"Ponselmu." Ucap Chanyeol santai masih dengan senyum. Baekhyun pun merebutnya buru-buru. Ia tidak ingin Chanyeol tahu, hatinya sekarang seperti kembang api.

"Apa?!" pekik Baekhyun saat mengangkat telfon. Chanyeol melirik curiga Baekhyun, yang sedang berbicara lewat telfon.

"Hyung! kau tidak bisa melakukan ini padaku!" rengek Baekhyun tak terima.

"Keputusanku sudah bulat."

"Jangan pindahkan aku ke Kanada!"

Seketika senyum Chanyeol luntur.

.

.

.

Chapter 10

.

.

yey! i'm comeback! thankyou for always waiting my fanfict! lafff

.

.

sorry for typo or others. enjoy~~~

.

.

.

Chanyeol menjambak rambutnya kesal. Ia sudah pulang dari apartemen Baekhyun. Tetapi, pikiranya masih dihantui oleh Baekhyun. Akhir-akhir ini Baekhyun selalu saja terlintas dibenaknya. Chanyeol tahu ia telah jatuh pada Baekhyun. Tapi, mengapa tidak berjalan lancar saja semuanya? Karma. Ya, Chanyeol ingat itu.

Ia tidak pernah menyangka bahwa hal seperti ini akan datang padanya. Baekhyun menguasai semua sistem syarafnya. Mungkin Chanyeol bisa saja mendadak gila oleh semua ini. Lebih tepatnya, Baekhyun sudah membuatnya gila.

Chanyeol menatap layar ponselnya berulang kali. Menimbang-nimbang antara menelfon atau tidak. Entah mengapa saat ini ia ingin mendengar suara Baekhyun. Berharap dengan mendengar suaranya, Chanyeol dapat merasa Baekhyun tidak akan pergi dari sisinya. Chanyeol tidak ingin kehilangan Baekhyun. Cukup Baekhyun disisinya untuk melengkapi hari-harinya.

Setelah terjebak dalam frustasi yang bertubi-tubi. Chanyeol akhirnya menekan tombol panggil. Ia tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang. Ia hanya ingin Baekhyun. Iya, Baekhyun. Kau Byun Baekhyun, bisakan tetap tinggal disisiku?

.

Baekhyun menghempaskan tubuh mungilnya diatas kasur dengan kasar. Pikirannya sama buruknya dengan Chanyeol. Beribu pertanyaan terlintas di otaknya. Apa yang terjadi dengan Chanyeol? Moodnya cepat sekali berubah-ubah.

Pada awalnya ia selalu saja tersenyum, kemudian ia marah lagi. Apalagi Chanyeol tadi mengatakan hal yang tidak-tidak. Mana mungkin Chanyeol ingin Baekhyun tetap tinggal. Bukannya waktu itu ia bilang benci pada Baekhyun? Lalu apa maksudnya sekarang. Baekhyun juga harus pindah ke Kanada? Kenapa harus serumit ini.

"Arrrghh! Chanyeol bodoh! Menyebalkan!" desahnya kasar sambil menutup wajahnya dengan bantal.

Baekhyun meraba-raba meja perkakas disebelahnya saat terdengar dering telfon. Ia sama sekali tidak berubah dari posisinya. Baekhyun malas untuk melakukan apa-pun. Ini semua berkat Chanyeol. Dasar kuping besar!

"Haloo?" jawab Baekhyun malas.

"Baekhyun bisa kau temui aku diluar sini?" Ucap Chanyeol.

Dalam hitungan detik Baekhyun langsung membuat posisi duduk saking terkejutnya mendengar suara Chanyeol. Ia mencoba mengatur deru napasnya yang menjadi tidak teratur dan detak jantungnya yang tiba-tiba saja berubah ritme menjadi semakin cepat.

"Halo Baek? Kau disana?" tanya Chanyeol dari ujung telfon.

"Eum, i-iya." Jawab Baekhyun singkat. Ia terlalu gugup saat ini. Bagaimana bisa Chanyeol menelfonnya saat ia sedang memikirkan bocah itu. Punya indera ke-enam ya?

"Apa kau mendengarkan aku?" ucap Chanyeol lagi.

"Ya. Aku dengar. Bukannya tadi kita sudah bertemu?" Ucap Baekhyun jaim. Kali ini ia harus jual mahal. Ya, biarkan saja si kuping besar itu yang mengerjarnya.

Chanyeol menghembuskan napasnya malas, "Aku ada dibawah sini."

"A-apa?" jawab Baekhyun terkejut. "Dibawah mana?" tanya Baekhyun lagi sambil bergegas ke jendela kamarnya. Demi Tuhan! Chanyeol ada dibawah sana sedang melambaikan tangannya dan senyum khas miliknya ke arah Baekhyun. Orang itu sepertinya benar-benar kerasukan.

Baekhyun membuka jendela apartemennya dengan wajah kesal, "Dasar gila! Pulang sana!" omel Baekhyun dari atas.

Chanyeol menggosok-gosokan telapak tangannya. "Astaga.. ini dingin sekali, apa kau tidak ingin turun?" ia melirik jail ke Baekhyun "Ah.. tidak sepertinya aku akan mati beku.." kata Chanyeol iseng.

