Angin berhembus kencang menerpa dan melayangkan helaian panjang, rambut hitam milik seorang wanita dengan warna iris mata merah pekat seperti darah. Mata merahnya menatap dingin orang-orang berbaju hitam yang kini berdiri didepannya sembil menyandra seorang gadis kecil berusia sepuluh tahun dan memliki rambut indigo.

"Lepaskan aku paman." gadis itu terus merontah karena kedua tangannya digenggam erat hingga merah.

"Lepaskan anak itu." ucap wanita bermata merah dingin tanpa ekspresi.

"Berikan aku data-data sejata nuklir itu maka akan aku bebaskan anak ini kalau tidak..."

"Kalau tidak, kau akan menjatuhkan anak itu dari atas gedung ini?" potong wanita itu cepat sedangkan gadis kecil membelalakan kedua matanya terkejut kemudian ia semakin meronta untuk dilepaskan.

"Percayalah padaku kau tidak akan mendapatkan apapun meski kau meleparkan anak itu." katanya lagi membuat para pria itu menggeram kesal.

"Tenanglah Himawari." ujarnya tegas dan gadis bernama Himawari itu terdiam dan berhenti memberontak. "Bibi." ucapnya pelan.

"Ada darah Namikaze yang mengalir di dalam tubuh mu Hima dan Namikaze tidak mengenal rasa takut dan sakit." ujar wanita itu dingin namun terkesan tegas. "Aku yakin kau bisa."

Ketiga pria berbaju hitam itu terdiam dan salah satu dari mereka mencengkram erat pergelangan tangan Himawari. Himawari terdiam dengan menundukkan kepalanya.

"Kalian menyakitiku!" desis Himawari kesal dan membuat ketiga pria itu mendengus geli.

"Kau gadis kecil bisa apa hah?!" bentak pria yang mencengkram pergelangan tangan Himawari.

"Kau tahu, setiap minggu aku dan ibu selalu pergi kesalon untuk spa dan spa ku cukup mahal untuk memperhalus kulitku dan kau melukai tanganku." gerutu Himawari kesal dan ketiga pria itu tertawa keras.

"Tak ku sangka kau cukup sombong juga ya bocah apalagi bibi mu itu, dasar wanita berdarah kotor!"

"Berani sekali kau menghina bibiku!" teriak Himawari kesal sedangkan wanita bermata merah hanya berdiri diam.

Himawari membuka mulutnya lebar dan memperlihatkan kedua taringnya yang cukup tajam dan menggigit keras tangan pria yang mencengkarm erat pergelangan tangannya.

"Aakh!" pria itu meringis kesakitan dan kedua temannya hendak meraih tubuh Himawari sedangkan Himawaris sendiri setelah bebas dari cengkaraman pria berambut biru. Ia pun menendang dengkul pria itu dengan keras lalu salto kebelakang kearah bibinya.

"Bagus."

"Ayo bibi kita habisi mereka dan kita jatuhkan mereka dari atas gedung ini." mendengar perkataan keponakkannya itu wanita dengan warna rambut hitam itu menyeringai tipis.

"Tidak kau tidak boleh belajar kata 'membunuh' karena ayah mu akan murka. Kita hajar saja mereka."

Himawari mendengus kesal lalu mengangguk setuju. "Baiklah bibi." setelah mendengar ucapan itu keluar dari mulut Himawari. Wanita itu dengan cepat bergerak dan langsung menghajar ketiga pria itu.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

LavenderKu

.

.

.

.

.

.

By

Mitsuki HimeChan

.

.

.

.

.

.

.

.

Baturaja, 17 April 2016

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Epilog

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Meski usianya kini telah menginjak 31 tahun namun wajah Naruto masih terlihat muda malah semakin terlihat berkharisma dan mempesona bahkan begitu banyak wanita-wanita cantik yang tergila-gila padanya meski ia sudah berstatus suami alias milik orang.

Naruto baru saja selesai menghadiri rapat dengan para dewan direksi yang ada di Jerman dan sekarang ia sedang berjalan diarea bandara untuk kembali ke Jepang. Ponselnya bergetar dan melihat nama Yuura yang sedang menelponnya. Digesernya tombol dial dan mengangkat telpon tersebut.

"Papa ini Himawari, ponsel ku tadi jatuh dan rusak jadi aku memakai ponsel bibi Yuura, papa dimana? Acara untuk malam ini jadikan pa?"

Naruto tersenyum tipis mendengarnya. "Tentu saja sayang dan papa akan segara pulang jadi jangan khawatir." kata Naruto. Dari sebrang sana Himawari tersenyum puas. "Aku tunggu pa!"

.

.

.

.

.

.

.

.

Hinata terus mencatat apa saja yang mungkin kurang dan beberapa kali ia menegur orang-orang yang salah menempatkan barang-barang. Beberapa pria tampak sibuk menaruh sofa didepan panggung yang disaamping layar lebar untuk menampilkan vidio nanti pada saat acara berlangsung.

"Hinata semuanya sudah selesai?" tanya Matsuri yang baru saja datang dari luar ruangan.

"Lampu sudah beres, sofa sudah, meja, bangku penonton sudah dan..." jawab Hinata seraya menulis cklist dikertas.

"Hooo baguslah, Gaara akan memberi mu gaji yang banyak setelah ini." seru Matsuri dan Hinata tertawa kecil mendengarnya.

