Siang minna naru datang, biasa bawa fict geje #hehehe

Post by : Naru

.

.

Senpai I Love You (Versi Naru)
Author : Naruhina Sri Alwas
Naruto always milik Om masashi Kishimoto sensei.
Ganre : Romance, General, Humor (maybe), Family (maybe)
Rated : T (akan sering berubah-ubah)
Warning : Typo, Eyd, Geje, OOC, AU, dll

.

.

.

Chapter 1

Hinata, Naruto, sakura, sasuke, ino, neji, tenten, shikamaru, dll adalah teman masa kecil hingga sekarang. Tapi Hinata dan Naruto tidak pernah akur kalau tidak ada teman-temannya, setiap bertema pasti akan saling menyalahkan dan akhirnya harus di pisahkan satu sama lain.
Hinata berbeda kelas dengan yang lainnya, Hinata satu tingkat di bawah Naruto, Neji, Shikamaru, Ino, Teten. Hingga dia sering di sebut anak bawang, jadi banyak yang menjaga gadis manis yang manja itu.
Sekesal-kesalnya Naruto kepada Hinata, dia selalu tidak tega kalau melihat tatapan mengiba yang di buat untuk meluluhkan hatinya, seperti saat ini.
"Ayolah, - k u n." ujar Hinata pelan-pelan supaya sang target luluh.
"Aku tidak bisa, aku tau kau berbicara baik seperti ini pasti punya maksud." satu alis Naruto terangkat sambil menyeringai tanda ucapannya benar.
"Kau memang tau segalanya." ujar Hinata memalingkan muka ngambek, sepertinya dia akan sulit minta tolong pada pemuda yang menyebalkan ini. "Tapi, aku mohon bantu aku yah!" ujar Hinata memohon.
'Sepertinya menarik' pikir pemuda itu sambil menyeringai tapi sayang Hinata tidak melihat pemuda itu menyeringai.
"Kau tahu aku tak suka kalau membantu tanpa bayaran." ujar Naruto Tersenyum sinis dan mengalihkan mukannya ke arah jendela kamarnya. Dan kalau kalian mau tahu kenapa Hinata bisa ada di kamar pemuda itu, jawabannya hanya satu mereka adalah sahabat, begitupun keluarganya, walaupun Naruto dan Hinata tidak akur, dan Mereka sudah terikat.
"Kau mau apa, uang saku ku sudah menipis," ujar Hinata cemberut dan kesal 'Pasti selalu meminta imbalan besar, kalau aku tidak butuh aku tidak akan meminta tolong pada rubah ini.' ujarnya lagi di dalam hati, tangannya meremas-remas kertas yang di bawanya sampai lusuh.
"Baiklah, karena kau tidak memiliki uang, maka aku ingin sesuatu yang lain." ujar Naruto kemudian dan beranjak dari sofa dan berjalan kearah tempat belajarnya, seperti sedang menulis sesuatu.
"Sedang apa?" ujar Hinata heran melihat tingkah Naruto yang aneh.
"Bukan kah kau ingin ku bantu, maka kau harus menanda tangani perjanjian ini." setelah selesai menulis di kertas HVS Naruto menunjukkan kertas itu ke arah Hinata.
"Apa ini?" ujar Hinata heran dan mulai membaca isi kertas itu.
"Tanpa Hitam di atas kertas kau bisa saja mengelak." sinis Naruto kepada Hinata.
"Apa, enak saja, aku tidak seperti kau yang selalu meminta upah untuk setiap pertolongan mu." kesal Hinata sambil memandang huruf demi huruf yang di tulis dengan rapi, dari dulu Hinata selalu mengagumi tulisan Naruto yang apik dan rapih.
"Tunggu dulu, kenapa aku harus mengabulkan 3 permohonan untuk mu?" ujar Hinata heran dan memandang pemuda yang sedang menyerigai di depan matanya.
"Kalau kau tak setuju, ya sudah, kau tak perlu bantuan ku." ujar naruto seraya menghampiri Hinata dan akan mengambil kertas yang di pegang Hinata, namun Hinata segera menariknya dan menjauhkannya dari tangan Naruto.
"Tunggu, baiklah aku akan menandatanganninya, dan permintaan mu apa?" ujar Hinata sambil menandatangani kertas yang sudah ada matrainya, dan bibirnya dia majukan kedepan tanda dia sedang kesal.
"Permintaan ku adalah." ujar Naruto menggantungkan ucapannya.
"Permintaa mu adalah." beo Hinata tidak sabaran.
"Setelah kau mengatakan kau ingin ku bantu apa, baru akan aku ucapkan." ujar Naruto menyeringai, dan membuat Hinata kesal.
"Aku mau minta bantuan Naruto karena aku mau masuk ke sekolah Konoha High School, tou-san ingin aku mendapat nilai bagus, untuk masuk kesekolah itu." ujar Hinata sambil cemberut, mengingat ayahnya.
"Jadi begitu," Naruto mengerti dan akhirnya setelah 10 menit berlalu Naruto mengungkapkan Satu permintaannya. "Diam di situ, dan tutup mata mu." ujar Naruto serius. Langit sudah meninggalkan cahayanya, namun dua sejoli ini masih melanjutkan aktifitas mereka.

