Konoha Gakuen : Souban

KonoGaku : Souban © Akaneko

Warning : AR, school-life, a bit OOC, gangster, shounen-ai SasuNaru, a bit NaruHina; SasuSaku; SaiIno, typo(s), based on Naruto Gakuen Den.

DON'T LIKE DON'T READ! © Fujodanshi

|\_/|
(^_^)

Happy reading and enjoy, Gays...

|\_/|
(^_^)

Suara air yang berjatuhan dari shower menjadi satu-satunya yang terdengar di kamar itu. Kamar sederhana yang hanya berisikan tempat tidur berukuran queen size terbungkus sprei berwarna biru tua, meja serta kursi yang berjajar rapi di seberangnya, lalu lemari kayu yang bertengger manis tak jauh dari ranjang. Cermin panjang tergantung manis di samping lemari pakaian.

Terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka dan menampilkan sosok si pemilik kamar. Dengan tubuh yang setengah basah, terlilit handuk besar yang menutupi sebagian tubuhnya dari pinggang ke bawah. Ia berjalan menuju cermin besar yang menggantung di sana. Memandang sosoknya sendiri.

Rambut raven yang biasanya menantang gravitasi dengan bangga, kini terjatuh lemas membingkai wajahnya karena tak kuasa menahan berat air yang merembes di antara helaiannya. Titik-titik air perlahan menetes dari rambutnya dan sedikit membasahi lantai yang dipijaknya. Tubuh atletis terbentuk dengan sempurna berlapiskan kulit putih bagai porselen. Ia menyibakkan sedikit poni yang menjuntai menutupi mata onyx miliknya.

"Usuratonkachi…"

Sebelah tangannya terangkat lalu menyentuhkannya tepat di depan cermin yang memantulkan bayangannya. Ia memicingkan mata dan teringat ketika saat itu…

-Flashback-

"Hn. Tak kusangka kau benar-benar datang untuk menemuiku, Usuratonkachi."

Mereka saling berhadapan. Sasuke dan Naruto, diam-diam sepulang sekolah bertemu di belakang gedung penyimpanan alat-alat olahraga . Dilihatnya Naruto yang menyunggingkan senyuman tak kalah sinis dengan Sasuke.

"Heh… Aku sendiri pun terkejut karenanya."

Senyuman sinis masih betah bertengger di bibir tipis Sasuke. Dikeluarkannya selembar kertas yang tersimpan di sakunya. Menunjukkannya pada si pirang.

"Kau sampai repot-repot mengirimiku kertas tidak berguna ini."

Iris biru itu kini memandangnya dengan geram. Merasa diremehkan akan hal itu.

"Jangan meremehkan hal itu, Teme. Itu bukti bahwa aku benar-benar ingin menantangmu dan menyelesaikan masalah kita tanpa ada campur tangan orang lain."

Sasuke mendengus walau bibirnya tetap tersenyum sinis. Tidak, dia tidak meremehkan surat tantangan yang diberikan Naruto padanya. Hanya saja, entah kenapa dia menikmati ekspresi yang dikeluarkan si pembuat masalah di sekolahnya ini.

"Sudah dua tahun berlalu. Ternyata kau tak melupakannya."

"Tidak mungkin aku melupakannya. Karena kita sudah berjanji. Antara aku… dan denganmu… Sasuke!"

Iris biru itu memandang penuh tantangan tanpa ada sedikit rasa takut maupun ragu. Bibir tipis Sasuke semakin berkembang menjadi sebuah seringaian. Ya, sesungguhnya dia pun sudah menunggu kedatangan Naruto. Saat-saat dimana si pirang keras kepala ini sadar akan ketidakmampuannya.

"Lebih baik kita segera melanjutkan pertarungan yang sempat tertunda dulu, Teme!" teriak Naruto sambil mulai berlari melancarkan sebuah serangan pada Sasuke.

Melemparkan kertas tantangan itu entah kemana, dan dengan cepat Sasuke menghindar dari serangan Naruto. Namun Naruto terus saja melancarkan berbagai serangan ke arahnya. Sasuke terus saja menghindar dan menangkis, dan nafasnya perlahan mulai memburu. Hingga sebuah pukulan nyaris mengenai wajahnya.

'Dia… Semakin cepat.'

Naruto tak juga ingin menghentikan serangannya yang bertubi-tubi. Dia terus menyerang Sasuke tanpa ampun. Berkonsentrasi untuk menghajar lawan yang telah membuatnya datang ke KonoGaku ini. Sedikit kelengahan darinya, hingga Sasuke berhasil memukul perutnya. Membuat Naruto mundur beberapa langkah.

"Ugh!"

Naruto memegang perutnya yang terasa nyeri. Tak melihat ke arah Sasuke yang sedikit mengibaskan tangannya karena sakit.

'Sial. Dia memberikan tekanan pada perutnya.'

"Teme… Jangan harap aku akan mengalah!" seru Naruto sambil kembali menyerang.

Dengan sigap Sasuke melawan serangan yang diberikan oleh Naruto. Adu pukul dan sebagainya terdengar begitu keras ketika serangan mereka saling mengenai lawan. Memar dan luka-luka kecil mulai terlihat di sekujur tubuh mereka. Namun tak satu pun dari mereka berniat untuk menghentikan pertarungan ini, walaupun nafas sudah menipis dan rasa nyeri mulai terasa di sekujur tubuh.