"Aku sangat berharap akan hal itu dan setelah itu aku dan suami serta anak-anak ku akan berlibur ke Bali." canda Hinata.

"Oke oke sip deh." Matsuri mengacungkan jempolnya dan mereka tertawa bersama.

"Hinata!" panggil Sakura dari balik pintu masuk dan Hinata menoleh langsung. "Ada apa Sakura?" tanya Hinata.

"Himawari sedikit terluka saat main film bersama dengan Yugao tadi." kata Sakura.

"Kok bisa? Lalu bagaimana dengan keadaannya?" tanya Hinata bingung dan khawatir.

"Ck mereka itu main film action Hinata jadi wajar hanya luka sedikit luka gores tapi sudah diobati kau tenang saja." jawab Sakura dan Hinata menghela nafas lega. "Syukurlah."

"Oh ya semua poster sudah kita tempel dan tiket sudah terjual habis." kata Sakura.

"Sip!"

"Oke kita siapkan vidio behind the Scane." kata Matsuri.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Naruto baru saja tiba di Jepang dan langsung menuju mansionnya untuk bersiap-siap menghadiri sebuah acara setelah sampai dirumah ia melihat kedua anaknya sedang main kejar-kejaran dengan para pelayan yang ingin memandikan mereka.

"Tadaima!" seru Naruto dengan lantang dan kedua anak langsung menoleh dan melihat papa mereka sudah pulang.

"Papa!" seru Boruto dan Himawari bersamaan dan langsung berlari memeluk Naruto yang baru saja pulang.

"Gomenasai Naruto-sama." kata dua maid dan membungkukkan badan.

"Tidak apa dan Hima-chan, Boru-kun. Sekarang kalian mandi apalagi ini sudah jam lima sore dan acara kita jam enam sore ini jadi..."

"Oke papa!" potong mereka bersamaan dan langsung menarik lengan maid masing-masing.

"Naruto-kun." ucap Hinata pelan yang baru saja pulang dari kerja. "Hinata, bagaimana dengan persiapannya?" tanya Naruto dan langsung bangkit.

"Sempurna." jawab Hinata. Mereka sama-sama tersenyum dan terkikik geli lalu bersama-sama berjalan menuju kamar mereka.

"Bagaimana dengan Jerman?" tanya Hinata.

"Seperti biasa." jawab Naruto.

"Kabar tou-san, kaa-san, Menma-nii, dan Naruko. Bagaimana?" tanya Hinata lagi.

"Mereka semua sehat Hinata dan oh ya bagaimana dengan tou-san mu?"

"Setelah operasi usus buntu kemarin ayah baik-baik saja."

"Syukurlah."

"Naruto-kun sebaiknya kau mandi dan aku akan siapkan makan karena sebelum pergi ada baiknya kita makan terlebih dahulu."

"Hm kita mandi beruda yuk sayang dan biar pelayan saya yang menyiapkan makanan."

"Jangan mesum Naruto-kun dan sebaiknya kau mandi sana."

Naruto terkekeh geli mendengarnya dan pada saat Hinata lengah ini menggendong Hinata layaknya karung beras dan membawa Hinata masuk kedalam kamar tak peduli dengan gerakkan istrinya yang terus memberontak.

"Kak Boru, mesum itu apa?" tanya Himawari kepada Boruto. Mereka tidak mengikuti maidnya tadi melainkan mengikuti papa dan mama mereka secara sembunyi.

"Kakak tidak tahu Hima."

"Papa kok gendong mama kayak gitu? Apa papa gak bisa gendong kayak mama gendong kita?"

"Udah ah Hima aku mau mandi dan aku tidak tahu kan aku masih kecil." gerutu Buroto kesal. Himawari mengerucutkan bibirnya dan pergi meninggalkan kakaknya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Behind The Scane

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Di dalam kamar Naruto membuka jasnya kemudian merebahkan tubuh nya di kasur.

"Hmm" gumam nya. Hinata duduk dipinggir kasur dengan malu dan gugup.

"Aku ingin menyentuh mu sampai kau setiap hari, tidur bersama mu, memeluk mu dan mencium mu." ujar Naruto mengerti akan keadaan Hinata.

"Eh? Naruto-kun kau salah dialog." ujar Hinata tak percaya dan menatap blue sapphire Naruto.

"Iya.." ujar Naruto meyakinkan.

"Di rumah ini banyak pelayan dan pembantu, kau tak perlu repot dalam mengurus rumah." ujar Naruto.

"I-iya Naruto-kun." sahut Hinata mengerti.

"Aku mau tidur, aku lelah karena semalaman aku lembur hanya karena demi beberapa hari ini agar dapat libur dan menghabiskan waktu bersama mu." ujar Naruto menjelaskan dan menutup kedua matanya.

"Naruto-kun kau salah dialog." cicit Hinata.

"CUT!"

"Naruto yang serius dong! Aku tahu kau dan Hinata sudah menikah tapi jangan bawa sampe sini dong!" seru Mitsuki.

"Oke ulang saja fix."

.

.

.

.

"And Action!"

Di dalam kamar Naruto membuka jasnya kemudian merebahkan tubuh nya di kasur.

"Hmm" gumam nya.
Hinata duduk dipinggir kasur dengan malu dan gugup.

