.

ROOM 07

Author :

Hidariwa

Casts :

Sehun, Luhan, Baekhyun, Chanyeol, Kai, Kyungsoo, Yixing, Junmyeon (akan bertambah sesuai alur)

Genre :

Boys Love/Yaoi, Comedy, Fluff, 'Lil bit mistery

Rated :

M

Length :

Chaptered

Pairing :

HunHan, ChanBaek, SuLay (akan bertambah sesuai alur)

Disclaimer :

Semua yang ada di Fanfiction ini murni dari imajinasi saya. Jika ada kesamaan, itu hanya kebetulan belaka. Semua cast murni milik Tuhan Y.M.E dan Orang tua mereka masing-masing. Sehun milik Luhan, Luhan milik Sehun, dan keduanya milik saya hohoho.

.

.

.

WARNING!

Boys Love, Typo(s), Weird

.

.

.

Enjoy!

.

.

.

Chapter 9 :

Dan…

Cup!

BRAK!

~Sehun's P.O.V~

Situasi macam apa ini? Aku tidak mungkin menerkam Luhan di saat masa hukumanku sedang berlangsung. Demi Tuhan! Entah mungkin karena angin yang terus bertiup melalui celah-celah jendela, aroma tubuh Luhan menguar seolah menggelitik penciumanku. Aku sungguh tersiksa jika harus seperti ini. Kejantananku sudah lapar sejak tadi dan aroma manis tubuhnya terus membelai permukaan kulitku. Tidak! Gawat! Aku segera menutup mataku untuk mengusir fikiran kotor yang mulai berputar di dalam otakku. Aku harus menahannya! Tapi sepertinya aku tak harus menahannya lagi saat terasa pergerakan di sampingku.

Cup!

BRAK!

Gotcha! Kali ini aku tak perlu takut untuk bermain dengannya karena aku sudah terbebas dari posisi 'Tersangka Pemerkosaan'! Huahahaha.. Dia mencium pipiku tiba-tiba yang akupun tak tahu mengapa. Mungkin dia juga menginginkan malam ini denganku? Mungkin saja! Aku langsung menghempaskan tubuhnya lalu menindihnya sesaat setelah bibirnya menempel di pipiku. Kulihat matanya membulat. Mungkin dia sedang mati-matian menahan hasratnya. Ah, atau mungkin juga dia ingin dirinya yang bekerja? Tepat! Kau memang pintar Oh Sehun! Tapi tidak Luhan manis, aku yang harus bekerja malam ini. Muahahaha..

Habisi dia!

Lihatlah tubuhnya yang menggoda!

Ouh.. Jangan buang-buang kesempatanmu malam ini!

Lubangnya sudah lapar ingin melahap kejantanan besarmu..

Ayo, tunggu apalagi?

Akhh.. Ouhhh…. Ahh.. Ah.. Nghhh..

Birahiku sudah sampai di ubun-ubun mendengar suara desahan itu. Apa itu tadi? Apakah angin yang berbisik dan mendesah padaku? Konyol sekali! Apapun itu yang penting aku harus menghabisi rusa manis di hadapanku ini!

~Luhan's P.O.V~

Sehun menghempaskan tubuhku di atas ranjang yang tentu saja membuatku terbelalak kaget. Bagaimana ini? Apa dia akan memarahiku? Aku menelan kasar salivaku, melihat wajah Sehun yang terlihat semakin tampan dan seksi kala diliputi nafsu. Apa? Diliputi nafsu? Sehun bernafsu padaku?! Eh? Aku baru menyadari jika dia sedang menindihku sekarang! Aaaahhhh.. Kukira dia akan memarahiku tapi melihat posisinya yang seperti ini akan kutarik dugaanku sebelumnya. Bukankah mustahil baginya untuk marah dengan posisi seperti ini? Tapi bisa saja! Luhan bodoh, kenapa otakmu hanya berfikiran yang macam-macam pada Sehun?!

Oh, sepertinya dia akan benar-benar marah. Tubuhku sudah bergetar. Tidak! Dia tidak boleh marah padaku. Jika tidak, habislah kesempatanku untuk mendekatinya.. hikss.. Aku memberanikan diriku untuk membuka suara, aku ingin meminta maaf padanya. Kedua belah bibirku sudah terbuka dan…

~Author's P.O.V~

Sehun menghempaskan tubuh Luhan. Ia menindihnya. Rahangnya mengeras menahan hasrat yang kian membuncah sampai ke ubun-ubun. Ia menarik sudut bibirnya, membuat Luhan yang berada di bawah kukungannya semakin gemetar. Sehun mempersempit jarak di antara mereka, tangan kekarnya menggapai jemari lentik milik Luhan. Luhan semakin gelagapan, kedua belah bibirnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, namun hal ini memiliki arti berbeda dalam pandangan Sehun. Tanpa ba-bi-bu, Sehun memagut benda kenyal itu. Tak tanggung-tanggung, ia langsung melesakkan lidahnya ke dalam mulut Luhan.

Mata rusa Luhan semakin terbelalak kala bibir seksi yang waktu itu pernah menjamah bibirnya kembali menyatu dengan miliknya. Ia tercekat, pasalnya kini lidah kokoh itu sudah berhasil masuk ke dalam gua hangatnya. Bibir Sehun terus mengecapi seluruh permukaan bibir cherry itu. Lidahnya yang nakal mulai menjelajahi setiap inci gua hangat yang menggairahkan milik Luhan.

Kenapa diam?

Bukankah ini yang kau harapkan?

Tunggu apalagi?

Ayo cepat balas!

Mana mungkin bocah kelas akhir seperti dia bisa lebih mahir darimu!

Kau tidak ingin dibilang payah, bukan?

Ayo cepat serang balik, balas dia!

Luhan meneguk salivanya. Apa dia tidak salah dengar? Barusan seperti ada yang membisikkannya. Terserah saja. Tapi kalimat itu ada benarnya juga. Tentu saja dia tak ingin dibilang payah dalam urusan seks! Seperti ada kilatan di mata rusa miliknya, seketika matanya berubah menjadi gelap dan sayu, Ouh.. Perfect! Ia terlihat beribu kali lipat lebih menggoda. Siapa yang tak tergoda melihat tampangnya sekarang? Hell! Ia bisa mengundang birahi siapa saja! "Nghh.." Lenguhan pertama lolos dari bibir mungilnya.

Sehun semakin memerah. Ia tak sengaja membuka matanya kala memagut bibir Luhan. Fuck! Sejak kapan Luhan memasang tampang seksinya seperti ini?! Mata sayunya yang menggairahkan membuat libido Sehun benar-benar berada di puncak. Ia sungguh menyesal menutup matanya tadi. "Nghh.." Luhan melenguh. Sehun semakin menggila mendengar lenguhan pertama lolos dari bibir Luhan. Ia lebih menggila lagi sesaat setelah bibir Luhan mulai membalas ciumannya.

