Malam yang bersalju di Kota Kyoto, kota yang terkenal kental akan budayanya dan tentu saja, kemistisannya.

Sejak jaman samurai masih merajalela di seantero Jepang, gosip mengenai adanya yokai, kitsune, dan makhluk-makhluk mistis dalam mitologi Jepang yang hobi berkeliaran malam hari terutama saat malam purnama sudahlah tidak asing lagi. Bahkan, seorang wanita yang pernah menghilang secara misterius ketika ia tengah berjalan sendirian di tengah malam.

Hal tersebut membuat para warga enggan untuk keluar malam hari, demi menghindari kemungkinan terburuk yaitu diculik makhluk halus.

Namun seiring jaman dan era yang semakin modern, orang-orang mulai berani untuk keluar di malam hari. Terlebih, sekarang Kyoto menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal akan budaya dan keindahan alam yang masih asri, tanpa adanya asap pabrik dan kondisi metropolitan bak Tokyo.

Namun,

Di malam yang bersalju itu, di mana orang-orang lebih memilih untuk diam di rumah dan menghangatkan dirinya, di suatu rumah megah yang memiliki arsitektur Jepang kental di bagian gerbang hingga halaman depan, serta bangunan kokoh bergaya ala rococo yang sudah di dekor sedemikian rupa malah disibukkan dengan berdatangannya mobil silih berganti, yang menurunkan para undangan yang telah berpakaian formal dan rapi. Bahkan ada segelintir dari mereka yang tiba secara tiba-tiba dengan bermunculannya kelopak bunga ataupun kelelawar yang akan membentuk tubuh utuh mereka di halaman utama kediaman Akashi.

Para wanita bergaun yang pastinya dari kain kualitas tinggi, paras mereka yang cantik sudah dipoles dan tatanan rambut yang anggun silih berganti memasuki pekarangan megah itu pintu utama berukiran ukiran Naga dan Phoenix yang terbuka lebar, menampilkan patung emas yang mengukir lambang keluarga Akashi yang terletak di ruang tengah, tepatnya berdiri kokoh di atas meja porselen bergaya rococo. Nyaris menempel dengan dinding yang memajang foto keluarga dari Akashi Masaomi dan Akashi Shiori.

Naga Seiryuu.

Ruangan yang semula berfungsi sebagai tempat penerimaan tamu itu sudah didekor sedemikian rupa menjadi aula yang berfungsi untuk menjamu para tamu dengan hidangan kecil pembuka serta wine kelas dunia ditemani dengan temaram cahaya lampu gantung di langit-langit.

Dan tidak lupa, menu yang diharuskan untuk malam perayaan beranjaknya putra pewaris keluarga Akashi yang terhormat.

Segelas darah segar bagi setiap tamu.

Tentunya tidak boleh terlupa.

Karena tamu-tamu tampan serta cantik, yang bahkan cukup banyak diantara mereka berprofesi sebagai public figure layaknya artis dan model adalah sejatinya seorang vampir.

Yang terkenal dengan julukan mereka, bloodlust.

Mereka butuh darah sebagai suplemen energy utama mereka, kan?

.

Yunouna Kyuketsuki no Sedai –Happy Birthday Akashi-kun!

Kuroko no Basket originally by Fujimaki Tadatoshi

Genre: family, friendship, romance, fluff

Warning: Future setting!A year and a half ahead from the original Yunouna Kyuketsuki no Sedai, bunch of new characters.

MAINLY Akakuro; (slight) Aokise, Midotaka, Murahimu, and OgiFem!Kuroko

Part 2 of 2

Enjoy~

.

"Ayo cepat, Momocchi, Midorimacchi! Lama sekali menggunakan sonido." Gerutu Kise sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sesekali iris coklat madunya memandang pintu utama kediaman Akashi yang sudah berada di depan matanya.

"Ho, ternyata banyak yang ke sini ya malam ini, Murasakibaracchi." Kise membuka pembicaraan setelah ia berhasil mengenali beberapa vampir yang berasal dari luar Jepang memasuki ruang tengah.

"Uhm. Nampaknya iya Kisechin. Aku harap jamuannya tidak habis duluan. Aku masih lapar." Sahut Murasakibara dengan malas.

Kise mendecak kesal. Agak repot memang berbicara dengan temannya yang satu ini. Harus mengerti situasi dan kondisi yang tepat agar bisa untuk connect. Jika salah waktu, siap-siap saja ia akan menyahuti dengan jawaban singkat yang berujung "aku lapar".

"Kise, keluargamu sudah di dalam bukan?" tanya Aomine sebari tangannya mulai mengutak-atik dasi berwarna biru tua yang sudah terpasang rapi di kemeja yang dilapisi blazer berwarna abu tua tersebut.

"Sudah namp—Oi! Ahominecchi! Jangan diutak atik lagi! Kita sudah mau masuk dan kau kembali merecoki bajumu." Omel Kise sebari ia membenahi dasi Aomine dan mengancing kembali blazernya agar rapi.

"—Nah, selesai!"

Beberapa detik kemudian, Kise selesai bergelut dengan pakaian Aomine dan ia kembali melihat pakaiannya serta mengecek kerapiannya. Ia tidak ingin nanti diceramahi oleh kedua kakak perempuannya mengenai 'pakaian-yang-tidak-rapi.