"Aku tak akan menyentuh mu sampai kau tamat kuliah tapi izinkan aku untuk setiap hari tidur bersama mu, memeluk mu dan mencium mu." ujar Naruto mengerti akan keadaan Hinata.

"Eh?" ujar Hinata tak percaya dan menatap blue sapphire Naruto.

"Iya.." ujar Naruto meyakinkan.

"Di rumah ini banyak pelayan dan pembantu, kau tak perlu repot dalam mengurus rumah." ujar Naruto.

"I-iya Naruto-kun." sahut Hinata mengerti.

"Aku mau tidur, aku lelah karena semalaman aku lembur hanya karena demi beberapa hari ini agar dapat libur setelah kita menikah,,," ujar Naruto menjelaskan dan menutup kedua matanya menuju alam mimpi.

Hinata mengangguk mengerti dan tersenyum melihat wajah Naruto yang tertidur tenang dan damai.

[Chapters 2]

.

.

.

.

.

.

.

.

Pukul 05.30 pagi Hinata terbangun dari tidurnya dan mendapati Naruto tidur disamping nya.

"Naruto-kun bangun sudah pagi." ujar Hinata sambil menggoyangkan pelan tubuh Naruto.

"Mmmmm masihh pagi Hinataa.." gumam Naruto dan membalikkan tubuhnya memunggungi Hinata.

"Nanti aku masak untuk mu,, kau bangun dan mandi." ujar Hinata.

"Aku ngantuk.." gumam Naruto.

"Oh yaaa?" ujar Hinata menyeringai licik.

"Yaaaa ahahaha.. Hinata hentikan.." teriak Naruto histeri mengetahui Hinata menggelitikinya dengan jari lentiknya.

"Ahaha kau lucu Naruto-kun." ujar Hinata dan masih menggelitiki Naruto.

"Ahahaha awas kau.." ujar Naruto menyeringai dan dengan cepat menarik Hinata dalam pelukkan nya dan berguling kebawah menyebabkan Hinata kini berada dibawahnya.

"Beraninya kau ya!" ujar Naruto.

"Ma-maaf." ujar Hinata takut Naruto akan marah.

Naruto memegang kedua lengan Hinata dan menaruhnya di atas kepala Hinata dan sekarang tangan kirinya yang memegan kedua tangan Hinata.
Kakinya menindih kaki Hinata agar tidak dapat bergerak.

"Akan ku balas." Naruto menyeringai dan mulai menggelitiki Hinata dengan tangan kanannya.

"Ahahaha Naruto hentikan geli ahaahaha.." Hinata menggeliat tak karuan tapi tak bisa lepas karena Naruto mengurungnya.

"Ini pembalasan." ujar Naruto dan menggelitik perut dan pinggang Hinata.

"Ampun Naruto-kun hahahaha.."
Naruto menghentikan tangannya dan menatap amethyst Hinata lekat dan membiarkan gadis yang berada dibawahnya untuk mengatur napas.

"Kau curang kau mengurungku!" oceh Hinata sedangkan Naruto hanya tersenyum mendengarnya.

Perlahan Naruto mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Hinata lembut.
jantung baru Hinata berdetak cepat dan wajahnya berubah waarna menjadi merah, Hinata hanya pasrah dan menutup matanya dan membiarkan Naruto menciumnya.
Naruto menggigit bibir bawah Hinata lembut.
Hinata membuka mulutnya dan lidah Naruto langsung masuk dan membiarkan Naruto mencicipi mulut dan lidahnya.

"Hmmmp.." desah Hinata. Kalau saja Naruto tidak membuat janji itu pasti sekarang Hinata akan menjadi santapannya pagi ini tapi ia tau ia tak boleh melanggar janjinya karena itu bukan prinsipnya.

"Mmmmmp...pes.. ..."

"CUT!"

"Yak! Kalian pikir ini fanfic lemon! Oy ciumannya bentar aja neng!" seru Mitsuki prustasi.

.

.

.

"Action!"

Pukul 05.30 pagi Hinata terbangun dari tidurnya dan mendapati Naruto tidur disamping nya.

"Naruto-kun bangun sudah pagi." ujar Hinata sambil menggoyangkan pelan tubuh Naruto.

"Mmmmm masihh pagi Hinataa.." gumam Naruto dan membalikkan tubuhnya memunggungi Hinata.

"Nanti aku masak untuk mu,, kau bangun dan mandi." ujar Hinata.

"Aku ngantuk.." gumam Naruto.

"Oh yaaa?" ujar Hinata menyeringai licik.

"Yaaaa ahahaha.. Hinata hentikan.." teriak Naruto histeri mengetahui Hinata menggelitikinya dengan jari lentiknya.

"Ahaha kau lucu Naruto-kun." ujar Hinata dan masih menggelitiki Naruto.

"Ahahaha awas kau.." ujar Naruto menyeringai dan dengan cepat menarik Hinata dalam pelukkan nya dan berguling kebawah menyebabkan Hinata kini berada dibawahnya.

"Beraninya kau ya!" ujar Naruto.

"Ma-maaf." ujar Hinata takut Naruto akan marah.

Naruto memegang kedua lengan Hinata dan menaruhnya di atas kepala Hinata dan sekarang tangan kirinya yang memegan kedua tangan Hinata.
Kakinya menindih kaki Hinata agar tidak dapat bergerak.

