NaruXSasu (NaruSasu)

Rated : M (Always)

Romance, Gejenes, Abal, Nista, OOC berat.

Warning : M-PREG, Lemon, bahasa fulgar. Tidak suka jangan baca oke.


HAMIL, EH ?

AnnieSakkie


_Konoha's Hospital pukul 2 Siang_

"APAA?!" Teriakan keras di siang hari terdengar dari salah satu ruangan di rumah sakit besar. Beberapa perawat serta dokter yang berada di sana menutup telinga berharap teriakan lengking yang dikeluarkan sang pasien tidak membuat telinga mereka tuli sementara.

"Bisakah anda tidak berteriak sekencang itu, Uchiha-san." Hardik sang dokter perempuan dengan rambut pirang pucat tersebut sebal sambil membenarkan tata letak kacamata nya yang miring ke kanan.

"Apa maksud dari hasil pemeriksaan mu ini, hah?" Uchiha-san, pasien yang duduk di depannya ini berkata dengan mata mendelik dan menggebrak meja. Ia menganggap dokter wanita yang ada di hadapannya ini bercanda. Tapi ini sama sekali bukan humor yang lucu dan sanggup membuatnya tertawa. Ia malah sangat emosi karena merasa di pemainkan.

"Saya rasa tidak ada yang salah dengan ini—" Tsunade, dokter wanita dengan rambut pirang panjang terlihat santai sambil menunjukan hasil testpack yang ada di genggamannya.

"Oh, kau kira aku bodoh dan langsung percaya dengan hasil benda yang ada di tangan mu itu. Tidak akan!" Sasuke berteriak lagi. Entahlah hari ini ia merasa sangat di luar control emosinya. Ia yang biasanya irit kata dan selalu menggumam, dua kali sudah ia berteriak layaknya gadis ababil yang ketahuan hamil di luar nikah.

"Tapi ini memang kenyataan Uchiha-san, anda hamil dan umur kandungan anda sudah 3 minggu." Tsunade berkata kembali sembari menuliskan sesuatu di lembar observasi pasien.

"Mana ada pria yang bisa hamil. Kau bercanda atau apa!" Sasuke meraung keras. Ia sama sekali lupa dengan aturan tata karma yang harus ia jaga bila berhadapan dengan orang lain. Mana mungkin ia repot-repot melakukan itu semua bila ada sesuatu gila yang sedang ia alami. Ia HAMIL. Oh my God, demi apa pun di jagad raya, seorang pria mana ada yang hamil. Apa lagi Uchiha Sasuke. Dia adalah seorang aktor pendatang baru yang sedang naik daun. Ia sukses membintangi berbagai judul film dan sinetron. Walaupun ia masih terbilang baru, namun wajah tampan serta bakat aktingnya tidak dapat di ragukan lagi.

"Saya tidak bercanda. Ini silahkan lihat sendiri hasilnya." Tsunade menyerahkan testpack yang sedari tadi ia genggam pada sang pasien yang keras kepala. Sasuke mendelik kesal. Ia tahu hasil apa yang tertunjuk di sana. Dua buah garis merah muda menunjukan bahwa ia positif hamil. Sasuke menundukan kepalanya, ia merasa pusing mendadak.

"Anda baik-baik saja Uchiha-san?" Sang dokter berkata khawatir. Walaupun ia sedikit kesal pada pasien tampannya ini, ia merasa tidak enak juga.

Dirasa tidak mendapat respon, Tsunade-dokter kandungan ini menepuk pundak Sasuke.

"Anda tidak apa-apa Uchiha-san. Apa perlu saya antar ke UGD." Saran Tsunade setelah mendapati sang aktor muda terlihat pucat dan diam. Sasuke menggeleng lemah. Ia merasa tidak baik-baik saja. Ia lemas dan mual. Apalagi kepalanya pusing serta kenyataan memalukan yang seakan menampar pipinya. Memalukan bukan, kalau kau di HAMIL namun kau PRIA juga belum MENIKAH. Mau di taruh dimana wajah tampannya ini. Di dalam tas kemudian di bawa pergi keluar negeri dan jauh dari Konoha. Atau mengganti identitas serta operasi plastik dan hidup sebagai orang lain. Menjadi Orochimaru mungkin.

"Anda terlihat sakit Uchiha-san. Apa anda masih belum percaya dengan semua ini, perlu saya lakukan USG agar anda percaya?" Dokter kandungan dengan wajah cantik tersebut terlihat akan berdiri dan memanggil perawat yang berada di samping bed patient untuk menyiapkan segala peralatan yang di perlukan selama pemeriksaan.

"Tidak perlu dokter. Aku tidak butuh itu." Ucap Sasuke pelan namun masih bisa di dengar Tsunade.

Wanita yang terlihat cantik diusia 50 tahun tersebut kemudian duduk dan menghela nafas pendek. Ia sangat tahu perasaan pasiennya. Bagaimana pun kenyataan ini tidak dapat di terima oleh akal sehat. Dia PRIA dan HAMIL. Dua kata itu sangat tidak maching bukan.