Baekhyun mendengus lalu memutar bola matanya. "Baiklah, Baiklah" ucapnya pasrah. "Tunggu disana." lalu pergi dari balik jendela.

Kali ini, Chanyeol kembali menarik senyumnya.

.

.

.

Kala itu, butiran-butiran salju terus berjatuhan. Angin pun ikut berhembus dikota Seoul. Cuaca semakin dingin. Kai menatap salju dibalik kaca kedai kopi. Suhu tubuhnya kembali hangat dengan secangkir kopi dihadapannya. Kai menerawang jauh tentang beberapa bulan belakangan ini. Ia menyeruput kopinya hati-hati. Hangat, sampai ke seluruh tubuhnya.

"Satu americano.." Ucapnya sambil tersenyum. Kai menaikkan satu alisnya dan menengok ke tempat pemesanan. Tubuh kecil dengan rambut hitam pekat, mata bulat, dan bibir merona. Bukankan itu Kyungsoo teman Baekhyun?

Seolah sadar sedang diperhatikan, Kyungsoo menoleh ke arah Kai. Kyungsoo terkejut juga canggung karena tak biasa di tatap seperti itu. Ia pun membalasnya dengan tersenyum walaupun agak sedikit aneh.

Tepat setelah Kyungsoo tersenyum padanya Kai tersadar, ia ketahuan sedang memandangi Kyungsoo. Kai tertangkap basah. Dengan cepat Kai kembali menatap butiran-butiran es diluar sana, bermaksud kembali pada lamunannya.

"Tuan Kyungsoo, satu Americano.." ujar sang pelayan.

"Em, ya, terimakasih.." kata Kyungsoo sambil mengambil kopinya. Jarinya yang tadi membeku mati rasa kini terasa hangat karena kopi ditangannya. Ia meniup kepulan asap diatas kopi itu. Kemudian meluaskan pandangannya ke seluruh sudut kedai. Apakah tidak ada tempat yang kosong? Sungguh, Kyungsoo ingin istirahat duduk sebentar.

Ia tak sengaja melirik Kai. Di depannya masih tersisa satu kursi yang kosong. Pelan tapi pasti, Kyungsoo mendekati Kai. "Ini kosong?" tanya Kyungsoo hati-hati. Segera Kai menoleh dengan agak terkejut. "Boleh aku duduk disini?" tanya Kyungsoo lagi ingin memastikan.

"Ah, ya siapa pun boleh duduk disini." Jawab Kai sekenanya.

Setelah itu, tidak ada percakapan apa pun. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Kai masih terus memandangi butiran salju diluar sana. Kopinya kini telah berubah dingin. Ia membiarkannya berubah suhu. Kai hanya sedang ingin berlarut dalam lamunannya. Sehebat apa pun mulutnya mengatakan kebohongan, sekuat apa pun ia menyembunyikan perasaannya. Disitulah titik kelemahannya. Hatinya tak akan mampu berbohong, ia masih menginginkan Baekhyun, ia masih merindukannya. Salju membuatnya ingat pada Baekhyun. Seputih salju sehangat sinar mentari, itulah Baekhyun. Sosok yang mampu membuat Kai terasa lebih hidup. Bagaikan oksigen yang terus-menerus masuk ketubuhnya.

Kyungsoo menggosok-gosokkan telapak tangannya dan kembali memegang kopinya yang tinggal sedikit. Tubuhnya sudah hangat berkat secangkir kopi. Musim dingin dikota Seoul benar-benar menusuk hingga tulang. Ia menyeruput kopinya yang hampir habis, lalu menghembuskan napas pelan.

Kyungsoo sedikit menggigit bibirnya. Ia melirik Kai, tidak tahan harus diam seperti ini. Walaupun tidak begitu mengenal, tapi merekakan tahu satu sama lain? Kyungsoo hanya ingin sebuah percakapan singkat yang dapat memecahkan suasana. Tapi, sepertinya Kai tidak menunjukan tanda-tanda akan berbicara.

"Kopi mu sudah dingin." Ucap Kyungsoo akhirnya memecah kesunyian. Kai tersadar dari lamunannya dan sedikit menarik sudut bibirnya.

"Aku sudah tidak membutuhkannya." Balas Kai. Ia menatap Kyungsoo sejenak. Dan kembali pada salju diluar sana.

"Kau Kai kan?" tanya Kyungsoo pelan.

Kai mengangguk, lalu menatap Kyungsoo dalam, "Ya. Kyungsoo bukan? teman Baekhyun?" Tanya Kai balik. Kyungsoo terdiam sejenak. Ia menggeleng lemah, bibirnya tak lagi menarik senyum.

"Bukan. Aku bukan lagi temannya. Entah ia akan menganggapku apa." Kai menatapnya tak mengerti. Sorot matanya menyiratkan kesedihan yang tersimpan.

"Hm, apa yang terjadi?" tanya Kai pura-pura bodoh, perhatiannya kini tersedot pada Kyungsoo. Bahunya perlahan merosot. "Aku seperti munafik. Aku menyakiti hatinya."