"Oh, ngomong-ngomong, Kise. Kau merasa melupakan sesuatu tidak?"

Pertanyaan macam ini terbilang cukup jarang dilontarkan oleh pemuda yang nampaknya selalu acuh pada dunia.

"Maksudmu? Tentu saja tidak. Kan kita akan menyiapkan hal spesial untuk ulang tahun Akashicchi nanti. Aku sudah mengingatkan Tsuraracchi melalui ponsel Momoi tadi dan hadiahnya akan kutitip di kamarnya!" Kise nampaknya terlalu semangat sampai-sampai Aomine harus menutup mulutnya agar tidak terdengar oleh yang lain. Bagaimana pun, walau sesama vampir, bukan berarti mereka saling mengenal kan?

Aomine secara tiba-tiba langsung klik dan menyadari ada yang janggal dari perkataan Kise tadi.

"Kise, hadiahnya mana?"

Kise sebari tersenyum penuh kemenangan, dengan percaya dirinya menunjuk tanah,

"Disini!"

Yang kosong.

Hanya ada rumput segar. Tanpa adanya tanda-tanda penampakan sebuah kotak yang berisikan hadiah untuk Akashi Seijuurou.

"E-EH! Aominecchi! Mana dia!"

Mendadak, sifat Kise yang selalu berlebihan menanggapi sesuatu kumat dan ia mengguncang-guncangkan pundak Aomine.

"Bodoh. Kau yang mengomel kami terlambat tapi sadarlah karena kau kami terlambat, nanodayo—"

"Berusaha untuk mengambil hadiahmu yang terjatuh di tengah jalan akibat saat bersonido kau tidak memegangnya erat benar-benar melelahkan, Ki-chan."

Kise bergeridik mendengar suara baritone yang sangat dikenalinya.

Secara spontan, sekelompok kelelawar dan kelopak bunga sakura bergerombol secara perlahan di depan mereka dan membentuk dua buah siluet, laki-laki dan perempuan.

"Susah sekali mengejar kado yang kau transformasikan sebagai kelelawar kecil, nanodayo."

"Dan agak berat juga, kita mengangkut semua hadiah itu sebari menerobos jendela Tsurara-chan yang belum terbuka sempurna. Sonido dengan membawa barang benar-benar melelahkan ya."

Momoi Satsuki, dengan balutan mermaid long dress berwarna biru langit serta rambut yang disanggul modern dengan hiasan bunga sakura, menyisakan sedikit rambut di bagian depan, serta Midorima Shintarou yang memakai jas formal berwarna hitam muncul di hadapan mereka.

"Jadi… Tanpa basa basi lagi karena Midorima dan Satsuki sudah di sini… Shall we go?" ajak Aomine kepada teman-temannya dan secara special ia mengulurkan tangan untuk Kise yang disambut dengan senang hati oleh sang empu.

"Ya!"

-x-

Tidak dipungkiri jika mereka sudah mengenal Akashi sejak lama dan bekerja dengannya.

Namun itu tidak mengubah fakta bahwa mereka sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kediaman utama Akashi hingga detik ini.

Langit-langit yang tidak luput dari ukiran ala jaman rococo, warna putih dan emas dan mendominasi ruangan tersebut, lantai marmer yang membentuk motif tertentu. Patung Seiryuu yang terpajang di sana dan foto keluarga Akashi Masaomi yang dibingkai oleh bingkai berwarna emas menambah kesan elegan.

Jangan lupakan jamuan kue-kue kecil yang di tata ala afternoon tea di Inggris* di tiga meja yang sudah di tata sedemikian rupa di tengah ruangan. Tentu saja rasanya bisa disandingkan dengan hidangan kelas dunia.

Singkatnya, mereka terkesan.

Dan kesan pertama ketika memasuki bangunan kokoh yang sudah berdiri semenjak jaman dahulu dan ditempati oleh keluarga Akashi dari generasi ke generasi;

Fancy.

Midorima jadi teringat dengan bangunan-bangunan istana ala Eropa yang memiliki bentuk nyaris sama dengan ini. Keluarga Midorima memang bisa dikatakan cukup sering berkunjung ke sini. Selain untuk urusan menyuplai obat-obatan dan keperluan medis –bisa dikatakan keluarga Midorima sebagai dokter pribadi dari keluarga Akashi-, mereka juga memiliki keterikatan sebagai sesama darah murni dan otomatis mendapat posisi di Senat Asosiasi Vampir. Istilahnya, kementrian bagi para vampir.

Tapi bagi Midorima Shintarou yang tengah merantau di Tokyo dan lebih memilih untuk bekerja dengan Akashi, jelas saja ia tidak pernah ke sini, hingga sekarang.

"Maaf, Momoi-sama. Anda menginginkan wine atau sangre*?" suara seorang butler keluarga Akashi mengalihkan perhatian mereka.

"Sangre saja." Jawab Momoi halus sebari menoleh ke arah yang lain. "Kalian apa?"

Midorima berdeham sebentar, "Sangre saja. Aku tidak yakin bisa kuat meminum wine yang aku tebak memiliki kadar alcohol tinggi." Jawabnya. Diikuti dengan anggukan dari Kise, Aomine, dan Murasakibara.