"Apa anda pernah mendengar istilah ambigious genitalia, Uchiha-san?" Tsunade bertanya.

Sasuke mengangkat satu alisnya pertanda tidak tahu. Dia sedang dapat masalah besar, malah diajak tanya jawab oleh wanita ini. Apa matanya buta tidak melihat aktor tampan ini pucat pasi. Apalagi tentang bahasa medis yang entahlah ia tidak tahu artinya. Jangankan artinya mengucapkannya saja susah.

"Atau hemafrodit pada hewan dan tumbuhan. Mereka adalah spesies yang memiliki dua alat kelamin dalam tubuhnya." Tsunade menghela nafas sebentar kemudian melanjutkan."Itu adalah kelainan kongenital janin dalam pembentukan kelamin. Hanya ada beberapa kasus saja di dunia." Terangnya.

"Apakah aku salah satu dari itu?" Sasuke bertanya bingung sambil menaikan tangannya ke atas meja untuk menopang dagunya. Tsunade mengangguk mengiyakan.

"Tentu saja Uchiha-san. Anda bisa juga disebut seperti itu." Sasuke memiringkan kepalanya masih confused. Penjelasan dari dokter wanita tersebut terdengar bertele-tele.

"Aku hanya punya satu, dan itu penis." Wajah Tsunade yang semula putih memerah mendengar aktor tampan itu berkata dengan begitu polosnya.

"Iya saya tahu. Tapi didalam perut anda terdapat rahim layaknya wanita. Ini memang tidak dapat di sangkut pautkan dengan kelamin ganda, namun saya sendiri juga bingung. Anggap saja ini keberuntungan."

Sasuke tersenyum kecut. Keburuntungan apanya, ini malah seperti kiamat baginya. Kalau bisa berikan saja rahim ini pada orang lain.

"Apakah itu normal?"

"Bila anda bertanya tentang masalah kandungan anda, tentu saja ini normal."

"Bukan-bukan, bukan kandungan sial itu—" Tsunade mengeryit bingung dengan melepas kacamata nya.

"Maksud anda?"

"Oh ayolah dokter kau pasti tahu apa yang ada dalam otak ku. Aku tanya apakah ini normal ?" Sasuke mengulang kembali pertanyaannya dengan nada gusar.

"Apanya yang normal, saya kurang paham dengan pertanyaan anda Uchiha-san. Bisa di perjelas?" Sasuke memutar matanya malas. Sungguh dokter yang satu ini membuat nya emosi.

"Baiklah aku tidak membahas lagi masalah 'normal'. So, apa yang harus aku lakukan dengan keadaan ini?" Sasuke melempar pertanyaan lagi, dan kini malah membuat dokter wanita ini tidak mengerti. Kenapa pasiennya yang satu ini sering sekali memberinya pertanyaan aneh.

"Tentu saja anda harus memberitahukan hal ini pada pasangan anda, dan merawat janin yang ada di perut anda." Tsunade berkata asal. Aktor ini tampan tapi kenapa malah terlihat bodoh dengan masalah kehamilannya. Orang idiot pun tahu, bila ia hamil tentunya akan menjaga kandungannya bukan. Meskipun itu pria atau wanita.

Sasuke mengacak rambutnya kesal. Mudah sekali dokter wanita ini mengatakannya. Menjaga dan merawat, huh menggelikan.

"Begini dokter, kau tahu kan siapa aku?" Sasuke berkata serius dengan melipatkan tangannya ke dada.

"Anda Uchiha Sasuke. Saya tahu itu." Seakan tahu kekurangannya ia berkata. " Dan aktor. Ada masalah dengan itu?"

"Tentu saja. Bagaimana pun aku adalah orang yang terkenal. Semua orang pasti mencecarku dan mengataiku tidak normal. Dan apa tanggapan semua sutradara tentang keadaan ku. Semua karir ku akan hancur, dan—" Ucapan Sasuke terhenti saat tangan halus yang berbalut handsoon milik sang dokter menginterupsi perkataannya.

"Anda harus bangga dengan keadaan anda Uchiha-san. Apapun yang terjadi janin yang ada dalam kandungan anda adalah anak anda." Sasuke diam sesaat. Benar juga, ini adalah anaknya.

"Jangan merasa rendah dan aneh dengan keadaan anda Uchiha-san. Saya yakin semua orang pasti akan paham dengan ini bila anda menjelaskannya. Aku akan merahasiakan ini dari media. Anda jangan khawatir." Tsunade berkata pelan dengan aura keibuan yang membuat Sasuke terdiam. Apalagi usapan lembut pada bahunya, Sasuke merasa nyaman. Ia memang memiliki ibu tapi ia tidak pernah mendapat usapan sayang seperti ini.

