Hal termanis yang kita rasakan adalah ketika mendapat surat cinta dari seseorang. Bagaimana perasaanmu saat mendapatkannya? Senang, gugup, takut dan sebagainya bercampur menjadi satu.
Pasti berdebar-debar kan?
Sungguh, hal termanis dalam hidupmu. Mungkin bagi sebagian gadis, mendapatkan surat cinta adalah hal langka. Reaksi mereka tentu senang.
Apa pemuda bersurai babyblue ini merasa senang ketika mendapatkan surat khusus yang disebut 'surat cinta'?
To: Tetsuya
From: Akashi Seijuro
Tetsuya, mungkin aneh bila aku mengungkapkan perasaan ini lewat sepucuk surat. Jujur saja cara ini tidak kusukai dan terkesan pengecut—tapi yah, kurasa aku harus melakukannya. Tetsuya aku mencintaimu. Maukah kau menjadi kekasih ku? Jika kau menjawab ya, datanglah ke Rakuzan dan mengatakannya langsung padaku.
*Kutunggu jawabanmu besok. Aku bukanlah orang yang penyabar jadi kuharap kau mengerti maksudku. Jangan mencoba menghindar dariku karena aku pasti menangkapmu.
Pemuda bersurai babyblue itu mematung begitu melihat isi dari sebuah surat tersebut. Deretan-deretan tulisan yang terkesan singkat namun sukses membuatnya diam seribu bahasa.
"..."
Katakanlah ini mimpi. Ia tak tahu harus memberikan reaksi seperti apa terhadap surat berbalut warna merah ini. Sumpah, ia tak tahu apa yang harus ia perbuat. Jika ia dilahirkan kembali, ia ingin hidup di zaman purba kalau perlu.
Pemuda bersurai babyblue—Kuroko Tetsuya—masih terdiam melihat isi surat yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Apa pengirimnya salah mengirim? Tapi rasanya mustahil karena di surat itu jelas sekali terpampang nama "Tetsuya" yang merupakan nama kecil si empunya.
Memangnya siapa lagi yang menyandang nama kecil "Tetsuya" ?
Iris babybluenya memandang cermat nama si pengirim. Dalam hati, ia berharap pengirim surat yang tidak masuk akal itu adalah Kise—teman SMP nya dulu—agar ia bisa dengan senang hati menolaknya.
Namun keberuntungan tak berpihak pada pemuda manis itu.
Akashi Seijuro
Itulah nama pengirim yang tertera di surat itu.
"Tak mungkin..." Katanya mematung.
Entah mengapa otaknya memerintahkan dirinya untuk menyadarkannya dari halusinasi bodoh. Ia berharap kejadian ini hanyalah mimpi belaka.
PLAK
Ya, baru saja ia menampar dirinya sendiri. Bagi orang lain, mungkin Kuroko dianggap orang gila yang menampar diri sendiri—padahal ia sengaja melakukannya demi menyadarkan dirinya.
"S-sakit.." Ringis si pemuda. Ia memegangi sebelah pipinya yang sedikit memerah—efek tangannya yang menampar pipinya.
Bila ia merasa sakit, artinya kejadian ini bukan mimpi kan?
Akashi Seijuro yang menyatakan cinta pada Kuroko lewat sepucuk surat bukanlah mimpi.
Dan Kuroko kembali mematung. Jadi dengan kata lain...
Akashi Seijuro menyukai Kuroko Tetsuya?
"Eeeeeeh!?"
Daisuki Tetsuya
Kuroko no Basuke (c) Fujimaki Tadotoshi
Akashi x Kuroko
Warning: OOC, absurd,gaje,dll
Don't like don't read
Langit cerah menghiasi Tokyo dengan hangatnya. Hari ini hari Senin dan itu merupakan hari untuk sekolah bagi sebagian orang. Seperti biasa, pemuda bersurai babyblue yang bernama Kuroko Tetsuya juga memulai aktivitasnya ke sekolah. Langkah pemuda itu sedikit gontai—hingga ibunya sendiri menatap Kuroko bingung.