Butler yang diketahui sebagai vampir darah level E yang terdahulu ditemukan dan diasuh oleh Akashi Masaomi membungkuk sebentar kemudian ia pergi untuk memenuhi pesanan Momoi dan yang lain.

"Hmm… Ini sudah jam dua pagi ya… Ngomong-ngomong, Momocchi, pesta ini berakhir pukul berapa?"

"Saat matahari terbit, Ki-chan."

Kise mengangguk tanda mengerti dan ia mengedarkan pandangannya,

"Aku harus bergabung dengan keluargaku sekarang atau nanti, Momocchi?" padangan Kise terpaku pada suatu titik di mana kedua kakak dan orang tuanya tengah berbincang dengan seorang laki-laki tua. Mungkin seseorang dari senat.

"Terserah kau saja, tapi Tsurara-chan meminta kita untuk menunggu di sini, -Ah! Itu dia,"

Seorang wanita bergaun tosca yang sangat mirip dengan Kuroko melambai ke arah mereka. Senyum tersungging di wajah manisnya. "Maaf membuat kalian menunggu. Aku tadi tertahan oleh seorang tamu yang kebetulan sedang bercengkrama dengan chichiue dan hahaue. Salahku, mengambil rute yang ada merekanya."

Rambut aquamarinenya yang ditata side half up half down ikut bergerak seiring ia menggerutu bagaimana ia secara tidak sengaja terseret kepada perbincangan mengenai pernikahan yang menurut penuturannya menghabiskan tiga puluh menit.

"… Aku benar-benar malas jika sudah diungkit seperti itu. Pasti ujung-ujungnya mereka menawarkan anak laki-lakinya yang seumuran denganku. Aku jelas saja menolak. Ini bukan jaman di mana aku harus menikahi orang yang tidak kukenal dan lebih baik aku…"

Seketika, Tsurara merasa pengelihatannya gelap dan ia merasa sepasang tangan yang sangat ia kenal tengah menutupi kedua iris baby blue-emasnya.

"Lebih baik kau apa, Tsurara?" nampaknya seseorang yang menjahilinya ini hobi untuk berbicara di lehernya dan menimbulkan sensasi yang aneh, hangat, dan menggelitik di sisi leher Tsurara yang kebetulan tidak tertutup rambut.

"Shigehiro, berhenti berbicara di leherku. Itu menggelikan." Sebari terkekeh pelan, tangan Tsurara bergerak untuk menggenggam dan melepas kedua tangan yang lebih besar itu dari matanya.

Di sana, berdirilah Ogiwara Shigehiro.

Tunangan dari Akashi Tsurara. Vampir berdarah (nyaris) murni yang terlahir dan ibu berdarah campuran dan ayah berdarah murni.

"Ah. Lama tidak berjumpa, Ogiwara-kun." Kise menjabat tangan Ogiwara sambil tersenyum.

"Tidak terlalu lama juga, kita baru berpisah beberapa bulan semenjak kejadian itu bukan, Kise Ryouta?" balas Ogiwara dengan tenang.

Iya, memang. Kise dan yang lain ingat mereka baru saja berpisah dengan Ogiwara setelah pertempuran gila-gilaan itu berakhir beberapa bulan yang lalu. Dan Kise ingat betul betapa kuatnya Ogiwara Shigehiro saat itu. Pemuda beriris dan berambut coklat itu memang mirip dengan Akashi Tsurara. Penampilan manis mereka di luar benar-benar menipu. Sepertinya iblis bersemayam di tubuh keduanya. Tidak heran mereka terpaut satu sama lain.

"Baru sampai, Shigehiro?"

"Hm, ya. Begitulah. Tadi sempat tertahan karena dipanggil seorang tetua kolot yang menawarkan cucunya untukku." Sahut Ogiwara sambil tertawa hambar. Tangannya yang semula digenggam Tsurara kemudian berpindah ke pinggang ramping kekasihnya.

Momoi merasa deja-vu.

"Oh, ngomong-ngomong. Kalian sudah meletakkannya di kamarku semua?"

Momoi mengangguk dan mengacungkan jempolnya.

"Baguslah. Sebentar lagi nampaknya Tetsu-chan dan Sei-chan akan turun. Dan aku berencana menggeret mereka sekitar pukul empat. Perkiraanku, para tamu sudah pulang dan mereka pastinya sudah bosan, terutama Seijuurou melayani dan berbasa-basi dengan para tamu."

"Jadi, langsung ke sana ya-ssu? Sudah disiapkan?" tanya Kise. Dijawab oleh anggukan Tsurara.

"Tetsuya sudah menyiapkannya secara kilat dan aku sudah menyembunyikannya dengan ilusi agar tidak ada yang tau, termasuk Sei-chan—"

"Jadi, nikmatilah waktu kalian selama dua jam ini. Nanti aku akan mencari kalian lagi ke sini—Ayo, Shigehiro."

"Kau mau apa? Pamer kalau kau sudah punya kekasih pada para tetua?"

"Diam Shigehiro. Ikut saja ke sini."

Akashi Tsurara dengan sifat keabsolutannya yang mirip dengan Akashi Seijuurou meninggalkan mereka.