'Dia sudah sekuat ini?' batin Sasuke yang masih bertahan sekaligus menyerang Naruto.

'Dia… masih tetap kuat,' batin Naruto.

KLANG. ZRUT. BRUG.

Sasuke yang tak melihat adanya kaleng kosong bekas minuman di sana, terjatuh karena tak sengaja menginjaknya. Melihat hal ini, Naruto tidak membuang kesempatan yang ada di depan mata. Ia melompat dari atas pembatas dinding, namun tidak berjalan sesuai rencananya. Karena ia juga tidak sadar bahwa ujung celananya tersangkut pada paku yang mencuat dari dinding hingga celananya sedikit terlepas dan menggoyahkan keseimbangannya.

Adegan jatuhnya tubuh Naruto di atas Sasuke terasa begitu lambat. Namun kedua iris mata yang berbeda warna itu saling menatap dalam kejut. Hingga akhirnya kedua bibir mereka saling menempel karena insiden itu.

CHUUU…

Safir dan oniks membulat semakin lebar.

-End of Flashback-

"Che," Sasuke mendengus kesal ketika mengingat kejadian konyol itu.

Dia menutup sebagian wajahnya dengan sebelah tangan. Menghelakan nafasnya dengan berat, Sasuke berusaha untuk melupakan kejadian yang terakhir itu. Memantapkan hatinya bahwa itu hanya sebuah insiden. Kejadian waktu itu tidak bisa disebut dengan ciuman. Lagipula itu tidak disengaja.

Sasuke berjalan menuju lemari pakaiannya. Mengambil kemeja putih dengan simbol KonoGaku di setiap lengannya dan celana hitam panjang yang menjadi seragam sekolahnya. Setelah selesai merapikan seragam yang dikenakannya, Sasuke kembali berdiri di depan cermin. Melihat pantulan dirinya di sana. Lalu merapikan rambutnya seperti gaya andalannya sehari-hari.

"Bertemu dengannya nanti, bisa membuatku kesal karenanya. Si bodoh itu."

l\_/l
(^_^)

Hari selasa di pagi ini cerah. Matahari bersinar dengan hangat dan beberapa gumpalan awan yang menari-nari di atas langit sana. Seharusnya ini pertanda yang bagus untuk mengawali hari ini agar menyenangkan. Tetapi kenapa aura di dalam kelas 1-B ini terasa berat dan mencekam? Semua aura tidak mengenakkan ini datang dari Sasuke yang duduk di bangkunya sambil menjalin jemarinya membentuk sebuah jembatan dan menopangkan dagunya di sana dengan aura yang dingin walaupun ekspresinya tampak tenang. Berbeda lagi dengan Naruto, walaupun aura gelapnya juga terasa, ekspresi berandalan pirang itu mudah dibaca dengan jelas. Apa lagi sejak tadi ia menggeram tak jelas sambil memelototi sosok Sasuke. Tentu saja hal ini mengundang banyak tanya di benak para murid di kelas 1-B itu.

Ada apa dengan Sasuke serta Naruto?

"He-hei, Naruto, ada apa denganmu? Kau mengeluarkan aura yang menyebalkan ditambah ekspresi wajahmu yang makin terlihat jelek, kau tahu?" tanya Kiba heran.

Tapi yang diterimanya sebagai jawaban hanya geraman dari si Uzumaki. Hal ini membuat Kiba dan Shikamaru heran melihatnya. Walaupun mereka belum lama ini mengenal dengan si berandalan pirang, mereka tahu bahwa Naruto adalah anak yang baik dan ramah. Biasanya ia akan menyahuti apa pun yang ditanyakan oleh kedua temannya ini. Pemuda jenius yang duduk di depan Naruto pun hanya melihat ke arah mana si pemuda pirang bermata biru itu melihat. Dan rupanya memang memandang si pemuda Uchiha yang berada beberapa baris di depan mereka.

Shikamaru menghela nafas melihat kelakukan temannya yang baru ini. Memang sejak awal si pemuda pirang ini pindah ke KonoGaku, pertengkaran pertama yang dilakukannya yakni bersama si pemuda jenius asal Uchiha tersebut. Dirinya memang tidak mengetahui mengapa Naruto begitu mudah terbawa emosi jika berhubungan dengan Sasuke. Namun ia tahu bahwa ada kobar api persaingan di antara keduanya.

Dan aura persaingan itu dapat terlihat jelas pula oleh penghuni kelas lainnya. Karena selama jam pelajaran berlangsung aura gelap dari keduanya tak juga mereda, sebaliknya semakin terasa pekat sehingga hampir seluruh murid kelas 1-B ini sulit untuk berkonsentrasi pada pelajaran yang diberikan oleh guru mereka. Mayoritas di antaranya cukup penasaran dengan hubungan dari kedua pemuda yang memiliki sifat dan fisik yang sangat bertolak belakang.

Begitu pun saat pelajaran olahraga, keduanya semakin memperlihatkan persaingan mereka tanpa peduli akan sekitarnya. Karena pelajaran olahraga hari itu adalah baseball, justru Sasuke dan Naruto bertanding sengit tanpa peduli lagi teguran dari guru olahraga mereka. Seenaknya mereka menggunakan lapangan dimana Naruto mengambil posisi Pitcher dan Sasuke sebagai Batter. Dan pelajaran pun terganggu karena tingkah keduanya yang saling melempar dan memukul bola.