"Tet-chan?" Tanya seorang gadis dengan surai babyblue yang sama dengan Kuroko.
Dengan malas Kuroko menoleh, "Apa?"
Gadis yang diperkirakan adalah ibu Kuroko itu hanya menghela nafas begitu mendapati kantung mata tebal terpartir di bawah iris babyblue putranya.
"Kau begadang?" Tanya ibu Kuroko khawatir.
"Tidak. Aku begini karena kejadian semalam. Daijobu, Okaa-san." Kata Kuroko acuh kemudian melangkahkan kakinya pada lantai kayu tersebut, "Aku berangkat."
Ibu Kuroko menatap putranya bingung, "Huh? Baik, hati-hati di jalan."
Kuroko hanya mengangguk singkat sebelum dirinya lenyap dari balik pintu rumah itu. Ibu Kuroko menatapnya curiga—tak yakin bila Kuroko baik-baik saja.
TAP TAP
Selama perjalanan menuju sekolah, pemuda babyblue ini benar-benar lesu. Rasanya ia ingin mempercepat waktu hingga ia sudah menjadi guru TK—pekerjaan impian Kuroko. Sungguh pemikiran mustahil memang. Tapi mau bagaimana lagi? Ia benar-benar bingung akan secarik surat itu-Surat yang mampu membuat Kuroko terjaga semalaman.
Sebenarnya dari mana Kuroko mendapatkan surat itu? Mari kita lihat kejadian kemarin.
Flashback: on
Sebenarnya bel sekolah sudah dibunyikan sejak siang-namun entah mengapa pemuda bersurai babyblue ini masih saja ingin menunggu di sekolah. Tidak, ia tak mungkin hanya berdiri diam di pintu gerbang sekolah layaknya anak hilang. Tentunya ia akan bermain sejenak dengan teman-teman basketnya di Seirin.
SRAAAAASH
Sayang nasib baik tak berpihak padanya. Setelah usai bermain basket dengan teman-temannya, hujan turun membasahi kota Tokyo termasuk membasahi sekolah Seirin. Hal itu membuat Kuroko harus menunggu sampai hujan reda.
"Kenapa harus hujan sih?" Tanyanya entah pada siapa.
Iris babyblue nya senantiasa menatap ribuan air yang turun membasahi sekolah Seirin. Kadang ia berdecak sebal karena hujan itu seakan-akan mengejeknya karena tidak mau pulang dari tadi. Oh ayolah, Kuroko tak jauh beda dengan anak SMA jaman sekarang. Ia ingin bebas bermain seperti orang sekolah pada umumnya.
Kuroko menghela nafas pada hujan yang tak kunjung reda. Ia memutuskan untuk pulang dengan berlari. Ia berjalan menuju loker untuk mengganti sepatu.
Syuut
Tak disadari, sebuah surat berwarna merah terjatuh dari loker milik Kuroko. Iris babyblue nya menatap bingung pada surat tersebut. Setahunya, ia tak berhubungan dengan orang penting.
Kuroko menatap bingung, "Surat siapa ini? Ini surat cinta?"
Tak ada nama pengirim disini. Jelas saja Kuroko tak tahu. Bila ini surat cinta, pasti Momoi Satsuki yang mengirimnya—berhubung hanya gadis itu yang menyukai dirinya.
'Tak mungkin Momoi-san ke Seirin..' Batin Kuroko.
Tangan mungilnya membolak-balikan surat tersebut- memperhatikannya dengan seksama, "Surat ini mengingatkanku pada Akashi-kun.."
Penasaran, Kuroko membaca surat tersebut.