Keduanya saling memagut. Bibir mereka saling bertautan, tak pernah lepas barang sedetikpun. Sehun menggigiti bibir bawah Luhan yang mulai membengkak, begitupun Luhan yang menghisap kuat-kuat bibir atas milik Sehun. Tangan nakal Sehun mulai menjelajahi setiap inci permukaan kulit Luhan tanpa melepas ciuman panas mereka. Tangannya bergerak menuju dada lalu berhenti di depan dua benda kecil yang sudah mengeras itu. Dengan tergesa-gesa, Sehun melepas kaos tipis yang menutupi tubuh mulus Luhan.

Luhan menarik tengkuk Sehun sesaat setelah Sehun melepas kontak mereka untuk membuka bajunya. Pasalnya mata lapar Sehun tak henti-hentinya memandangi kulit mulus Luhan, hal ini tentu saja membuat Luhan sedikit kesal karena Sehun tak kunjung menjamahnya. Ia menarik tengkuk Pria itu dan meraup habis bibirnya. Keduanya kembali saling menyesap dengan tangan Sehun yang tak bisa diam menggerayangi tubuh Luhan. "Akhh.." Luhan terpekik tertahan. Ia merasa ribuan volt menyengat tubuhnya. Sehun tak henti-hentinya mencubiti kedua nipple milik Luhan yang sudah mencuat.

"Ouh.. Akhh.." Racau Luhan. Sehun menyentuh dua titik sensitifnya sekaligus. Kedua tangannya aktif bermain pada nipplenya. Menarik, memelintir, mencubit. Sedangkan bibirnya beralih pada leher jenjang Luhan, menyesapnya dengan kuat. Luhan menggelinjang kegelian dibuatnya. "Mmhhh.." Gumam Sehun tanpa melepas cumbuannya di leher Luhan. Ia mulai menggigiti leher mulus itu kala dirasa dirinya tak tahan lagi.

Luhan menjambak surai dark brown milik Sehun. Entah sejak kapan dirinya dan Sehun sudah telanjang bulat, Luhan bergidik merasakan gundukan Sehun yang seolah menyodok selangkangannya. Tanpa pikir panjang, Sehun meremas kuat kenjantanan Luhan yang sudah mulai berdiri, membuat Luhan terpekik, "Akhh.. Ughhh… Se-hun.." Seringaian tercetak jelas pada wajah penuh nafsu milik Sehun. Ia seolah semakin bersemangat mendengar namanya keluar dari bibir Luhan. Sehun mengangkat kedua kaki Luhan dan menggantungkannya di kedua meminta persetujuan maupun aba-aba, ia langsung melesakkan kenjantanan super besar miliknya ke dalam lubang sempit milik Luhan.

SLAK!

"AKHHH! Ughhh.. Akkhhh!" Luhan terpekik kuat. Tangannya meremas seprei yang sudah tak berbentuk kuat-kuat. Air mata mengalir melalui sudut matanya. Lubang anusnya serasa dirobek paksa oleh benda besar dan kokoh. Sehun meraih wajah Luhan dan menjilati jejak-jejak air mata di sana. Ia kembali membungkam mulut Luhan dengan ciuman panas yang membangkitkan nafsunya. Tangan kekarnya meraih pinggul Luhan dan menariknya kuat-kuat berlawanan arah dengan gerakan pinggulnya yang menyodok anus Luhan dengan kuat.

"AKHH! Ahmm.. Nggghhhhh! Ngggg.. Hhhh.." Luhan terpekik kuat namun jeritan dan erangannya teredam karena mulut Sehun yang menyumpal mulutnya. Sehun semakin menggila menyodok-nyodok lubang sempit Luhan. Ia menggeram kala lubang Luhan menjepit kejantanannya dengan kuat. "Mmmhh.. Arggghhhh.." Sehun meremas kuat penis dan bokong sintal milik Luhan secara bersamaan. Luhan refleks mengetatkan lubangnya ketika merasa sakit yang teramat dari anusnya. Sehun lagi-lagi menggeram, tangannya kembali menarik pinggul Luhan dan menyodokkan penisnya lebih dalam secara bersamaan.

PLOP

PLOP

PLOp

"Akhh.. Ouhh.. Hahhh.. Akhhh.." Tubuh Luhan tersentak-sentak akibat sodokan Sehun. Ini tidak main-main, Sehun menyodokkan miliknya dengan kekuatan penuh. Ranjang tempat mereka bercinta tak kalah nyaring berdecit mengiringi desahan dan erangan keduanya. "Luhh.. Se-buthh.. Nama.. Kuhh.. hhhh" Ucap Sehun tanpa berhenti menusukkan penisnya dalam-dalam di lubang anus Luhan. Luhan mendongakkan kepalanya, anusnya terasa ngilu. Tak dipungkiri olehnya jika sekarang rasa ngilu itu berganti menjadi rasa nikmat yang tak tertandingi.

Luhan menarik-narik rambut Sehun dan mencakar punggungnya sebagai pelampiasan rasa sakit dan nikmat yang ia rasakan. "Hhh.. Akhhh.. Sehh.. hunhhh.." Desahnya. Tangan Sehun kembali meraih penis Luhan yang ia rasa mulai berkedut. Ia menutup puncaknya dengan jarinya dan mengocok cepat penis mungil Luhan yang sudah sepenuhnya berdiri. Luhan menjambak rambutnya frustasi, perlakuan Sehun ini sungguh menyiksanya. Sehun menutup puncak penisnya kala ia akan segera orgasme.

"Ngghhhh.. Le-pashh.. kanhh.." Racau Luhan, tangannya berusaha melepas tangan Sehun yang menutupi puncak penisnya, namun langsung ditepis oleh Sehun, "Sa-barhh.. Sayanghh.. akuhh.. ma-sih la-mahh.." Ucap Sehun keenakan. Tenaganya seakan tak pernah terkuras sedari tadi menghujam anus Luhan dengan kuat, yang ada malah terasa semakin kuat menyodok anus itu. "Hhh.. Hahh.. Uhhh.. Hahhh.." Luhan tersengal-sengal. Deru nafasnya beradu dengan nafas Sehun. Tubuh mungil Luhan terdorong-dorong dengan keras seirama dengan tusukan Sehun.

"Nghh.. Nggg.. Sehh.. hunhhh.." Lenguhnya semakin seksi. Wajah Luhan sudah memerah padam menahan orgasmenya. Ia sungguh tersiksa hingga ide untuk membuat Sehun lebih cepat orgasme terlintas di pikirannya. "Ughhh..Argh.. Luhanhh.." Sehun menggeram kuat, pasalnya kejantanan miliknya seolah dijepit dengan kuat oleh Luhan di dalam sana. "Luhhh.. kauhh.. sem-pithh.. sekali..hhhh." Racaunya semakin menggeram seksi. Luhan semakin semangat mengetat dan melonggarkan lubangnya bergantian ketika mendengar suara berat nan seksi milik Sehun menghiasi pendengarannya.