"Melemparlah dengan benar, Dobe! Memangnya itu bisa disebut dengan lemparan, huh? Kalau tak bisa bermain lebih baik kau turun dari mound, Usuratonkachi!"

"Berisik, Teme! Kau juga jangan asal memukul, bodoh! Beberapa di antara lemparanku itu out dan kau masih memukulnya? Memangnya kau anak kecil?!"

"Uzumaki Naruto! Uchiha Sasuke! Aku memang senang dengan jiwa membara kalian yang masih muda, tapi bukan berarti kalian mengganggu pelajaranku! Keluar kalian!" seru guru olahraga mereka yang bernama Gai-sensei.

Tak berhenti sampai situ, persaingan mereka juga berlangsung saat jam istirahat dimana keduanya langsung berlari keluar kelas begitu mendengar bel berdentang menuju kantin untuk memperebutkan roti yakisoba yang sangat laris. Tentunya hal ini tak hanya membuat heran teman-teman sekelasnya, tetapi juga seisi sekolah. Karena mereka tak menyangka pemuda dingin macam Sasuke mau meladeni berandalan baru seperti Naruto.

Begitu pun saat pulang sekolah, keduanya langsung bergegas beranjak dari tempat mereka duduk setelah membereskan buku-buku pelajaran. Mereka melesat keluar sekolah setengah berlari. Beberapa teman sekelas mereka mengikuti keduanya karena penasaran apa yang akan dilakukan kedua pemuda yang seharian ini bikin heboh satu sekolah. Namun siapa yang menyangka bahwa persaingan mereka semakin dirasa konyol oleh teman-teman sekelasnya yang mengikuti aksi dua pemuda tersebut.

Mereka pergi ke game center hanya untuk bertanding dengan semua permainan yang ada disana. Entah kenapa kini keduanya tampak semakin kekanak-kanakkan di mata teman-teman sekelasnya. Begitu pun dengan para wanita yang melihatnya sedikit kecewa melihat tingkah Sasuke yang berbeda bila dibandingkan biasanya ketika sebelum Naruto datang. Pemuda stoic itu justru terbawa suasana dan tak kalah menunjukkan sifatnya yang tampak kekanakan ketika bertanding dengan Naruto.

"Hahahaha… Ini kemenanganku yang ke lima puluh, Teme! Kau payah!"

"Haaa? Jangan bermimpi kau, Dobe! Aku sudah menang enam puluh kali!"

"Jangan membual kau, Teme! Sudah jelas-jelas kemenanganku lebih banyak!"

"Jangan tunjukkan kebodohanmu, Usuratonkachi! Memangnya kau tidak bisa berhitung?"

Pada akhirnya di sore yang cerah itu, satu per satu teman-teman sekelas mereka mulai pergi karena bosan melihat pertikaian konyol yang tak ada habisnya dari kedua pemuda itu. Yang tersisa di sana hanyalah Shikamaru yang memperhatikan keduanya dari jauh dengan ekspresi bosan khasnya. Dan saat langit sudah gelap, pemuda berkuncir tinggi itu terpaksa menyeret si pemuda pirang agar menghentikan pertandingan mereka yang tak ada habisnya.

"Pertandingan kita belum selesai, Teme! Aku pasti akan mengalahkanmu!"

"Ha! Berusahalah sekerasnya, Dobe! Sampai kapanpun kau tak akan bisa menandingiku!"

"Apa kau bilang?!"

"Sudah lebih baik kau beristirahat, Naruto. Aku akan mentraktirmu ramen nanti," ujar Shikamaru sambil menarik kerah seragam si pirang berisik.

"Eh, sungguh? Kau benar-benar baik, Shika. Baiklah kalau kau memaksa, hehe…" sahut Naruto dengan riang. "Tunggu saja pembalasanku, Teme!"

"Berisik kau, Usuratonkachi!"

"Merepotkan."

Dan akhirnya keduanya dapat dilerai dengan iming-iming oleh Shikamaru. Kini Naruto dan Shikamaru berjalan bersama dengan suara cempreng si pirang yang terus berbicara akan dirinya yang akan mengalahkan Sasuke. Sedangkan pemuda berkuncir tinggi itu hanya menanggapinya dengan bosan. Namun ia dapat merasakan aura menusuk dari belakangnya.

|\_/|
(^_^)

Rasanya seluruh energi murid kelas 1-B terkuras meskipun mereka hanya melihat pertikaian yang tak ada habisnya dari Sasuke dan Naruto selama beberapa hari ini. Yang bertikai dan bertanding hanya kedua pemuda itu, tapi seluruh rekan sekelas mereka yang merasa kelelahan. Padahal mereka hanya menonton saja. Mereka juga bingung sampai kapan pertikaian konyol keduanya selesai.

Mereka juga bingung kenapa Naruto tak pernah merasa lelah untuk menantang Sasuke meskipun pemuda pirang itu telah dikalahkan berkali-kali. Ditambah lagi berandalan itu selalu dikejar-kejar oleh para ketua dari berbagai macam klub ekstra, terutama di bidang olahraga yang memintanya untuk bergabung namun selalu ditolaknya.

"Aiiih… hari ini juga rasanya melelahkan," keluh gadis dengan helaian rambut senada dengan bunga sakura.