"Aku tahu dokter, aku akan mencoba menjaganya." Jawab Sasuke asal saja. Ia ingin pergi jauh tempat itu. Ia butuh pergi kesuatu tempat untuk menenangkan diri.

"Baiklah. Aku akan meresepkan beberapa obat dan vitamin untuk anda Uchiha-san. Awal kehamilan, anda pasti akan merasa pusing dan mual yang berlebihan tapi jangan cemas itu normal." Ucap Tsunade sambil menuliskan sesuatu di kertas resep.

"Ambil obat ini di apotik bawah dan datang lah setiap dua minggu untuk memeriksakan kandungan anda." Dokter cantik itu berpesan dan memberikan secarik resep untuk Sasuke.

"Hn." Sasuke berkata singkat lalu bangkit dari duduknya.

"Semoga anda merawat janin anda dengan baik Uchiha-san." Saran Tsunade yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Sasuke dan melenggang keluar.


_Konoha's Beach Pukul 5 sore_

Sebuah mobil sport dengan warna hitam elegan membelah jalanan Konoha dengan kecepatan sedang. Mobil yang berjumlah hanya beberapa buah di dunia ini, berhenti saat berada di pinggir pantai. Jarak dari pusat kota ke daerah pesisir memerlukan waktu hampir 3 jam lamanya. Namun itu tidak membuat si empunya mobil keberatan. Setelah membuka kaca jendela samping, angin sepoi yang berbau asin pantai menyeruak masuk ke dalam. Membuat indera penciuman sang pengendara merasa nyaman. Rambut hitamnya bergerak lembut mengikuti arah angin. Mata hitam bak pualam memecing tajam menatap air pantai yang perlahan naik dan menutupi pasir putihnya. Hari memang sudah sore terlihat dari sinaran awan yang berwarna merah membentang di langit luas. Kicauan burung yang kembali ke sangkar, debur ombak yang mengalun di telinga serta hembusan udara yang beraroma khas membuat pemuda tampan ini menutup matanya.

"Apa yang harus ku lakukan selanjutnya?" Bisiknya pelan di tengah lamunannya.

Ia gusar dan frustasi. Bagaimana pun ia masih belum mempercayai semua kenyataan memalukan ini. HAMIL. Andai saja Sasuke wanita dan telah menikah, tentu ia dengan senang hati pulang kerumah, kemudian menyambut kedatangan sang suami dengan membuat kejutan berupa kado yang di dalamnya terdapat tespack bergaris dua. Namun ia bukan wanita, dia pria yang entahlah kenapa dia bisa memiliki rahim.

Lelah berpikir, pemuda tampan ini menutup mata untuk istirahat sejenak. Ia tidak akan kembali ke apartemen sesuai janjinya pada Kakashi. Biarlah, asisten malas itu mengurusi jadwalnya.

.

Manik obsidian sehitam malam itu menampakan keindahannya setalah mendengar dering ponsel yang ada dalam saku celana. Ia mengumpat kesal, karena ia lupa me-nonaktivkan handphonenya. Mungkin salah satu manager yang mencari nya karena ia tidak kembali ke apartemen Atau sutradara yang mengajaknya bermain di sebuah judul film. Entah lah mungkin salah satu dari keduanya. Ia mengusap matanya sejenak untuk memenuhi kesadaran dirinya yang masih belum sempurna. Ia sapu pemandangan pantai yang mulai menggelap, awan dengan warna jingga kini berubah hitam. Sepertinya cukup lama ia tertidur disana.

Sasuke kembali merengut kesal saat benda persegi yang ia kenal dengan nama ponsel itu berdering kembali padahal beberapa kali sempat terhenti. Dengan sangat terpaksa ia menjawab panggilan tersebut.

"Halo—" ketusnya saat ia tahu nama siapa yang terpampang di layar.

.

"Kau ada dimana—?" tanya seseorang tersebut.

.

Sasuke mengedarkan pandangannya pada debur ombak yang terlihat mengganas. Matanya menerawang dan tidak fokus.

"Di suatu tempat." Jawabnya singkat lalu membuka pintu mobil di samping kemudi.

.

"Apa kau ada di apartemen. Kata Kakashi kau belum kembali dari tadi siang?"

.

"Hn." Gumamnya datar.

.

"Ayolah Teme. Kau ada dimana sekarang. Kenapa kau belum kembali juga. Jangan buat semua orang bingung dengan hilangnya dirimu seperti ini—"

Sasuke diam tidak menjawab. Ia menghilang bukan tanpa sebab. Mana mungkin ia bisa berakting dengan baik bila ia sedang di landa masalah berat. Orang bodoh pun akan memilih melarikan diri keluar negeri.

"Sasuke. Kau masih disana—?"

.

"Hn. Nanti aku akan kembali dobe." Ucap Sasuke pelan kemudian menutup kembali pintu. Udara pantai saat malam terasa dingin.

.

"Kau sendirian atau bersama teman. Apa perlu ku jemput sekarang?"

