LavenderKu

Chapters 1

Pair . NaruHina

Rate . T

Genre . Romance

Disclaimer . Masashi Kishimoto

Pada suatu sore, seorang gadis bersurai indigo berjalan menyusuri jalan dengan senang dia adalah Hyuuga Hinata. sepasang iris amethyst miliknya menatap gedung-gedung pencakar langit penuh decak kagum.

Namikaze Corp

Langkah kakinya terhenti tepat didepan salah satu gedung pencakar langit, sambil tersenyum ia pun masuk kedalamnya.

Tanpa sadar ia tak sengaja menabrak seorang pria yang bersurai pirang tengah menelpon hingga menyebabkan handphone milik pria tersebut jatuh kelantai.

"Ma-ma-maafkan aku.." ujarnya tergagap lalu mengambil handphone milik pria dan mengembalikan nya.

"Apa yang dilakukan anak SMA seperti mu disini?" ujarnya dan mengambil handphone miliknya.

"Ma-ma-mau me-menemui a-ayah ku." jawab Hinata gagap sambil menundukkan kepala.

Pria tersebut menatap Hinata heran dan salah satu sudut bibirnya terangkat.

"Yasudah.." ujarnya dan berlalu pergi meninggalkan Hinata.

"Hinata!" seru Hiashi dan menghampiri Hinata setelah kepergian pria asing bersurai pirang dengan sepasang mata blue sapphire dan menurut Hinata dia pasti bule, bule tampan tepatnya sangat tampan.

"A-a-ayah!" seru Hinata.

"Ada apa hm? Lihatlah kau masih memakai seragam SMA apa kau baru pulang sekolah?" ujar Hiashi yang mengamati penampilan putri kesayangannya.

"I-iya ayah." sahut Hinata.

"Ya sudah ayo pulang hari sudah sore." ujar Hiashi kemudian merangkul Hinata.

"Iya ayah!" Hinata mengangguk senang.

"Bagaimana kau sudah minum obat?" tanya Hiashi.

"Be-be-bel-belum ayah ma-ma-maaf." Hinata menundukkan kepalanya.

"Hinata kau harus tau sayangilah jantung mu itu!" ujar Hiashi khawatir.

"Iya ayah." ujar Hinata lembut.

"Ya sudah ayo kita pulang ibu pasti sudah masak,, ayah lapar." ujar Hiashi.

Hiashi melepas rangkulan nya dan memilih menggandeng lengan Hinata sedangkan Hinata hanya tersenyum bahagia dan memeluk lengan ayahnya sambil berjalan keluar gedung dengan bahagia.

Tanpa mereka sadari sepasang blue sapphire menatap mereka terharu sekaligus iri.

"Andai ayah masih ada." ujarnya.

*

Hiashi berdiri dengan tubuh bergetar sambil menundukkan kepala dihadapan atasannya yang duduk dikursinya dengan tenang.

"Ada apa?" tanyanya.

"Tuan, aku ma-ma-mau meminjam uang ke-kepada tuan." ujar Hiashi.

"Kau selalu meminjam uang perusahaan dan sekarang hutang mu sudah menempuk." ujar atasannya.

Hiashi sadar ia selalu meminjam uang perusahaan dengan jaminan gajinya dipotong tapi uang itu ia gunakan untuk mengobati putri semata wayangnya yang ia cintai dan ia sayangi yang selama ini mengidap penyakit kelainan jantung dan memiliki fisik lemah dan sering jatuh sakit.

"Saya mohon tuan ini semua untuk putri ku yang jatuh sakit." ujar Hiashi memohon.

"Apa penyakitnya hingga kau selalu meminjam uang hum?" tanya sang atasan penasaran dan mulai serius menatap Hiashi.

"Ia mengidap kelainan jantung dan memiliki fisik yang lemah hingga membuatnya sering jatuh sakit dan sekarang jantung nya sudah rusak dan harus diganti dan di operasi saya butuh dana tuan saya mohon.." ujar Hiashi kemudian berlutut dihadapan atasnya yang berumur lebih muda darinya.

"Seorang ayah tak pantas berlutut seperti itu.."

"Naruto-sama.." gumam Hiashi.

"Apa jaminan mu kali ini?" tanya atasannya.
Naruto Namikaze sang pemilik Namikaze Corp dan masih berumur 23 tahun.

"Gaji mu?" ujar Naruto.

Hiashi berpikir keras ia tidak tau harus apa lagi hutang yang sebelumnya saja belum lunas dengan jaminan gaji jika ia harus menjamin kan gaji lagi maka habislah gajinya lalu apa yang akan ia berikan untuk anak dan istrinya.

"Hm?" gumam Naruto santai dan menyandarkan tubuh nya dikursi.

"Berapa biaya operasinya?" tanya Naruto.

"Li-li-lima puluh juta sekaligus pengobatannya." jawab Hiashi.

"Gaji mu sebulan lima juta dan hutang mu sebelumnya tiga puluh juta di kurang gaji mu tinggal dua puluh juta dengan alasan biaya pengobatan, terapi dan membayar apartemen dan kebutuhan dirumah." ujar Naruto.

"Jika kau pinjam lagi jadi delapan puluh juta." lanjutnya.

Hiashi hanya dapat menutup matanya mendengar jumlah uang yang ia pinjam dan tak tau kapan ia bisa melunasinya.

"Berapa usia putri mu?" tanya Naruto dan membenarkan posisi duduknya sambil menopang dagu dan meja kerjanya sebagai tumpuan sikuknya.

"Delapan belas tahun." jawab Hiashi.

"Kelas tiga SMA." ujar Naruto.