Sakura, Ino dan Hinata kini berjalan bersama setelah pulang sekolah. Ketiganya tampak lesu dengan pundak mereka yang tertunduk. Semuanya karena pertikaian dari Sasuke dan Naruto yang tiada habisnya membuat mereka kehilangan tenaga.

"Melihat mereka berdua bertanding kekanakan seperti itu, rasanya tenagaku ikut terkuras," ujar Ino menambahkan.

"Ta-tapi… aku tidak menyangka mereka masih terus bertanding se-seperti itu. Padahal… sudah berlalu se-seminggu lamanya," Hinata ikut menimpali dengan cara bicaranya yang terbata.

Ketiganya terus berbincang membicarakan kedua teman sekelas mereka yang terus saja melakukan pertandingan konyol. Namun begitu, bagi Sakura dan Ino bisa melihat sisi Sasuke yang tak biasa sedikit membuat mereka kecewa karena seolah menghilangkan karisma yang selama ini dirasanya keren. Sebaliknya bagi Hinata pesona Naruto terasa semakin membuatnya kagum. Gadis berambut ungu gelap itu merasa perlu belajar keberanian dari pemuda pirang tersebut.

Namun mereka tak menyadari bahwa sejak tadi telah diikuti oleh beberapa orang yang mencurigakan. Hingga akhirnya ketiganya dihadang dan disekap oleh beberapa lelaki yang berpakaian seperti berandalan. Mulut mereka dibekap oleh tangan-tangan besar dan kekar yang langsung menyeret dengan paksa. Tangan mereka ditahan di belakang tubuh masing-masing oleh para berandalan itu.

Ketiga gadis itu dibawa ke sebuah padang rumput yang berada di dekat sungai. Mereka melihat banyak lelaki lain dengan jumlah yang diperkirakan mencapai puluhan berkumpul di sana. Di antaranya ada yang bertingkah paling berkuasa. Diperkirakan sebagai ketua dari gang berandalan. Namun gadis-gadis itu mengingat bahwa mereka adalah berandalan yang mendatangi KonoGaku tepat setelah Naruto pindah dan membuat kekacauan.

"Kau… ketua gang aneh yang saat itu dikalahkan oleh Naruto, 'kan!" seru Sakura sambil berusaha berontak dari cengkraman berandalan lain yang menahan kedua tangannya di belakang.

"Haah? Jangan bicara sembarangan! Aku belum dikalahkannya!" geram lelaki berkumis itu. "Kali ini aku yakin kalau Uzumaki Naruto akan babak belur di tanganku dan anak buahku. Hehehe… Ahahahahaha…"

"Dasar pengecut! Kalian hanya bisa bergerombol saja!"

"Kalau kalian memang lelaki, bertarunglah dengan sportif!" kali ini Ino yang membuka suaranya.

"Na-Naruto-kun tidak akan kalah dengan kalian!" Hinata meskipun sedikit ketakutan, ia juga ingin membela orang yang dikaguminya.

"Berisik!" bentak si kumis. "Kalian para wanita tahu apa, huh? Kalau kalian masih banyak bicara, akan kulukai tubuh mulus kalian."

"Bos, mereka cantik-cantik. Sekolah kita 'kan khusus lelaki, mungkin ada baiknya kalau kita bermain dengan mereka sebentar. Bagaimana, Bos?" ujar salah satu anak buahnya dengan pandangan mesum.

Kontan hal ini membuat ketiga gadis itu bergidik ngeri dan jijik sekaligus. Ditambah lagi wajah pemimpin mereka juga mulai berubah menjadi mesum. Dan dengan kurang ajarnya, ia mencoba mengangkat rok yang dikenakan oleh Sakura untuk melihat apa yang ada dibaliknya. Tak tinggal diam, Sakura langsung menendang selangkangan pemimpin berkumis itu sekuat tenaga hingga jatuh tersungkur.

"Jangan menyentuhku, dasar menjijikkaaaann…!"

|\_/|
(^_^)

"Kita lanjutkan pertandingan kita besok, Teme!" seru Naruto tergesa-gesa karena dirinya tengah dikejar oleh para ketua klub ekstra dari berbagai bidang olahraga. "Uwaaahh… Kenapa kalian tidak juga menyerah?! Berhenti mengejarku!"

"Tunggu, Uzumaki Naruto!"

"Naruto, bantulah klub baseball!"

"Bergabung saja dengan klub boxing, Naruto!"

Sasuke hanya mendengus kesal melihat rivalnya yang telah menghindar dan menjauh dari pandangannya. Sedangkan si pirang dengan gaya berandalannya segera menuju loker sepatunya untuk berganti sepatu. Namun begitu ia membuka loker, didapatinya sebuah surat di dalamnya yang berisikan surat tantangan sekaligus ancaman.

'Uzumaki Naruto, datanglah ke padang rumput yang berada di dekat sungai barat di bawah jembatan rel kereta seorang diri. Kalau kau menolak, maka kami tidak bertanggung jawab pada gadis-gadis yang kami sandera. Tertanda dari gang Yoru.'

"Brengsek!"