Sehun menunduk, melihat wajah merah Luhan yang kian menggoda dengan peluh yang menetes. Kepala Luhan mendongak menahan hujaman Sehun yang kian menggila. Mulutnya terbuka, hal ini membuat Sehun semakin meledak-ledak. Ia memperkuat sodokannya dan menghentak-hentakkan tubuh Luhan semakin kuat. Nafas keduanya memburu. "Ouhhh! Akhh! Se-hunhhh.. di sanahhh.. hhhh" Pekik Luhan tiba-tiba kala kepala penis Sehun dirasa telah menyentuh titik terdalamnya. "Ouw.. Ahhngg.. Uhhh.. Nggghh.. Nggg.. Akhh..Shh.. Auhhh.." Desah Luhan semakin keras. "Sehunhh.. Le-bihhh cepathhh.. hhh ouhh.. Ssshhh.." Pinta Luhan.

"As you wish, baby.. Ughh.. Ahmm" Sehun semakin gencar menyodok prostat Luhan. Ia bergerak tak beraturan. Ini sungguh nikmat! Luhanpun tak kunjung berhenti mengetat-ngetatkan lubangnya. Ugh! They're flying to the sky… Nafsu Sehun semakin meletup-letup. Tangannya sedari tadi tak kunjung melepas kepala penis Luhan yang sudah membengkak. "Arghh.. Sehunhh.. Sa-kithh.. hahhh" Luhan merintih menahan orgasmenya yang ditunda oleh Sehun. Ia meremas apa saja yang berada di sekitarnya untuk melampiaskan rasa sakitnya. Sehun yang keenakan lalu kembali menjamah bibir Luhan yang membengkak dan memerah. Luhan menggigiti bibir Sehun kuat-kuat yang dibalas sama oleh Sehun.

Tusukan kejantanannya semakin dalam tertanam di dalam tubuh Luhan. Luhan terpekik tertahan kala dirasa lubangnya berdenyut akibat penis Sehun yang terasa mulai berkedut. Dinding anusnya semakin gencar memijat kejantanan itu, urat-uratnya terasa makin menonjol. Kepala keduanya bergerak gusar kesana-kemari. Tangan Luhan tak henti mencakar bahu lebar Sehun. Benda itu semakin cepat berdenyut di dalam lubangnya. "Hhhh.. Mmm.. Sehunhh.. Akhh.. ahhh. Aaaahh.." Luhan mendesah di sela ciumannya, ia memejamkan matanya kuat-kuat. Tubuhnya bergerak gusar di bawah Sehun. Ia rasa jika Sehun membiarkan penisnya bebas, mungkin ia sudah orgasme untuk yang ketiga kalinya. Tapi fuck! Kenapa Sehun begitu tahan lama?!

Hujaman demi hujaman terus dilayangkan penis besar Sehun pada lubang sempit Luhan. Ia menggeram kala penisnya mulai berkedut. Hingga tusukan-tusukan terakhir ia tanamkan lalu cairannya berhasil lolos dari pucuk kepala penisnya di dalam lubang Luhan. "Hhhh.. akhh.. huhhh.. hahhh.. sehunnhhhhhh…" "Luhanhhhh.." Desahan panjang mereka seolah bersahut-sahutan. Seketika Sehun ambruk di atas tubuh Luhan. Cairan keduanya bercampur di bawah sana. Sperma Luhan memuncrat di perut six-pack Sehun. Sementara cairan putih pekat yang lengket milik Sehun membasahi lubang kering Luhan hingga mengalir keluar melalui belahan pantatnya dan membasahi selangkangannya.

Tubuh keduanya masih menempel erat. Deru nafas mereka memburu terdengar bersahutan. Baik Sehun maupun Luhan dapat mendengar degup jantung yang menggila dari dada masing-masing. Nafas keduanya masih tersengal-sengal, belum dapat bernafas normal akibat kegiatan luar biasa yang baru saja mereka lakukan. Keduanya masih terdiam hingga kepala Sehun terangkat dan kembali menjamah bibir Luhan yang mengeluarkan darah. "Bibirmu.. berdarah, Lu." Ucapnya lalu mengecup bibir Luhan. Ia menyesapnya untuk menghisap darah yang terus mengalir di sudut bibir Luhan. Luhan memejamkan matanya, mengikuti Sehun. Ia seolah tertegun kala bibir Sehun mulai melumat bibirnya dengan cara yang sangat jauh berbeda dengan caranya mencium bibir Luhan tadi.

Ciuman ini.. Lembut.. Bahkan terkesan sangat lembut. Ini rasanya sungguh manis. Luhan terbawa suasana lalu menuntun tangannya untuk memeluk leher Sehun. Ia sungguh menikmati ciuman ini. Bibirnya membalas lumatan lembut yang diberikan oleh Sehun. Tangannya bergerak membelai tengkuk Sehun. Sehun kembali menegang dibuatnya, dengan segera ia melepaskan kontak mereka dan menyerukkan kepalanya dalam-dalam di perpotongan leher Luhan. Ia mengecup sebentar leher Luhan yang sudah dipenuhi tanda kemerahan yang dibuatnya lalu berbisik, "Aku.. menyukaimu." Ungkap Sehun. Luhan terhenyak. Apa yang Sehun katakan? Sehun menyukainya?! Darah Luhan berdesir seketika mendengar pengakuan Sehun yang masih menindih tubuhnya itu.

"Eung?" Gumam Luhan tak percaya. Ia melirik Sehun melalui ekor matanya tapi yang ia dapati Sehun yang sudah memejamkan mata. Degup jantungnya sudah teratur, nafasnya juga menerpa permukaan kulit leher Luhan dengan lembut. Kedua sudut bibir Luhan terangkat. Senyuman cantik terpatri di wajah manisnya yang sedikit berantakan. Sungguh, apakah yang baru saja terjadi itu nyata? Benarkah? Luhan seolah masih tak percaya akan kegiatan panasnya bersama Sehun beberapa menit lalu itu benar-benar terjadi. Semburat merah tercetak jelas di kedua pipinya, ia malu dan senang jika harus mengingat kejadian barusan. Dengan senyuman yang tetap menghiasi wajahnya, ia memeluk leher Sehun. Matanya mulai terpejam namun senyuman tak pernah hilang dari bibirnya, hingga akhirnya ia benar-benar menyusul Sehun ke alam bawah sadarnya.

.

.

.

.

.