To: Tetsuya
From: Akashi Seijuro
Tetsuya, mungkin aneh bila aku mengungkapkan perasaan ini lewat sepucuk surat. Jujur saja cara ini tidak kusukai dan terkesan pengecut—tapi yah, kurasa aku harus melakukannya. Tetsuya aku mencintaimu. Maukah kau menjadi kekasih ku? Jika kau menjawab ya, datanglah ke Rakuzan dan mengatakannya langsung padaku.
*Kutunggu jawabanmu besok. Aku bukanlah orang yang penyabar jadi kuharap kau mengerti maksudku. Jangan mencoba menghindar dariku karena aku pasti menangkapmu.
Setelah melihat itu, Kuroko mematung. Ia terdiam pada kata-kata yang tertera di kertas itu.
Katakanlah ini mimpi.
"..."
Setelah melihat isi surat itu, Kuroko memutuskan untuk menyimpan surat itu dalam tasnya. Ia segera berganti sepatu dan pergi meninggalkan loker itu.
Selama perjalanan pulang, ia masih teringat pada isi surat itu. Sesampainya di rumah, ia merebahkan diri pada kasur empuk itu. Ia terdiam, mematung, dan bengong.
Dan berakhirlah Kuroko terjaga sampai malam karena memikirkan surat itu.
Flashback: off.
Langkah pemuda itu semakin gontai ketika memasuki ruang kelasnya. Hawa keberadaanya semakin tipis—seperti debu yang akan menghilang. Oke, keadaanya tidak benar baik-baik saja. Ia butuh dihibur.
"Apa yang harus kulakukan?" Tanya Kuroko pada dirinya sendiri. Ia melipat kedua tangannya di meja dan membenamkan kepalanya pada tangan tersebut, "Akashi-kun gila." Maki nya.
Ia kembali mengingat isi surat itu.
Blush
Semakin mengingat isi surat itu, semakin membuat pemuda manis ini malu. Lihat saja semburat merah yang menghiasi wajahnya.
"Akashi-kun baka..." Kata Kuroko sambil menutup wajahnya. Sial, semburat merah ini tak kunjung menghilang.
Sebenarnya Kuroko risih memikirkan surat itu. Bukannya tidak senang akan surat cinta dari mantan kapten SMPnya dulu—hanya saja dirinya bingung mau menjawab apa. Jujur saja, Kuroko juga menyukai Akashi. Bukan suka, cinta malah. Hanya Akashi yang bisa membuat pikiran Kuroko kacau. Hanya Akashi yang membuat hari-harinya menyenangkan bila memikirkannya.
Tapi sayangnya ia terlalu malu untuk menyatakan perasaanya. Jangan lupakan rasa mindernya pada derajat dirinya dengan Akashi. Sungguh, bagaikan langit dan bumi.
Kriiing! Kriiing!
Bel pelajaran pertama akan segera dimulai. Mendengar itu, Kuroko langsung bangkit dari tidurnya dan mempersiapkan pelajaran pertama.
Matematika, sial. Pelajaran yang paling dibenci Kuroko.
.-.-.
Setelah melewati hari-hari sekolahnya yang cukup membosankan, kini tiba Kuroko untuk pulang. Tidak, ia tidak mungkin pulang. Dirinya masih memiliki hutang dengan surat berwarna merah tersebut. Sial, surat itu membuatnya tak bisa pulang. Padahal ia ingin bermanja-manja dengan Okaa-san nya di rumah. Oke katakanlah ia manja, ia tak peduli.
"Aaargh! Akashi-kun baka! Jelek! Menyebalkaaaaan!" Teriak Kuroko sambil menghentakan kakinya kesal. Beruntung karena hawa keberadaannya tipis, kelakuan ini tak dilihat orang-orang. Kalau sampai dilihat, memalukan sekali.
Menghela nafas bingung. Apa yang harus ia perbuat? Mendatangi Rakuzan lalu bilang bahwa ia menerima perasaan Akashi? Itu gila.
Lelah dengan segala perasaan yang berkecamuk dalam dirinya, ia menutup kedua pipinya yang memanas.