.

Sasuke menggeleng seolah ia berhadapan dengan orang tersebut. Lalu ia menghidupkan mesin mobil, bermaksud memanasi sebelum kembali ke Konoha.

"Tidak usah."

.

"Baiklah aku akan menunggu mu di apartemen."

Sasuke terhenyak. Menunggu di Apartemen, berarti secara tidak langsung ia akan bertemu dengan pemuda tersebut. Sejujurnya Sasuke tidak ingin bertemu dengannya.

Tapi dalam hatinya ia ingin membicarakan masalah ini. baiklah tidak ada salahnya mencoba." Bisa kita bicara serius dobe?"

.

"Tentu saja teme. Kau mau bicara apa?" terdengar suara antusias di seberang sana. Itu malah membuat Sasuke gelisah.

.

"Sasuke kau diam lagi. Kau membuatku tidak tenang. Kau ada dimana sekarang. Aku akan kesana—" Seseorang melalui line telepon tersebut tedengar panik.

.

"Aku akan pulang. Tunggu aku di apartemen dan pastikan tidak ada siapapun selain kau di sana." Tanpa memberi kesempatan seseorang disana menjawab. Ia mematikan sambungannya dan melajukan mobil hitam tersebut menjauhi kawasan pantai.


_Sasuke's Apartemen, pukul 11 malam_

Bunyi denting lift terdengar saat angka digital di atas menunjukan angka 14. Pemuda berkulit pucat dengan tubuh jangkung tersebut berjalan keluar. Berulang kali ia usap wajah tampannya untuk sekedar menghilangkan rasa lelah. Setelah perjalanan kurang lebih 3 jam dari pantai, ia sampai di Konoha. Setelah memencet password pada pengamanan kamar di depan, ia buka pintu kemudian berjalan masuk kedalam apartemen. Mata hitamnya menyipit saat ia rasa sinar lampu terlalu banyak menembus retinanya. Ia mengumpat pelan. Kemudian melepas kemejanya dan membuangnya di sofa dengan sekenanya. Ia biarkan tubuh bagian atasnya terbuka karena ia butuh itu untuk membuat keringatnya menguap.

"Sasuke kau kah itu!" Suara pemuda dari lantai atas membuyarkan lamunan Sasuke yang tengah duduk di meja makan. Aktor muda tersebut tidak menyahut lalu mengambil minuman dingin dari lemari es.

"Sasuke!" Teriaknya lagi kini sedikit dengan lengkingan. Pemuda reaven itu masih diam tidak bergeming.

"Drap-Drap-Drap." Bunyi langkah kaki menuruni tangga membuat Sasuke sedikit berjengit. Ia hapus jejak basah air mineral di sudut bibir, kemudian berdiri dari duduknya. Kini hatinya kembali tidak tenang. Ia terlihat gusar dengan jemari yang saling bertaut pada gelas.

"Hah~ternyata itu benar dirimu. Aku takut sekali." Seorang pria tampan dengan rambut pirang terlihat mengusap dada dengan leganya. Ia berdiri di samping tangga dengan hanya berbalut piama. Ia sedang asyik bermain game di ponselnya, kemudian sedikit terkejut saat mendengar seseorang menutup pintu dengan keras.

"Kau dari mana seharian ini teme. Kau membuat Kakashi bingung. Kapan-kapan kalau mau pergi kabari dia lebih dahulu." Protesan pria pirang ini terhenti saat pemuda yang ia ajak bicara melenggang pergi.

"Woi—teme. Kenapa kau mengacuhkan ku." Naruto, nama pirang ini kesal dengan kelakuan Sasuke. Sudah menyuruhnya menunggu pulang dan sengaja tidak tidur, malah di acuhkan seakan tidak butuh.

"Dasar." Gumam Naruto sebal lalu mendudukan pantatnya di sebelah Sasuke yang sudah terlebh dulu duduk di sofa.

"Katanya ada yang ingin kau bicarakan dengan ku,teme. Katakan sekarang karena aku sudah ngantuk sekali. Hoam~" Ketus Naruto lalu menguap lebar.

Sasuke menghela nafas pendek. Haruskan ia bicarakan sekarang. Bagaimana mengatakannya, ia bingung memulai dari mana. Apa ia akan bilang, Dobe selamat akhirnya kita akan mempunyai anak. Atau Naruto, aku hamil dan mari kita rayakan dengan pesta. Namun ia melupakan fakta bahwa keduanya tidak memiliki hubungan apa-apa. Tidak pacaran atau teman dekat.

Si pirang terlihat gelisah menunggu, Kira-kira hal apa ya yang akan di katakan Sasuke padanya. Apa sesuatu yang serius misalnya mengusirnya keluar dari apartemen. Malam-malam begini keluyuran hanya dengan piama, no way. setidaknya Sasuke bisa menunggu sampai besok pagi.

"Naruto—" Panggil Sasuke setelah 5 menit diam.