Kai seakan membawanya ke dalam kejadian saat Baekhyun memutus persahabatannya. Air mata menitik begitu saja mewakili perasaannya. Kyungsoo tak punya banyak keberanian untuk meminta maaf pada Baekhyun. Ia takut bertemu dengan Baekhyun, Kyungsoo takut Baekhyun mengacuhkannya. Dia takut semuanya tidak akan pernah kembali sama seperti dulu.

"Apakah kau pikir menyukai seseorang adalah keajaiban baru dihidupmu, Kai?" tanya Kyungsoo dalam tangisnya. "Lalu bagaimana jika sahabatmu juga menyukainya? Apa salah aku hanya memikirkan perasaanku dan menghancurkan perasaan temanku?" Kai hanya diam sambil mencerna dengan baik, kata demi kata yang keluar dari bibir Kyungsoo.

"Aku mungkin manusia paling tidak berdaya. Aku mampu melakukan apa pun. Tapi aku tidak mampu mengulurkan tanganku untuk meminta maaf." Ucap Kyungsoo pilu. Ia ingat pertemanannya yang indah mendadak hancur tidak tersisa. Kyungsoo tidak tahu siapa yang salah. Tidak tahu siapa yang lebih egois. Ia menyukai Chanyeol dan Baekhyun pun menyukainya. Sebuah kebetulan yang seperti direncanakan untuk merusak persahabatannya. Pada Akhirnya ia mengakui perasaannya yang sebenarnya. Namun melakukan tindakan nyata tak semudah bicara. Kyungsoo tidak bisa menahan rasa sesak didadanya. Matanya basah. Air mata mengalir di pipinya.

Kai mengusap air mata yang jatuh lewat pipi Kyungsoo. Ia tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. Naluri membuatnya melakukan itu. Kyungsoo bergeming. Pandangan mereka terkunci. Ia terkejut dengan sentuhan Kai yang tiba-tiba.

Kai menatap Kyungsoo canggung. Tubuhnya kaku. Ada sensasi aneh yang bergejolak didada. Kai memandangi lekat Kyungsoo seakan dengan begitu ia bisa merasakan sakit itu juga. "Kau mungkin tidak berdaya." Kyungsoo menoleh saat Kai buka mulut. "Tapi kau tetap temannya. Ia pasti akan memaafkanmu." Ucapnya yakin.

Kyungsoo tersenyum tipis, lalu menarik mantelnya dan merapikan syal. "Aku harus pergi." Kyungsoo menghapus sisa air matanya dan bangun dari kursi. Segera Kyungsoo keluar dari kedai itu. Tangannya terkepal, suhu dingin yang menusuk kembali menyapanya. Kyungsoo menggigit bibirnya. Ia memegang pipinya yang masih terasa hangat. Kyungsoo menutup matanya lalu menghembuskan napas perlahan.

"Bodoh." Keluhnya sambil mengetuk kepalanya.

Mata Kai masih menangkap sosok Kyungsoo yang sedang berjalan ditengah salju. Ia tidak habis pikir dengan apa yang dia lakukan barusan. Tapi, Kai tahu dia tidak bisa melihat seseorang menangis didepannya.

"Ck. Dingin." Gerutu Kai ketika meminum kopinya. Ia lupa kopinya sudah dingin.

.

.

.

"Sekarang kau mau apa?" tanya Baekhyun sambil memanyunkan bibirnya. Tidak langsung menjawab, Chanyeol malah tersenyum.

"Ganti bajumu. Diluar akan sangat dingin." Ucap Chanyeol.

Baekhyun mengkerutkan alisnya bingung, "Apa? Kenapa aku harus ganti baju?" katanya tidak mengerti. Chanyeol menyilangkan tangannya malas.

"Ganti bajumu."

Baekhyun menggeleng, "Tidak, aku akan tetap disini. Sampai kau memberikan alasannya." Balasnya.

"Ganti bajumu."

"Tidak mau."

"Ganti bajumu."

"Tidak."

Chanyeol berubah kesal, "Ganti bajumu." Nada bicaranya berubah tinggi. Baekhyun masih saja menggeleng.

"Ganti bajumu." Ucapnya lagi dengan tatapan yang agak membunuh. Baekhyun berdecak kesal. Lalu membuang napasnya malas.

"Iya, iya aku akan ganti." Katanya menyerah. "Tunggu disini." Perintah Baekhyun sambil menutup pintu apartemennya. Chanyeol tersenyum geli. Dia hanya bercanda tadi.

Tak lama kemudian, Baekhyun kembali. Kini ia telah mengenakan coat berwarna abu tuanya dan hoodie di dalamnya dengan warna toska muda. Chanyeol tersenyum puas.

"Ayo." Ajaknya. "Kemana?" tanya Baekhyun. Dia sebenarnya senang saja Chanyeol mengajaknya pergi. Yang Baekhyun bingung dari Chanyeol adalah perubahan sikapnya. Ia benar-benar terlihat bukan seperti Chanyeol.

Chanyeol kembali tersenyum, "Mulai sekarang, akan aku perbaiki semuanya." Ucapnya yakin.