"Momoi-sama, ini minumannya."

Oh well—Nampaknya mereka pun harus berbaur juga menuju keluarga masing-masing setelah menyesap satu atau dua teguk sangre.

-x-

Sudah pukul dua pagi, batin Kuroko ketika ia melirik kea rah jam dinding sebelum keluar kamar. Bisa-bisa setelah ini hahaue akan ceramah panjang lebar.

Anak bungsu keluarga Akashi itu langsung bergegas dan ia berjalan menuju kamar dari kakaknya, Akashi Seijuurou. Jelas sekali kakaknya itu belum selesai dengan persiapannya.

Atau mungkin ia ingin mengulur waktu untuk bertemu dan bercengkrama dengan para tamu, yang lagi-lagi pasti ujung-ujungnya menawari anak gadis mereka.

Hah.

Lagi-lagi déjà vu.

Kemungkinan terjadi sangat besar, mengingat sekarang Akashi Seijuurou sudah dianggap sebagai orang dewasa dan umur yang pantas untuk menikah. Tentunya dengan statusnya sebagai darah murni, ia diharuskan untuk menikah dengan sesama darah murni.

"Seijuurou-kun. Cepat, kau sudah ditunggu."

Suara datar milik sang adik terdengar dari balik pintu. Ya, Seijuurou memang sengaja mengulur waktu.

Jujur saja, walau ia sudah biasa di interview oleh para wartawan masalah basket dan sering bersosialisasai dengan orang lain karena kewajibannya sebagai Ketua OSIS. Ia paling anti dengan percakapan basa-basi, dengan lawan bicara bapak-bapak seumuran ayahnya, dan di sisi sampingnya sudah dihuni oleh seorang gadis belia.

"Seijuurou-kun. Aku tahu kau mengulur waktu di dalam."

Tapi biarlah.

"Tunggu sebentar, Tetsuya."

Akashi langsung beranjak dari tempat tidurnya dan memakai jas tuxedonya.

Biarlah malam ini malam terakhir ia ditawari anak gadis oleh para vampir darah murni kolega keluarga Akashi.

Karena nanti mereka pasti tahu, bahwa Seijuurou sudah ditakdirkan untuk bertunangan dengan adik kandungnya sendiri, Akashi Tetsuya.

Dan Seijuurou sama sekali tidak merasa keberatan akan takdirnya itu. Ia justru merasa bahagia.

Senyum licik tersungging di paras tampan Seijuurou memikirkan bagaimana ekspresi para tamu jika mendengarnya langsung. Mungkin ayah dan ibunya sudah mengatakan, namun itu jika ditanya dan nampaknya jika berbicara dengan Akashi Masaomi dan Shiori, topiknya pasti tidak jauh-jauh dari urusan bisnis. Bukan masalah Seijuurou-Tsurara-ataupun Tetsuya.

-x-

"Ah, itu mereka. Akhirnya turun juga." Akashi Shiori memandang kedua putranya yang baru saja menjajaki tangga spiral yang menghubungkan lantai atas dan bawah.

"Seijuurou-sama semakin tampan saja…"

"Tetsuya-sama juga! Sungguh kasihan nasibnya dulu. Untunglah ia bisa selamat dan tetap hidup."

Bisikan tertahan dari para gadis mulai terdengar ketika Seijuurou dan Tetsuya menginjakkan kaki mereka di lantai bawah. Demi menjaga kesopanan, keduanya langsung tersenyum kepada para gadis yang memandang mereka dan keduanya langsung menyebar.

Dan tentu saja bisa ditebak, bahwa Akashilah yang pertama kali berlomba-lomba didekati oleh beberapa orang tua yang membawa anak gadisnya. Sementara Tetsuya sejauh ini masih dalam batas aman karena hawa keberadaannya yang tipis serta tubuhnya yang tergolong mungil membuatnya susah untuk di deteksi.

Sebenarnya, ia juga agak menghindari di kerubungi seperti itu bukan hanya karena ia tidak suka dijodoh-jodohkan. Namun ia juga kurang suka jika orang lain pura-pura bersimpati kepada masa lalunya yang bisa tergolong cukup suram akibat perbuataan seorang vampir brengsek itu.

Sungguh, Tetsuya sama sekali tidak ingin diingatkan mengenai itu. Ia hanya ingin hidup bahagia sekarang bersama keluarga dan teman-temannya. Tidak lebih.

"Tetsuya, melamun?"

Tetsuya terlonjak karena rasa dingin dari gelas kaca yang ditempelkan Ogiwara Shigehiro ke pipinya.

Oh harusnya dia tau. Yang benar-benar bisa menemukannya dengan hawa keberadaan yang tipis ini hanya Ogiwara Shigehiro, kedua saudaranya, orang tuanya, serta Momoi Satsuki.

"Ogiwara-kun. Selamat pagi. Semoga menikmati pestanya." Sambut Tetsuya dengan nada datar. Membuat Ogiwara tertawa dan mengacak surai dari orang yang benar-benar identik dengan kekasihnya itu.

"Tidak usah formal begitu, Tetsuya. Santai saja."

"Tidak bisa. Ini sedang dalam acara formal dan aku harus formal kepada semua tamu. Walau kau akan menjadi iparku dalam waktu dekat."