"Aku memang menyukai Akashi-kun tapi..." Kini manik babyblue Kuroko sedikit berair. Menahan malu? Entahlah.
"Aargh... Akashi-kun tega membuatku begini..." Kata Kuroko putus asa.
Cih, pemuda dengan iris heterochrome itu selalu membuat pikirannya kacau. Disamping itu, ia suka dengan sikapnya.
Jari telunjuk diletakan di depan mulut seperti pose berpikir, "Hm.. Mungkin begitu sampai di Rakuzan, aku mencari Akashi-kun lalu bilang bahwa jawabannya nanti saja karena aku mendesak akan pergi ke luar negri." Pikirnya.
Sungguh, ide gila yang tak masuk akal. Sejak kapan dirinya liburan ke luar negri? Mau ditinggal kemana semua tugas dan jadwal latihan yang menumpuk-numpuk?
"Ah, pokoknya aku ke sana saja." akhirnya Kuroko memutuskan untuk ke Rakuzan. Dirinya pasrah akan nasib yang menimpanya. Entahlah ia akan pasang muka apa di depan Akashi nanti.
.
.
.
Dan Kuroko berani bersumpah bahwa ia menyesal telah datang ke Rakuzan.
"Kh..."
Melihat para murid Rakuzan yang berlalu lalang sudah membuatnya bengong. Nyalinya berhadapan dengan Akashi sirna sudah. Entah mengapa dirinya jadi mati kutu. Kakinya gemetaran dan rasanya ia ingin menangis. Oke itu berlebihan, tapi setidaknya sadari perasaan Kuroko yang bercampur aduk dong!
"Siapa anak itu?"
"Dari sekolah mana dia?"
"Manisnya..."
"Mirip seragam sekolah Tokyo..."
Banyak murid-murid yang berbisik-bisik tentang keberadaan Kuroko Tetsuya di Rakuzan. Saat itu Kuroko tersentak kaget bahwa ia diperhatikan orang banyak.
"Sekolah Seirin bukan ya?"
"Seragamnya bagus."
Ia menatap baju sekolahnya yang lumayan mencolok dari yang lain. Seragam hitam dengan garis biru. Sial, kemana perginya hawa keberadaan tipis yang menjadi senjatanya?
Pssst Pssst
Ditatap orang banyak semakin membuat Kuroko gugup. Andai ia membawa bola basket, pasti ia sudah meng- ignite pass wajah mereka yang kelamaan melihat dirinya. Ditatap lekat-lekat jengah juga tahu!
Di saat Kuroko dikelilingi banyak orang, tampak dua orang pemuda menatapnya juga dari jendela sekolah.
"Sei-chan? Itu Kuroko Tetsuya yang kau ceritakan itu kan?" Tanya seseorang yang duduk di depan pemuda beriris heterochrome-Mibuchi Reo.
Pemuda beriris heterochrome itu mengangguk, "Ya."
"Kau tak membantunya? Kurasa dia kebingungan mencarimu. Jujur saja dia seperti tikus kecil ahahaha." Kata Reo sambil tertawa pelan. Manik hitamnya masih mengamati si Babyblue.
Akashi Seijuro-pemuda beriris heterochrome itu hanya menyeringai. Pemandangan Kuroko yang kebingungan sudah menjadi hobi tersendiri baginya.
"Biarkan saja." Gumam Akashi tersenyum licik.
Melihat senyuman Akashi, Reo menjadi khawatir pada nasib si babyblue. Akashi yang tersenyum licik berarti menandakan adanya berita buruk.
"Saa.. Apa jawabanmu, Tetsuya sayang?" Tanya Akashi menyeringai. Inilah yang ia tunggu-kedatangan Kuroko Tetsuya untuk menjawab pernyataan cintanya.
"Aku pergi dulu. Bilang pada yang lain bahwa latihan basket ditiadakan." Kata Akashi beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Reo di ruang kelas.