Karena membaca surat itu, dirinya segera tertangkap oleh orang-orang yang tadi mengejarnya untuk bergabung dengan klub mereka. Namun Naruto segera mengganti sepatunya dan menghalau mereka yang menghalangi jalannya. Ia berlari keluar sekolah tergesa sambil membawa surat tantangan tersebut. Bahkan ia sampai melupakan tas sekolahnya. Hal ini membuat para ketua klub itu terheran-heran melihatnya.

|\_/|
(^_^)

Pemimpin dari kelompok berandalan yang menyebut mereka sebagai gang Yoru itu berdiri perlahan dari tanah dimana ia tadi tersungkur menahan sakit pada selangkangannya yang terkena tendangan dari gadis manis berambut merah mudah. Dengan wajah pucat penuh keringat, ia memerintahkan pada anak buahnya untuk memperlakukan kasar pada ketiga gadis yang ia tahan sejak tadi.

"Berani sekali kau menendangku, gadis bodoh! Kau akan merasakan akibatnya! Lucuti baju mereka!"

"Kyaaa… Tidaaakk!"

"Hentikan!"

Tepat sebelum para lelaki yang menahan ketiga gadis itu bertindak, Naruto telah berdiri di hadapan mereka sambil terengah-engah. Tampaknya ia habis berlari sekuat tenaga menuju ke lokasi itu tanpa henti. Semua itu terlihat dari seragamnya yang berantakan dan peluh yang mengucur deras dari tubuhnya dan membasahi baju yang dikenakannya.

"Naruto!" seru Sakura, Ino dan Hinata bersamaan.

"Hahahaha… akhirnya kau datang juga, Uzumaki Naruto!"

"Kalau kau ingin bertarung denganku, katakan saja! Jangan melibatkan gadis-gadis itu!"

"Keh, kalau dengan begini aku bisa menghajarmu hingga puas, maka akan kulakukan hal ini terus. Karena aku adalah calon Souban terkuat!"

Naruto menyeringai meski nafasnya masih belum teratur. "Orang sepertimu mengaku sebagai calon Souban terkuat? Pengecut sepertimu tidak akan bisa. Lagipula kau hanya karakter tidak penting dalam cerita ini," dengus pemuda bermarga Uzumaki itu dengan ekspresi yang tampak menyebalkan di mata pemimpin dari gang Yoru tersebut.

"Diaaamm! Kalau kau melawan, aku akan melukai gadis-gadis ini! Menyerahlah ditangan kami, Uzumaki Naruto!" serunya.

"Aku tidak akan menyerah pada kalian! Ayo maju semua!"

Tanpa aba-aba lagi, hampir seluruh berandalan dari gang Yoru itu mulai menyerang Naruto dengan membabi buta. Pemuda pirang itu hanya menangkis dan menghindar dari semua serangan yang tertuju padanya. Tak sedikitpun ia membalas karena nyawa teman sekelasnya bisa saja berbahaya jika ia melawan. Karena terlalu banyak yang menyerangnya dan tak dapat membalas, akhirnya Naruto jatuh tersungkur. Meski begitu, berandalan yang menyerangnya tak juga menghentikan pukulan dan tendangan yang mengarah pada tubuh berkulit tan itu.

"Naruto-kun!"

"Hei, hentikan!"

"Dia sudah terjatuh! Kenapa kalian masih memukulnya?!"

Ketiga gadis itu hanya dapat berteriak histeris melihat teman sekelasnya dipukuli. Meskipun mereka tahu bahwa pemuda itu sengaja datang untuk menolong, namun mereka tak habis pikir mengapa Naruto sampai bertindak sejauh itu. Karena jika terus dibiarkan, bisa-bisa nyawa Naruto akan melayang.

Pemimpin dari gang itu memberi isyarat pada anak buahnya untuk menghentikan serangan mereka. Dengan kasar ia menarik rambut pirang Naruto yang kini telah lusuh terkena debu dan juga darah yang mengalir dari kepalanya. Ikat kepala yang biasanya bertengger di dahinya pun tak luput terkena kotoran dan darahnya yang menempel. Wajahnya sudah lebam dan tampak ada darah yang keluar dari sudut bibir mengalir ke dagunya.

"Heh, kau tampak mengenaskan, Uzumaki Naruto. Lebih baik kau menyerah dan tunduk padaku, maka aku akan mengampunimu."

Sedikit terbatuk dan dengan nafas yang tak beraturan, senyuman sinis tetap bermain dibibir robek dan mengalir darah dari Naruto. "Heh… ka-kalau hanya segini saja… ugh… masih belum ada apa-apanya bila dibandingkan… dengan pukulan Aneki."

"Haaa? Kau masih saja bermulut besar, huh? Kau yang sekarang sudah tidak bisa apa-apa! Tunduklah padaku, Uzumaki Naruto."

"A-aku tidak akan… tunduk pada pengecut… sepertimu…"

Menggeram kasar, pemimpin berkumis itu membanting kepala Naruto kembali ke tanah yang dipijak. Membuat si pirang sedikit mengerang menahan rasa sakit dan pusing yang melanda kepalanya. Namun ketika telinganya mendengar sesuatu, bibirnya menyunggingkan sebuah seringaian. Dan dari sudut pandangnya, ia juga melihat bahwa orang yang menghajarnya itu mengeluarkan sebuah belati kecil yang dimaksudkan untuk melukainya lebih parah.

"Mungkin aku perlu merobek mulut besarmu itu dengan i-"

Buagh.