"Ha?" Baekhyun melongo. Orang ini kesetanan ya?

"Sudah, ayo cepat." Ajak Chanyeol sambil menggandeng tangan Baekhyun keluar apartemen.

Wajah Baekhyun langsung panas ketika Chanyeol memegang tangannya. Ia terkejut bukan main. Mendadak detak jantungnya jadi tidak beraturan.

Baekhyun melirik Chanyeol sekilas. Bibirnya tersenyum. Raut wajahnya nampak gembira. Kenapa bisa begini? Chanyeol berubah. Dia tidak lagi jijik memegang tangan Baekhyun. Apa Baekhyun sedang dipermainkan? atau sekedar bermimpi?

"Kita mau kemana?" tanya Baekhyun.

"Supermarket." Jawab Chanyeol santai. "Ha? Untuk apa?"

"Aku kan sudah bilang. Akan aku perbaiki semuanya." Katanya tanpa menatap wajah Baekhyun.

"Apa sih? Aku tidak mengerti." Keluh Baekhyun kesal. Chanyeol menghentikan langkahnya. Lalu menatap Baekhyun dan sedikit membungkukkan badannya agar sejajar dengan wajah Baekhyun.

"Aku akan memperbaiki semua kesalahanku kepadamu Baekhyun.. Dan Aku akan memulainya dari supermarket saat kita belanja dulu. Lalu kita pergi ke kedai ice cream dan tempat yang terakhir akan menjadi kejutan untuk mu." Jelas Chanyeol sambil mengusap rambut Baekhyun dan kembali menggandeng tangannya untuk kembali berjalan.

Baekhyun terkesiap. Ia memandangnya tanpa kedip. Pipinya pasti sudah memerah sekarang. Kenapa Chanyeol bersikap seperti ini kepada Baekhyun? Chanyeol mendadak baik kepadanya. Bukan baik lagi, ia sangat baik. Baekhyun menggigit bibirnya pelan ketika menyadari sesuatu yang berbeda.

Caranya berjalan, memandang Baekhyun dan caranya mengucapkan nama terdengar lebih lembut dari biasanya. Chanyeol tidak lagi memanggil Baekhyun dengan sebutan 'si bodoh'. Dia lebih banyak tersenyum. Kini langkah besarnya menyamai langkah kecil Baekhyun. Chanyeol tidak lagi berjalan lebih dulu dibanding Baekhyun. Kakinya yang besar menyesuaikan dengan langkah Baekhyun. Caranya memandang Baekhyun tidak seperti dulu. Chanyeol akan sedikit membungkuk untuk menyesuaikan tingginya. Baekhyun tidak perlu lagi menatap Chanyeol hingga lehernya sakit. Baekhyun tidak percaya semua ini. Seperti mimpi. Tapi ia harus menahan dirinya. Harus. Hatinya tidak boleh terluka lagi.

Setibanya di supermarket Baekhyun hanya ikut saja dengan apa yang dilakukan Chanyeol. Ia sebenarnya masih bingung. Walaupun sebenarnya hatinya sangat senang.

Sekarang Chanyeol memberhentikan trollinya di deretan susu. Ia mengambil beberapa kaleng susu dengan rasa strawberry.

"Untuk apa?" tanya Baekhyun. "Kau tidak butuh ini Chanyeol."

"Tapi kau butuh ini bukan?" kata Chanyeol balik bertanya. "Tunggu, bukan butuh. Kau suka ini kan? Kalau begitu aku akan membelikannya untukmu." Jelas Chanyeol sambil tersenyum. Baekhyun tak punya kata-kata untuk menjawabnya. Baekhyun sangat terkejut.

"Apa kau tidak ingin memanggilku jerapah lagi?" tanya Chanyeol santai. Baekhyun menaikan alisnya tidak percaya. Mungkin Chanyeol yang sekarang akan lebih banyak membuat Baekhyun bertanya dan terkejut.

Chanyeol tersenyum tipis, "Aku bercanda." Katanya sedikit tertawa. Baekhyun masih melamun, ia mengerjapkan mata tidak percaya dengan apa yang di lihat dan di dengar barusan. Terasa begitu cepat. Otaknya tidak bisa berpikir dengan jernih. Sebetulnya apa maksud Chanyeol berubah baik padanya?

Setelah selesai membeli beberapa kaleng susu. Chanyeol kembali menggandeng tangan Baekhyun. Dan tangan yang satunya menenteng kantung belanja yang berisi susu strawberry. Sekarang Ia ingin mengajaknya ke tempat wanita paruh baya yang menjual pernak pernik waktu itu.

"Ck. Sudah tidak jual lagi?" gerutu Chanyeol. "Apanya?" tanya Baekhyun.

"Perjual pernak pernik itu." Jawabnya kecewa. Baekhyun mencoba mengingat-ingatnya. Sebenarnya ia agak lupa sedikit. "Hmm.. iya." Timpal Baekhyun akhirnya setelah ingat.