Lagi-lagi, ada yang tertawa. Dan kali ini adalah Akashi Tsurara.

Tetsuya hanya memasang wajah datar ditertawakan seperti itu. Ia benar kan, tentang masalah keformalan yang nampaknya agak dipermasalahkan oleh kedua orang di depannya ini.

"Apakah badanmu sudah pulih, Tetsuya?" tanya Ogiwara sambil memperhatikan lengan mungil Tetsuya.

"Beberapa hari setelah itu, aku sudah bisa bergerak biasa lagi. Kita vampir bisa pulih lebih cepat karena regenerasi sel yang sangat ekstrim. Terima kasih atas perhatiannya, Ogiwara-kun."

Lagi-lagi jawaban yang formal. Namun kali ini Ogiwara tidak tertawa. Ia malah menyunggingkan senyum penuh kelegaan, mengingat betapa parahnya luka Tetsuya saat itu. Ketahanan tubuh para Akashi memang patut diancungi jempol.

Tetsuya kemudian mengamit lengan kakaknya, "nee, sudah?"

"Sudah. Bawa dia ke sana satu jam lagi. Atau perlu sebelum itu. Nampaknya Seijuurou mulai jengah." Tsurara menunjuk adiknya yang tengah dikelilingi para gadis. Seijuurou memang mengumbar senyum. Namun Tsurara dan Tetsuya tahu pasti di dalam hati Seijuurou sudah nyaris berteriak dan mencak-mencak karena tidak suka seperti ini.

"Aku punya firasat bahwa ia memerlukanmu. Lebih baik kau susul dia menuju gerombolan… Singa betina kelaparan itu?" Tsurara mendorong punggung Tetsuya dan kembali melenggang pergi bersama Ogiwara, entah kemana.

Ah, ya sudahlah.

Berhubung ia sama sekali tidak melihat adanya teman-teman Teikounya di sana, tidak ada salahnya kan membantu saudara yang kesusahan?

Atau harus diperjelas—

Tunangan yang kesusahan?

-x-

"Seijuurou-sama, selamat berulang tahun yang ke delapan belas,"

"Seijuurou-sama, terimalah hadiah khusus dariku ini."

"Seijuurou-sama, apakah anda sudah memiliki tautan hati di umur yang sudah dewasa ini?"

"Seijuurou-sama…"

"Seijuurou-sama…"

"Seijuurou-sama…."

Panggilan entah dari siapa dan darimana silih berganti menjadi musik tersendiri malam itu bagi Seijuurou. Ia hanya bisa memasang senyum, mengucapkan terima kasih dan menjawab sesingkat mungkin pertanyaan yang dilontarkan.

Ia harap, dengan jawaban sesingkat itu, mereka akan bosan mengganggunya dan beralih ke yang lain. Ayolah! Masih ada Midorima, Kise, Aomine, dan Murasakibara yang bisa diganggu.

Walau Akashi tidak yakin mereka akan merespon.

Kalau perlu Ogiwara juga. Peduli setan dengan kakaknya. Lagipula, jika itu terjadi, bukan dia yang menjadi sasaran amuk dan sakrastik dari kakaknya.

Apapun. Asal ia berhenti diganggu. Ia ingin bersama Tetsuya malam ini.

Oh, ngomong-ngomong Tetsuya.

Iris Seijuurou menangkap Tetsuya tengah berjalan mendekatinya. Tentu saja gadis-gadis ini belum menyadari karena hawa keberadaan tipis adiknya.

Seijuurou tersenyum senang, akhirnya ada yang menyelamatkannya dari kerumunan ini.

"…."

"Uhm… Ano… Permisi…"

Gadis-gadis itu terkejut mendengar suara dari belakang mereka.

"Tetsuya-sama! Anda mengagetkanku!" seru salah satu gadis.

"Maaf jika aku mengagetkanmu. Aku hanya ingin mencari Seijuurou nii-sama." Jawab Tetsuya datar.

Seketika, salah satu gadis langsung menggeretnya agak kedepan, hanya terpisah dua langkah dari Seijuurou.

"Ah, kebetulan Tetsuya-sama di sini! Bolehkan aku bertanya sesuatu kepada anda?"

Tetsuya ingin menjawab tidak namun melihat binar di mata sang gadis ia pun menjawab boleh.

"Boleh saja."

"A-Ano, siapakah tunangan dari Seijuurou-sama? Ia daritadi tidak menjawab dengan jelas. Namun aku yakin dari gerak-geriknya ia sudah memiliki satu! Siapakah itu, Tetsuya-sama?"

Pertanyaan yang sudah terbayang di benak Tetsuya.

Intuisinya tidak salah. Pasti ia akan direcoki dengan pertanyaan macam ini.

Tetsuya terdiam sejenak sambil sesekali memandang Seijuurou.

Seijuurou terdiam dan menunggu jawabannya.

Nampaknya Seijuurou sendiri tertarik untuk menunggu.

Sial.

Kakaknya sama sekali tidak mau membantu, padahal dialah topik dari pembicaraan ini.

"Tetsuya-sama?"