"I..iya." Naruto tergagap.

"Uhm. Apa kau kau ingat apa yang kau lakukan padaku 1 bulan lalu?" Sasuke kembali menutup mulut menunggu jawab dari si pirang.

Sasuke mencoba berpikir jernih ditengah waktu sempit seperti ini. Apakah ia dapat berkata jujur perihal keanehannya pada Naruto. Ia tidak yakin pemuda itu akan menerima dengan baik dan lapang dada. Bagaimana kalau pemuda itu meninggalkan dirinya setelah mengetahui kehamilan ini.

Mata biru milik Naruto menyipit bingung. 1 bulan lalu. Ia memiliki jadwal yang padat pada bulan itu. Syuting video klip untuk band nya, penggarapan album baru untuk tahun depan, tour luar kota serta jadwal wawancara pada majalah musik mingguan. Sangat banyak yang ia lalui 1 bulan lalu. Apa Sasuke ingin mengetahui semua jadwalnya. Tapi untuk apa. Sejak kapan pemuda tampan kulit pucat ini, tertarik dengan kegiatannya.

"Banyak yang sudah ku lakukan pada sebulan lalu. Kau serius ingin mengetahuinya?" Naruto kembali melempar pertanyaan. Ia bingung tentu saja. Ia merasa cemas dengan apa yang akan Sasuke bicarakan, malah ia ingin tertawa. Ingin mengetahui jadwal yang sudah ia lakukan? Apa Uchiha ini mengajaknya bercanda.

Sasuke mendesah lagi. Ia sedikit meruntuki kebodohannya karena tidak dapat berkata jujur. Kenapa juga ia bertanya tentang kejadian satu bulan lalu. Seharusnya ia tahu Naruto adalah pemuda bodoh dan idiot. Mana mungkin ia ingat, bahkan ia malah menjawab ngawur seperti tu. Dasar pirang bodoh.

"Bukan itu Baka. Yang kau lakukan padaku!" Sasuke meraung keras. Ia emosi karena si bodoh ini tidak tahu maksudnya.

"Apa sih maksudmu, teme. Aku tidak tahu. Bukan kah kau bertanya, apa yang ku lakukan pada bulan lalu?" Naruto kembali bertanya dengan suara rendah. Ia tahu Sasuke sekarang pasti marah. Tapi ia masih bisa sedikit bersabar. Mungkin dia hanya salah menjawab.

"Jangan bilang kau lupa apa yang terjadi pada kita setelah pesta pertunangan Neji!" Sasuke kembali berkata dengan nada tinggi. Biarlah dia dianggap gila atau tidak waras. Ia hanya ingin meyalurkan emosinya. Telebih ke-idiotan-an Naruto semakin membakar amarahnya.

Naruto berdiri dari duduknya. Ternyata mengalah bukan sifatnya. Sedikit banyak ia mulai terbawa emosi sekarang.

"Aku tidak tahu maksud dari semua ini." Naruto menyisir rambut pirangnya kebelakang lalu mendesah. "Come on—katakan dengan jujur dan singkat teme. Aku tahu kau lelah dan ngantuk."

Sasuke menggeram. Wajah nya berubah merah menahan amarah. Apa katanya lelah dan mengantuk. Bahkan sekarang ia tidak merasakan apa-apa lagi selain emosi.

"Owh, sekarang kau bilang kalau kau menyuruh ku tidur. Kau benar-benar brengsek Naruto!"

Naruto terhenyak. Sejak kapan Sasuke berani mengatainya brengesek. Apa perlu terjadi adu jotos disini. Oke, kalau memang reaven itu mencari gara-gara padanya. Bukan salahnya Naruto kalau tidak tahu maksudnya. Sedari tadi Sasuke berbelit-belit tidak langsung pada pokoknya.

"Apanya yang brengsek Sasuke!" Suara berat Naruto terdengar mengerikan saat menyentak. "Kau bilang aku brengsek karena aku tidak ingat apa yang kulakukan bulan lalu. Atau jawaban itu tidak sesuai dengan keinginanmu. Apa benar begitu!"

Sasuke kembali terduduk setelah beberapa saat terpaku. Masalah semakin runyam dengan bertambahnya Naruto terbawa amarah. Well, seandainya saja sejak awal reaven itu mengatakan hal yang sebenarnya, mungkin tidak akan berakhir dengan adegan saling membentak seperti sekarang. Bagaimana pun sebagai pihak yang memulai pertengkaran dan pasti lebih dewasa, Sasuke harus meluruskannya. Masalah tidak mungkin selesai dengan amarah.

Hening menguasai ruangan tamu dengan desain klasik itu. Mereka coba berpikir jernih dengan intropeksi diri masing-masing. Walaupun hati sama-sama panas dan lelah, namun ini bukan penyelesaian. Bisa saja Sasuke mengatakan dengan jujur bahwa ia tengah mengandung anak dari Naruto. Nah yang menjadi masalah di sini adalah, apakah si pirang bodoh itu mau menerima keadaannya.