Jutaan tetes air hujan turun membasahi bumi. Aroma khas tanah yang kering diguyur siraman hujan menyeruak menyapa indera penciuman. Udara dingin di luar sana seolah mengganti hawa panas yang dibuat oleh dua makhluk Tuhan di ruangan itu tadi malam. Pria berperawakan mungil meringis dalam tidurnya lalu mencoba meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Ia merasa pergerakan tubuhnya sangat terbatas dan sangat sulit untuk digerakkan. Dengan malas ia membuka paksa kelopak matanya yang terasa sangat berat. Dan alangkah terkejutnya dia kala melihat seseorang tengah menindih tubuhnya. Luhan membolakan matanya, sadar jika Sehun masih belum beranjak dari atas tubuhnya sejak kejadian tadi malam. Ia merinding merasakan nafas Sehun yang menggelitik permukaan kulit lehernya.

Penisnya yang tertindih oleh tubuh besar Sehun kembali berdenyut. Ia melirik sebentar wajah Sehun yang berada tepat di sebelah kanan wajahnya hingga alis Sehun terlihat sedikit berkerut, sontak Luhan memejamkan matanya kembali, pura-pura tidur. "Ngg" Gumam Sehun dalam tidurnya. Ia merasa hawa di sekitarnya berubah menjadi dingin. Ia membuka matanya dengan enggan untuk sekedar menarik selimut untuk menghangatkan tubuhnya hingga akhirnya matanya menangkap sosok lain berada di bawah kukungannya. Ia mengernyit masih dengan mata sipit khas orang bangun tidur yang setengah terbuka. Hal ini seolah mengubah tujuan awalnya untuk menarik selimut, ia lebih tertarik pada tubuh seseorang di bawahnya. Sehun kembali menjatuhkan kepalanya di atas bahu mungil penuh tanda keunguan yang masih terlihat jelas jika kulit itu sangatlah mulus walau banyak bercak yang menghiasinya.

Matanya kembali terpejam, seolah terbawa akan suasana. Hidung mancungnya mulai menggesek permukaan halus kulit bahu itu lalu menelusurinya hingga sampai ke leher jenjang yang keadaannya tak jauh berbeda dengan kulit bahunya. Ia mengikuti lekuk menggoda leher jenjang itu dengan hidung mancungnya yang berakhir dengan telinga mungil beranting yang tak kalah menggiurkan. Sehun kembali mengangkat kepalanya, matanya sayu yang sarat akan nafsu. Ia mendekatkan hidungnya lagi kepada telinga seseorang di bawahnya. Tak hanya menggesekkan hidungnya, kini ia juga mengendus permukaan kulit itu seolah-olah ia adalah seekor anjing yang terobsesi akan tulang yang menjadi santapannya. Sungguh! Aroma tubuh Luhan memabukkan. Kini iapun tak tahan untuk tak mengecapi permukaan kulit yang dilaluinya.

Oh, bagaimana dengan keadaan Luhan? Luhan? Jangan ditanya, ia sudah merinding sepenuhnya! Ia merasakan geli yang amat sangat akan gerakan lambat Sehun yang kembali membuatnya bergidik. Tak tahukah kalian seberapa besar perjuangan Luhan menahan mati-matian detak jantungnya yang menggila? Ah, tubuh mereka menempel dengan sangat erat, mana mungkin Sehun tak merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Terlebih lagi ia tak tahu harus melakukan apa sekarang ini. Jika ia tetap pura-pura tidur, tentu ia harus berjuang keras melawan hasratnya dengan Sehun yang ia biarkan semakin gila menggerayangi tubuhnya. Jika ia pura-pura baru terbangun karena ulah Sehun, tentu Sehun akan mati kutu ketahuan tengah menggerayanginya yang tengah 'pura-pura' tertidur. Dan tentu saja Sehun akan menghentikan aksinya menggerayangi tubuh Luhan! Ah, tidak, tidak. Ia tidak mungkin melakukan pilihan kedua, ia sangat menyukai Sehun menggerayanginya jika boleh jujur. Hehehe..

Dan jadilah seperti sekarang, Luhan tetap pura-pura tertidur dan Sehun yang semakin gila menggerayanginya. Tak apalah jika harus berjuang lebih keras agar tak ketahuan oleh Sehun jika ia pura-pura tidur, yang penting Sehun kembali menjamahnya. YES! Luhan bersorak girang dalam hatinya. Luhan, tak tahukah dirimu jika tindakanmu sekarang membuatmu terlihat murahan? Ck, dimana harga dirimu dengan selera Pria China dan Western? Ingatkan dirimu jika kau bahkan belum pernah terjamah oleh siapapun sebelumnya! Dan sekarang, dengan mudahnya Sehun yang notabene orang yang baru saja ia kenal dan tidak masuk dalam kriteria Pria idamannya sama sekali itu justru mendapatkan semuanya seperti membalikkan telapak tangan. Oh, sepertinya Luhan bahkan tak menghiraukan semua kenyataan itu. Sudah terjerat pesona mematikan Sehun rupanya.

Bulu-bulunya meremang merasakan nafas Sehun yang lembut dan memabukkan. Jika ia tidak sedang pura-pura tertidur pasti ia akan membolakan matanya sepenuhnya tatkala merasakan benda lunak dan basah yang kini menyapu permukaan kulitnya. Oh, Luhan merinding. Tanpa disuruh, adik kecilnya beranjak bangun dari tidurnya. Luhan mulai kewalahan jika harus mengendalikan adik kecilnya itu juga. Ia merasa tak hanya penisnya yang berdenyut tapi juga di area sekitar bokongnya. O-oh, apa sedahsyat itu denyutan penisnya hingga terasa hingga ke belakang? Luhan hanya bisa berdoa di dalam hati, berharap Sehun tak merasakan denyutannya di bawah sana. Entah kapan dan bagaimana caranya, kini kedua telapak tangan lebar milik Sehun sudah menyelusup ke belakang tubuhnya dan menangkup dua bongkahan padat nan menggiurkan milik Luhan. Luhan semakin kewalahan, tiba-tiba saja suhu ruangan terasa kembali meninggi. "Ngh.." Ups! Satu lenguhan lolos dari bibirnya. Luhan tak tahu sampai kapan ia dapat bertahan jika Sehun memanjakan tubuhnya senikmat ini. Ia menutup erat matanya kala tangan kekar Sehun meremas-remas pantatnya seolah itu adalah adonan kue. Kelihatannya Sehun tak menghiraukan lenguhannya barusan. Bagus! Itu tak akan mengganggu aksinya.. hehehe..

Nyut!

"AKHHH!" Luhan terpekik kuat, pasalnya bokongnya terasa sangat nyeri ketika Sehun menggerakkan tubuhnya ke depan. Hingga beberapa detik kemudian, MWOYA?! JADI-?! Jadi sejak tadi kejantanan Sehun berada di dalam lubangnya?! Be-berarti semalaman penis besar Sehun tertanam di dalam tubuhnya?! Pantas saja jika ia merasa ujung penis Sehun langsung menusuk tepat di bagian terdalamnya walau hanya bergerak sedikit! Oh astaga! Ck, bisa-bisa lubangnya menganga lebar jika dibiarkan lama-lama dimasuki benda besar itu. Sehun terkejut setengah mati mendengar pekikan kuat yang sangat tiba-tiba itu, matanya menangkap Luhan yang tengah mencengkeram kuat bahunya dengan mata yang melebar sempurna dan lututnya yang ditekuk yang berada di masing-masing sisi tubuh Sehun. Yah, Luhan memang masih dalam posisi mengangkang di bawah tindihan Sehun seperti tadi malam.

