiri, seorang pria paruh baya dan seorang gadis yang sempat membuatnya shock, karena dia adalah gadis yang tadi nyaris ditabraknya di jalan raya! Tatapan onyx dan manik lavender bertemu sesaat dan gadis itu langsung menunduk.

"Selamat siang, Tuan Sasuke Uchiha," sapa laki-laki itu memecah suasana aneh diantara Sasuke dan gadis tersebut.

"Selamat siang, Tuan Hiashi Hyuuga?" balas Sasuke menebak kalau laki-laki yang berada di hadapannya adalah orang yang menghubunginya beberapa hari lalu untuk melakukan konseling.

"Ah, benar sekali." Laki-laki itu langsung tersenyum ramah, "perkenalkan nama saya Hiashi Hyuuga dan dia adalah Putri saya, Hinata Hyuuga," ucapnya sambil menepuk kedua bahu sang gadis dengan lembut.

"Lalu, siapa yang ingin melakukan konseling?" tanya Sasuke sambil menatap ke arah Hiashi dan Hinata secara bergantian.

"Saya kemari mengantarkan Putri saya, bisa 'kan anda membantunya?" senyuman laki-laki itu berubah menjadi sebuah senyuman lemah yang tampak dipaksakan.

"Kalau begitu masuklah dulu, kita bicara di dalam." Sasuke yang nyaris lupa dengan tata krama langsung mempersilahkan kedua Hyuuga itu untuk masuk.

"Ah, tidak usah. Saya sedang terburu-buru saat ini, jadi biarkan Putri saya saja yang masuk," jawabnya yang masih harus mengurusi urusan lain. Sebagai kepala keluarga Hyuuga, laki-laki itu memang terkenal sangat pekerja keras, namun sebisa mungkin dia meluangkan waktu untuk anak-anaknya. Seperti sekarang ini, meskipun sibuk tapi dia tetap mencoba untuk mengantarkan anak gadisnya ke dokter.

"Hinata, aku pergi dulu. Jaga diri baik-baik dan percayakan semuanya pada Sasuke, ya sayang?" Hinata hanya mengangguk lemah menanggapi perkataan Hiashi.

Laki-laki itu mencium lembut kening sang gadis dan setelah itu ia bergerak pergi meninggalkan anaknya di tangan Sasuke dengan penuh harapan kalau Hinata pasti akan baik-baik saja setelah ini. Hinata masih diam di depan pintu ruangan Sasuke, menatap punggung sang ayah yang perlahan tak terlihat lagi.

"Kalau begitu, ayo masuk ke dalam. Kita mulai sesi pembicaraan masalahmu."

.

.

Begitu Hinata masuk ke dalam ruangan, Sasuke menutup pintu ruangannya rapat-rapat. Ia berjalan mengekor di belakang pasiennya dan segera duduk.

Kini keduanya tengah berhadap-hadapan. Sasuke dengan sabar menunggu sang pasien untuk bicara, sementara si gadis hanya mampu terdiam, tertunduk sambil memainkan jari-jarinya. Ternyata pekerjaan pertamanya tidak semudah yang dia bayangkan. Dia harus ekstra sabar menghadapi pasiennya yang bernama Hinata.

"Sampai kapan kau mau diam?" tanyanya yang terdengar sekali mulai bosan dengan sikap Hinata yang sedari tadi hanya membisu.

"Hn..." Sasuke menghela napas, memijit keningnya sesaat. Kenapa dia merasa kalau dirinyalah yang saat ini sedang membutuhkan dokter? Sikap gadis ini benar-benar membuatnya kehilangan kesabaran.

"Baiklah, kita lakukan pembicaraan awal. Tolong sebutkan namamu dan apa masalahmu." Sasuke mengeluarkan sebuah buku dan pulpen dari dalam laci kerjanya. Ia bersiap menulis sambil memakai kacamata.

"Aku, namaku adalah Hyuuga Hinata dan aku ingin mati," balas gadis itu dengan nada datar.

TBC