"Maafkan aku dobe. Aku sudah membentak mu." Ucap Sasuke pelan sambil menutup matanya.

Naruto menatap Sasuke dengan pandangan yang tidak dapat diartikan. Ia tahu, ini bukanlah Sasuke. Pemuda reaven itu terlihat kacau setelah menghilang selama sehari penuh. Apa di tengah jalan tadi Sasuke mengalami kecelakaan lalu otaknya sedikit bergeser dan menjadi tidak normal. Entahlah. Mungkin aktor itu terlalu lelah sehingga emosi dan marah-marah tidak jelas. Tapi kenapa ia bilang tadi ingin mengatakan hal yang penting?

Perlahan pemuda tampan dengan kulit tan ini mendekat lalu merengkuh Sasuke. "Are you oke,teme?"

Sasuke mengangguk. Biarlah ia berbohong karena ia masih meragukan Naruto.

Naruto tersenyum miring, ia tahu reaven ini membohonginya.

"Kau bilang ingin mengatakan sesuatu yang penting. you are liar, teme." jilatan lidah basah Naruto mulai bermain di telinga Sasuke. Geli dan nikmat membuat reaven tampan itu menggeliat kecil layaknya cacing kepanasan. Ia tahu Sasuke adalah seorang yang sangat sulit berkata jujur. Tapi biasanya Naruto akan menyelesaikan dengan mudah dengan cara seperti sekarang. Menggoda hingga memerah dan Sasuke akan berkata dengan polosnya.

"Engh..akhn..dobeh." Lenguh rendah Sasuke membuat Naruto berinisiatif memanja pemuda ini sekarang.

Tangan besar Naruto mulai meraba perut Sasuke yang terekspos sempurna. Reaksi yang ditunjukan aktor tersebut sungguh luar biasa. Kepala Sasuke mendongak dengan mata tertutup sempurna. Dengan segera, pirang itu melandaskan kecupan hangat di leher putih yang ada di depan mata nya .

"Kau harum teme. Bahkan bau keringatmu saja bisa membuatku mabuk. Mmpphh—!"

"Ahn..jangan godaku dobe." Naruto bangga melihat Sasuke takluk dalam pesonanya. Jari pianis milik Naruto memberanikan diri merambah kedaerah rawan.

"Katakan padaku teme. Apa yang mengganggu pikiranmu. Siapa tahu aku bisa membantu." Ujung jari Naruto bermain kecil ditengah selangkangan si bungsu Uchiha.

"Ouh..ahn. Dobehh..sstop.Ahn." Mohon Sasuke dengan geliatan mesra. Sungguh Naruto menelan ludah berulang kali mencoba bersabar, untuk tidak menggagahi Sasuke saat ini juga. Wajah merengut dan gigitan gigi pada bibir bawah yang pemuda reaven itu lakukan membuat nya terlihat sensual dan nakal.

"Aku tidak berhenti bila kau masih diam seperti ini, teme." Dengan gemas Naruto melumat habis bibir Sasuke yang sedang merendam desahan. Bunyi kecipak saliva membuat nafsu kedua nya perlahan naik ke permukaan. Terlebih si blonde bermata biru tersebut terlihat mendominasi permainan. Jangan lupakan status Naruto sebagai seme yang awesome dengan memiliki teknik bercinta di atas rata-rata. Itulah yang membuat Sasuke banyak menghabiskan waktu berdua di atas ranjang yang bergoyang semalaman. Aktor tampan itu tidak akan mau tunduk layaknya uke bila pendominasi tersebut tidak dapat menaklukan nya. Hei, siapapun tahu bahwa reaven itu terlihat manly saat di kamera.

"Hah..dobeh..hhh." Sasuke terengah lalu mengusap jejak saliva yang tadi terbentang diantara keduanya. Dengan mata sayu dan tubuh pasrah tertidur diatas sofa-entah siapa yang memulai- Sasuke menghentikan cumbuan si pirang. "Hentikan dobe. Aku ingin bicara."

Naruto merengut kesal lalu bangkit dari posisinya. Ia sedikit menahan ngilu saat kejantannya berdiri tegak akibat kegiatannya."Huh. Baiklah. Katakan yang jelas dan jangan berbelit." Pintanya ketus lalu melipat tangan ke dada.

"Menurutmu, kau anggap apa hubungan kita selama ini?" Tanya Sasuke serius. Naruto mengeryit bingung.

"Aku menyayangi mu." Walaupun jawaban itu tidak singkron dengan pertanyaan Sasuke. Hanya itu yang ada di otaknya. Pemuda bermanik biru jernih ini memang meyayangi Sasuke. Ia tidak pernah lelah menghadapi sikap menyebalkan Sasuke, walapun itu cukup membuatnya jengkel. Sasuke mendengus pelan. Memang sangat tidak mudah mengatakan hal yang sejujurnya.