"Umur ku sudah dua puluh tiga tahun." gumam Naruto.

"Siapa nama putri mu?"

"Hinata, Hyuuga Hinata."

Sebelah sudutnya terangkat mendengar nama putri Hiashi.

'Dia gadis yang cantik dan manis.' pikir Naruto.

"Oke akan aku anggap lunas semua hutang mu dan aku biayai semua pengobatan putri mu dengan syarat." lanjutnya.

"Syarat?" ujar Hiashi.

"Ya." Naruto mengangguk.

"Apa syaratnya tuan?" tanya Hiashi.

"Aku ingin putri mu menikah dengan ku." ujar Naruto santai.

"A-apa?" ujar Hiashi tak percaya.

"Ma-maaf tuan tapi aku tak tau karena aku lebih mementingkan kebahagian putri ku aku tak mau nanti dia kecewa padaku." ujar Hiashi.

"Dia akan bahagia bersama ku,, aku akan menjaga nya." ujar Naruto meyakinkan.

"..." Hiashi terdiam.

Naruto berdiri dari duduknya dan menghampiri Hiashi yang masih berlutut di hadapannya.

"Berdirilah tak pantas orang yang lebih tua berlutut di hadapan orang yang lebih muda darinya." ujar Naruto sambil memegang kedua pundak Hiashi agar berdiri dan memintanya duduk di sofa yang ada diruangan tempat biasa ia menerima tamu.

"Anggaplah aku seorang pria yang sedang melamar gadis yang ia cintai dihadapan ayahnya." ujar Naruto yang juga duduk disamping Hiashi.

"Tapi kenapa tuan memilih putri ku?" tanya Hiashi bingung kenapa tuan nya yang tampan ini ingin menikahi putrinya jelas-jelas ia hanya karyawan biasa.

"Ada banyak perempuan didunia ini tapi aku malas untuk mencari perempuan mana yang baik dan banyak diluar sana perempuan yang menyatakan cinta padaku tapi jelas-jelas mereka hanya menginginkan harta ku kedudukkan ku bukan cinta ku." ujar Naruto menjelaskan.

"Aku mengerti tuan." ujar Hiashi.

"Bagus ku anggap itu artinya kau menerima lamaran ku." ujar Naruto santai dan penuh kemenangan diwajahnya.

"Eh?" gumam Hiashi bingung.

*

Dua bulan kemudian.

"Ayah lihatlah Hinata sudah sembuh dan sehat,, ibu senang sekali melihatnya." ujar Hikari yang duduk disamping Hiashi sambil melihat putrinya yang sedang bermain dengan kucing anggora berwarna hitam putih ditaman belakang rumah mereka dengan raut wajah bahagia.

"Dan sudah naik kelas tiga." lanjutnya.

"Kita harus memberitahu Hinata bahwa hari pernikahan nya sudah dekat." ujar Hiashi.

"Tujuh hari lagi yaa,, apakah mereka sudah menyiapkannya?" ujar Hikari.

"Sudah mereka persiapkan semuanya, tapi karena Hinata masih sekolah jadi pernikahan mereka dirahasiakan."

"Ayah!" seru Hinata.

"Ada apa Hinata?" sahut Hiashi.

"Nanti kita beli kucing perempuan karena Mito sendirian.." ujar Hinata sambil mengelus bulu kucing miliknya.

"Iya anak ku." ujar Hiashi.

"Nanti malam kita beritahu Hinata." ujar Hikari.

"Iya." sahut mengerti.

*

Hikari dan Hiashi berdiri didepan pintu kamar Hinata dengan ragu, melihat keraguan sang suami Hikari memegang lengan suami nya erat sambil menganggukkan kepala.

Hiashi mengerti kemudian menghembuskan napasnya secara perlahan.

"Hinata!" seru Hiashi memanggil nama putrinya.

"Iya ayah!" sahut Hinata kemudian membuka pintu kamarnya.

"Ada apa?" tanyanya setelah membuka pintu.

"Ayah dan ibu ingin berbicara dengan mu." ujar Hikari lembut.

"Iya bu, ayo masuk." ujar Hinata mengerti dan mempersilahkan kedua orang tuanya masuk kedalam kamar.

Hinata duduk dipinggir kasur disamping ibunya sedangkan sang ayah menatap rembulan dari balik jendela.

"Hinata, apa kau siap untuk menikah?" tanya Hiashi.

"Me-me-menikah?" ujar Hinata tidak mengerti.

"Iya sayang ku." ucap Hikari dan memeluk Hinata dari samping.

"Hinata ayah punya banyak hutang dengan perusahaan karena mengobati mu dan pak direktur akan menganggapnya lunas dan akan membiayayai semua pengobatan mu dengan syarat kau menikah dengannya setelah kau sembuh." ujar Hiashi menjelaskan dan duduk disamping Hinata.

"Ta-ta-tapi a-ayah a-aku tidak ta-tau dan aku masih sekolah.." ujar Hinata yang mulai ketakutan.

"Mereka akan merahasiakan pernikahan mu." ucap Hikari.

"Minggu depan kau akan menikah dengan nya." ujar Hiashi kemudian keluar kamar Hinata tak ingin sampai putrinya tau bahwa dia menitihkan air mata.

"Menikah." gumam Hinata tak percaya dan menitihkan air matanya.

"Maafkan kami Hinata." ujar Hikari dan mencium pucuk kepala Hinata sayang kemudian beranjak keluar kamar dan menutup pintu kamar membiarkan Hinata untuk menenangkan diri setelah mengetahui dia akan menikah di usia dini.

Bersambung~

Mohon di review fanfic pertama ku ini maaf gaje hehehe

Salam hangat...