Setelah berhasil keluar dari kepungan murid Rakuzan, Kuroko langsung berlari menuju lorong kelas. Entah ia bodoh atau apa, ia lupa menanyakan dimana kelas Akashi. Bila ia mencari kelas Akashi satu persatu, pasti ia akan dihujat dengan beribu-ribu tatapan orang yang melihatnya. Ayolah, seragamnya terlalu mencolok.
"Akashi-kun kau licik." Maki Kuroko. Entah sudah berapa kali ia memaki si pengirim surat.
TAP TAP
Dengan waspada dan penuh hati-hati, Kuroko berjalan menuju lorong yang cukup ramai itu. Ia benar-benar memanfaatkan hawa keberadaanya yang tipis dengan baik. Tak ada satupun yang menyadarinya, berhasil! Setidaknya ia bisa melewati lautan manusia di lorong itu.
'Kalau tak salah, Akashi-kun sekelas dengan... Mibuchi Reo ya?' Batin Kuroko.
Langkahnya terhenti di depan kelas 1-A. Ia mengernyit heran mendapati sosok Mibuchi Reo tanpa Akashi Seijuro. Apa ia salah kelas?
"Ah! Kau Kuroko Tetsuya ya?" Tanya Reo begitu melihat Kuroko, "Kok bisa sampai disini? Kau tidak dikepung orang-orang lagi?"
Sepertinya orang ini melihat kejadian Kuroko dibicarakan banyak orang di depan sekolah Rakuzan.
"Iya. Kalau tak salah... Mibuchi Reo, ya?" Tanya Kuroko memastikan.
Reo tersenyum, "Ah, Tetsuya-chan ternyata mengenaliku."
Panggilan macam apa itu? Bikin merinding saja.
"Sumimasen, apa kau tahu kelas Akashi-kun?" Tanya Kuroko to the point.
Reo mengangguk, "Dia sekelas denganku. Eh, tapi dia pergi. Entahlah ia pergi kemana."
'Cih, Akashi-kun mau bermain-main ya?' Batin Kuroko kesal.
Melihat wajah Kuroko yang sedikit kesal, membuat Reo berjalan mendekat ke arah Kuroko—tentu saja Kuroko yang melihat itu memilih berjalan mundur.
"Tetsuya-chan, kurasa Sei-chan merencanakan sesuatu. Hati-hati pada nasib yang menimpamu bila menemukan Sei-chan." Kata Reo waspada, "Sei-chan orang yang kejam. Jadi yah, kau tahu maksudku kan?"
Mendadak Kuroko jadi merinding, "I-iya." Oh Tuhan, kesialan apalagi yang akan hadir pada dirinya? Ia sudah cukup gila mengalami satu kesialan.
"Tapi yang jelas, Sei-chan tak ada di sini"
Kuroko menghela nafas kecewa, "Oh gitu. Ya sudah terima ka—"
"Oi, Reo! Kau berbicara dengan siapa?" tanya seorang pemuda berkulit tan dengan badannya yang besar. Ia memotong ucapan Kuroko seenaknya.
Melihat orang itu sudah membuat Kuroko bergidik. Orang di depannya ini seperti Murasakibara! Besar sekali!
"Ah, Nebuya~ ini lho aku ngobrol dengan Tetsuya-chan~"
Nebuya mencoba melihatnya, "Mana? Ngga a— Huwaaa!"
"Domo Nebuya-kun." Kata Kuroko singkat, "Reo-kun dan Nebuya-kun, aku tak bisa berlama-lama disini. Sampai jumpa. Terima kasih." Ia langsung berlari menjauhi Nebuya dan Reo.
Nebuya menatap bingung Kuroko yang berlari menjauh, "Siapa bocah itu? Pendek sekali."
"Hei, kau sama saja menghina Sei-chan tahu!" Protes Reo tak terima.
.
.
.