Waktu itu Chanyeol membeli dua strap strawberry disini. Strap yang ditunjukan pada Kyungsoo bukan untuknya. Baekhyun ingat betul. Tapi waktu itu Baekhyun merebutnya dan langsung memasangkan strap itu di ponselnya. Tanpa Baekhyun menyadarinya, bibirnya membuat seulas senyum. Geli terhadap perlakuannya dulu.

"Ini sedang salju. Pasti wanita itu sedang istirahat, lagi pula sekarang sangat dingin. Aku pikir orang tua butuh kehangatan." Ucap Baekhyun membuat kesimpulannya sendiri. Tapi, Chanyeol mengiyakannya begitu saja.

"Kalau begitu, ayo makan ice cream." Seru Chanyeol.

"Dingin. Jangan." Cegah Baekhyun. "Lagi pula bukannya tutup? Aku pikir tidak ada yang ingin ice cream saat salju seperti ini."

"Ada." Jawab Chanyeol cepat. "Siapa?"

"Aku." Kata Chanyeol enteng. Baekhyun mendengus, "Kalau begitu kau saja."

Tanpa pikir panjang Chanyeol langsung menarik tangan Baekhyun agar berjalan disebelahnya. Biarkan saja, Baekhyun tidak ingin makan ice cream. Chanyeol tetap tidak peduli. Baekhyun sedikit memberontak tapi akhirnya pasrah juga. Percuma Chanyeol tidak akan mendengarkannya.

"Tutup juga?" keluh Chanyeol kesal. Seperti bertanya kepada dirinya sendiri. Baekhyun terkikik pelan. Jika sedang seperti ini Chanyeol terlihat lucu.

"Apa aku bilang, batu." Umpat Baekhyun.

Chanyeol melirik sebal ke arah Baekhyun, "Aku dengar itu Baekhyun." sahut Chanyeol tak terima. Baekhyun tertawa, "Bukan, aku bercanda." Katanya sambil menutup mulutnya masih tertawa. Entah kenapa wajahnya Chanyeol kali ini malah terlihat lucu. Ekspresinya saat kesal membuat Baekhyun tertawa. Belum lagi karena Chanyeol mendengar ucapannya tadi yang pelan. Ia lupa telinga Chanyeol kan besar? Hehe.

Chanyeol tersenyum. Ia senang Baekhyun bisa tertawa dengannya. Chanyeol janji, akan membuat Baekhyun terus tertawa didekatnya.

"Kita makan ini saja ya?" tanya Chanyeol setelah kembali dari mini market. Dia membeli sebuah ice cream cone rasa coklat strawberry.

"Hanya satu?" tanya Baekhyun balik. Ia pikir Chanyeol akan membelikannya juga, ternyata tidak. "Mana punyaku?" sahutnya kesal.

"Kita akan berbagi ice cream. Kau makan yang strawberry, aku coklatnya." Ucapnya sambil menggigit bagian coklat ice cream. "Tadi kau tidak mau ini kan?" tanya Chanyeol. "Baiklah kau hanya akan lihat aku makan saja." Goda Chanyeol. Baekhyun melotot. Kalau hanya melihat saja tanpa mencicipi Baekhyun juga pasti akan tergoda.

"Yak! aku berubah pikiran!" seru Baekhyun. Chanyeol malah tertawa melihat ekspresi Baekhyun yang menurutnya imut. "Kau.. Jangan buat aku menyerah padamu hahaha.." ucapnya sambil tertawa. Ia lalu menyodorkan ice creamnya ke hadapan Baekhyun.

"Mau." Rengek Baekhyun sambil merebut ice cream itu dari tangan Chanyeol. Baekhyun segera mengigit ice cream bagian strawberry miliknya.

Namun setelah Baekhyun menggigit ice creamnya. Wajah Chanyeol mengapa jadi terasa lebih dekat? Baekhyun jadi bingung. Ia jadi membayangkan hal yang tidak tidak. Mungkin sekarang Baekhyun rasa Chanyeol juga akan mendengar detak jantungnya. Chanyeol memajukan wajahnya. Kini mereka hanya terpaut beberapa cm. Ia menahan napasnya sejenak. Baekhyun semakin tak karuan saat mata Chanyeol menatap bibirnya yang basah karena ice cream.

Baekhyun buru-buru menutup matanya. Iya yakin, sebentar lagi Chanyeol pasti akan menciumnya. Ia menunggu dan lalu membuka matanya karena terlalu lama. Baekhyun mendengus saat mengetahui Chanyeol hanya menggigit ice cream yang ia pegang. Sial.

Harusnya Baekhyun memang jangan pernah berharap.

.

.

Cuaca Seoul semakin menusuk. Angin berhembus tidak membuat warga kota tersibuk di Korea selatan memberhentikan aktifitasnya. Kini Chanyeol dan Baekhyun tengah berjalan-jalan di Cheonggyecheon stream, tepatnya di jantung kota Seoul. Baekhyun tahu betul tempat ini, yang sering diberi julukan 'Wall of proposal' ditempat ini banyak orang menyatakan cintanya.

Lalu terlitas dibenaknya, 'apa yang akan Chanyeol lakukan di tempat ini?' hatinya kembali jumpalitan saat membayangkan yang tidak-tidak.

"Kenapa wajahmu begitu?" tanya Chanyeol. "Apanya?" kata Baekhyun panik sambil memegangi pipinya yang memanas. Seperti tersadar Baekhyun lalu menggelengkan kepalanya. Dan berkata dalam hati, 'tolong jangan berharap dan membayangkan yang tidak mungkin lagi Byun Baekhyun bodoh.'

Chanyeol pov

Sebenarnya aku sangat gugup sekarang. Belum pernah aku merasa setegang ini. Hari ini begitu dingin, tapi tetap saja aku berkeringat. Sungguh, aku benar-benar tegang.

Aku juga tidak tahu apa yang membuat aku membawa Baekhyun ke tempat romantis ini. Iya, kalian benar aku memang akan menyatakan cintaku disini. Tapi kenapa tempat ini jadi begitu ramai?

Baekhyun tersenyum ke arahku. Ku pandangi fitur wajah manisnya. Semburat merah timbul dikedua pipi Baekhyun. Hidung mungil, bibirnya yang senantiasa lembab dan berwarna merah muda sekarang menjadi sedikit pucat karena cuaca. Mata sipitnya yang seolah hanya akan memandangku. Aku kini yakin seratus persen. Aku jatuh cinta padanya. Tidak, Aku mencintaimu Byun Baekhyun. Kaulah si merah muda yang mampu mewarnai hatiku yang kelabu.

Aku menggenggam tangan mungilnya. Membuat jari-jari milikku masuk kesela jarinya. Kakiku terus berjalan membawa Baekhyun ke pinggir jembatan di atas sungai Cheonggyecheon. Sebentar lagi, Baekhyun akan menjadi milikku.

Aku melepas genggaman tanganku. Baekhyun menyandarkan tubuhnya ke pembatas jembatan, lalu menghirup udara dalam-dalam. "Aku pernah bermimpi untuk datang ke sini berdua dengan seseorang." Ucapnya lirih dan memandangku. "Kurasa menghirup udara ditengah kota tidak terlalu buruk. Cheonggyecheon memang selalu segar." Ku usap pucuk kepalanya. Ia sedikit terkejut lalu menarik senyum yang indah.

Lalu ku pegang kedua bahunya agar matanya menatap diriku secara penuh. Mata sipitnya terkejut seolah bertanya apa yang akan aku lakukan.

Chanyeol pov end

.

.

.

Baekhyun terus memandang lekat wajah Chanyeol di depannya. Jujur dia sedang bingung saat ini. "Mungkin kau tidak akan mengerti. Tapi, aku ingin kau mengerti kalau aku benar-benar mencintaimu." Kata Chanyeol lalu mengecup pipi Baekhyun. Sontak Baekhyun langsung mematung. Tubuhnya terasa kaku. Sensasi aneh kembali bergejolak di dadanya. Perutnya terasa seperti dimasuki kumpulan kupu-kupu. Baekhyun tidak tahu harus berkata apa. Dia masih terkejut dengan perlakuan Chanyeol barusan.

"Tunggu disini, aku akan segara kembali." Bisiknya. Lalu berlari meninggalkan Baekhyun yang masih terbengong-bengong. Baekhyun memegang kedua pipinya yang terasa hangat. Pasti sudah sangat merah sekarang pipinya. Ia mecubit lalu sesekali menampar pipinya, meyakinkan bahwa ini bukan mimpi. Tapi ini nyata Byun Baekhyun.

.

.

Tak lama, Chanyeol kembali dengan pengeras suara yang ia pegang. Ia tersenyum ke arah Baekhyun.

"Halo Byun Baekhyun! Ku pikir kau akan jadi orang yang beruntung hari ini di sungai Cheonggyecheon!" teriak Chanyeol ke pengeras suara sambil melambai Baekhyun. Sekarang ia hanya berjarak beberapa meter dari Baekhyun.

Chanyeol perlahan berjalan mendekat ke hadapan Baekhyun. Semua mata tertuju pada Chanyeol tidak mengerti apa yang pemuda itu akan lakukan. Baekhyun juga tidak tahu Chanyeol dapat dari mana pengeras suara itu. Seolah tersihir dengan pertunjukan yang dibuat Chanyeol, semua pengunjung yang menonton memberi jalan Chanyeol agar mempermudah mendekati Baekhyun. Ia tersenyum tanpa membuka mulutnya. Menatap Baekhyun fokus, seperti kamera yang akan membidik.

Ia menghembuskan napasnya, kemudian berlutut dihadapan Baekhyun. Tangannya menghadirkan sebucket bunga mawar putih yang disembunyikan dibalik punggung tegapnya.

"Byun Baekhyun, mimpi mu akan jadi nyata sekarang, aku akan mewujudkannya." Ucap Chanyeol masih dengan pengeras suaranya. Baekhyun terkejut. Matanya terpana menatap Chanyeol dihadapannya. Seperti mimpi. Sekarang semua orang di Cheonggyecheon sudah menonton mereka dan bersorak riuh.

.

.

"Byun Baekhyun, my heart beats a little faster when I see your smile and my smile shines a little bigger." katanya lambat-lambat.

" If I say I love you, can I keep you forever?" katanya perlahan. Dengan baik Baekhyun berusaha meresapi kata demi kata yang Chanyeol tuturkan.

"I'm your straw. And your my berry."

"Then, would you be my strawberry Byun Baekhyun?" Ucap Chanyeol yakin.

.

.

Angin musim dingin terasa membekukan. Baekhyun memandang Chanyeol tanpa kedip. Kakinya terpaku ditempatnya berdiri. Untuk beberapa saat Baekhyun tertegun, berusaha mencerna kalimat yang di ucapkan Chanyeol. Sebesit perasaan hangat mulai muncul mengalir didadanya. Seberapa jauh Baekhyun berusaha mempersiapkan diri, ia mendapati dirinya membeku juga jika dihadapkan pada kondisi semacam ini. Baekhyun tersenyum tipis. Pikiran nya seperti berperang. Baekhyun bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Sebenarnya, semua ini sudah terlambat Chanyeol. Baekhyun sudah terlalu banyak menerima perih dari sikapnya. Baekhyun menatap kedua manik mata Chanyeol. Berbohong pada orang yang ia sayangi adalah hal paling terakhir yang akan ia lakukan.

"I can't." jawabnya singkat. Kemudian segera Baekhyun bergerak mundur berlari menyeruak, meninggalkan kerumunan orang-orang yang menonton mereka. Air mata membendung dimatanya. Dadanya mendadak ngilu. Ia merasakan rasa sakit itu kembali. Air mata terus mengalir deras. Lukanya kembali terbuka. Pada akhirnya hatinya sakit lagi karena ulahnya.

.

.

Tubuh Chanyeol mematung. Ia tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Bunga yang dipegangnya terjatuh. Bahunya merosot lemas. Kini bibirnya tak menarik senyum lagi. Semua rencananya gagal. Hancur berantakan. Chanyeol tidak bisa menerima kenyataan pahit ini. Baekhyun pasti sudah melupakannya. Pergi dengan sikap dinginnya sudah cukup bagi Chanyeol bahwa Baekhyun tidak menerima cintanya. Ia sudah berada di tempat paling jauh dihati Baekhyun. Ia hanya menempati masa lalunya. Chanyeol tak lagi mampu menopang tubuhnya. Tubuhnya lemas, ia seperti tak mampu lagi menggerakan satu sistem saraf pun. Ia terjatuh, pandangan semakin buram oleh air mata yang mengumpul dimatanya. Chanyeol menatap tubuh Baekhyun yang perlahan menjadi kecil. Sorot matanya menyiratkan kesedihan.

Setetes air mata jatuh lagi.

Ia dengan cepat menghapus air matanya. Berdiri, bangkit lagi. Chanyeol tahu ia masih punya kesempatan walupun hanya seujung baku jari. Chanyeol berlari dan menggapai tangan Baekhyun dengan cepat. Baekhyun terkejut dan segera menoleh menatap wajah Chanyeol dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Lepaskan!" bentak Baekhyun. Chanyeol tak kunjung menjawabnya, ia masih terus menatap Baekhyun tajam. Dengan matanya yang basah dan napas nya yang tak karuan.

"Chanyeol! lepaskan tanganku!" Paksa Baekhyun lagi.

"Lepaskan!"

"Lepaskan Chanyeol!" rintih Baekhyun kesakitan.

"Diam!" Ucap Chanyeol tegas. Baekhyun tersentak kaget. Ia terpaku tidak pernah melihat Chanyeol seperti ini. Baekhyun menundukan wajahnya, ia terlalu takut untuk menatap Chanyeol saat ini. Ia takut melihat Chanyeol yang seperti ini. Ia seperti bukan Chanyeol yang baru saja ia temui tadi pagi. "Lepaskan Chanyeol.." Pinta Baekhyun lirih. Chanyeol malah memperkuat cengkraman nya pada tangan Baekhyun. Dan mengangkat kepala Baekhyun agar memandangnya.

"Ini sakit Chanyeol.. tanganku sakit.." ucap Baekhyun pelan, ia tidak sadar matanya mulai basah. Suaranya bergetar, pikirannya kusut.

"Chanyeol.. dengar, aku menolakmu. aku menolakmu. Apa kau tidak mengerti?" kata Baekhyun terisak sambil masih terus berusaha melepas genggaman tangan Chanyeol.

"Mungkin aku menangis. Aku memang sedih." Ucapnya perlahan disela tangisnya. "Tapi aku tidak menginginkan mu. Aku tidak mencintaimu." Jelas Baekhyun sesegukan. "Jadi lepaskan! aku tidak mencintaimu! mengertilah Chanyeol!" Ucap Baekhyun frustasi dengan Chanyeol yang masih menatapnya tajam.

"Kau bohong!" teriak Chanyeol. "Bohong!" Chanyeol melepas genggaman nya dan meraup wajah mungil Baekhyun, menatapnya dalam dengan penuh harap. Air mata senantiasa mengalir di pipinya. Tatapan matanya melunak perlahan berubah menjadi sendu yang memiliki ketegangan.