"Akan ku balas." Naruto menyeringai dan mulai menggelitiki Hinata dengan tangan kanannya.

"Ahahaha Naruto hentikan geli ahaahaha.." Hinata menggeliat tak karuan tapi tak bisa lepas karena Naruto mengurungnya.

"Ini pembalasan." ujar Naruto dan menggelitik perut dan pinggang Hinata.

"Ampun Naruto-kun hahahaha.."
Naruto menghentikan tangannya dan menatap amethyst Hinata lekat dan membiarkan gadis yang berada dibawahnya untuk mengatur napas.

"Kau curang kau mengurungku!" oceh Hinata sedangkan Naruto hanya tersenyum mendengarnya.

Perlahan Naruto mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Hinata lembut.
jantung baru Hinata berdetak cepat dan wajahnya berubah waarna menjadi merah, Hinata hanya pasrah dan menutup matanya dan membiarkan Naruto menciumnya.
Naruto menggigit bibir bawah Hinata lembut.
Hinata membuka mulutnya dan lidah Naruto langsung masuk dan membiarkan Naruto mencicipi mulut dan lidahnya.

"Hmmmp.." desah Hinata. Kalau saja Naruto tidak membuat janji itu pasti sekarang Hinata akan menjadi santapannya pagi ini tapi ia tau ia tak boleh melanggar janjinya karena itu bukan prinsipnya.

Naruto melepas ciuaman nya dan menjilati bibir Hinata yang basar karena saliva mereka yang bercampur.

"Aku mau mandi dan kau siapkan pakaian ku dan kau bilangkan akan membuatkan ku sarapan.." ujar Naruto.

"Iya Naruto-kun." ujar Hinata mengerti.

Naruto tersenyum mendengarnya dan melepaskan Hinata dan beranjak turun dari tempat tidur menuju kamar mandi.

"CUT!"

"Oke bagus!"

[Chapters 2]

.

.

.

.

.

.

.

.

Hinata selama ujian kita menginap dirumah mu yaaa." ujar Sakura.

"Dirumah ku?" tanya Hinata.

"Iya benar.." timpal Ino.

"Bukankah itu kebiasaan kita setiap ujian agar dapat belajar bersama." ujar Sasuke.

'Bagaimana ini.' pikir Hinata bingung.
Sementara Hinata berpikir keras mencari ide. Gaara terus memperhatikan tingkah nya tanpa ia ketahui.

'Ayah dan ibu sedang didesa menjenguk paman yang sakit, pasti rumah dikunci kalau dirumah ku yang sekarang... Naruto-kun selalu pulang jam delapan malam hmmm baiklah.' pikir Hinata penuh keyakinan.

"Baiklah tapi tidak menginap." ujar Hinata.

"Kenapa?" tanya Gaara.

"Gapapa sih.." jawab Hinata.

"Tak apalah." ujar Ino.

"Minggu depan kita libur karena guru meminta kita untuk mempersiapkan diri untuk ujian." ujar Sakura.

"Bagaimana kalau kita berlibur berlibur bersama?" ajak Ino.

"Kita diminta belajar bukan berlibur." ketus Sai.

"Hehehe.." Ino tertawa kecil mendengar penuturan Sai yang ketus.

"Dimana rumah mu Hinata?" tanya Gaara.

"Namikaze Mansion." jawab Hinata.

Semua terdiam mendengar alamat rumah Hinata dan Hinata menatap bingung teman-temannya.

"Kenapa?" tanyanya tak mengerti.

"Sejak kapan kau tinggal di Namikaze Mansion kau kan Hyuuga,, Hinata." ujar Sasuke.

"Sejak sembilan tahun yang lalu saat Naruto-kun menikahiku." jawab Hinata enteng.

*Mitsuki depresi dan membenturkan kepala ketembok.* "Salah dialog coeg!"

[Chapters 3]

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Meraka hanya duduk di kursi yang telah disediakan sambil menunggu Hinata dan memakan ice cream dan Hinata langsung berlari menghampiri badut kucing yang ramai dan tengah menjual boneka kucing.

"Ayo beli." seru badut kucing.

"Aku mau beli." seru Hinata diantara kerumunan anak-anak.

"Ayo nona kemarilah akan ku tunjukkan tempat yang lebih banyak boneka." seru Deidara yang memakai kostum kucing.

"Baiklah." seru Hinata dan mengikuti Deidara dari belakang.

Setelah lama berjalan dan menjauh dari keramaian, Hidan langsung melakukan tugasnya.

"Mmmmphh.." Hinata terkejut setelah ada orang yang memeluknya dari belakang dan menutup mulutnya.

"Mmmmp.." Hinata memberontak namun kekuatannya tak kuat.

Deidara menutup mulut Hinata dengan mengikat kain di mulutnya lalu mengikat kedua tangan dan kaki Hinata.

"Hiks..hiks ummpph.." isak Hinata ketakutan.

"Ayo Hidan bawa dia kerumah hantu." ujar Deidara.

'Rumah hantu.' batin Hinata ketakutan.

"Ummpp." Hinata memberontak ketakutan ia takut hantu.

Hidan menggendongnya dipundak seperti menggendong karung beras.

Karena kereta yang ada di rumah hantu rusak dan akhirnya kosong tidak ada pengunjung.