Krik krik..

Hening.

Plop!

Setelah pekikan Luhan yang terasa memekakkan telinga, tak ada lagi yang terdengar setelahnya. Hingga akhirnya tubuh Sehun meringsut menjauh, memutus kontak mereka. Suara kenjantanan Sehun yang terlepas dari sarangnyapun terdengar, menandakan jika ruangan itu kini benar-benar hening. Jika boleh jujur, kini Luhan merasa kosong setelah Sehun menarik keluar benda pusakanya yang besar, panjang dan kokoh. Sehun terdiam terduduk di atas ranjang di sebelah Luhan dengan tangan yang mengusap tengkuknya. Well, walau semalam mereka menghabiskan malam penuh gairah bersama, namun tetap saja mereka baru saling mengenal. Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya yang entah kenapa dan dalam beberapa detik selanjutnya bibir mereka kembali bertemu.

Cup!

JDERRR! Siapapun tolong bangunkan Luhan! Se-sehun menciumnya?! IYA SEHUN MENCIUMNYA! Sungguh, ia harusnya berterima kasih pada Sahabat paranormal abnormal nya itu! Byun Baekhyun bebek rebus, aku mencintaimuuu~ Jika bukan karena Baekhyun menyuruh –ah, atau lebih tepat dengan memaksa- mereka untuk tinggal bersama, kemungkinan semua ini tidak akan terjadi. Ia tidak mungkin bisa tinggal bersama Sehun. Tidak mungkin bisa berduaan dengannya. Tidak mungkin bisa seranjang dengannya. Tidak mungkin bisa tidur bersebelahan dengannya. Tidak mungkin –ahem- dengannya. Tidak mungkin keperawanannya terenggut! Mungkin bagi kebanyakan orang, mereka akan menangis meraung-raung jika keperawanan mereka terenggut, terlebih jika belum menikah dan melakukannya dengan orang yang baru dikenal, namun ini tidak berlaku bagi Luhan, ia sangat bersyukur keperawanannya terenggut! Ah, senang sekali rasanya!

Bukannya tidak laku apalagi tidak menarik, tentu saja kedua julukan itu sangat tidak cocok untuk mendeskripsikannya. Toh, banyak lelaki dan wanita di luar sana yang mengejar-ngejarnya –tapi hampir semuanya lelaki, sih- dan tentu ia bukan tipe orang yang sembarangan memilih pasangan, terlebih selera pria idamannya sangatlah tinggi. Jika masalah tidak menarik, tentu salah besar. Dia adalah manusia paling menarik di muka bumi ini, jika boleh jujur. Lihat saja, kulitnya putih mulus tanpa cacat, tubuhnya mungil dan ramping –Oh, jangan lupakan kata montok-, lehernya jenjang dan itu menggiurkan –Ini didengarnya dari kebanyakan pria yang menyukainya-, wajahnya cantik –Oh, baiklah kali ini ia pasrah-, dan ia belum pernah tersentuh –Atau kata lain, semuanya masih kencang dan menggugah selera, tanpa kendor ataupun longgar, dijamin ketat!- Uh, pengecualian untuk semalam. Masa bodoh dengan pria idamannya, yang terpenting ia sudah tersentuh! Wohoo.. ternyata begitu rasanya. Pantas bebek rebus abnormal dan tiang listrik itu ketagihan. Akhirnya ia bisa merasakannya sendiri! Tanpa harus menghabiskan sisa hidupnya hanya beribu-ribu kali menelan saliva menonton video bercinta Chanyeol dan Baekhyun. Ahahaha.. dasar pasangan abnormal! Mereka memang selalu mendokumentasikan kegiatan anu mereka. Terserah, yang penting Luhan sangat senang hari ini! Lalalala~

Nyut!

BRAK!

Aw!

Tubuh Luhan roboh di atas ranjang. Pasalnya, ia terlalu girang hingga ingin meloncat-loncat yang tanpa ia duga seketika ribuan volt terasa menyengat bokongnya. Luhan terjungkal ke belakang, seluruh tubuhnya tiba-tiba terasa ngilu terutama anusnya. Sedahsyat itukah Sehun menggenjotnya semalam? Padahal hanya satu ronde –Ralat, satu ronde bagi Sehun tapi tiga ronde baginya!-. Luhan meringis, rasa sakit, nyeri dan ngilu bercampur menjadi satu. Ah, tak terpikirkan olehnya efek lain bercinta akan seperti ini. Tak selang beberapa lama, Sehun keluar dari kamar mandi seiring bunyi deritan pintu. Luhan membelalakkan matanya. Satu hal yang harus kalian ketahui, Sehun baru saja selesai mandi. Hanya ada handuk yang menutupi bagian perkasa nan jantan miliknya. Dan- oh, tak tahukah kalian ada berapa kotak yang menonjol di atas perut atletis Sehun? Oh astaga! Luhan baru menyadari ada begitu banyak otot yang terbentuk di tubuh tinggi Sehun. Kyaaaa!

Ya ampun! Sehun mendekat!

Luhan berkali-kali menelan ludahnya, tinggal 2 langkah lagi bagi Sehun untuk tiba tepat di depan wajahnya. Oh Tuhan, dia tersenyum. Dan apa ini? Tangannya terjulur ingin menggapai tubuh Luhan!

"Jangan begini. Tutupi tubuhmu."

Seketika Luhan merasa harapannya kandas terbawa oleh angin. Sehun menjauh mengambil seragamnya di lemari yang sudah Baekhyun titipkan sesaat setelah dirinya menutupi tubuh telanjang Luhan dengan selimut. Luhan hanya memandangi tubuh lebar itu menjauh dari jangkauannya dengan tatapan kecewa. Apa yang bisa dia lakukan?

"Hun-ah."

Eh? Hun-ah?! Panggilan menjijikkan macam apa itu? Sehun membalikkan tubuhnya sebelum sepenuhnya kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berpakaian. Lelaki tinggi itu mengangkat alisnya menanti kalimat selanjutnya yang akan diucapkan Luhan. Sejujurnya, dia tidak bisa berlama-lama berada di dekat lelaki manis itu, terlebih dalam keadaan begitu. Oh Ya Tuhan! Dia terduduk di atas ranjang. Telanjang bulat. Kakinya mengangkang. Rambutnya berantakan. Peluhnya menetes. Matanya sayu. Wajahnya mengundang birahi. Bibir merahnya merekah. Lelaki mana yang tak terpancing dihadapkan makhluk dan situasi seperti ini?! Hell! Sehun hanyalah remaja seperti pada umumnya yang penuh dengan gejolak anak muda dimana hormonnya begitu cepat berkembang. Siapa yang tahan?! Beruntung dia bisa menahan hasratnya pagi ini dengan beralih menyelimuti tubuh yang sialan sangat menggoda itu daripada kembali menindihnya. Setidaknya bayangan Baekhyun hyungnya yang bersiap membocorkan perilakunya pada kedua orangtuanya kembali muncul di benaknya sehingga menahannya untuk kembali melanjutkan kegiatan mereka semalam. Huh, Sehun cukup tahu diri.