Seandainya ia bisa mempercepat waktu, ia ingin mempercepat hingga permainan Akashi Seijuro usai. Kakinya sudah lelah berjalan ke sana kemari. Sudah berkali-kali mengelilingi sekolah Rakuzan namun Akashi tak kunjung menampakan batang hidungnya.
Kuroko memilih untuk duduk sebentar di kursi dekat meja piket. Tenang saja, hawa keberadaan tipisnya masih bekerja. Tak ada yang menyadarinya dan itu menguntungkan buat Kuroko.
"Kalau ketemu Akashi-kun, aku akan memukulnya! Akashi-kun menyebalkan!" Kata Kuroko kesal. Entahlah apakah ia akan memukul Akashi bila bertemu dengannya.
"Eh?"
Iris babyblue Kuroko tertuju pada lorong koridor nan sepi di sana. Kalau dipikir-pikir, ia belum mencari Akashi di koridor itu. Coba saja cari, siapa tahu ketemu kan?
Dengan sedikit malas, ia berjalan menuju koridor tersebut. Ia sudah mengepalkan tangan berkali-kali saking kesalnya dengan Akashi.
"Akashi-kun keluarlah—"
BRUK
Tak sengaja Kuroko menabrak seseorang, "Sumimasen aku tak senga—"
DEG
Seandainya waktu bisa terulang kembali, Kuroko tidak akan pernah menuruti keinginannya pergi ke koridor.
Manik babyblue Kuroko langsung membulat horror mendapati siapa yang ditabraknya.
Kuroko berani bersumpah bahwa ia menyesal atas perkataan sebelumnya.
Ia bodoh memanggil Akashi dan kini orang itu berada di depannya.
Tersenyum mengerikan- atau menyeringai?
Katakanlah ini mimpi.
Oke, Kuroko ingin mati sekarang.
Siapapun tolong Kuroko!
"A..A..Aka..shi..kun.."
"Kau menemukanku, Tetsuya~"
Panggilan, Cara bicara, intonasi yang sangat dikenal Kuroko. Sungguh Kuroko sangat mengenalinya.
Surai crimson.
Manik heterochrome.
Seringai yang selalu terpartir di parasnya.
Tak lain adalah ciri-ciri dari Akashi Seijuro.
EEEEH!?
"A-A-Akashi-k-kun.." Kata Kuroko terpatah-patah menatap sosok Akashi. Entah sejak kapan kakinya sudah gemetaran.
Bagi orang normal, sosok Akashi adalah sosok manusia biasa. Tetapi bagi Kuroko, Akashi adalah sosok predator yang menemukan mangsa.
Dengan kata lain, Kuroko adalah mangsanya.
Lho Kuroko? Kau lupa dengan tekadmu akan memukul Akashi bila bertemu dengannya?
GREP
"!?"
Dengan cepat Akashi langsung memeluk tubuh mungil yang gemetaran itu. Saking kuatnya sampai membuat Akashi dan Kuroko jatuh terduduk. Kuroko tersentak saat tangan berbalut seragam Rakuzan itu sudah memeluk dirinya dengan sempurna. Ia tak bisa kabur sekarang. Hawa keberadaanya yang tipis sudah sirna semenjak ia bertemu Akashi detik ini.
"A-akashi-kun.." Kuroko mencoba melepaskan pelukan Akashi, "Le-lepaskan a-aku.."
Akashi menyeringai melihat Kuroko berontak. Ah, wajah Kuroko yang ketakutan sangat manis~
Bukannya melepaskan, Akashi semakin memperat pelukannya, "Tetsuya tak suka? Padahal hanya aku yang bisa membuatmu nyaman."
Uh...
Baiklah Kuroko mengaku bahwa hanya Akashi yang membuatnya nyaman. Tapi ia tak siap sekarang!
"A-akashi-kun lepaskan aku.." Kuroko masih bersikeras berontak, "Nanti di-dilihat yang lain.."