Hinata di dudukkan di kursi kereta dan kereta pun berjalan sedikit-sedikit dan berhenti di tengah-tengah ruangan.

Deidara menyalakan efek suara dan boneka menyebabkan terdengar suara hantu dan boneka-boneka hantu muncul dihadapan Hinata.

"Mmmmmpp." Hinata mau berteriak namun tak bisa ia hanya mampu menutup matanya erat dan menangis.

"Uuummm hiks hiks mmmmp..." Hinata menangis sekuatnya namun suaranya tertahan.

"Hihihihihihih,,,,,," suara hantu terdengar dan boneka hantu mulai berterbangan di depan Hinata dan Hinata hanya mampu menutup matanya dan terus menangis.

"Semoga Namikaze itu akan menyelamatkan mu hahahahaha,,"

"CUT!"

"Yak bagus!"

"..."

"Apa?!" tanya Hidan watados melihat Naruto yang saat ini dipenuhi aura gelap nan mematikan.

"Nantikan aku di epesode 6 khehehe..." Hidan bergidik nengri melihat aura yang keluar dari tubuh Naruto.

[Chapters 4]

.

.

.

.

.

.

.

.

"Mobil yang kendarai nanti berhenti di 100 meter dari sini lalu kau dan Hinata akan digantikan dengan pemeran pengganti." ucap kru kepada Yuura.

"Aku mengerti." Yuura mengangguk.

"Pak mobil bekas buat adegan pengeboman sudah ada!"

"Oke sip!"

.

.

.

Mobil mulai berjalan melewati jalan sepi dan disisi jalan terdapat jurang yang tidak terlalu dalam, ini karena perumahan Hyuuga dapat di katagorikan jauh dari pusat kota dan masih seperti pedesaan.

Ciiitt!

Yuura menginjak rem mobil dengan kuat setelah melihat ada mobil yang berhenti dan melintang dijalan yang mau ia lewati.

Orang-orang berpakaian hitam keluar dari mobil mereka dan berjalan mendekati mobil Yuura.

"Nona kencangan kan sabuk pengaman anda, kita akan ngebut,," Seru Yuura dan mulai mengendari mobil dengan cepat dan ingin menabrak orang-orang itu.

"Kau gila Yuura mereka bisa mati!" Teriak Hinata melihat mobil yang ia naiki mau menabrak orang-orang itu.

"Mereka akan membunuh kita jaki kita tidak membunuh mereka." Sahut Yuura tenang.

Orang-orang itu langsung lari menghindari mobil Yuura, melihat kesempatan ini Yuura makin mempercepat laju mobilnya dan meninggalakan tempat itu.

"Kenapa mereka mau membunuh kita? memangnya apa salah kita?" Tanya Hinata ketakutan.

"Nona, apa anda bisa pindah kedepan dan duduk disampingku?" Pinta Yuura sambil terus memperhatikan jalanan dari kaca spion mobil berharap orang-orang tadi tidak mengikuti mereka.

"Apa?"

"Cepatlah nona!" Teriak Yuura.

"Ba-baiklah.." ujar Hinata dan melepas sabuk pengamannya dan berusaha pindah kedepan di samping Yuura.

Melihat Hinata yang mulai berusaha pindah, Yuura memelankan laju mobilnya dan setelah Hinata duduk, Yuura kembali mempercepat laju mobilnya.

"Jangan pakai sabuk pengaman anda nona."

"Kenapa?"

"Saya harap kepada anda nona turuti semua printah ku dan jangan bertanya!" Ujar Yuura kesal.

Hinata terdiam dan hanya mampu mengikuti printah Yuura saat ini.

"Merunduk!" printah Yuura.

Hinata mngerti dan merunduk dan tak lama kemudian terdengar bunyi suara tembakkan dan peluru itu melesat dan memecahkan kaca mobil Yuura.

Dorr! Dorr! Dorr!

Yuura mengeluarkan pistolnya dan menembakki mobil yang mengikutinya sambil terus menyetir. Hinata hanya mampu menutup kedua telinganya sambil terus merunduk.

Kini baik mobil Yuura maupun mobil dibelakang sama-sama mengalami kerusakkan di berbagai body hingga mobil mewah milik Yuura benar-benar rusak parah.

Dorr! Dorr! Dorr!

Mata Yuura membulat seketika setelah melihat seseorang dari mereka memegang sebuah granat dan hendak melemparkannya.

Yuura segerah melepas sabuk pengaman nya dan membuka pintu disamping Hinata, saat granat itu di lempar, Yuura meminggirkan mobilnya kearah pembatas jalan yang tidak terlalu tinggi, setelah itu memeluk tubuh Hinata dan keluar dari mobil dengan cara melompat kearah jurang.

Boomm! Cetaarr!

Mobil Yuura meledak seketika dan hancur menjadi potongan-potongan besi.

Dan melihat mobil dihadapan mereka hancur, mereka langsung memutar arah dan pergi meninggalkan mobil itu yang terbakar sempurna.

Tepat di jurang tubuh Yuura beguling jatuh kebawah sambil memeluk tubuh Hinata erat dan melindungi kepala Hinata dengan tangan kanan nya.

Bruukk!

Tubuh Yuura terhempas ketanah dan kepalanya hampir mengenai batu yang cukup besar dipinggir sungai yang mulai membeku.