"Uhm… Maaf tapi…"

"Kalian ingin tahu siapa tunanganku?" suara Seijuurou memecah keheningan dan langsung ditanggapi oleh anggukan antusias oleh para gadis.

"Ya! Ya! Aku ingin tahu gadis beruntung mana yang berhasil mendapatkan hati Seijuurou-sama! Dan aku ingin melihat orangnya, pantas atau tidak bersanding dengan Seijuurou-sama!" seru mereka antuasias.

Seijuurou hanya terkekeh.

Kemudian ia secara tiba-tiba menarik dengan Tetsuya dan dalam sekali gerakan mendekapnya dalam pelukan.

"Kalau misalkan aku mengakui bahwa aku bertunangan dengan adikku sendiri dikarenakan takdir dan akupun dengan senang hati melakukannya, bagaimana?"

Aksi Seijuurou tadi sukses menarik perhatian seluruh vampir di ruangan itu.

Wajah Tetsuya memerah. Akashi Tsurara dan Akashi Masaomi tertawa.

Para gadis dan orang tua yang ingin mengenalkan anak gadisnya kepada Seijuurou terdiam, bungkam seribu bahasa.

"Cara yang unik untuk mengumumkan pertunanganmu, Seijuurou."

Akashi Shiori bergumam sambil menyeruput wine yang ia pegang.

Seketika, ruangan itu hening.

"Masaomi-sama, Shiori-sama, apakah itu benar?"

Dan tiba-tiba hampir separuh dari ruangan itu mendekati pasangan suami-istri Akashi, menanyakan kebenaran dari pengakuan Seijuurou.

Tetsuya, sekarang?

Suara kakaknya terdengar di kepala Tetsuya,

Iya Tsura-nee.

"Seijuurou-kun. Ayo kita pergi dari sini sebelum ada yang menyadari. Aku tidak suka dikerubungi seperti tadi." Ajak Tetsuya. Seijuurou pun menyanggupi dan mereka berdua mengendap-ngendap pergi ke lantai atas, ke kamar Seijuurou.

-x-

"Kukira aku akan pingsan digencet oleh orang-orang itu." Keluh Seijuurou begitu keduanya sampai atas. Mereka langsung menuju kamar Seijuurou untuk beristirahat dan berlindung dari amukan massa.

Seijuurou tentunya tahu pasti, bahwa mereka bukannya tidak menyetujui hubungannya dengan Tetsuya. Terkejut dan syok? Mungkin.

Karena kasus ini sangat jarang terjadi. Dan kalaupun terjadi, itu berkaitan dengan suatu peristiwa yang menyebabkan mereka berdua harus bertunangan dan menikah.

Dalam kasus ini, mereka berdua adalah reinkarnasi dari dua bersaudara laki-laki dan perempuan pendiri keluarga Akashi, yang dalam kehidupan sebelumnya, berharap, di kehidupan mendatang mereka bisa menikah karena dahulu tidak. Dan Seijuurou serta Tetsuya harus mewujudkannya. Namun mereka berdua tidak ambil pusing, karena memang mereka sudah mencintai satu sama lain semenjak remaja.

"Seijuurou-kun tidak mungkin pingsan digencet. Jangan terlalu melebih-lebihkan, Seijuurou-kun."

Tetsuya melepas tuxedonya dan dasinya. Hanya menyisakan kemeja berwarna biru langit yang kancingnya sudah terbuka satu.

"Aku gerah, Akashi-kun."

"Maka bukalah jendela yang terhubung ke balkon Tetsuya, kita bisa bersantai di sana."

"Tidak mau."

Seijuurou yang tengah melipat tuxedonya langsung menoleh sambil mengernyitkan dahi ke tunangannya. Tumben sekali Tetsuya seperti ini.

"Turuti perintahku, Tetsuya."

"Tidak. Sekali-sekali Seijuurou-kun memanjakanku tidak boleh? Kita sudah resmi menjadi tunangan malam ini." Balas Tetsuya dengan nada pedas. Namun Seijuurou tidak menganggapnya sebagai kritikan. Hanya sebagai tanda bahwa Tetsuyanya ngambek.

Kemudian ia tertawa pelan dan mendekati Tetsuya.

CUP.

Kau memang menggemaskan, Tetsuya.

Sebuah ciuman didaratkan di pipi kanan Tetsuya dan dahinya.

Baiklah, aku akan membuka pintunya.

Sekarang, nee-chan!

"Tetsuya pintunya sudah di buka, si…"

"Buon compleanno, Akashi Seijuurou!"

Teriakan yang berasal dari berbagai variasi warna suara menggema dan membuat Akashi Seijuurou menjulurkan lehernya untuk melihat sumber keributan itu, halaman belakang Akashi Manor yang bergaya Jepang. Namun nampaknya halaman belakangnya ini sudah didekor dengan adanya meja panjang yang dilapisi taplak putih. Lengkap dengan hidangan khas Jepang favoritnya, lilin ditengah-tengah meja dan berbagai hidangan lain. Tentunya yang tidak mengandung rumput laut.

Seijuurou tersenyum kecil melihat teman-teman Teikounya beserta kakaknya dan Ogiwara tampak melambai-lambaikan tangannya dan menyuruhnya untuk turun.

Hm, mereka nampaknya kurang bisa untuk menyiapkan kejutan yang sweet.