Naruto adalah anak orang kaya dan berpengaruh di negaranya, sehingga apa pun yang dia mau akan dia dapatkan, namun Naruto bukan anak manja, atau anak berandalan, dia lebih suka mandiri, sehingga di usia 16 tahun ini dia meminta hadiah sebuah apartemen yang sudah di tempatinya selama dua minggu, dan Anehnya Hanya Hinatalah yang di beri password untuk masuk ke apartemennya, dengan alasan Naruto 'Malas membuka pintu, untuk Hinata' jadi akhirnya Hinata bisa masuk dengan leluasa tanpa harus mengganggu Naruto untuk membuka pintu atau menunggu berjam-jam hingga sang pemuda keluar dari tempat nyamannya.
"Na-Naruto berat," ujar Hinata berusaha memindahkan badan Naruto dari tubuhnya.
"Hm, tidak bisa," ujar Naruto, masih menikmati yang dia lakukan terhadap Hinata di bawahnya, sambil menghirup wangi tubuh gadis itu.
"Tap-Tapi kau berat, dan cepat keluarkan tangan mu," ujar Hinata mencoba menyelamatkan mahkota paling berharga, mencoba menarik tangan pemuda itu yang sedang meraba punggungnya seperti mencari sesuatu, karena Hinata terus mencegah, jadi sampai 30 menit ini Hinata masih memakai pakaiannya, dan naruto sepertinya hanya sedang 'Merangsangnya' pikir Hinata menyesal karena sudah menyetujui sesuatu yang ganjil.
"Sudah ku katakan, jangan menjahiliku." ujar Hinata menahan desahan yang akan keluar dengan cara menggigit bibirnya.
"Kau pikir aku sedang menjahilimu," kedua alis Naruto terangkat dan menatap tajam Hinata.
"Ka-kalau bukan menjahili, kenapa kau berbuat seperti ini pada ku." ujar Hinata mulai mengeluarkan air matanya, karena bentakan Naruto tadi.
"Maaf." ujar Naruto menatap Hinata yang menangis. "Aku, maksud ku, aku tidak bermaksud mempermainkan mu." ujar pemuda itu lagi, sambil mengusap air mata gadis itu.
"La-Lalu kenapa kau melakukan ini pada ku, meraba tubuhku, bukannya kau melecehkan ku!" ujar Hinata sambil meneteskan air mata. "Ka-Kalau kau membenci ku kau seharusnya mengatakannya, sehingga aku bisa pergi." ujar Hinata dan mencoba melepaskan tubuhnya dari kekangan Naruto, namun kekuatan seorang wanita tidak sebanding dengan kekuatan seorang pria.
"Tidak, kau tak boleh pergi, kau tau aku sudah jatuh hati pada mu semenjak waktu itu." ujar Naruto, pengakuan yang tidak romatis.
"Tapi ini sudah malam, ikan saja sudah bobo." ujar Hinata polos dan mencoba mendorong Naruto dari atasnya.
"Memangnya sekarang sudah jam berapa?" ujar Naruto sambil melirik jam dinding di kamarnya yang menunjukan pukul 08:00.
"Sudah malamkan, jadi aku harus pulang, yah, aku mohon." ujar Hinata memelas dan mengeluarkan jurus andalannya kepada Hinata, memelas ala kucing kelaparan.
"Malam ini kau Tidur di sini." ujar Naruto entah kenapa Hinata melihat Naruto aneh, tidak bisanya dia seperti ini.
"Aku tidak bisa." ujar Hinata menunduk. "Bukan kah kita ini masih sekolah, kata Tou-chan nata tidak boleh dulu tidur berdua dengan Naruto." ucapan polos itu begitu saja mengalir dari bibir Hinata.
"Tapi menunggu selesai Sekolah itu lama, kau tidak tau aku sudah tidak tahan lagi." ujar Naruto sambil mengecup telinga Hinata dan sesekali menggigit kecil dan turun ke leher jenjang Hinata.
"Walaupun Kita sekarang sudah menikah, tapi kita ini masih di bawah umur." ujar Hinata mencoba menolak akan bujuk rayuan Naruto.
"Iya, Iya aku mengerti, tapi malam ini kau tetap tinggal di sini, tak apakan?" ujar Naruto meninggalkan Hinata dalam keadaan tidak bisa di baca raut wajahnya. Hinata dapat bernafas lega, kesuciannya belum di renggut oleh suami yang di nikahinya 3 tahun lalu.

Pagi menjelang...

"Ohayo, Naruto-kun!" sapa Hinata sambil tersenyum saat melihat kedatangan Naruto di dapur.
"Ohayo, Hinata-chan!" balas Naruto seraya duduk di meja makan sambil menatap istrinya yang sedang membereskan meja.
"Jangan terus menatapku." ujar Hinata risih karena terus di tatap Naruto.
"Aku punya mata, kenapa aku tidak boleh menatap mu." Naruto menyeringai saat Hinata lagi-lagi tidak bisa menjawab ucapannya.
"Tapi, jangan terus melihat ku." ujar Hinata ngambek dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Aku hanya rindu saja." ujar Naruto akhirnya menyudahi perdebatan kecil mereka.
"Bukannya dari kemarin aku di sini." ujar Hinata sinis dan menatap tajam pemuda di depannya.
"Iya, iya aku hanya rindu saja, kau jarang kesini." ujar Naruto lagi sambil mengambil nasi yang sudah di siapkan Hinata.
"Habisnya akhir-akhir ini banyak PR dari sekolah, jadi tidak bisa main." ujar Hinata lagi sambil cemberut.

TBC...