Hinata mulai bangkit dan melepas pelukkan Yuura, dilihatnya tubuh Yuura terluka parah karena jatuh kejurang dan melindunginya.

"Yuura kau tidak apa?" Hinata menyentuh lengan Yuura yang terluka.

"Nona tidak apa?" Tanya Yuura dan membuka kedua matanya.

"Iya,, tapi kau terluka parah."

Yuura bangun dan terduduk dihadapan Hinata sambil melihat jumlah luka di tubuhnya, yah cukup parah pikirnya kemudian berdiri tegap.

Hinata juga ikut berdiri dan melihat keadaan sekitar dan matanya tertuju di atas tebing mobil Yuura terbakar.

"Ayo nona kita pergi dari sini." Ujar Yuura dan berjalan kedepan.

"Kita tidak bisa keatas karena mungkin saja mereka memasang jebakkan." Sambungnya.

"Iya." Hinata mengangguk mengerti dan mengikuti langkah kaki Yuura.

Tubuh Hinata menggigil kedinginan dan terus berjalan mengikuti Yuura.

Hari semakin gelap dan dingin namun Yuura terus melanjutkan perjalanan.

[Chapters 5]

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Aaaaaakh!" Hidan berteriak kuat setelah pisau lipat milik Yuura bermain dilengan nya dan menorehkan luka yang cukup dalam.

"LEPASKAN AKUU!" Teriaknya kesakitan.

"Hahahaha bukannya kau pernah melakukan ini kepada Yuuto huum? Sekarang kau harus merasakannya jugaaa." Seru Yuura bersemangat dan membelay pipi kanan Hidan dengan pisau nya yang ternodai oleh darah.

"Singkirkan pisau itu!" Ucapnya tajam.

Yuura tersenyum mendengarnya kemudian menekan ujung pisau diwajah Hidan dan menariknya pelan kebawah dagu.

"Aaaaa!" Teriaknya.

"Dimana Pain? Huum.."
Hidan kembali teringat akan kejadian lima tahun yang lalu, ia pernah menyiksa Yuuto seperti yang dilakukan Yuura saat ini kepadanya dan ia baru sadar rasanya sungguh menyakitkan.

"Sumpah deh Yuura kamu kayak piskopat, cut bentar dong aku mau muntah liat ni cairan kayak darah beneran." Yuura mendengus mendengar ucapan Hidan.

"Aku sih cantik piskopat." kata Yuura.

"Aish jari-jari palsu itu akan masuk kedalam mulut hoeeeekk..." ujar Hidan memasang wajah jijik.

Mitsuki : Nikmati peran mu *smirk

[Chapters 6]

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Yuura membuka perban ditangan Naruto lalu dengan beberapa alat operasi yang ia miliki Yuura berusaha mengeluarkan peluru yang ada didalam lengan Naruto.
Sakura terkejut dan takut melihat Yuura yang mengeluarkan peluru dari lengan Naruto dan darah pun mengalir begitu saja tanpa henti.

"Yuura, kau yakin bisa melakukannya?" Tanya Ino yang ngeri melihatnya.

"Aku mahasiswi tamattan ilmu kedokteran disalah satu universitas ternama di Eropa." Jawab Yuura dan berhasil mengeluarkan peluru lalu menaruhnya di atas meja yang berlumuran darah.

"Apa nama universitasnya?" tanya Ino.

"Mitsuki, apa nama universitasnya?"

"Universitas abal-abal."

"Oke fik Naruto akan menemui ajalnya."

"Bagus!"

"Huaaa jangan dong Naruto-kun adalah suamiku."

"Hinata tenanglah ini hanya akting saja, aku tidak akan meninggalkan mu."

"Kyaaa Naruto-kun sadar!"

[Chapters 8]

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Drrrt.. Drrrt..

Yuura merasakan bahwa ponselnya didalam sakut mantelnya bergetar dan ia pun mengeluarkan ponsel canggihnya.

Itachi-sama no baka.

Nama itu tertera diponselnya dengan segerah ia mengangkat telpon dari Itachi.

"Ya?" Ujar Yuura.

'Naruto ada dirumah ku dan keadaan nya cukup buruk.'

"Kenapa ada dirumah mu?" Tanya Yuura dan melirik keadaan Hinata yang kini juga dalam keadaan tidak baik.

'Aku tidak tau tapi kurasa Naruto demam tubuhnya sangat panas tadi sudah kupanggilkan dokter pribadi ku katanya Naruto kini cukup sters dan kata dokter Naruto uummm..'

"Apa?" Tanya Yuura cukup penasaran mendengar suara Itachi yang bergumam bingung mau menjelaskan apa.

'Naruto diketahui baru saja melakukan hubungan intim kata dokter.'

Mitsuki : Dasar dokter peak! Oy dokter mana yang kalian pilih buat main di fanficku hah?! Masa tu dokter jujur amat! *Kru kabur!

[Chapters 11]

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Hinata." Panggil Gaara dan menggengam erat kedua tangan Hinata dan menatap sepasang mata amethyst dihadapannya dengan intens.

Hinata sedikit risih dan berusaha melepaskan tangan Gaara yang menggengam tangannya namun semakin Hinata berusaha melepaskan tangannya, genggaman Gaara semakin kuat dan erat.
"Lepaskan tangan ku Gaara." Kata Hinata mencicit pelan.
"Kenapa? Apa kau tidak suka?" Tanya Gaara penuh harap.