"Apakah hanya itu. Kau hanya menyayangi ku saja. Tidak ada yang lain?"

"Kau mau seperti apa. Menjadi kekasih ku. Hm?" Naruto bertanya dengan memainkan matanya malas. Kegiatan panasnya terhenti hanya karena Sasuke ingin mengatakan hal yang tidak penting seperti itu. Mudah saja kan tinggal menjawab, aku menyayangimu atau mencintaimu. Dan masalah selesai lalu mari bercinta.

"Tidak. Aku tidak mau mempunyai pacar idiot seperti mu." Ucap Sasuke sarkatis. Dalam kondisi seperti ini tetap saja Tsundere. Benar-benar deh.

"Hei—apa maksudmu dengan aku idiot. Orang idiot mana bisa mengagahi seorang aktor tampan seperti mu." Sasuke menggeplak kepala kuning Naruto dengan keras. ia sangat membenci rayuan yang selalu pirang itu lakukan ketika ingin meminta jatah.

"Auww—sakit baka teme. Kau kena pasal penganiayaan tahu." Naruto mengusap puncak kepalanya. Pukulan Sasuke, tidak dapat diremehkan.

"Bagaimana dengan mu yang memperkosa ku dobe. Kau akan masuk penjara orang mesum."

"Kapan aku memperkosa mu. Kau saja yang tunduk dengan ku. Ouh..kau mau mencobanya lagi, perlu ku rekam saat kau memohon penisku." Naruto menaik turunkan alisnya untuk menggoda Sasuke. Itu terbukti dengan wajah Sasuke yang memerah.

"Bodoh."

"Jujur saja teme. Wajahmu saat memohon terlihat manis tahu."

Sasuke menundukan kepala malu. Namun ia harus mengehentikan rayuan gombal dobe idiot ini dan kembali pada masalah.

"Apa kau suka anak kecil,?" Naruto mengeryit bingung. Pertanyaan Sasuke melompat-lompat membuatnya kesal. Tadi mengatakan tentang hubungan, sekarang bertanya ia suka anak kecil apa tidak. Hei, kenapa membingungkan sekali.

"Kau tidak bermaksud untuk mengabdosi bayi kan teme." Naruto berkata ragu

"Tidak bodoh. Kau tinggal jawab saja. Memangnya kita pasangan suami isteri."

"Hah~baiklah. Aku suka anak kecil. Lalu?"

Deg, Sasuke tersenyum tipis. Untunglah si idiot ini suka anak kecil. Setidaknya ia tidak perlu takut bila meninggalkan anaknya kelak saat ia syuting. What the Hell, kenapa Sasuke berpikiran bahwa Naruto bisa menerima keadaannya. Ia sedikit geer tadi.

"Begini, seandainya pasangan mu memberi keturunan padamu apakah kau senang dan mau menerimanya?"

"Maksudmu istri ku, aku belum menikah teme. Kau tahu kan aku tidak tertarik dengan wanita. Bahkan aku sudah membuang jauh impian ku untuk memiliki anak."

Sasuke menghela nafas pendek. Ini awal yang bagus. Oke, sekarang ke pokok pembicaraan. "Bagaimana pendapatmu, tentang pria hamil." Sasuke berkata dalam satu tarikan nafas.

Naruto membuat ekspresi bingung."Pria hamil. Bwahahahahaha...Sasuke kau bodoh atau apa. Pria tidak dapat hamil. Oh my, ku pikir kau pintar teme. Ternyata kau lebih parah dari ku." Pria pirang itu terlihat terpingkal sembari memegang perutnya. Apa-apaan pertanyaan Sasuke, pria yang dapat hamil. Mana ada hal aneh seperti itu.

Sasuke merengut kesal, ia serius malah dianggap bercanda." Aku serius Naruto. Jawab sekarang atau kau pergi dari apartemen ku."

Pemuda berkulit cokelat ini langsung diam" Oke-oke, aku akan serius, menurutku pria tidak mungkin hamil teme. Itu aneh dan aku tidak mempercayainya. Puas."

Onix Sasuke melebar, ia sudah melambung jauh dengan angan-angan indahnya, kini harus jatuh pada kenyataan. Benar dugaannya, Naruto tidak mungkin bisa menerima keadaannya. Naruto lebih menganggap itu aneh daripada keberuntungan. Sedikit gemetar ia menunduk kepala. Hatinya kecewa dan sakit secara bersamaan.

.

.