"Um, aku- oh, tak apa." Luhan mengurungkan niatnya untuk berbicara pada Sehun.

Dilihatnya Sehun mengangguk paham dan menghilang di balik pintu kamar mandi. Luhan menghempaskan tubuhnya yang terasa remuk. Ia tersenyum-senyum sendiri dengan telapak tangan yang melekat di kedua pipinya yang terasa panas. Jarinya beralih menyentuh permukaan bibirnya, mengingat betapa lembutnya bibir Pria itu mengecupi bibirnya.

Dan- oh, apa itu tadi? Hun-ah? Menjijikan. Luhan mulai merasa gila ketika bibirnya tanpa bisa dicegah mengucapkan panggilan manja yang sama sekali belum pernah ia lakukan sebelumnya. Hanya Sehun seorang. Ia sepertinya telah jatuh ke dalam lubang pesona Sehun yang sangat mematikan.

"Kau ada kelas pagi ini?"

Luhan tersentak. Sejak kapan Sehun sudah berada di sana? Beruntung dia tak segirang tadi hingga ingin meloncat-loncat. Jika tidak, mau ditaruh dimana wajah manly nya? "Tidak ada." Jawab Luhan masih dengan posisi berbaringnya. Sehun mengangguk mengerti. Tidak! Pandangan Luhan tertuju pada dada bidang milik Sehun yang terbalut seragam sekolahnya. Bagaimana bisa bocah kelas akhir memakai seragam sekolahnya dengan kancing-kancing yang terlihat tak lama lagi akan copot semua? Ugh! Itu sesak sekali.

"Hun-ah," Panggil Luhan dengan suara yang teramat lembut.

Sehun mengangkat sebelah alisnya. Eh? Hun-ah? Dia tak salah dengar, 'kan? Ia masih tak percaya pada Luhan yang memanggilnya dengan panggilan manja seperti itu. Terlebih dengan suara yang begitu lembut dan memabukkan. Ah, Sehun jadi terbayang aktivitas mereka semalam. Ugh! Ayolah, Sehun ingin cepat-cepat pergi dari kamar itu. Kenapa udara terasa semakin menipis?! Dilihatnya Luhan yang tengah bersandar pada dashboard ranjang terlihat berpikir dengan bibir mengerucut lucu. Ouh, ini mengingatkannya pada penggoda yang ingin mangsanya segera menerkam tubuhnya dengan ganas. Tidak Sehun! Tidak! Fokus! Jangan berpikir yang aneh-aneh!

"Aku- um, tak bisa membuatkan sarapan." Dia menggigit bibirnya, "Tubuhku sakit semua."

Sehun melebarkan matanya. Jadi maksudnya- "Tidak apa, 'kan?" Tanya Luhan. Sedetik kemudian Sehun mulai bisa mengontrol ekspresinya, ia tersenyum, "Bukan masalah." Lalu melangkahkan kakinya menuju ranjang setelah meyakinkan dirinya untuk tak menerkam lelaki manis itu.

Luhan bergetar hebat kala tangan itu memegangi pahanya yang padahal tertutup selimut tebal. Imajinasi liarnya memang bekerja dengan sangat baik. "Apa sesakit itu?"

Ia terdiam sejenak lalu kembali bersuara, "Ah tidak. Aku memang sedang tidak enak badan." Ucapnya bohong.

Dahi pria tinggi itu mengkerut. Sungguh, ada sebersit rasa bersalah yang menghinggapinya, "Benarkah? Ah, aku jadi merasa tak enak. Maafkan aku. Seharusnya kau bilang padaku semalam." Sesalnya. Luhan bingung melihat ekspresi Sehun yang berubah tiba-tiba. Ia tak tahu jika perkataannya membuat Sehun merasa bersalah. Aish, seharusnya Sehun tak perlu merasa bersalah seperti ini. Toh, ia malah menginginkan lebih dari yang semalam.

Tangan kekar itu terangkat, menggapai beberapa helai rambut pemuda manis yang sedikit berantakan lalu menyelipkannya di belakang telinga. Huh, apa ini? Dia merasa seperti tokoh utama Pria di film-film roman. Tingkahnya yang sok manis ini sangatlah bukan dirinya. Nyatanya setiap kali habis bercinta dengan berpuluh-puluh perempuan maupun laki-laki di luar sana, dia tak pernah memperdulikan keadaan mereka setelahnya. Bukankah mereka memang hanya teman untuk bersenang-senang? Lantas untuk apa mengkhawatirkan keadaan mereka sedangkan mereka juga sama-sama menikmatinya?

Ah, tentu saja berbeda dengan Luhan. Dia adalah teman Baekhyun hyungnya yang otomatis harus dia jaga. Eh, tunggu dulu. Harus dia jaga? Apa-apaan?! Itu terlalu berlebihan untuk dijadikan alasan atas sikapnya yang sok manis ini. Toh, Chanyeol yang notabene adalah kekasih Baekhyun hyungnya sama sekali tak pernah dia pedulikan. Masa bodoh dengan teman-teman nenek sihir itu. Tapi, apa alasan yang tepat untuk hal ini?

Dapat! Yah benar! Sehun yang merasakan predikat lelaki jantan sangat melekat pada dirinya tentu akan merasa bersalah jika pasangan –Read : partner seks- nya mengeluh sakit akibat ulahnya, dan poin plus untuk Luhan karena dia yang bertanggung jawab atas dirinya selama seminggu ini, juga karena Sehun menidurinya di saat dirinya tengah menjalankan masa hukumannya atas tuduhan percobaan pemerkosaan terhadap Luhan. Sangat kompleks. Lucu memang, dia justru meneruskan aksinya memerkosa- ah tidak, yang semalam tidak masuk kategori pemerkosaan- Luhan, di saat waktunya dia merenungkan semua kesalahannya. Lantas untuk apa masa hukuman ini jika malah semakin membuatnya menjadi-jadi?! Ah, sudahlah. Bukankah Luhan yang memulainya duluan?

"Hubungi aku jika ada apa-apa." Ucapnya dengan senyum lembut.

Lagi? Mau sampai kapan sikap sok manis itu terus bertahan?

Luhan menggigit kecil bibirnya. Bagaimana ini? Bagaimana?! Arghh.. Dia meleleh seketika. Ini mengingatkannya atas perhatian pemuda itu saat pertama kali mereka bertemu di lobby malam itu, ah iya, juga saat dirinya disiram air seember. Oh Tuhan, apakah bocah kelas akhir ini memang memiliki sikap semanis ini selain parasnya dan pesonanya yang membuat banyak orang jatuh hati? Biar saja, ia tak dapat lagi menyangkal. Persetan dengan pria idamannya, dia telah jatuh hati pada Oh Sehun. Yah, dia menyerah.

Pria manis itu menggenggam ponselnya lalu memberikannya pada Sehun yang hanya ditanggapi dengan kernyitan di dahinya, "Pakai saja ponselku. Jangan bilang kau lupa." Kata Luhan, seolah mengerti arti kernyitan Pria itu.

Dalam waktu singkat Sehun menepuk pelan keningnya, menyadari kebodohannya yang menyuruh Luhan menghubunginya, dia tertawa, "Benar juga. Tapi apa kau-"

"Tenang saja, ada telepon rumah." Sela pemuda manis itu cepat. Keduanya tertawa hingga lelaki tinggi itu berdiri, "Mm.. Aku pergi dulu. Jangan lupa meneleponku jika kau ingin sesuatu." Tangannya bergerak menyelimuti dada Luhan yang sedikit terekspos, "Jaga dirimu." Lalu wajah lelaki tampan itu mendekat yang membuat Luhan salah tingkah,

"Aku menyukai panggilan itu."

.

.

.

.

.

Lelaki bermata bulat itu mempercepat langkahnya. Tangannya menenteng paper bag berisi kotak makan. Yah tujuannya untuk memberikannya pada Sehun. Dia sempat mengetuk pintu apartemen Sehun beberapa kali untuk mengajaknya berangkat bersama, siapa tahu hal ini dapat bekerja sesuai saran Seokmin, tapi sepertinya tidak ada orang di dalam. Dan benar saja, dia baru saja mendapati mobil Sehun sudah terpakir di parkiran sekolah. Beruntung eommanya menyuruhnya untuk memberikan kue beras pada tetangga baru mereka di ruang 07 sebelum menawarkan dirinya untuk berangkat bersama appanya.

Dan-ugh! Benar saja yang Seokmin katakan perihal kakaknya yang berhasil menyatukan sepasang kekasih di ruang 07. Tetangga barunya membukakan pintu dengan keadaan yang –errr, bagaimana mengatakannya?! Baiklah, baiklah, tenangkan dirimu Kyungsoo! Sial, ini mengingatkannya pada malam terkutuk dua tahun lalu! Tubuh telanjang yang hanya ditutupi selimut, wajah kusut, rambut berantakan, luka dengan darah yang sudah mengering di sudut bibir, dan- astaga! bercak-bercak laknat yang berani-beraninya menempel di permukaan kulit! Ia benci untuk mengatakan ini tapi bisakah tetangga barunya itu lebih sopan ketika membukakan pintu untuk orang asing daripada hanya menggunakan selimut?! Sungguh, ini membuat suasana hatinya memburuk di pagi hari yang dingin dan basah ini.

Siapa namanya? Lu-han? Ya, seingatnya tetangga barunya menyebutkan nama itu. Jadi si Luhan ini dan kekasihnya –yang entah siapa namanya- yang membuat malam pertamanya kembali tinggal bersama orangtuanya itu berjalan tidak mulus dengan rencana awalnya yang ingin tertidur pulas di kamar kesayangannya berakhir dengan celotehan Seokmin –si hantu manis sahabatnya dulu- yang tak kunjung usai karena baru saja melihat adegan tak senonoh di depan matanya. Yah, Seokjin memang terlalu antusias melihat pasangan kekasih sedang bersama, bahkan dia tergolong amat sangat antusias ketika tak hanya menontoni sepasang kekasih sedang bermesraan tapi juga membisikkan mereka hingga berakhir dengan hubungan yang lebih intens di atas ranjang.

Kyungsoo tak mempermasalahkan keantusiasan Seokjin terhadap sepasang kekasih, tapi yang mengganggunya adalah Seokmin –si hantu gadis yang masih polos- yang tidak ingin kepolosannya terenggut karena melihat ulah Seokjin yang berhasil menyatukan dua insan di ruang 07 semalam yang berakhir membuat Seokmin menetap di kamarnya dalam jangka waktu yang tak bisa dia prediksikan. Bukannya tak suka berbagi ruang dengan Seokmin, tapi bukankah pilihannya untuk kembali menetap di apartemen orangtuanya karena tak tahan hidup di tengah kebisingan Tokyo? Tapi kenapa malah kebisingan yang bersumber dari Seokminlah yang mengganggunya sekarang? Ah, biar saja, lagipula sudah lama rasanya tak bercurhat ria dengannya.

Kembali kepada topik. Yah, Luhan. Beruntung cara bicara dan sikap tetangga barunya itu termasuk dalam kategori baik menurut perspektifnya, kecuali penampilannya, tentu saja. Wajahnya –yang walaupun terlihat dalam keadaan berantakan- sangat manis untuk ukuran Pria, dan sangat imut untuk ukuran manusia berumur 21 tahun –Eommanya memberitahunya perihal umur. Siapa gerangan Pria yang sangat dibutakan nafsu bercinta dengan lelaki itu hingga membuatnya terlihat menyedihkan? Ugh, dia jadi ingin melihat wajah Pria yang menurutnya sama bejatnya dengan teman Sehun itu. Siapa namanya? Kai? Cih, dia bahkan tak sudi membiarkan nama itu melintas di otaknya.

"Sehun-ah." Panggilnya dengan senyum sumringah terpatri di wajahnya. Lelaki tinggi itu mengangkat kepalanya yang sebelumnya ia tundukkan untuk sekedar mengotak-atik ponsel di genggamannya, tercetak kerutan di keningnya kala sebuah paper bag mendarat di mejanya.

"Jangan berekspresi begitu. Aku tahu sudah lama tak melakukan ini, tapi kuharap kau bisa kembali terbiasa." Katanya lalu mendudukkan diri di bangku tepat di depan Sehun. "Sandwich keju?" Tanyanya memastikan yang hanya dibalas gumaman riang dari arah depan. "Kebetulan sekali." Ia bersorak sambil membuka kotak makan dan melahap isinya.

Kyungsoo terkekeh atas tingkah temannya –ah, atau teman tapi mesra, baginya- itu. Tidak pernah menolak jika disuguhkan sandwich keju kesukaannya. "Kelihatannya Baekhyun hyung sama sekali belum berubah jika melihat dari cara makanmu ini." Kyungsoo mencibir, "Aku jadi prihatin atas hidupmu selama aku pergi."

Lelaki berambut cokelat gelap hanya terfokus pada sarapannya tanpa memperdulikan sekitar. Ia terlalu dibutakan oleh nafsu makannya yang meledak-ledak jika sudah disuguhkan makanan favoritnya. Hingga terdengar suara derap langkah kaki membisingkan koridor sekolah yang memang masih sepi karena siswa-siswa yang memilih untuk datang kala hujan mereda. Kakinya terhenti dengan jarak 10 langkah dari ambang pintu kelasnya. Ia menyunggingkan senyumnya melihat sosok lelaki pendek yang baru saja keluar dari kelas dengan tangan sibuk membersihkan jas sekolahnya yang terlihat basah. Lelaki itu seolah membuatnya mengurungkan niat untuk masuk ke dalam kelas karena kini ia lebih memilih mengikutinya yang baru ia ketahui jika lelaki bermata bulat itu ingin pergi ke toilet ketika keduanya sudah berada di dalam kamar kecil Pria. Kesempatan emas! Soraknya dalam hati.

Sret!

"Tak bisa dipercaya kita bertemu disini."

Betapa terkejutnya Kyungsoo kala kepalanya –yang sialnya mempunyai refleks yang teramat baik- berputar tertuju pada pemilik suara itu –yang sialnya juga baru saja membuka resletingnya sama seperti dirinya- dan langsung terfokus pada benda yang terjulur di bawah sana! Dengan kecepatan kilat Kyungsoo menarik kembali resletingnya, melupakan kenyataan bahwa air maninya sudah berdesakkan bersiap keluar melalui pucuk penisnya.

Tinggal beberapa langkah lagi baginya untuk keluar dari toilet –yang baginya berganti nama menjadi neraka jika ada si hitam mesum di dalamnya- itu hingga sebuah tangan lebar menariknya dan membenturkan punggungnya ke dinding.

Kai tersenyum aneh, "Tidakkah kau ingat malam itu diawali dengan posisi persis seperti ini?"

Pria yang lebih pendek menatap sengit padanya. Tak ada rasa takut di dalam sorot matanya, melainkan amarah yang sudah siap meledak. Wajah itu, senyum itu, benar-benar memuakkannya. Entah dengan kecepatan cahaya, lelaki hitam manis itu mendaratkan bibirnya di atas bibir seksi berbentuk hati itu lalu berlari kencang meninggalkannya di toilet dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun.

.

.

.

.

.

Laki-laki pucat itu mengernyit menatap benda persegi di dalam genggamannya yang tak bergeming. Baiklah, sudah sejak jam pelajaran keempat dia ingin menghubungi Luhan. Jangan berpikiran jika dirinya merindukan pemilik ponsel itu, dia hanya ingin memberitahu jika tak bisa langsung pulang ke apartemen begitu jam sekolah berakhir karena tugas –apa ini bisa disebut sebagai tugas?- mendadak yang diberikan oleh Jeong Sonsaengnim. Masalahnya, dia bahkan sama sekali tidak tahu nomor telepon rumah Luhan. Dan disinilah dia berada, terduduk sok angkuh di kursi kemudi menunggu keajaiban datang hingga lelaki itu menghubunginya duluan.

Persetan dengan acara mari-menghubungi-Luhan, dia tak perlu repot-repot melakukan ini jika bukan karena ancaman konyol -namun membuatnya mati kutu- dari siapa lagi kalau bukan nenek sihir paling sewot sedunia, Byun Baekhyun si pengguna eyeliner berlebih.

Suatu keberuntungan tersendiri bagi Sehun ketika makhluk itu dan kekasihnya menyatakan lenyap dari hadapannya selama seminggu ke depan. Itu akan sangat menyenangkan hingga peraturan dan ancaman konyol juga disertai dengan kalimat pamitnya yang mengakhiri pendapatnya perihal seminggu ke depan akan berjalan menyenangkan.

Lama menunggu ternyata membuatnya jengah juga. Mungkin game bisa menjadi alternatif untuknya yang bosan menunggu nenek sihir lainnya bernama Kyung Ah, si ratu cantik dan populer di sekolah Sehun. Well, ia tak menyangkal jika paras perempuan itu memang berada di atas rata-rata, tak jauh berbeda dengan kakaknya sendiri, Kyungsoo. Tapi yang membuatnya jijik pada Kyung Ah adalah harga dirinya yang terlalu rendah –jangan samakan dengan para pelacur di luar sana, mereka lebih rendah dari ini- dan tak tahu malu. Berbanding terbalik dengan Kyungsoo yang berkelas dan memiliki harga diri tinggi.

Eh? Kenapa selalu membandingkannya dengan Kyungsoo? Ugh, kekuatan cinta pertama memang tak pernah tergantikan sejak dulu, bahkan ketika kembali dipertemukan setelah berpisah beberapa tahun lamanya. Sehun mengakui jika ia menyukai semua yang berkaitan dengan Kyungsoo, kecuali adiknya, tentu saja. Ia memang tak harus bersikap sok baik pada adik Kyungsoo itu, toh dia juga sepertinya bermasalah dengan kakaknya sendiri. Jadi jangan salahkan Sehun jika ia tak menampik ekspresi dan sikapnya yang kurang mengenakan pada gadis itu. Tapi persetan dengan tugas dari Jeong sonsaengnim yang menyuruhnya untuk menemani Kyung Ah berbelanja keperluan prom night party 5 hari lagi, ia pasti lebih memilih menawari Kyungsoo untuk pulang bersama jika tak diancam –lagi-lagi- akan dikosongkan nilai olahraganya. Tak ada pilihan lain, bukan?

Dia usap layar ponsel itu dengan malas, tak ada yang menarik. Game yang tersedia pun hanya permainan anak-anak perempuan. Dia boleh kembali menyuarakan pendapatnya, 'kan? Well, jika kejadian yang semalam tak pernah terjadi, mungkin hingga saat ini dirinya masih tak yakin akan jenis kelamin teman Baekhyun hyungnya yang baru saja ia kenal. Sepertinya hanya dengan menyadari adanya tonjolan di leher lelaki itu tak cukup membuat orang yakin akan kelelakiannya, apalagi jika melihat kamarnya dan isi ponselnya.

Ah, jarinya jadi gatal ingin melihat bagaimana isi galeri laki-laki yang sepertinya satu spesies dengan Baekhyun hyungnya itu. Dan-

Oh Astaga!

.

.

.

.

.

To Be Continued…

~Author's Note~

Yuhuuuu~ enceh muncul ke permukaan! Tau kok tau kalo encehnya gak hot, gak ngefeel, gak gereget. Kalian boleh gebukin saya kok. Udah update lama, momen hunhan minim, enceh gak ngena, cerita tambah aneh~ huhuhu kalian boleh kok demoin saya, saya tulus/? :'( hikseuu ohiya bagi yang masih nungguin ff absurd ini, saya bener-bener minta maaf dan mau bilang makasih banyak 3 Sekedar info, itu bentar lagi konflik bener-bener dimulai dan mudah-mudahan semua misteri ruang 07 satu-persatu keungkap yaa dan juga masa lalunya sehun-kyungsoo-kyungah-seokjin-seokmin! Yahaaa~

Last,

Review Jusseyo~~