Tak jauh Naruto, Sakura, dan Matsuri baru saja sampai dan melihat Gaara menggengam erat telapak tangan Hinata.
Emosi Naruto semakin naik melihatnya dan mengepal tangannya siap menghajar Gaara.

"Gaara-kun." Cicit Matsuri pelan dan menutup mulutnya dengan tangannya dan mengalihkan penglihatannya melihat sepasang blue sapphire disampingnya berkilat emosi dan wajah tampan itu semakin pucat.

"Sialan dia menyentuh bunganku!" geram Naruto yang melihat adegan Gaara dan Hinata.

"Mitsuki, jangan bikin adegan kiss dong ya buat aja mereka kayak ciuman saja tapi tidak, oh ya aku baru ingat pakai peran pengganti saja please." kata Naruto dengan puppy eyes no jutsu.

"Akan aku pikirkan!"

Perlahan Gaara mendekatkkan wajahnya dan menghampus jaraknya dengan Hinata dan menempelkan bibirnya dengan bibir mungil Hinata dan mengecap rasa manis disana.

Sakura membulatkan matanya tak percaya melihat adegan dihadapannya.
Begitu juga Matsuri yang menggelengkan kepalanya kecewa ya kecewa dirinya kecewa sangat kecewa dengan tidakkan Gaara yang mecium bibir Hinata.

Cukup!

Naruto tak dapat menahan emosinya yang berlipat ganda dan dengan cepat ia berjalan menghampiri Hinata dan Gaara.

Dengan kasar Naruto menarik tubuh Gaara dan menghemaskannya ketanah.

"Berengsek!"

Bugh!

[Chpaters 10]

.

.

.

.

.

.

.

.

.

[Disaat gak syuting]

"Eh Hinata mana uang mu, ni sudah hari ketiga." kata Sakura seraya membolak-balikkan buku catatannya.

"Oh siapa yang narik ni?" tanya Hinata dan memberikan beberapa lembar uang kepada Sakura.

"Bentar nanti kita koncang." jawab Sakura kemudian menghampiri Matsuri. "Mats, mana uang arisan mu?"

"Bentar ya Sakura."

Naruto tampan sibuk dengan teman-temannya membuat beberapa gaya foto selfie. Kini mereka membentuk piramid. "Oy foto buruan berat ni!" seru Naruto.

Ckrik!

Setelah selesai difoto susunan piramid antara, Naruto, Sasuke, Gaara, Itachi, Lee, dan Sai langsung ambruk.

"Ish memalukan." umpat Sarada melihat tingkah papa dan mamanya.

"Teman-teman bikin vidio bentar yuk." ajak Ino dan memperisapkan tongsis dan android keluaran terbarunya.

"Hi Semuanya!" serunya dan memutarkan tubuhnya memperlihatkan suasana tempat syuting.

"Katakan hi." ucap Ino.

"Hi aku Uzumaki Naruto!" sapa Naruto dan menampilankan senyum lebarnya.

"Sasuke." kata Sasuke kalem.

"Hi semua!" sapa Itachi saat wajahnya terlihat oleh kamera ponsel Ino.

"Hi semua aku Lee jangan lupa ya!" Lee mengacungkan jempolnya.

"Oy ada cinlok!" seru Naruto heboh dan dengan segera kamera mengarah ke Itachi yang sedang duduk berhadapan dengan Yuura. Yuura tersenyum malu.

"Hei hentikan." ucapnya malu-malu dan mengibaskan kedua tangannya didepan kamera.

"Ehem sejak kapan kalian mulai menyadari kalau kalian jatuh cinta?" tanya Naruto layaknya reporter.

"Sejak jatuh pada pandang pertama." jawab Itachi. Wajah Yuura merona karena jawaban Itachi apalagi Itachi terus memperhatikan wajahnya.

"Pandang pertama, lalu kapan pandangan pertama itu?" tanya Gaara ikutan.

"Saat ia terjatuh dari rak buku diperpustakaan kota dan aku menangkapnya dalam dekapan hangatku dan saling pandang, wajahnya, bibirnya, hidung, matanya dan oppai yang..."

Bugh!

Tas branded milik Yuura sukses menghantam wajah rupawan Itachi.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Beberapa penonto tertawa melihat melihat behind the scane yang baru saja tayang dan para aktor dan aktris yang memainkan film juga hadir dan duduk disofa yang telah disediakan bahkan ada yang duduk dikarpet berbulu lembut sambil memeluk bantal segi empat.

"Ya permirsa inilah behind the scane dari film LavenderKu ya cukup lucu sepertinya apalagi salah satu aktor kita sangat posesif dengan pasangannya." kata Shion selaku pembawa acara.

"Oke saatnya kita baca para reviews dari para readres dan biarlah para aktor, aktris dan penulisnya yang menjawab. Oke reviews kita baca dan jawab."

[Nata : penasaran siapa sebenarnya naru, yuura n itachi...itachi/yuura kayaknya cocok...:-)]

"Nah gimana jawaban kalian?" tanya Temari.

"Tentu dong kami cocok." kata Itachi bangga.

"Huaaa ternyata benar ada cinlok saat syuting film ini ya." goda Temari.

"Lalu bagaimana pendapat mu Yuura, kau adalah lawan mainnya sekaligus kekasihkah?" Yuura merona malu mendengar pernyataan Temari. "Gak tahu harus bilang apa tapi terima kasih sudah dukung hubungan kami." kata Yuura.

"Cieeeeeee..." semua penonton bersorak ria.

"Oke baiklah kita baca reviews yang kedua." seru Temari.

[Ryan69 : gue pngen ktwa chap 11 .. naru cwok loh bkn cwe wlau itux di bolak balik pun gak bakal ktahuan abis berhubungan intim ato engak..]

"Yo Mitsuki bagaimana pendapat mu sebagai sutradara."

Mitsuki : Dokter yang memeriksa nya peak disuruh cuma priksa malah kebablasan disuruh acting malah ganti dialog ni Itachi ikut-ikut pula bilang *sensor*

"Bagaimana pendapat mu Naruto?"

"Oh akhirnya malam pertama ku di film itu terlaksanakan hahahahaha..."

Bugh!

Yap bagus Hinata sekalian sofa aja yang dilempar! batin Mitsuki.

[Setya566 : Baru pertama kali aku menemukan fict endingnya naruhina sudah menjadi tua.. 4 jempol buat anda senpai]

"Itumah kami langsung di make over jadi tua, ya ampun wajah tampan ku berubah tua dalam waktu singkat akibat perbuatan para make artis." gerutu Naruto.

"Tapi Naruto-kun tetap tampan kok." puji Hinata.

"Dan ini masih banyak lagi reveiws nya namun sebelum itu bagaimana pendapat kalian soal fic ini?" tanya Temari.

"Waktu lihat judul dari fanfic ini kupikir drama romancenya nikah muda gitu tapi eh sejalan waktu terus berputar kok semakin banyak rahasia dan sosok tokoh utama disini misterius apalagi sosok Yuura tapi menurutku ku keren meski authornya bilang ini masih banyak kekurangan disana-sini bahasa yang kurang baku, EYD dan lain-lain tapi setidaknya sudah menghibur sih saya suka." jawab Hinata bijak. *Mitsuki terharu*

"Setiap orang berhak berkarya dan menciptakan sesuatu apalgi bersifat menghibur memang pasti banya kesalahan apalagi Mitsuki masih baru dalam dunia kepenulisan tapi setidaknya ia terus berusaha untuk menjadi yang lebih baik meski menurut orang ia masih jauh dari kata baik tapi ia terus berusaha. Hargailah usaha seseorang yang menjadi lebih baik." ungkap Sasuke.

Sasuke-kun! batin Mitsuki.

"Intinya fanficnya bagus dan sangat keren bagiku hehehe.." kata Sakura.

"Oke didalam fanfic ini kalian bermain bersama pasangan kalian masing-masing lalu bagaimana pendapat kalian?"

"Aku emosian karena Hinataku acting dengan Gaara sialan." umpat Naruto. Gaara tertawa ringan. "Kau ini Naruto tenang saja mana mungkin aku merebut Lavender mu hm?" Naruto mendengus kesal.

"Papa pulang yuk Hima ngantuk." rengek Himawari yang sejak tadi dipeluk Naruto seperti boneka.

"Ntar sayang." bujuk Naruto dan Himawari merengut kesal karenanya.

"Nah di film ini Himawari, Boruto, dan Sarada juga ikut main nih bagaimana pendapat kalian para calon aktor dan aktris besar?"

"Papa dan mama ku keren!" seru Sarada.

"Aku suka saat papa melawan para penjahat kayak beneran dan gak pakek pemeran pengganti." kata Himawari.

"Kalau aku sedikit takut saat mobil yang hampir menabrakku meski itu cuma acting tetap saja ada rasa takut terus lihat darah papa, meski cuma darah bohongan tapi kayak beneran." kata Boruto.

"Kalau begitu kamu tidak boleh takut lagi." kata Naruto dengan senyum lebarnya dan Boruto ikut tersenyum lebar membalas senyum ayahnya.

"Oke baiklah sepertinya ini sudah sangat malam dan pastinya para aktor dan aktris kita saat ini sudah sangat ngantuk jadi cukup selesai tanya jawabnya dan sekarang mari kita saksikan lagu dari Starz." seru Temari.

Naruto, Sasuke, Sai, Gaara segera berdiri dengan memegang microphone begitu juga dengan Hinata, Sakura, Ino dan Matsuri. Himawari memeluk Yuura dan Boruto bersama Itachi.

"Berlari! Berlari! Berlari bersama!" lirik pertama dinyanyikan oleh para wanita.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Mengejar masa depan bersama, berlari bersama dan tersandung bersama.

Canda, tawa mewarnai cerita persahabatan kita.

Walau badai menghadang dengan kerasnya

Kita tetap bersama walau tak mudah namun kita selalu berusaha

Kitakan selalu bersama.

Dimana ada bulan pasti ada bintang

Dimana ada sungai pasti ada air

Yang mengalir jernih

Sedingin embun pagi

Senyuman seperti mentari yang menghiasi hari.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Yuk baca fanfic Mitsuki yang lainnya

My Love is My Boss? (NaruHina romance humor)

Arigatou Naruto-kun (NaruHina Family hurt/comfort)