Akashi menggeleng pelan sambil menatap wajah Kuroko yang memerah, "Mereka takan melihat. Asal Tetsuya tetap diam menikmati perlakuanku, pasti takan ketahuan." Jawab Akashi ambigu.
"Aka—"
"Tetsuya hebat bisa menemukanku." Bisik Akashi pada telinga Kuroko. "Apa kau menyadari keberadaanku?"
Bunuh Kuroko sekarang. Dirinya tak bisa lagi memasang topeng datar andalannya. Kini wajahnya hanya bisa memasang wajah malu atas bisikan Akashi.
"He-hentikan Akashi-kun.." Lirih Kuroko. Ia tahu berontak sampai kapanpun takan membuat dirinya menang dari Akashi. Semakin berontak justru semakin membuat Akashi nafsu memakannya.
CUP
"!?"
Kuroko mematung saat Akashi mencium bibirnya dengan ganas. Ia tak bisa memberi respon apapun atas perlakuan Akashi. Dirinya seolah tersihir oleh Akashi untuk diam.
Sepertinya Kuroko mulai terbuai dengan perlakuan Akashi.
Lain perintah, lain niat. Beruntung Kuroko masih memiliki akal sehat sehingga otaknya memerintahkan dirinya untuk sadar.
"Kh.."
Kuroko mencoba sekuat tenaga lepas dari pelukan Akashi. Ia berusaha untuk memutuskan ciuman itu. Kuroko mendorong Akashi kuat sampai ciuman itu berhasil terputus.
Akashi tersentak saat Kuroko mendorongnya, "Tetsuya—"
DRAP DRAP
Tanpa pikir panjang, pemuda bersurai babyblue ini berlari meninggalkan koridor. Kini hanya Akashi yang berada di koridor tersebut.
"Tetsuya..." Akashi menatap kepergian Kuroko, "Kau memilih untuk kabur dari ku?" Tanyanya tersenyum.
Akashi bangkit berdiri sambil menjilat bibirnya sendiri, "Bibirmu manis, Tetsuya. Lihat saja aku pasti akan mudah menangkapmu."
Anehnya bukannya mengejar Kuroko, Akashi malah berjalan menuju ruang sentral. Sepertinya si pemuda bersurai crimson ini memiliki sebuah rencana-terbukti dari seringainya yang kian melebar.
Kepada Kuroko Tetsuya tercinta, sepertinya tindakanmu kabur dari Akashi adalah kesalahan terbesar. Bersiaplah akan nasib sial yang menimpamu berikutnya.
.
.
.
Pemuda bersurai babyblue itu tersengal-sengal karena habis berlari. Syukurlah ia bisa kabur dari jeratan Akashi. Ia tak yakin bila ia berlama-lama dalam pelukan Akashi, ia selamat. Bisa jadi ia akan menikmati permainan Akashi dan ketagihan untuk melakukannya.
The hell, ia tak mau. Eh tapi ada rasa mau juga sih. Oke, Kuroko labil.
'Setidaknya aku bisa kabur dari Akashi-kun...' Batin Kuroko lega. Kakinya melangkah melewati orang-orang yang berada di lorong kelas.
KRRRIING
Kuroko sedikit terkejut saat ada bunyi sentral—menandakan adanya pengumuman. Ah, paling hanya pengumuman tentang pelajaran dan segalanya yang berhubungan dengan sekolah Rakuzan. Mengacuhkan pengumuman, dirinya berjalan santai menuju anak tangga-melewati kerumunan orang yang bersiap mendengarkan pengumuman.
Kalau dipikir-pikir, murid-murid Rakuzan sangat tertib. Beda sekali dengan murid Seirin yang notabenenya adalah anak yang tak peduli dan pemalas.
["Pengumuman-pengumuman. Mohon untuk para murid tenang sejenak."]
Dan Kuroko nyaris terpeleset dari tangga begitu mendengar suara Akashi dari sentral itu.
"A-Akashi-kun!?" Kuroko menatap sentral tersebut.