Biarlah, Seijuurou sudah cukup senang dengan kejutan kecil-kecilan seperti ini.

"Seijuurou-kun. Tiup lilin dulu. Sekali-sekali… Merayakan ala manusia boleh kan?"

Suara itu sukses mengagetkan Seijuurou. Ia kemudian menoleh ke arah kamarnya dan tidak menemukan sosok Tetsuya, melainkan sosok berambut baby blue itu sudah berada di bawah bersama yang lain dan memegang sebuah kue kesukaannya, tiramisu.

Seijuurou tidak peduli dengan arti dibalik tiramisu, kue itu tidak terlalu manis namun juga tidak terlalu pahit. Perpaduan rasa yang Seijuurou suka.

Lagipula, Seijuurou sama sekali tidak percaya bahwa Tetsuya akan mengalami nasib seperti "tiramisu".

Mereka vampir. Mereka immortal. Mereka adalah keturunan yang mewarisi banyak dosa dari pendahulunya.

Seijuurou bisa bersama Tetsuya.

Seijuurou langsung meloncat dengan ekstrim dari balkon kamarnya dan mendarat di depan Tetsuya dan yang lain.

"Ucapkan wishmu, Seijuurou-kun."

Seijuurou memejamkan matanya, kemudian ia meniup lilin dari kuenya.

Kemudian ia berjalan ke arah kakaknya dan Ogiwara memeluknya sambil menggumamkan terima kasih.

Tidak lupa juga Kise dan yang lain langsung menyerbu Akashi dan memeluknya keroyokan sebelum memberi kado –perlu dicatat Midorima juga ikut melakukannya dengan wajah memerah. Tsundere.

-x-

Seijuurou-kun, apa harapanmu saat meniup lillin tadi?

Harapanku? Hanya sesuatu yang simpel namun bermakna bagiku, Tetsuya.

Apa itu, Seijuurou-kun? Aku tidak bisa membaca pikiranmu.

Senyum tersungging di bibir Seijuurou sebelum ia mencuri ciuman dari bibir ramun Tetsuya.

Aku hanya ingin hidup bersamamu selamanya. Ingin hidup kita tenang, tidak ada lagi pertumpahan darah yang nyaris merenggut nyawa orang-orang yang kusayangi.

Kau sudah mendapatkannya, Seijuurou-kun.

Memang…

Terima kasih sudah kembali ke sisiku lagi, Tetsuya.

-x-

OMAKE:

"Tetsuya, bantu aku sebelum tidur."

"Ngapain?"

Dengan mata sayu karena mengantuk, Tetsuya yang sudah dalam balutan piyama berjalan terpogoh-pogoh dan duduk di sebelah Seijuurou di lantai.

"Bantu aku membereskan kertas kado setelah membuka kado-kado dari yang lain."

"Uh, tidak bisa menunggu besok? Aku mengantuk."

"Tidak, kebetulan mereka menginap di sini. Aku jadi bisa menghajar mereka bisa memberikan kado aneh-aneh."

Tetsuya sweatdrop.

Dia baru saja ingin kembali ke tempat tidur dan tidak mempedulikan Seijuurou, namun tangan Seijuurou lebih cekatan menangkap satu kakinya dan menahannya untuk berjalan.

"Diam di sini, Tetsuya."

"….."

Tetsuya mengangkat bendera putih. Menyerah dengan kelakuan Seijuurou.

Akhirnya ia duduk di samping Seijuurou yang mulai mengambil sebuah kado yang dibungkus dengan kertas bermotif bayi beruang.

"Ah, aku yakin ini dari kakak. Dia hobi menyamakanku dengan anak beruang. Aku ingat sekali dia sering mengatakan aku sebenarnya berparas imut tapi jika marah mengerikan."

"Hmm… Ya Seijuurou-kun."

Tetsuya mengantuk. Ia hanya meng-iya kan apa yang diocehkan Seijuurou, sementara tangannya sudah memeluk bantal dan kepalanya sudah bersender di bantal didekapannya.

Akashi mulai membuka kadonya satu-satu. Sesekali iya senyum-senyum sendiri, sesekali ia juga memasang wajah 'are you fuckin kidding me' ketika sebuah kado. Sisi manis seorang Akashi Seijuurou benar-benar terlihat. Ia seperti anak kecil.

Nah sejauh yang Kuroko lihat dan komentar Akashi yang ia dengar, inilah dia,

Akashi Tsurara – sandal rumah berwarna coklat isi kepala beruang dan sebuah pedang baru, "Sandalnya terlalu kekanak-kanakan tapi aku suka pedangnya.

Ogiwara Shigehiro – buku mengenai manajemen bisnis. "Ogiwara-kun terlalu berorientasi ke depan. Tapi aku harus berterima kasih padanya karena membelikan buku yang sangat langka ini."

Midorima Shintarou – serial novel terbaru novelis kesukaan Akashi. "Sangat manis. Simpel dan manis, Shintarou memang tsundere akut."

Momoi Satsuki – sebuah baju berkerah v-neck berwarna biru muda dan sebuah celana pendek selutut berwarna abu. "Hipster. Tapi aku suka."

Kise Ryouta – Arloji bermerek. "Tumben hadiah dari Ryouta normal. Aku harus berterima kasih nanti."

Murasakibara Atsushi – Buku panduan memasak yang berhubungan dengan tofu. "Tidak jauh-jauh dari makanan, tapi Atsushi tahu kesukaanku."

Aomine Daiki – boxer dan celana renang. "…. Sangat Daiki sekali, tidak jauh-jauh dari kata cabul. Besok harus kuberi pelajaran."

Nah—Seijuurou selesai berkutat dengan kado-kadonya. Setelah ia mengumpulkan bekas-bekas kertas kadonya, dan hendak membuangnya, -Tetsuya ketiduran dan tidak membantu sama sekali- ia menyadari bahwa ia melewatkan sebuah kado kecil yang berada tumpukan paling bawah.

"Hm?"

Seijuurou bergegas membuang kertas kadonya kemudian kembali untuk mengambil kotak kecil itu. Bahkan yang memberinya sama sekali tidak repot-repot untuk membungkusnya dengan kertas kado.

Hanya menggunakan kotak berwarna krem polos.

Seijuurou mengernyitkan kening dan ia penasaran.

Ia mulai membuka kotak itu, dan menemukan sebuah jurnalbersampul beludru berwarna merah tua.

Seijuurou kurang suka menulis jurnal, namun siapa yang memberikannya ini?

Karena –penasaran, ia membukanya.

Dan betapa terkejutnya Seijuurou, karena jurnal itu sudah terisi,

Halaman pertama berisikan tulisan, "Akashi Seijuurou, 20-12-xxxx"

Halaman-halaman selanjutnya berisi penuh dengan fotonya sejak kecil, dari bayi, balita, pertama kali ia belajar bertarung, hingga ia beranjak dewasa sekarang, bahkan di setiap foto terdapat deskripsi singkat namun manis mengenai itu.

Ia juga menyadari, bahwa jika ada fotonya dengan Tetsuya, Kakaknya, atau teman-teman yang lain diberikan tanda yang berbeda-beda oleh sang empu yang menghadiahkannya jurnal itu.

Namun Seijuurou menemukan kejanggalan.

Hanya separuh dari jurnal itu yang terisi, separuhnya lagi, kosong.

Merasa dipermainkan, Seijuurou akhirnya membuka halaman terakhir dari menemukan secarik kertas yang dilipat rapi dalam sebuah amplop kecil berisikan tulisan tangan yang sangat ia kenali,

Selamat ulang tahun, Akashi Seijuurou.

Aku harap, dengan seiring waktu, jurnal yang merekam seluruh moment selama Seijuurou-kun hidup akan terisi penuh.

Karena bagiku, terisinya jurnal ini dengan kenangan indah di setiap halaman, berarti aku dan Seijuurou-kun berhasil mewujudkan hidup yang tenang bersama keluarga, teman, dan tentunya, anak-anak kita kedepannya.

Aku harap, di hari yang berbahagia ini, di mana kita telah resmi menjadi tunangan dan Seijuurou-kun sudah beranjak dewasa, Seijuurou mendapatkan semua keinginan yang ingin dicapai.

Maaf aku tidak sempat membelikan kado yang lain. Karena benda bisa dibeli dengan uang, namun, kenangan tidak.

Sekali lagi, selamat ulang tahun Akashi-kun.

Aku mencintaimu.

-Akashi Tetsuya-

Seijuurou tersenyum dan mengembalikan kertas itu ke dalam jurnal tersebut. Mungkin ia besok akan menempel kertas itu di sana, sebagai salah satu kenangan.

Kemudian ia meletakkan jurnal itu di meja belajarnya, dan ia beranjak menuju Tetsuya yang meringkuk di lantai.

Seijuurou kemudian menggendongnya dan merembahkan tubuh mungil itu di kasur dan berbisik sebelum mencium kening pemuda bersurai baby blue itu.

You're my best birthday present ever. Thankyou for choosing to stay by my side, Tetsuya.

.

.

.

END

.

.

.

It's done! Oh, it's 3 AM in the morning. Dan aku belum tidur HAHAHAH /digampar/

Ah finally, setelah berjam-jam. Jadi juga ini 4000k words :'D

Terima kasih untuk yang sudah membaca sampai habis, mereview, fav, dan follow, itu sangat menjadi moodboosterku untuk ngebut ngerjain project ini hehehe XD /kissu/

Maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan, typo, dan kesalahan lain.

Once again, happy belated birthday Akashi-kun!

Much love,

Shizuka Miyuki

RnR please? XD

Sonido= kemampuan vampire untuk pindah cepat secara cepat dengan menjelma menjadi sekelompok binatang kecil (ex: kelelawar atau burung lain) atau bebungaan (ex: kelompak sakura, mawar) yang menyembunyikan identitas mereka. Kalau di bleach sih, sonido itu kemampuan arrancar untuk berpindah tempat secara cepat.

Pengaturan kue ala afternoon tea inggris : kuenya di taruh di tempat yang terdiri dari tiga tumpuk (standar) dan setiap tumpuk itu kuenya beda berdasarkan aturan di Inggris. Selengkapnya tanya mbah gugel ;P

Sangre= bahasa spanyol untuk darah (gugel translate)