Naruto adalah seorang gitaris dari sebuah band yang bernama SHINOBI. Naruto lebih tua 2 tahun dari Sasuke dan jauh lebih senior di dunia hiburan. Keduanya bertemu saat Sasuke, menjadi model video klip singel terbaru bandnya. Pemuda onix itu terlihat angkuh dan dingin, membuat Naruto penasaran dan akhirnya mendekatinya. Kedua artis dalam bidang berbeda ini memang dekat, namun saat di singgung mengenai hubungannya, mereka tidak mengatakan secara langsung bahwa pacaran. Satu hubungan percintaan yang serius terdengar sangat jauh dari kenyataan dalam dunia keartisan. Mereka hanya akan melakukan one night stand dan kedekatan mereka tidak jauh dari skandal. Tidak ada yang tertarik dengan keseriusan dalam hubungan lawan jenis atau sejenis, karena terdengar sangat merepotkan. Ayolah, artis tidak ada yang memiliki jiwa melankolis seperti itu. Dalam otak mereka hanya terpatri beberapa kata yang ada sangkut pautnya dengan HARTA, POPULARITAS dan SKANDAL.

Sasuke dan Naruto pun salah satu dari mereka. Keduanya terjebak dalam hubungan yang sangat membingungkan. Mereka tidak saling mencintai namun hidup saling bergantung sejak 3 bulan lalu. Setelah hubungan ranjang akibat minuman alcohol pada acara pertunangan Neji-salah satu teman Naruto dalam band- mereka memutuskan untuk hidup bersama. Naruto yang ceria dan Sasuke pendiam. Kepribadian yang sangat bertolak belakang, karena itulah keduanya tidak dapat akur dan menganggap ini merepotkan. Baik Sasuke dan Naruto tidak mempermasalahkan tentang status hubungan mereka. Keduanya bebas memiliki pasangan lain, karena memang tidak saling terikat satu sama lain.

Namun lain masalahnya bila saat ini Sasuke hamil dan mengandung anak Naruto. Seharusnya kualitas hubungan mereka melebihi sekedar partner bukan. Bila saja Sasuke mengatakan sejujurnya, Naruto mungkin akan bertanggung jawab dan segera menikahinya. Hubungan sesama jenis di Konoha sudah biasa apalagi di dunia showbis dan industri hiburan.

"Teme—kau melamun? Tanya Naruto membuyarkan lamunan si bungsu Uchiha.

"Uhmm. Aku mengantuk. Aku ingin tidur dulu dobe." Ucap Sasuke pelan lalu bangkit dari duduknya. Belum juga selangkah pergi dari sofa, sebuah tangan besar mengenggam lengannya.

"Ada hal yang mengganggu mu. Tidak biasanya kau seperti ini teme?" Tanya Naruto bingung lalu memeluk Sasuke kembali.

Sasuke menyesakkan wajahnya pada dada bidang Naruto. Ia telah mendapatkan kenyataan yang memilukan. Ia yakin pemuda pirang itu akan meninggalkannya. Sasuke ingin menangis meratapi ketidak normalan tubuhnya namun ia teringat dia bukan lah pria lemah.

"Jangan tinggalkan aku—" Gumam Sasuke jujur yang cukup di dengar oleh Naruto.

"Kau bilang apa teme. Kenapa kau aneh begini. Apa ada masalah lain?" Tanya Naruto sembari mengusap lembut punggung mulus Sasuke.

"Aku tidak bilang apa-apa." Sasuke tersenyum getir.

"Lalu apa yang mengganggu mu, kau terihat berubah setelah kau bertanya pendapatku tentang pria yang dapat hamil." Naruto menuntun Sasuke untuk menatap mata birunya. Sasuke melengos menghindar, ia tidak ingin terjebak lagi. Melihat manik biru itu, malah membuatnya ingin menangis.

"Aku ngantuk. Lepaskan tanganmu dobe. Aku harus tidur." Rengek Sasuke ketus mencoba melepaskan tangan Naruto.

"Kau aneh teme. Baiklah kalau itu mau mu. Kau mau ku temani?" Sasuke menggeleng lemah. Ia hanya ingin sendirian. Ia tidak ingin bertemu dengan siapa-siapa.

"Oke, aku akan tidur di kamar ku. Oyasumi teme." Ucap Naruto lalu mengecup sayang puncak kepala Sasuke.

"Hn. Oyasumi." Jawab Sasuke datar lalu melangkah pergi. Meninggalkan Naruto yang menatapnya bingung.

Pemuda pirang ini tahu, hanwa ada hal penting yang di sembunyikan oleh si teme angkuh itu. Tidak mungkin kan tanpa ada angin atau hujan, tiba-tiba Sasuke menanyakan kalau dirinya ini menyukai anak kecil atau tidak. Apa pria berkulit pucat itu sedang mabuk.

Baiklah Naruto akan menerima tantangan yang Sasuke berikan dengan senang hati. Apa susahnya mencari kebenaran yang sedang Sasuke pendam. Tinggal memberinya umpan, maka si kucing manis akan keluar dari persembunyiannya.

"Baiklah, aku akan mencari tahu sendiri." Ucap Naruto senang dengan kekeh kecil.

.

.

.

TBC

Yuhuuu~~ AnnieSakkie kembali lagi Readers tercinta.

Oke, akhir kata. Repiu ne...