Tanpa disadari si pemimpin, sebuah tendangan keras mengenai telak wajahnya hingga tersungkur beberapa meter dari tempat ia semula berdiri. Begitu pun disusul dengan suara pukulan dan seruan lainnya. Iris sebiru langit Naruto dapat melihat sosok lain yang berdiri di sampingnya. Suara baritone yang sudah ia hapal terdengar di gendang telinganya.

"Memalukan sekali kau, Dobe. Aku tidak menyangka bahwa orang yang mengaku akan mengalahkanku bisa dikalahkan semudah ini."

Naruto terkekeh mendengar dengusan yang menyebalkan itu, lalu ia meringis karena rasa sakit terasa disekujur tubuhnya. "Ja-jangan sedih begitu, Teme. Aku hanya sedang lengah saja."

Dapat ia lihat iris obsidian itu memandangnya kesal meskipun bibir itu menyunggingkan seringaian meremehkan. Namun rupanya Naruto menyadari yang hadir di sana tak hanya Sasuke, tetapi juga ada yang lainnya seperti Shikamaru, Kiba, beberapa ketua dari berbagai klub ekstra olahraga yang sejak tadi mengejarnya. Bahkan ada juga orang-orang yang sempat dikalahkannya seperti Chouji, Rock Lee, TenTen, bahkan sang ketua Organisasi Komite Kedisiplinan sekolah, Neji. Sedikitnya ia merasa terkejut dengan kehadiran mereka semua.

"Ka-kalian… kenapa…"

"Kau merepotkan, Naruto," desah Shikamaru dengan nada malasnya.

"Kau jangan bersenang-senang sendiri dan ingin menjadi pahlawan lalu terlihat sok keren di depan para gadis ini, Naruto," ujar Kiba dengan cengirannya.

"Jangan besar kepala, Uzumaki. Aku hanya datang untuk menyelamatkan, nona Hinata," dengus Neji sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku mengagumi semangat mudamu, Narutoooo!" ini sudah jelas kalimat yang akan dilontarkan oleh Rock Lee.

"Kadang-kadang aku perlu membakar kalori, jadi tak ada salahnya bermain disini," ucap Chouji masih tetap mengemil potato chip di tangannya.

"Kami tidak akan membiarkan calon atlet kami dilukai begitu saja, Naruto," kali ini para ketua klub yang bersemangat. Beberapa di antaranya membawa alat-alat dari klub mereka masing-masing.

"Aku juga tidak bisa diam saja melihat seorang gadis disakiti," ujar TenTen yang melindungi ketiga gadis di belakang punggungnya. Sakura, Ino dan Hinata sudah terlepas dari cengkraman anak buah dari berandalan itu. Gadis berambut coklat yang dikuncir dua itu sudah memakai seragam karatenya dengan lengkap.

"Kalian… ternyata juga suka seenaknya, ya? Hehe…"

Sedikitnya Naruto merasa terharu melihat orang-orang yang sudah ia tantang untuk bertanding dan bertarung ternyata mau repot datang untuk menolongnya. Ia tak menyangka bahwa mereka akan bertindak seperti ini hanya untuknya. Berharap semua yang telah datang menghampirinya ini dapat ia sebut sebagai teman.

Sebuah tangan terjulur di depan wajahnya. Tangan seputih porselen milik seseorang yang sudah dikenalnya sejak bertahun-tahun lalu itu memberi isyarat untuk disambut. Mendengus geli, Naruto menggapainya dan bangkit dari tanah. Sebelah tangannya tersampir pada pundak pemuda stoic itu dan tubuhnya ditopang oleh tangan Sasuke yang melingkar di pinggangnya.

"Jangan kecewa begitu, Sasuke… aku akan segera pulih dan menantangmu lagi," lirih Naruto masih memasang cengirannya yang biasa.

"Dalam keadaan lemah begini kau masih bermulut besar? Seharusnya kau sadar akan ketidakmampuanmu, Naruto," dengus Sasuke. Belum sempat Naruto memprotes, Sasuke kembali berbisik lirih. "Sejak dulu kau selalu saja gegabah. Sepertinya perlu kuingatkan lagi bahwa yang boleh menghajar dan melukaimu hanya aku saja," bisik Sasuke sambil sedikit tersenyum lega.

"Kau pikir aku akan diam saja dihajar olehmu, huh, Teme?"

"Memang tidak. Tapi akan kubuat tubuhmu mengingat bahwa hanya aku yang dapat menghajar dan mengalahkanmu."

Keduanya hanya tertawa kecil sambil perlahan melangkah. Namun rupanya musuh kita hari ini belum menyerah begitu saja. Pemimpin berkumis itu mulai bangkit dari tanah meski wajahnya telah lebam akibat tendangan yang dilancarkan oleh Sasuke tadi. Tampaknya bibirnya robek dan beberapa gigi terlepas dari gusinya karena terlihat darah mengalir dari mulutnya.

"Ka-kalian pikir dapat pergi begitu saja dari gang Yoru? Kalian akan merasakan akibatnya! Serang mereka!" seru si kumis itu.

"Aku juga tidak akan kalah keren dengan Naruto! Huooooo…"

"Ini merepotkan. Tapi aku juga tidak bisa diam saja."

"Kalian sudah berani bersikap kurang ajar pada nona Hinata. Akan kubayar berkali-kali lipat!"

"Ayo tunjukkan semangat muda kalian!"