Sebagian ada yang menatap bingung sentral. Dalam rangka apa Akashi Seijuro memberi pengumuman?
"Kyaaa! Suara Akashi-kun! Kyaaa!" dan sebagian fangirl Akashi menjerit-jerit histeris. Cih, mendengar suaranya saja sudah nyaris gila, gimana kalau mereka bertemu langsung dengan Akashi? Mati? Mungkin.
["Mohon maaf mengganggu sebentar. Saya Akashi Seijuro ingin meminta bantuan kalian."]
Huh? Seorang Akashi meminta bantuan?
["Aku ingin kalian mencari seorang pemuda bernama Kuroko Tetsuya."]
BRUK
Tak disengaja, Kuroko jatuh dari tangga setelah mendengarkan suara dari sentral tersebut. Ia yang mendengar suara sentral itu benar-benar terkejut—merasa waktu dunia terhenti untuknya.
'Akashi-kun apa maksudmu!?' Batin Kuroko terkejut. Hei, ini curang tahu!
["Aku ingin kalian membantuku dalam mencari Tetsuya. Ciri-cirinya bersurai babyblue dengan seragam hitam sekolah Seirin. Bagi yang menemukannya harap menahannya dan memberitahukan ku dimana tempatnya. Sekian terima kasih."]
Pengumuman itu telah selesai. Murid-murid Rakuzan saling terheran-heran-bahkan suara bisikan mulai terdengar. Siapa sebenarnya Kuroko Tetsuya? Mengapa ia harus mencari orang yang tak dikenal?
"Eh, tadi Akashi-kun bilang kalau ciri-ciri pemudanya bersurai babyblue kan?" Tanya salah satu gadis berbalut seragam rakuzan.
Semuanya mengangguk bersama.
"Bukankah tadi pagi kita melihat orang itu? Hanya dia satu-satunya bersurai babyblue dan berseragam hitam semua!"
DEG
Detak jantung Kuroko semakin tak beraturan. Ya, Suara dari gadis itu terdengar oleh Kuroko yang berada di tangga—membuatnya semakin gila menghadapi nasibnya. Kuroko nyaris melompat kaget kalau saja ia tak berpegangan tangan dengan samping anak tangga itu.
'Kenapa aku bernasib sial terus sih!?' Batin Kuroko. Entahlah ia protes pada siapa.
"Iya juga ya..."
"Benar-benar!"
"Baik, target kita orang itu."
"Siaaap!"
"Ayo cari!"
"Ayo!"
Kuroko berani bersumpah bahwa murid-murid Rakuzan rata-rata orang pintar tapi gila. Apa-apaan itu!? Mengapa mereka jadi semangat mencari Kuroko? Jika Kuroko tak pernah ingat Akashi dan sekolah Rakuzannya, ia pasti sudah membakar habis sekolah sialan ini. Ia ingin terjun dari lantai empat belas dan pergi meninggalkan dunia ini.
Tujuannya ke sini adalah menjawab surat cinta Akashi kan?
Tapi kenapa berakhir jadi acara kejar-kejaran begini?!
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Halo masih ada yang ingat Rikka? /ngga ( '-')
FF MACAM APA INI HAHAHAHHAHA
Kali ini Rikka bawakan FF Akakuro lagi. Rikka mencoba membuat Kuroko versi lemah (?) . Mksdnya lemah disini adalah kaya penakut, mudah malu, dan tak berdaya kalau udah di grepe-grepe Akashi /jduk
Sumpah, jadi ketagihan. /dimakankuroko
Biasanya saya selalu membuat Kuroko ngga terlalu uke alias masih bisa melawan klo di grepe2 Akashi XDD
Akhir kata,
Review pls? arigatou!
Terima kasih buat para readers/silentreaders yang udah mampir! :D
eh ngomong-ngomong...
SELAMAT TAHUN BARU 2015! XDDD semoga kita menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya~