361 [ Roommate ]

.

JungkookxTaehyungxJiminxYoongi

BTS Member'

.

Jungkook—si murid pindahan yang kurang beruntung karena mendapat roommate yang bernama Taehyung—yang menurut asumsinya sekarang, adalah preman.

.

Boys Love, YAOI, AU

.

Don't Like Don't Read

.

Chapter 8

.

"Denganmu, hyung? Yang benar saja,"

Yoongi mengedikkan bahu dan kembali merebahkan diri ke ranjangnya, dan membaca komik. Jimin melihat itu dan dia merasa sebal karena Yoongi sama sekali tidak memberikan solusi padanya dan malah mengajaknya berpacaran.

Yoongi bergumam, "Terserah kau."

Jimin menjaga diri agar dia tidak membanting lelaki yang lebih tua darinya itu ke lantai. Dan dia memilih untuk beranjak ke ranjangnya, menenangkan diri.

Lima menit berlalu, dan Jimin masih terdiam di ranjangnya, tidak melakukan sesuatu. Hanya menatap langit-langit kamar dan bernapas dengan tenang. Yoongi masih membaca komiknya, dia juga tidak mengatakan apa-apa lagi setelah gumaman tadi.

Dan Jimin memutuskan untuk tidur. Matanya terasa berat, dan semua masalahnya membuatnya memaksakan diri untuk tetap tidur agar bebannya menghilang walaupun untuk sementara waktu. Sebelum dia benar-benar tertidur, walaupun tidak terdengar jelas, samar-samar dia bisa mendengar Yoongi yang berbicara.

"Padahal aku serius,"

Tapi Jimin memutuskan untuk berpikir—kalau Yoongi hanya sedang membaca dialog di komiknya.

.

Jungkook mengusap dadanya karena Taehyung yang tiba-tiba bangun dan membuat suasana kamar itu menjadi canggung. Taehyung terduduk di ranjangnya, masih dengan selimut yang membalut dirinya. Tidak ada satu pun di antara keduanya yang berbicara, walaupun Jungkook beberapa kali sudah memaksa dirinya untuk mengeluarkan kata-kata. Setelah berpikir berkali-kali, Jungkook akhirnya mengeluarkan suaranya. "Well, itu sesuatu,"

Dia belum selesai, masih ada kata-kata yang ingin dia ucapkan. "Tapi aku tidak percaya kalau kau jujur dan serius mengatakan itu. Kau terlihat seperti main-main, apalagi dengan sikapmu yang dingin."

"Lalu, kau ingin aku yang seperti apa? Ramah? Itu mustahil buatku."

Lama kelamaan, Jungkook merasa sebal juga. Jungkook hendak berbicara tetapi suara Taehyung lebih dulu memotongnya. "Kau tidak bisa mengharapkanku untuk berubah, ini aku. Soal aku serius atau tidak, kau bisa menebak itu sendiri. Dan, aku ingin tidur."

Sedetik setelahnya, Taehyung sudah menutup dirinya dengan selimut. Meninggalkan Jungkook yang masih berdiri di kamar, menatap Taehyung dengan pandangan yang tak bisa seorang pun artikan.

.

"Kita akan liburan ke pulau Nami, yeah~" ketua asrama—Seungcheol berseru heboh begitu ia mengumumkan hal itu. Dan disusul dengan teriakan-teriakan orang yang berkumpul di satu ruangan itu.

Asrama paling unggul—dari ketiga asrama yang ada di sekolah itu—mendapat kesempatan untuk berlibur di pulau Nami. Dan Seungcheol buru-buru memberitahu seluruh siswa yang ada di asrama bahwa mereka akan berlibur ke pulau Nami.

Seungcheol berseru lagi. "Kita akan berlibur selama dua minggu!"

Jungkook yang duduk paling belakang di antara orang-orang di ruangan itu, mendesah pelan. "Dua minggu," ujarnya lemah. Merasa tidak ada semangat yang menjalar di dirinya. Sama halnya dengan Taehyung, yang bersandar di dinding sambil mengantongi kedua tangannya ke dalam celana trainingnya. Ekspresinya tidak berubah sedari tadi, hanya sesekali mengangkat sebelah alis dan meniup poni yang sempat menghalangi pandangannya.

Sesekali Jungkook dan Taehyung membuat kontak mata, tetapi Taehyung selalu lebih dulu menghancurkannya.

Jungkook kini beralih untuk menatap Jimin yang duduk tak jauh darinya, di sampingnya ada seseorang yang tak Jungkook kenal—mungkin kelas yang berbeda dengannya. Dan samar-samar Jungkook bisa mendengar kalau Jimin memanggil orang itu dengan sebutan sunbae.

Orang-orang masih berseru dengan riangnya, terlalu bersemangat karena mereka akhirnya bisa lepas dari neraka—belajar dan sekolah, begitu mereka menyebutnya. Jungkook yang tidak terlalu suka dengan kebisingan dan keramaian, memilih untuk beranjak dari tempatnya duduk, berjalan menuju koridor yang sepi. Dia sendirian di sana, dan menurutnya itu lebih menyenangkan ketimbang dikerumuni dengan orang-orang yang berisik.

Jungkook ingat kalau Seungcheol mengatakan mereka akan pergi lusa, dan semua orang wajib ikut. Jungkook terpaksa ikut karena kata-kata wajib itu.

"Jeon Jungkook,"

Sebuah suara memanggilnya, Jungkook hafal siapa pemilih suara itu. Siapa lagi kalau bukan Park Jimin.

Jimin berjalan menghampiri Jungkook sambil menundukkan kepalanya, dan berkali-kali memainkan ujung sweater yang ia kenakan.

Jungkook memandang Jimin, bingung. "Ada apa?" dia bertanya, menunggu Jimin mengatakan sesuatu.

Jimin akhirnya menghela napas panjang. "Maafkan aku,"

"Hah? Untuk apa?"

"Itu—" Jimin mendesah, "kau tahu, aku bilang kalau aku 'cemburu', padahal aku tidak punya hak untuk itu. Taehyung juga mogok bicara denganmu karena itu."

Jungkook tersenyum, tahu betul kalau Jimin akan mengatakan hal yang semacam itu padanya. Jungkook menepuk bahu Jimin beberapa kali dengan pelan, kemudian sebuah senyuman terpatri di wajahnya. "Tidak apa-apa," katanya, dengan sebuah dengusan geli.

"Bukan masalah besar, aku memaafkanmu."

Jimin terkejut. "Serius? Maksudku—bagaimana dengan Taehyung? Dia benar-benar tidak akan berbicara dan bertemu denganmu lagi jika kau masih bermain bersamaku."

Jungkook mengibaskan tangannya. "Jangan khawatir, aku akan mengurus masalahku dengan Taehyung nanti." Jungkook nyengir, kemudian merangkul Jimin. "Kau tahu? Sepi tahu jika tidak ada kau."

Jimin mendengus geli. "Eii, ada-ada saja kau, memangnya cuma aku satu-satunya temanmu di sekolah?"

"Bisa dibilang ya, bisa juga dibilang tidak."

Jimin tertawa, begitu juga dengan Jungkook. Keduanya berjalan berbarengan dengan lengan Jungkook yang diistirahatkan di bahu Jimin.

Walaupun Jungkook tidak benar-benar yakin, dia bisa merasakan kalau Taehyung sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Dan entah kenapa Jungkook merasa sakit di dadanya.

.

Jungkook mengistirahatkan tubuhnya di ranjang. Setelah berpamitan dengan Jimin dan berjanji bahwa ia akan membantu Jimin mengemas barang-barangnya, Jungkook langsung pergi ke kamar dan berbaring di ranjang.

Tangannya terangkat untuk mengambil ponsel yang ia letakkan di meja nakas sedari tadi. Setelah membuka lockscreennya, Jungkook menekan aplikasi Kakao Talk dan mengirimkan pesan kepada Ibunya bahwa ia akan pergi ke pulau Nami selama dua minggu. Ibunya membalas dalam waktu kurang dari satu menit dan mengatakan padanya untuk berhati-hati selama berada di sana dan yang terakhir—jangan lupakan oleh-olehnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam, dan Taehyung belum juga menunjukkan batang hidungnya, yang entah kenapa membuat Jungkook penasaran di mana keberadaannya.

Muncullah rasa ingin mencari Taehyung saat itu juga, tapi pikirannya tetap memaksakan untuk berkata tidak. Dia dan Taehyung sedang berada dalam masalah sekarang, dan menurutnya itu bukan masalah biasa.

Setelah bertengkar mati-matian dengan otak dan hatinya, antara memilih pergi untuk menyusul Taehyung atau tidak, dia memilih opsi pertama. Menyusul Taehyung dan dengan tambahan mengajaknya kembali ke kamar asrama.

Jungkook menyambar mantelnya, dan keluar dari kamar dengan terbirit-birit.

.

Rooftop asrama adalah salah satu tempat favorit Taehyung untuk menyendiri dan memikirkan semua masalahnya.

Walaupun saat itu sedang musim dingin, Taehyung tidak begitu merasa kedinginan. Taehyung duduk dan menyenderkan tubuhnya di tembok, kemudian menghela napas. Semua masalah secara tiba-tiba memaksa masuk ke dalam otaknya dan itu membuat kepalanya pening.

Yang paling membuatnya pening adalah masalah tentang si lelaki bergigi kelinci yang menjadi teman sekamarnya.

Taehyung sangat tidak ingin mengakui dirinya bahwa dia mulai menyukai lelaki itu. Sangat tidak ingin. Tapi entah kenapa, dia merasa semua perlakuannya malah membuat hal itu semakin jelas; bahwa dia menyukai Jungkook.

Taehyung memandang ke langit-langit, andai saja dia tidak sekamar dengan—

"Kau sedang apa di sini?"

—panjang umur sekali makhluk bergigi kelinci ini.

Taehyung menolehkan wajahnya dan dia melihat Jungkook yang sedang menapakkan kakinya, berjarak beberapa meter darinya dan dengan tangan yang memegang gagang pintu rooftop.

Taehyung menatap Jungkook jengkel. "Pergi atau aku akan memanggilmu dengan sebutan kencing landak."

"Bisa tidak sih kau lebih baik sedikit?" Jungkook mendengus, kemudian menutup pintu di belakangnya. Dia berjalan mendekati Taehyung yang masih setia bersandar di tembok, kemudian duduk di sampingnya.

Jungkook mengusap tangannya, menahan dingin. "Biar kuulangi lagi pertanyaanku tadi," katanya sambil menghembuskan napas. "Kau sedang apa di sini?"

Taehyung menjawab. "Kelihatannya aku sedang apa?"

"Duduk sambil bersandar di tembok."

"Tuh, kau sudah tahu. Kenapa bertanya lagi?"

Jungkook memilih untuk menyerah, "Terserah kau saja," berdebat dengan Taehyung sama saja dengan hal yang sia-sia. Sangat disarankan untuk tidak berdebat dengan seseorang yang bernama Kim Taehyung.

"Kita akan pergi lusa," Jungkook memulai percakapan sambil meluruskan kakinya. "Kau tidak berkemas?"

Taehyung mengedikkan bahu, tidak peduli. "Masih bisa besok." Taehyung melipat kakinya, dan menghembuskan napas. Jungkook memandanginya sambil menaikkan salah satu alisnya. "Tapi kita akan pergi selama dua minggu."

"Ya, lalu?"

"Seharusnya kau berkemas sekarang,"

"Memangnya kau siapa menyuruhku?" kata Taehyung kemudian berdiri meninggalkan Jungkook yang memasang tampang menyakitkan.

Taehyung melangkahkan kakinya menjauh dari Jungkook, berjalan menuju pintu rooftop dan menghilang di sana.

Jungkook menatap tembok kosong dan mendengus sebal.

.

.

Hari itu tiba, hari di mana mereka akan pergi berlibur ke pulau Nami.

Taehyung menaruh kaus putih polos ke dalam kopernya, kemudian menutupnya setelah dirasanya semua barang-barangnya sudah masuk ke dalam koper dan ransel. Lelaki bersurai oranye itu menurunkan kopernya dari ranjang dan menarik kopernya menuju pintu. Sebelum benar-benar membuka pintu, dia berbalik untuk melihat Jungkook yang sedang meratapi boneka pemberiannya.

Taehyung tidak berbicara apa-apa, melainkan menarik koper dan ransel, lalu pergi keluar kamar tanpa melihat Jungkook lagi.

Jungkook menatap boneka Baymax yang Taehyung berikan padanya beberapa hari lalu. Tangannya bergerak untuk mengusap boneka itu, dan pikirannya melayang ke kejadian hari itu—Taehyung menindihnya, dan mereka bertengkar.

Setelah menghela napas berat, Jungkook berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil tas ransel yang sudah berisi barang-barang yang harus ia bawa untuk ke pulau Nami. Lalu Jungkook mengambil koper berwarna hitam yang tergeletak di kasurnya, dan menyeretnya menuju pintu.

Tidak lupa dengan membawa boneka pemberian Taehyung di tangannya.

.

Semua orang sudah berada di dalam bus, dan Seungcheol-lah satu-satunya orang yang sedang berdiri di dalam bus itu, memberikan pengumuman. "Kalian semua sudah dapat teman sebangku bukan?" semuanya menyahutkan kata iya. "Kalau begitu, kalian harus tetap bersama teman sebangku kalian—di manapun dan kapanpun, itu partner kalian. Tidak boleh ganti partner."

Sebuah ketidak beruntungan bagi Jungkook, di sampingnya ada Taehyung, yang sedang tertidur.

Entah karena kesetanan atau apa, Jungkook tiba-tiba saja duduk di tempat kosong di samping Taehyung. Jika ditanya kenapa Jungkook memilih duduk di sana, dia akan menjawab 'tidak ada tempat lain yang kosong.'

Jungkook masih enggan berbicara dengan Taehyung karena kejadian tempo hari, kata-kata Taehyung itu seperti menusuk ulu hatinya.

Niat awal Jungkook ketika masuk ke dalam bus ini adalah mencari Jimin, tapi nampaknya lelaki itu sudah berpasangan dengan Yoongi. Jadilah Jungkook membatalkan niatnya dan beralih untuk duduk di samping teman sekamar menyebalkan—dan seksi, harus Jungkook tambahkan—dalam diam.

Waktu dua jam mereka habiskan untuk perjalanan menggunakan bus, dan satu jam lagi untuk menyebrang ke pulau Nami.

Jungkook merasa segar setelah sampai di pulau itu, dan pulau itu terlihat semakin indah di mata Jungkook karena seluruh isi pulau itu dilapisi oleh salju tebal. Jungkook segera mengeluarkan ponselnya untuk memotret segala tempat yang menurutnya sangat bagus dan segera mengirimkan foto-foto itu ke Ibunya.

Jungkook mengalihkan pandangannya ke kiri ketika ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Seingatnya, teman-temannya sudah berada jauh darinya karena terlalu asyik berfoto dan melihat tempat-tempat yang bagus di pulau Nami. Detik berikutnya, Taehyung muncul dan berjalan di sebelah kirinya dengan pandangan lurus ke depan.

Pandangan Jungkook terkunci padanya selama beberapa detik sampai lelaki itu benar-benar melewatinya dan bergabung dengan sekelompok orang yang sedang bermain-main dengan salju.

Jungkook menggelengkan kepalanya tanpa sadar dan senyuman tipisnya luntur ketika mengingat bahwa dia sedang berada dalam hubungan yang tidak baik dengan Taehyung, jadi dia menggeleng lagi (kali ini sungguh-sungguh) dan berjalan menjauh dari tempatnya berdiri.

"Jimin-ah!" panggil Jungkook ketika ia melihat Jimin yang sedang duduk di salju, sambil memainkan salju di tangannya yang berlapis sarung tangan.

Jimin mendongak dan tersenyum riang. "Hei."

Jungkook mendekat dan meletakkan bokongnya di salju, di samping Jimin. "Sendirian saja? Mana Yoongi-hyung?"

"Tuh"—Jimin menunjuk Yoongi yang sedang berdiri di dekat pohon menggunakan dagunya—"dia sedang ingin sendiri, katanya."

"Ngomong-ngomong," Jimin memulai lebih dahulu, "kenapa kau bisa menjadi partner tournya Kim Taehyung?"

Jungkook menggerakkan bahunya, kemudian menatap Jimin tajam seolah memang Jimin lah yang paling salah di sini. "Semuanya berawal dari kau yang sudah mendapat partner; Yoongi-hyung, jadi aku terpaksa memilih teman sekamarku sebagai partner tourku."

Jimin terkekeh, merasa bersalah dan menggumamkan kata maaf.

"Sepertinya kita harus pergi ke penginapan sekarang," Jungkook berkata sembari menunjuk Seungcheol yang sudah berteriak memanggil mereka. Mereka berdua kemudian berdiri dan membersihkan salju yang menempel di celana masing-masing, dan berjalan beriringan ke arah Seungcheol.

Dua puluh menit kemudian, mereka sudah sampai di penginapan. Semua orang sudah masuk ke dalam kamar masing-masing (satu kamar berisi dua orang). Jungkook sedang mengemas barang-barangnya, dan menaruh pakaiannya di laci pakaian.

Taehyung berada di sana, melakukan hal yang persis sama dengan Jungkook. Perbedaannya hanyalah—Taehyung lebih lambat dalam hal membereskan barang, sementara Jungkook jauh lebih telaten.

Taehyung duduk di ranjangnya setelah ia rasa semua barangnya sudah berada di tempat yang seharusnya. Dia mengusap wajahnya sekali dan melepaskan mantel yang sedari tadi masih ia kenakan.

Melainkan Jungkook terus memandangi Taehyung, memperhatikan setiap pergerakannya dan entah kenapa Jungkook terus melakukan itu sampai Taehyung balas menatapnya.

Jungkook langsung mengalihkan pandangan dan merebahkan dirinya di ranjang, sambil memunggungi Taehyung agar lelaki itu tidak bisa melihat wajahnya yang mulai memerah. Dengan cepat, Jungkook menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut dan mulai bernapas dengan normal.

Taehyung yang melihat itu hanya bisa mengedikkan bahu tidak peduli dan beranjak dari tempatnya duduk tadi, kemudian pergi keluar kamar—tanpa suara, dan jelas Jungkook tidak sadar bahwa Taehyung sudah keluar dari kamar.

Karena merasa Taehyung terlalu lama, Jungkook memutuskan untuk beristirahat sebentar. Ia ingin sekali tidur sejak tadi, setidaknya beberapa menit tidak masalah. Dia kemudian memejamkan matanya, dan berdoa terlebih dahulu.

Lima detik...

"SEMUANYA BERSIAPLAH UNTUK MAKAN MALAM!" Seungcheol berteriak di lorong penginapan yang pasti akan terdengar oleh seluruh manusia yang menginap di sana karena suaranya keras bukan main.

Jungkook berjengit karena saat itu ia sedang mencoba untuk memejamkan kedua matanya untuk beristirahat selama beberapa menit, dan dia otomatis duduk di ranjangnya sambil mengusap lengannya yang mendadak merinding.

Kemudian Jungkook menyibak selimut yang sedari tadi menutupi dirinya, kemudian turun dari ranjang dan menyambar mantel yang menggantung di gantungan pakaian. Dia sempat mengecek ranjang Taehyung untuk memeriksa apakah ada sang pemilik di sana, tapi tidak ada siapa-siapa. Dan tentu saja Jungkook senang akan hal itu.

Setelah mengenakan mantelnya, Jungkook berjalan keluar kamar dan sesekali menyapa beberapa temannya yang berjalan lebih dulu darinya.

Ketika ia sampai di ruang makan, pandangannya langsung jatuh ke arah lelaki yang sedang bersandar di tembok, dan dia sendirian. Rambutnya berwarna orange, dan dia tinggi, sudah pasti itu Kim Taehyung.

Taehyung balas memandangnya, sebelah alisnya naik, dan detik berikutnya Taehyung beranjak dari tempatnya dan mendekat ke arah Jungkook.

Oh, sialan, dia mendekat—batin Jungkook panik, lalu segera mengalihkan pandangan ke segala arah. Awalnya ia ingin mencari bantuan dengan menarik seseorang agar bisa berdua dengannya, tapi tampaknya semua orang sibuk saat itu.

"Jeon—"

Jungkook segera melesat pergi begitu Taehyung melambaikan tangan dan memanggilnya.

Lelaki itu berlari menjauh dari tempat inap, sampai ke hutan. Bagian paling menyedihkannya adalah dia sendirian di hutan itu. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika Jungkook melirik pergelangan tangannya untuk mengecek jam tangannya.

Jungkook mendesah. "Ya Tuhan, kenapa aku—WUAH!"

Karena tidak memperhatikan keadaan, Jungkook dengan sialnya tersandung oleh batang kayu yang tergeletak di rerumputan yang terlapis salju. Jungkook meringis kesakitan dan mendudukkan dirinya. Sambil menahan sakit yang mendadak menyerang di daerah kaki, Jungkook mengecek kakinya, memastikan jika ada luka atau tidak.

Sayangnya, ada.

"Akh—" Jungkook meringis saat jemarinya secara tak sengaja menyentuh luka di kakinya. "Kenapa aku harus tersesat dan jatuh begini, sih?" dia bergumam pada dirinya sendiri, mengingat tak ada siapa pun di tempatnya berada.

Jungkook menarik kakinya dan memeluknya, kemudian memejamkan mata. Sambil berdoa mati-matian agar ada seseorang yang mencari dan menemukannya di hutan itu.

Kenapa aku berlari ke sini saat menghindari bajingan itu—batin Jungkook, sedih. Dia menyesali perbuatannya, kabur ke hutan ketika melihat Taehyung mendekatinya. Hanya mendekatinya.

"Kau tidak berteriak minta tolong?"

Jungkook langsung mendongak ketika mendengar suara yang begitu di kenalnya, karena terlampau panik, dia langsung merangkak mundur dan menabrak pohon. "T-Tae—"

Taehyung berdiri sambil menenggelamkan kedua tangannya di saku celana panjangnya. Kemudian menatap Jungkook sambil memiringkan kepalanya, melihat kondisi Jungkook yang seperti itu membuatnya heran.

Lalu Taehyung mendengus saat melihat ada luka di kaki Jungkook. "Dasar ceroboh," ucapnya, kemudian mengambil sesuatu dari ransel yang bertengger di punggungnya.

Taehyung sudah mengeluarkan kapas, antiseptik pembersih luka, dan perekat luka. Dia sudah persiapan ternyata—batin Jungkook geli. Dalam diam, Taehyung mengobati luka Jungkook. Sesekali Jungkook meringis kesakitan saat Taehyung mengobatinya, tapi Taehyung dengan sengaja berpura-pura tidak mendengarkannya.

Taehyung menyudahi proses-pengobatan-nya, kemudian duduk di depan Jungkook. Tapi, pandangannya mengarah ke tempat lain. "Kau menghindariku, ya?"

"Bukankah kau yang menghindariku?" Jungkook mencecar.

Taehyung terkekeh, tapi nadanya datar. "Ya, aku tahu. Tapi, kau kabur ke sini saat aku berjalan ke arahmu."

Jungkook tersentak karena yang barusan Taehyung katakan itu adalah fakta. "Oke, kau menang."

"Kau sudah berbaikan dengan Jimin, ya?" Jungkook merasa jantungnya sudah terjun bebas ke kakinya setelah mendengar pertanyaan dari Taehyung. Mata Jungkook beralih untuk menatap ke arah lain, gugup. Dia tidak tahu harus menjawab apa, bimbang.

Jika Jungkook jawab iya, Taehyung akan sakit hati dan mereka akan bertengkar lagi. Jika Jungkook jawab tidak, Taehyung akan senang (mungkin) dan dia akan bertengkar lagi dengan Jimin. Itu masalah besar, dia tidak ingin bertengkar lagi dengan Taehyung dan Jimin.

"Eyes on me, Jeon Jungkook."

Taehyung merasa geram karena sedari tadi Jungkook terus mengedarkan pandangannya, bukannya menatap Taehyung. Taehyung tidak tahu apakah itu karena Jungkook gugup—atau memang dia tidak ingin menatap Taehyung.

Jungkook akhirnya menyerah, dan mengangkat kepalanya. Dia langsung menatap tepat di mata Taehyung.

Menatap balik ke arah Taehyung merupakan suatu kesalahan buruk, karena kini wajah mereka hanya berjarak lima senti.

Taehyung menatap Jungkook datar. "Kau mau menjawab atau tidak?"

Tentu saja—Jungkook menjawab dalam hati. Dengan berani, Jungkook menjawab. "Iya, kami sudah berbaikan. Kau mau apa?"

"Aku?" Taehyung tertawa meremehkan, membuat ekspresi Jungkook berubah menjadi jengkel setengah mati. "Aku hanya ingin mengatakan ini: jangan mendekatinya lagi."

"Memangnya kau siapa—" kata-katanya harus terhenti begitu saja saat dia merasa sesuatu menempel ke bibirnya, dan menekannya. Butuh waktu sepuluh detik bagi Jungkook untuk tersadar bahwa sesuatu itu adalah bibir lelaki yang berdiri di hadapannya.

Jungkook memutuskan untuk berpikir bahwa ciuman itu hanyalah bayangannya semata, tapi otaknya memaksa menolak bahwa itu hanyalah bayangannya. Dan yang lebih menguatkan bahwa itu nyata adalah lukanya yang masih terasa perih.

Dua puluh detik berlalu, Taehyung mulai bergerak di sana. Taehyung melumat bibir penuh Jungkook dengan lembut, membuat Jungkook melayang saat itu juga. Jungkook memejamkan kedua matanya dan tanpa sadar membalas ciuman Taehyung dengan gerakan yang sama.

Dan ditemani oleh dua pasang mata yang sedang memandangi mereka dari kejauhan.

.

"Kau lihat itu?" tanya Yoongi ke Jimin, mereka berdua sedang bersembunyi di balik pohon yang begitu besar.

"Mereka berciuman," lanjut Yoongi, kemudian beralih untuk menatap Jimin. Wajah pemuda itu tegang, dan rahangnya mengeras. Beberapa detik kemudian, ekspresinya kembali seperti semula, tapi kali ini datar.

Jimin mendengus. "Setidaknya, mereka tidak berpacaran. Hanya berciuman."

Yoongi memutar kedua matanya malas. "Berciuman itu artinya mereka pacaran, walaupun tidak ada aksi saling menembak."

"Aku tidak tahu ada peraturan seperti—"

"Heh bocah aku sudah bilang, memang begitu cara kerjanya. Bisa tidak sih kau diam saja?" Yoongi lama-lama geram juga, Jimin terus membantah kata-katanya. Kelemahan Jimin itu Yoongi, jika Yoongi marah—habis sudah dia, jadilah Jimin kini diam, sambil terus menatapi Taehyung dan Jungkook yang masih belum melepaskan diri juga sedari tadi.

"Tapi, rasanya sakit, hyung."

"Apanya?"

"Di sini"—Jimin menunjuk ke arah dadanya, lebih tepatnya ke tempat di mana jantungnya tersimpan—"sakit sekali di sini. Apa kau tahu bagaimana cara untuk menghilangkan rasa sakitnya?"

Yoongi menatap Jimin datar. "Dia cinta pertamamu, ya?"

Jimin balas menatap Yoongi, dan Jimin bisa melihat kilatan emosi di mata Yoongi. "Ya."

Yoongi memaksakan dirinya untuk tersenyum, walau berakhir terlihat seperti menyeringai. "Oh, Jimin," katanya. "Kau tidak akan bisa melupakan cinta pertamamu."

Kedua alis Jimin menyatu, dan Yoongi menarik lengan Jimin untuk menjauh. "Lebih baik kita pergi dari sini."

.

Ciuman itu berlangsung selama dua menit dan Taehyung melepasnya secara sepihak.

Jungkook meraup oksigen sebanyak-banyaknya, semampu yang ia bisa. Setelah merasa bahwa dia sudah bernapas dengan normal, matanya kembali menatap Taehyung, kali ini melotot.

"Apa yang kau—"

Taehyung mengibaskan tangannya, sudah tahu kalau ini akan terjadi. "Tidak usah protes, kau juga menikmati ciumanku 'kan." Taehyung berajak untuk berdiri dari tempatnya, kemudian mengulurkan tangannya ke arah Jungkook.

Jungkook mau-tidak mau menerima uluran tangan Taehyung, dan Taehyung langsung menariknya sampai lelaki itu berdiri tepat di hadapannya. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti, itu sebuah kesialan bagi Jungkook. Wajahnya kini kembali merona, sampai ke telinganya. Sial sial sial sial—Jungkook terus membatin satu kata itu di benaknya.

Taehyung mendorong tubuh Jungkook ke arah pohon besar, dan mengepungnya dengan menaruh kedua tangannya di sisi kanan dan kiri Jungkook. Jungkook menelan ludahnya dengan susah payah, jantungnya terjun bebas ke kakinya, dia benar-benar gugup.

"Katakan padaku"—Taehyung berkata sambil merapatkan dirinya ke Jungkook—"bagaimana perasaanmu terhadapku."

Kedua mata Jungkook membola ketika mendengar Taehyung mengatakan hal itu, dan dia menunduk. Otaknya mulai bekerja keras, mencari-cari jawaban yang cukup masuk akal sebagai jawaban dari permintaan Taehyung barusan.

Taehyung mendengus geli. "Aku tidak butuh jawaban yang bertele-tele," ujarnya sambil mengusap pipi Jungkook, "jawab saja, kau suka aku, atau tidak?"

Jungkook secara reflek menjawab. "Suka," detik berikutnya, dia menyadari apa yang baru saja ia katakan. Wajahnya memerah padam, tangannya terangkat untuk menutup mulutnya dan mengutuk mulutnya sendiri habis-habisan. Matanya tak berhenti untuk melihat ke sana-ke mari, terlalu takut untuk membuat kontak mata sepersekon detik pun dengan lelaki di hadapannya.

Taehyung menahan dagu Jungkook, memaksa lelaki itu agar menatapnya. Jungkook menyerah, memilih untuk menatap balik Taehyung, menunggu lelaki itu untuk mengatakan sesuatu.

"Well, jawaban yang jujur sekali, kelinci manis." Taehyung tidak bisa berhenti tersenyum ketika dirinya mengucapkan kalimat itu, apalagi kata terakhir yang ia ucapkan.

"Kau mau tahu sesuatu, Jungkook?" bisiknya, sambil lebih mendekatkan dirinya ke tubuh Jungkook yang sedikit bergetar. "Kau pasti menyangka kalau aku ini preman, dan aku tidak punya etika sama sekali." Taehyung mengusap pipi Jungkook yang memerah karena malu atau entah karena alasan lain yang sama sekali Jungkook tak ketahui.

"Tapi"—Taehyung memberikan kecupan ringan di bibir Jungkook—"sebenarnya itu bukan sifat asliku. Alasan jelasnya… ini masalah pribadi."

Taehyung menatap Jungkook lekat. "Walau begitu, aku tidak berniat untuk mengubah sifatku. Karena kau, kau jatuh cinta dengan diriku yang seperti ini. Betul?"

Jungkook enggan mengakuinya, tapi yang Taehyung katakan barusan memang ada benarnya, Jungkook tidak bisa menepis fakta itu. "Baiklah, kau menang, Tae."

Taehyung tersenyum tipis. "Wah, panggilan yang imut. Lain kali, panggil aku Taetae."

"Baiklah, Taetae." Jungkook mendengus, dan Taehyung nyengir lebar. "Ayo," Taehyung meraih tangan Jungkook dan menariknya, membawa ke tempat mereka menginap.

.

Saat Taehyung dan Jungkook kembali ke ruang makan—dengan wajah Jungkook yang sedikit merona dan Taehyung yang tetap memasang wajah datar, Seungcheol tiba-tiba menyahut. "Aku mencium hawa aneh di sini," Seungcheol mengendus-endus ke udara, seakan memang ada hawa asing di ruangan yang penuh dengan siswa itu.

Taehyung hanya memberikan tatapan datarnya ke seniornya itu. "Hyung, tempat orang gila seperti mu bukan di sini, tuh"—dia menunjuk tong sampah menggunakan dagunya—"tempatmu di sana." Bukannya Taehyung tidak menunjukkan rasa hormat kepada seniornya, yang barusan itu hanya sifat alaminya. Semua orang harus terbiasa akan hal itu.

Taehyung melangkahkan kakinya menjauh dari tempatnya berdiri semula, meninggalkan Jungkook sendiri di sana. Taehyung mengarahkan dirinya ke arah kamar—ia lelah.

"Woah~ kasar sekali." Junghan menyahut dan bertepuk tangan, kemudian menepuk bahu Seungcheol beberapa kali, "kau harus sabar jika menghadapi Taehyung, Seungcheol."

Seungcheol mendengus. "Ya, aku tahu. Bajingan itu perlu dibawa ke psikolog."

"Hei, lemak onta aku dengar itu!"

Ruangan itu secara mendadak terisi dengan gelak tawa semua orang, lemak onta bukanlah sebuah panggilan penuh hina yang biasa.

"Sialan, dia barusan memanggilku lemak onta?!" Seungcheol meraung tak terima, dan dirinya hendak membalas dendam sebelum sebuah tangan menyentuh bahunya.

Itu Junghan. "Seungcheol, daripada mengurusi Taehyung-ie yang jelas tidak akan pernah bisa beres, lebih baik kau melakukan hal yang lebih bermanfaat di sini. Bersamaku." Junghan menekankan kata bersamaku di akhir kalimat, ditambah bonus kedipan mata yang bisa membuat siapa saja melayang ketika melihatnya.

Jungkook yang sedari tadi masih berdiri di sana hanya bisa menatap Seungcheol canggung, detik berikutnya dia membungkuk sebagai penghormatan singkat terhadap seniornya dan berlari-lari kecil menyusul Taehyung yang sudah pergi meninggalkannya.

"Tae?" Jungkook menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamarnya—dengan Taehyung—dan menemukan Taehyung yang sedang duduk di ranjang sambil menghadap ke jendela kamar.

Taehyung menoleh, memutar badannya untuk menghadap Jungkook yang perlahan masuk dan menutup pintu kamar mereka. Kakinya berjalan dengan pelan dan berakhir dengan duduk di hadapan Taehyung, kemudian menatapnya dengan lembut.

"Kenapa kau memandangiku seperti itu?" tanya Taehyung, suaranya datar, tenang. Jungkook mendengus geli dan mengedikkan bahu, yang artinya aku tidak tahu.

Taehyung tersenyum sedikit, kemudian mengedarkan pandangannya ke arah lain. "Aneh ya, kita menjadi partner tour, dan ajaibnya kita jadi pacaran sekarang."

Taehyung kira Jungkook enggan menjawab karena dia merasa jijik karena kalimat Taehyung barusan, tapi perkiraannya sangat salah. Karena saat ia memandang Jungkook, hanya wajah merah Jungkook lah yang menghiasi pandangannya saat ini.

Jungkook mengipaskan wajahnya menggunakan tangannya karena merasa hawa di ruangan itu mendadak terasa panas—padahal hanya dia sendiri yang kepanasan. Taehyung merasa bahwa tingkah Jungkook itu terlalu imut untuk dipandang, dia bisa overdosis mendadak.

Tiga detik berikutnya, Taehyung mendekatkan wajahnya dengan perlahan ke arah Jungkook. Jungkook sempat mundur beberapa senti karena syok, tapi Taehyung menahannya dengan kuat.

Saat bibir mereka hanya berjarak dua senti lagi, Taehyung bersuara. "Aku—"

"WAH ADA YANG MAU CIUMAN!"

Sebuah teriakan menggema di ruangan itu, bersamaan dengan munculnya Seungcheol dari balik pintu.

.

Yoongi menghampiri Jimin yang sedang duduk di teras penginapan. Lelaki itu sedang duduk sambil memeluk kakinya, dan mengamati langit malam. Yoongi duduk di samping Jimin, menatapnya selama lima detik, kemudian mengikuti arah pandang Jimin. "Bagaimana, sudah melupakan cinta pertamamu?"

Jimin mendelik. "Bukannya kau sendiri yang bilang kalau cinta pertama itu tidak bisa dilupakan?"

"Ya, memang," balas Yoongi. "Maksudku, kau sudah mengurangi rasa sukamu padanya? Setidaknya satu persen,"

"Sudah," Jimin mengalihkan pandangannya. "Aku rasa, hanya ada sekitar enam puluh persen yang tersisa." Jimin menghela napas. "Tidak butuh waktu lama untuk menguranginya," tambahnya.

Yoongi mengangkat sebelah alisnya, tertarik. "Benarkah?" tanyanya, "bagaimana cara kau mengurangi rasa sukanya?"

Jimin menggerakkan bahu. "Aku rasa dengan mencoba menyukai orang lain adalah salah satu cara ampuh." Kata-kata yang barusan Jimin ucapkan membuat Yoongi menyeringai sedikit.

"Oh, ya? Siapa orangnya?"

"Kau"—detik itu juga Jimin menyadari kesalahannya, dan segera membekap mulutnya sendiri menggunakan tangannya—"aku harus pergi, hyung. Selamat tinggal!"

"Heh, bocah! Ini hari pertama kita!" jerit Yoongi ketika melihat Jimin yang mendadak melesat pergi darinya.

The End

a/n: daaaaaan end dengan absurdnya. hai, jangan bunuh saya. kelamaan ga apdet ya muuph. hmmMmmMMmm udah dari bulan may ga dilanjutin, jangan hukum bootae :"( biasalah, fanfic saya kebanyakan, jadi mager ngelanjutin :"( jika ada yang mengira kalau ff ini bakal nyampe 10 chapter atau berapa gitu, MAAFKAN SAYA. sengaja dicepetin endingnya biar kalian ga perlu nunggu lagi, abis saya suka lama sih updatenya :") maafkan bootae ya. makasih loh buat yang ngereview plus ngefav bonus ngefollow fanfic ini :" dadahhh

P.S : lemak onta didapatkan dari panggil nunino ke saya. saya dipanggil lemak onta olehnya.

P.S.S : tunggu saya di fanfic fanfic vkook berikutnya.

aku bakal bales semua review di sini ya~

lollipunch haiiiiii ini udah update dan mencapai end haha makasih udah mau baca fanfic roommate ini, maaf juga udah berbulan bulan ga ada update ;; maklumlah suka males ngetiknya hehehe thank you, luv! miparkland karena tbc di saat saat greget itu enak :"( iya dia sengaja bangetttt meheheheheh iya yoongi seme, disengajain, biar agka beda sedikit dari biasanya/? makasih udah baca fanfic roommate ini ya, luv! Mr Yoon maaf tadi yoongi emang seme HAHAHAHA sengaja di sini dibikin seme, gatau tiba tiba kebikin aja gitu jadi ini tidak sesuai rencanaku kok/? ini udah lanjut dan mencapai end, hehe thank you karena udah baca fanfic roommate ini yaaa, thank you, luv! VampireDPS engga dia ga tidur :") sebahagia alien aja deh, kasian syub nembak tapi ga ditanggepin kan ya :") cukup sabar aja yungi, seribu mawar untuk yungi. gak. btw thanks udah baca fanfic roommate yaaa, thankyou and luv! jungie nuna yosh akhirnya chapter terakhir juga '-' ini yoongi emang seme heheheheheheh iya cocok soalnya dia kebapakan gitu (maaf yoongi :"() thanks udah baca fanfic roommate ini yaaa, hehe thank you and luv! shakinayu AISH UDAH CHAPTER TERAKHIR AJA HAHAHAHAH makasih udah baca fanfic ini yaaaa, udah nyampe chapter terakhir aja huhuhu cedi. thank you and luv! Sugar-Deprived pikachu dah bete, mau diapain dong? :( kamu ngomong english mulu saya ngerti tapi jawabnya gatau tuh apa maafin :"D this is the last chapter and i hope you're satisfied with it! thank you and luv! teysxng apa ini pen name kamu teysxng saya curiga apakah kamu anak rp (gak woy), ini udah chapter terakhir loh HMMMMMMMM thanks udah baca fanfic roommate ini yaaa, thank you and luv! hh129490 ribetnya penname mu nak, sakit jari mama. maafin ya karena bootae nge tbc-in pas greget gregetnya/? ini udah chapter terakhirrrrr semoga kamu menikmati yaaa, thank you and luv! Nadin88 udah next iniii dah udah mencapai chapter terakhir juga, makasih udah baca yaaa thank you and luv! anoncikiciw apaan pen name kamu ini, anonnya di non aktif dong? emang cepet banget ini huhuhuhuhu saya tahu, emang kurang greget. gatau kenapa padahal alurnya mau dilambatin aja, tapi karena saya pengen cepet selesai, jadi cepet gini :") yoongi suka jimiiiiin, yoongi tuh cowo kuat makanya adem ayem aja kalo jimin curhat tentang jungkook :") udah update dan udah chapter terakhiiir maaf ya kelamaan, cape :" thank you and luv! she3nn0 heh kamu lagi xD hey kamu ini tuh emang kelamaan sumpah maaaaaaaf, iya jimin emang sama yoongi kok tenang ajaaaa. ini udah end, maaf ya kalau mengecewakan :") thank you and luv! Gypsophila gak puas aja terus :"( kali ini harus puas loh soalnya udah yang terakhir /? maaf yaaaa ini udah end hehehehe sengajaaa, thank you and luv! dorkypotato JADI SELAMA INI KAMU NGEREVIEW FANFIC AKU?! KOK AKU GATAU YA, MAAFIN SENPAI KARENA TIDAK NOTICE KAMU /G hayoloh mereka jadian di sini hayoloh hayoloh, hayoloh aja terus. makasih udah baca sampe ke sini sayang, thank you and luv! jiboy jiboy jiboy jigirl aja? udah di lanjuuuut dan ini chapter terakhir huhu :"D makasih udah bacaaaa. thank you and luv! siscaMinstalove udah dilanjuuuuuut dan udah habis ehehehehehehe dan mereka bersatu heheheheheh semoga kamu puas ya sayang. thank you and luv! nia iya dia udah sama yoongi kok x'D seneng kah kamu? ini udah chapter terakhir semoga kamu senenggg. thank you and luv! lionie14 jadi kamu habis baca ff ini langsung gangguan jiwa gitu? :"( ga boleh senyum senyum sendiri loh entar dikira kerasukan sama orang yang ngeliatin kamu/? udah chapter terakhir nihhh, makasih udah baca, thank you and luv! keyfa army gapapaaa asal kamu review aja aku senang/? dia terima kok tenang aja /? couple abadi emangnya vampir apa :") ini udah chapter terakhir dan happy endinggggg. thank you and luv! btsmancung iya sesuka kamu aja pen namenya aku ketawa loh. semancung apakah ini. makasih udah baca yaaaa thank you and luv! jelbang halo reader baruuuu gapapa kok'-' ini udah dilanjut dan mencapai akhir cerita hehehehehehe makasih udah mau baca fanfic roommate ya! thank you and luv! sugafree sugafree sugafree sugafree (dance t ara) gapapaaaa. INI UDAH NEXT COY HAHAHAHAH DAN CHAPTER TERAKHIR PULA HAHAHAHAH 2. yoongi sama jimin kok akhirnya tenang saja muah. maaf ya apdetnya kelamaan, udah bulan apa ini heheheheheheheheheh ini udah dipanjangin ga sih? panjang banget malah kan ya, iya panjang karena balesan reviewnya :"D makasih udah baca fanfic roommate yaaaa. thank you and luv! Katsushika Arisa aaaaaa sengaja gantung! maaf ya ini ga update kilat :"3 thank you and luv! addictaed GREGET MULU AH ANDA ini udah dilanjut nih :") udah chapter terakhir hehehehehe makasih udah baca ya. thank you and luv! RyukaZa kamu ga perlu sabar sabar nunggu fanfic ini update lagi ya soalnya kan udah tamat /? hehehehehe makasih udah baca yaa. thank you and luv! aisyahsyah12 makasih yaaaa ;-; udah dilanjutin ini ya hehehehehe makasih udah bacaa. thank you and luv! akmy orang orang seperti taehyung itu memang diam diam selalu menghanyutkan :") andaikan saja punya boyfie seperti taehyung /apa ini/ iya dia dari awal emang udah suka jimin loh cuma jiminnya aja yang kayak gamau tau gitu soalnya dia sukanya sama jungkook si anak baru/? kok kisah kamu menyedihkan ya, sini aku bikin jadi ff /gak. interaksi vkook disini sengaja dibikin gitu soalnya yang tipe tipe gitu tuh gemesin banget ya ampun :") yoongi sengaja ku bikin kayak tipe yang gampang nenangin emosi orang gitu, cocok aja sama dia :") dan perhatiannya ke jimin itu ugh…/? udah next chapter dan udah sampai ke tamatnya cerita, makasih udah baca yaaaaaa. thank you and luv! vkookieuke makasih udah menanti fanfic ini ya :") udah dilanjut ini dan udah mencapai akhir :") pikuk jadian dongggg dan jimin yungi jadian yey! makasih udah baca yaaaa. thank you and luv! mamay duh, mamay! yoongi always benar kok, always B") HAHAHAHAH lagi kosong emangnya kayak toilet lagi kosong gitu ya :") mereka jadian kok YEAYYYYYYYYY udah dilanjut dan mencapai akhir cerita cheesy ini :") makasih udah bacaaaa. thank you and luv! Eclaire Delange YA AMPUN SENPAI AKU DI NOTICE SENPAI FANFIC AKU DI NOTICE SENPAI YA AMPUN YA AMPUN AKU HARUS BEREAKSI APA HAH ;;;;;;-;;;;;;;senpai aku cinta fanfic mu yang tae jadi psikopat ya ampun ya ampun. FEELNYA NUSUK KE HATI BANGET YA INI FANFIC? :") INI UDAH LANJUUUUUUUT DAN MAAF YA KELAMAAN, AKU BINGUNG MAU NGELANJUTINNYA TUH KAYAK GIMANA. makasih udah baca yaaaa senpai :") thank you and luv! Amelia307 makasihh! karakter preman preman tuh selalu cocok banget di diri tae :") yoongi emang suka sama jimin kok, jiminnya aja yang bodo amir gitu hikz. pasti dooooong, ga bakal kok karena ini sudah chapter terakhir :") makasih udah nungguuuu dan baca. thank you and luv! Rarabii9 ini udah dilanjut sayang :") makasih udah baca yaaaa. thank you and luv! Guest HEI KAMU ITU SIAPA TUNJUKKAN DIRIMU! INI UDAH DILANJUT LOH SEMOGA BERBAHAGIA. makasih udah baca ya :") thank you and luv! taehyungkece apa jangan jangan ini taehyung beneran omaigat omaigat /gak. udah dilanjut iniiii makasih udah baca yaa. thank you and luv! diva jung ini udah di post loh :") maaf ya kalo lama bangeeeet. makasih udah baca yaa. thank you and luv! diva jung udah di post ini chapter 8 dan terakhir yah~ makasih udah baca! thank you and luv! blueewild951230 sudah sampe ke next chapter ini yeyyy! semoga kamu senang dengan chapter ini karena ini yang terakhir! thank you and luv!

dan kalian semua yang ngereview tapi ga sempat saya balas, dan yang baca tapi ga ngereview. i love you! ! ! !

bootae.