Dan sore itu di padang rumput di dekat sungai barat, telah terjadi baku hantam antara dua belah pihak. TenTen dan Chouji segera membawa ketiga gadis yang sudah terselamatkan menjauh dari area pertarungan bar-bar antar lelaki itu. Sasuke memapah Naruto di sampingnya dan bermaksud untuk ikut menghindari pertarungan antara teman-temannya dari KonoGaku melawan berandalan gang Yoru tersebut. Namun perlahan tangan tan Naruto menahan tubuh pemuda yang menolongnya itu.

"Tunggu, Sasu-Teme. Kau tidak bermaksud untuk menghindar dari pertarungan ini 'kan?"

"Jangan konyol, Dobe. Kau sudah kepayahan."

"Oh ayolah, ini belum seberapa. Pertarungan ini terlalu seru untuk dilewatkan begitu saja," bujuk Naruto sambil menyeringai.

Ekspresi Sasuke menunjukkan rasa kesalnya lalu mendengus sebal dengan tingkah pemuda yang ia peluk pinggangnya. "Seharusnya kau kubiarkan saja dilukai sampai pingsan tadi. Tapi kurasa tak ada salahnya melihatmu nanti terbaring di rumah sakit."

"Heh, jangan bermimpi, Teme. Aku tidak semudah itu tumbang."

"Terserah kau, Naru-Dobe."

Keduanya langsung berbalik menuju area pertarungan bersamaan. Lalu mereka berlari sambil berseru dengan ekspresi membara. Sasuke dan Naruto secara bersamaan menghadapi pemimpin gang itu yang sudah sedikit babak belur karena dihajar oleh teman-teman sekolah mereka. Anak buah dari pemimpin itu pun ikut membantu melindungi bos mereka menghadapi si pirang dan pangeran sekolah. Naruto menghajar anak buahnya satu per satu, dan Sasuke menghajar lainnya yang mencoba menyerang Naruto dari belakang.

Naruto menangkis serangan yang dilancarkan padanya dan hampir limbung karena keadaan dirinya yang memang sudah kesulitan meski hanya untuk berdiri saja. Namun dengan sigap Sasuke segera menangkap tubuh pemuda pirang itu dengan kedua tangannya.

"Dasar bodoh! Jangan jatuh hanya karena pukulan seperti itu, Dobe!"

"Berisik, Teme! Aku tahu itu!"

Selama beberapa menit pertarungan antar kedua belah pihak berlangsung sampai akhirnya seluruh berandalan yang mengaku sebagai gang Yoru itu telah dikalahkan dan satu per satu dari mereka berlarian untuk kabur. Tubuh mereka babak belur dengan luka lebam bahkan darah yang mengotori baju mereka. Mereka berteriak ketakutan seperti anjing yang kalah dengan ekor di antara kedua kaki belakangnya untuk kabur.

Semua murid KonoGaku yang bertarung bersorak keras melihat kemenangan mereka meskipun jumlah mereka tak sebanyak para berandalan itu. Namun beberapa di antaranya ada yang sedikit terluka seperti lebam dan memar lainnya. Seragam dan penampilan mereka begitu kusut, tapi senyuman dan seringaian tetap merekah pada wajah-wajah mereka meski nafas mereka tersengal.

Bahkan para wanita yang tadi sempat bersembunyi pun ikut berseru senang melihat kemenangan pada pihak mereka. Namun sorakan itu hanya sesaat saja sebelum sang pemeran utama terjatuh berdebam menghantam tanah berlapiskan rerumputan hijau itu.

"Oy, Dobe!"

"Naruto!"

Sasuke segera membalikkan tubuh Naruto perlahan dan memangkunya. Semua teman-teman satu sekolahnya menghampiri dan mengerubungi keduanya dengan ekspresi khawatir yang terpetak jelas. Dapat dilihat bahwa ada beberapa luka dan memar baru yang terlukis di wajah dan tubuh pemuda pirang itu. Namun Naruto masih sempat-sempatnya tertawa.

"Ah… haha… se-sepertinya rasa lelahku… mulai terasa. Ugh… bi-biarkan aku tidur sebentar, ya?" lirihnya. Dan iris biru itu bersembunyi dengan tenang di balik kelopak matanya.

Hening terjadi selama beberapa saat.

"Narutoooo!" teman-temannya memanggil dengan histeris. Bahkan ketiga gadis yang telah diselamatkannya mulai menitikkan air mata. Beberapa teman lelakinya banyak yang menundukkan kepalanya dengan tubuh yang gemetar. Menyesal melihat teman mereka yang kini terbujur kaku di dalam pangkuan Sasuke.

"Kalian berlebihan sekali," dengus Sasuke.

"Sasuke, bisa-bisanya kau berkata begitu pada Naruto yang telah… yang telah…" mereka tak sanggup melanjutkan kalimat itu.

"Bi-bisakah kalian tenang? Biarkan aku tiduuur…" lirihnya lagi dengan ekspresi kesal meski matanya tetap terpejam. Mereka semua terdiam memandang si pemuda pirang yang masih menyahut.

"Naruto bodooohh! Ternyata kau baik-baik saja!" seru Kiba kesal.

"Sudah kukatakan bahwa kalian berlebihan," desah Sasuke. "Oy, Dobe, bangun. Jangan tidur di sini. Di rumah sakit saja sana."

"Aku lelaaah…" sahut si pirang dengan nada malas.