"Lihat aku Baekhyun! Tatap mataku! Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Harus berapa kali lagi aku ucapkan aku mencintaimu? Aku menginginkanmu! aku membutuhkanmu! aku tak peduli seberapa kali kau ucapkan kalau kau tidak mencintaiku." Jelas Chanyeol geram.

"Aku butuh kau. Tolong, cintai aku lagi.." pintanya memohon.

.

.

.

Buatlah jarak yang jauh antara kau dan masa lalu mu. Seperti menggenggam bara api. Jika kau genggam terlalu erat kau akan merasakan sakit. Masa lalu mu hanya akan menjelma menjadi kenangan yang mungkin kau tak akan pernah mengingatnya lagi.

.

.

.

Nada getir keluar dari bibirnya, keraguan kembali menyergapnya. "Kau... jangan sentuh aku.. lupakan aku.." Ucap Baekhyun terisak sambil berjalan mundur. Membuat jarak yang jauh dari Chanyeol. Dan pergi berlari dengan tangis yang masih menyesakan dadanya.

.

.

.

Chanyeol tertawa miris. Ia mengusap air matanya kasar.

"Kenapa aku harus melupakanmu, jika kau adalah sesuatu yang ingin ku ingat selalu?!" sahut Chanyeol berteriak pada Baekhyun yang masih bisa ia tangkap sosoknya. Baekhyun menghentikan langkah beratnya. Mengatur deru napasnya yang tersenggal-senggal. Jangan kembali. Jangan kembali. Ulang Baekhyun dalam hati.

Chanyeol membuang napas kasar. Ia tidak bisa mengatur pikirannya sekarang. Nyeri di dadanya terus menjalar ke semua tubuhnya.

Baekhyun memejamkan matanya berusaha memantapkan dirinya dan berlari sekuat yang ia bisa.

"Buat apa Tuhan ciptakan hati hanya untuk kau patahkan?!" teriak Chanyeol frustasi. Kejadian ini terlalu cepat hingga Chanyeol tak mampu berpikir. Ia terjatuh lagi. Menatap sosok Baekhyun yang perlahan hilang.

"Senang kau melihat aku seperti ini?!"

"Aku sangat menyedihkan Baekhyun!"

.

.

.

Samar-samar suara berat Chanyeol terdengar ditelinga Baekhyun. Tapi ia terus menutup kupingnya.

Bukan seperti yang kau pikirkan Chanyeol. Jangan pernah.

.

"Buat apa Tuhan ciptakan hati hanya untuk kau patahkan?!"

.

Kadang hatimu perlu patah, perlu terluka untuk tahu betapa berharganya hatimu untuk tidak terluka lagi.

.

.

.

Kupikir mereka sendirilah yang saling menyakiti hatinya. Tanpa pernah sadar telah membohongi perasaannya.

.

.

.

.

.

.

To be continued

Halo! /istigfar/ udah lama banget gilaaaak aku gak update. Sumpah aku sangat terharu ff ini masih terus lanjut review,fav, dan follow nya. aku gak tau gimana caranya minta maaf sama kalian yang masih setia nungguin ff bulukan ini. Intinya skrng aku udh update! Hehe. Aku seneng bgt bisa balik nulis lagi. Secara sma ternyata tugasnya banyak yah wkwk.

Btw kalo chap ini kurang memuaskan maaf ya. Aku udh lama gak ngetik jadi tuh kaya buat mikir kata-kata suka lemot gt. terus jadi kurang feelnya wkwk, Jadi kurang memuaskan juga kayanya. Terus nih aku mau bikin tebak-tebakan/?

Coba tebak kenapa baekhyun lari pas chanyeol nyatain cintanya:v pokoknya itulah tebak-tebakan nya wkwk. Yang bener kasih cipok dri kimjongin.G

Jawabnya gak jauh jauh dari chapter sebelum-sebelumnya.

Dan maaf kalo ini terlalu pendek. malah kayanya pendek bgt dr chap sebelumnya. oke, dan mau sedikit curhat:(((( gue kai biased. dan mungkin ini ff jd jelek ya? gue lagi kalut kawan. kai datingT_T jujur gue kaistal shipper tapi gue ngerasa kaya kehilangan bias gue wkwk. soalnya perhatian dia pasti udh penuh ya ke cewenya? lah gue ma apa atuh. Terus gue juga gatau sih ini berita bener apa ngga. tapi gue kecewa sama kai. Dibalik imajinasi gue yang kalo realnya itu si kai maniak dance gila dance gak tau nya pas yg dia cedera itu, bukan gara gara dance T_T tapi dia dapetin luka itu pas main ski sama sojung. akkkkkkk:""" gak kuat pls. Terus ada lagiiii yg rumornya mereka dihotel? astaga. udahlah yg dihotel parah gitu nyesek bahasnya:" duuuuh maap ya jd gak jelas curhat gini wkwkwkwkw.

Ok!

BIG THANKS BGT TO MY READERS! LAF BGT! THANK FOR ALWAYS WAITING THE NEW CHAPTER OF MY FANFICT!

DON'T FORGET TO REVIEW, FAV AND FOLLOW!

THANKYOU~