Pemuda stoic itu hanya menggelengkan kepalanya perlahan sebelum ia menggendong Naruto di punggungnya. Seluruh teman-teman mereka yang ada di sana terheran-heran melihat hal ini. Pasalnya kedua pemuda ini selalu bertengkar setiap saat tak ada habisnya. Namun kali ini Sasuke tampak berbaik hati menggendong Naruto. Bahkan sebelumnya mereka juga dapat melihat, selama pertarungan tadi pemuda tampan itu selalu berusaha melindungi Naruto dari belakang. Ditambah lagi respon Naruto yang biasa saja dan tampak merasa nyaman tertidur di punggung pemuda yang selalu ia anggap rival.

"Aku akan mengantarnya ke rumah sakit," ujar pemuda bermarga Uchiha itu santai. Ia berjalan perlahan menjauh dari teman-teman sekolahnya lalu mengambil tas miliknya dan Naruto yang tergeletak di rerumputan sebelum bertarung. Sasuke sendiri yang tadi membawakan tas Naruto saat tertinggal di sekolah.

Sosok keduanya menghilang secara perlahan dari hadapan teman-temannya. Satu per satu mereka pun membubarkan diri untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Kini yang tersisa di sana hanyalah Shikamaru, Kiba, Neji, Sakura, Ino dan Hinata.

"Sudah kuduga mereka sudah saling mengenal sejak lama," ucap Ino perlahan.

"Kau juga berpikir begitu, Ino?" tanya Kiba.

Gadis berambut pirang itu menganggukan kepalanya. Iris aquamarine miliknya memandang pada pemuda bertato segitiga merah pada pipinya. "Sikap mereka itu benar-benar berbeda jika menyangkut antara satu sama lain. Sepertinya telah terjadi sesuatu di antara mereka sebelumnya."

"Benar juga. Rasanya memang aneh melihat Sasuke-kun yang biasanya sangat dingin menjadi mudah terbawa emosi jika bersama dengan Naruto," gumam Sakura.

"Begitu pun dengan Naruto. Sejak aku mengenalnya, aku tahu kalau ia anak yang aneh dengan berbagai arti. Tapi ia ceria dan ramah pada semua orang. Tapi kalau sudah berhubungan dengan Sasuke, sikapnya jadi kekanakan," desah Kiba.

"Mu-mungkinkah mereka teman saat SMP dulu?" Hinata ikut berspekulasi.

"Apapun itu, mereka berdua sering membuat onar di sekolah dan membuat tugasku sebagai Ketua Komite semakin menumpuk saja," dengus Neji kesal.

Perlahan Shikamaru membalikkan tubuhnya dan berjalan menjauh dari teman-temannya.

"Eh, Shika? Kau mau kemana?" tanya Kiba.

"Sudah tentu pulang, 'kan? Akan merepotkan kalau ibuku sampai mengomeliku karena telat pulang," ucap pemuda berkuncir itu sambil terus berjalan. Melihat teman mereka yang paling jenius namun pemalas itu beranjak dari tempat mereka berpijak, akhirnya mereka pun ikut berjalan menjauh dari padang rumput di dekat sungai itu untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka berpencar dimana Neji dan Hinata berjalan bersama sedangkan Kiba bermaksud untuk mengantar Sakura dan Ino kembali sampai rumah mereka terlebih dahulu.

Seorang diri Shikamaru berjalan menuju rumahnya. Tangannya merogoh pada kantung celananya untuk mengeluarkan sebungkus rokok dan pemantik. Mengambil sebatang, ia menyalakan rokok itu lalu dihisapnya perlahan. Gumaman pelannya tak ada yang mendengar.

"Apapun itu, keduanya berhubungan dengan Kyuubi. Seperti yang dikatakan oleh Yuya, aku harus menawasi keduanya," ucapnya sambil menghembuskan asap rokok yang membumbung tinggi lalu menghilang di bawah langit sore yang berwarna jingga kemerahan.

|\_/|
(^_^)

~TBC~

|\_/|
(^_^)

Loha para gay lovers…

Hehehe udah hampir 2 taun gw tinggalin nih fict, malah bikin fict baru. Krn yg dah prnh gw blg, ini Cuma fict iseng. Pengennya sih ga terlalu serius ceritanya. Pengen banyak humornya tp gw ga pinter bikin humor. Hohoho…

Banyak yang nanya apakah fict gw ini terinspirasi dari ending Naruto yg michi to you all? Well, bkn terinspirasi lagi, tp emang latar belakangnya dari video clip itu. Di youtube ada video cerita lengkap dari versi Naruto Gakuen ini. Ada pengisi suara aslinya jg kok, tp gambarnya kayak komik. Coba aja search Shippu! Konoha Gakuen Den. Gw emang ngambil latar belakang itu tp dirubah sedikit biar lebih bisa nge-yaoi ntar SasuNaru-nya… #mukamesum

Oh iya, mgkn chap depan bakal muncul kakaknya Naruto. Petunjuknya karena dipanggil 'Aneki', udah jelas kakaknya itu cewe. Tapi ada yg bisa nebak ga sih siapa kakak ceweknya si Naruto? Gw sih berani jamin kalian ga akan nyangka siapa yg bakal jd kakaknya Naruto. Bukan Kurama, bukan jg Deidara, krn mereka cowok. Dan si Aneki Naruto ini jg char di Naruto, bkn OC gw. Wkwkwkwk

Salam gays…