Tittle: Better Than I Know Myself
Chapter: 5
Casts: Kim Jongin, Oh Sehun, and Park Chanyeol
Author: kimjongkai-ssi (Rin)
Warning: typos, error!plot, and too much drama
.
.::HAPPY READING::.
.
"Jongin?" sebuah suara berat berbisik di telinga Jongin, diikuti oleh elusan lembut di puncak kepalanya. Jongin tersenyum dalam tidurnya. Ia menggeliat kecil sebelum membuka kedua matanya. Dan yang pertama kali ia lihat adalah wajah Sehun, yang sepertinya juga baru terjaga.
"Sehun? Ada apa?" sahut Jongin sambil menguap kecil. Ia melirik jam diding, sudah pukul empat pagi.
Sehun tersenyum kecil. "Ikut denganku."
Jongin melihat ke arah ayahnya yang masih tertidur di ranjang rumah sakit. Kemudian namja tan itu menatap Sehun dengan tidak yakin. Apa tidak apa-apa jika mereka meninggalkan appanya sendirian?
"Kita hanya akan makan sebentar." ujar Sehun lagi. Ia tahu jika Jongin ingin berada di sana saat ayahnya bangun nanti. "Aku tidak ingin kau sakit."
Dada Jongin menghangat. Sehun bilang ia tidak ingin Jongin sakit. Jongin tahu kalau Sehun adalah tipe namja yang perhatian, namun tetap saja, Jongin jadi semakin menyukainya. Sehun terlampau baik padanya, dan itu membuat Jongin berharap lebih. Apa Sehun mempunyai rasa suka terhadap Jongin, walaupun sedikit? Itu mustahil sekali! rutuk Jongin dalam hati.
Mereka makan ramyum instan di kafetaria rumah sakit. Karena masih sangat pagi, belum ada makanan lain selain makanan instan yang tersedia. Tidak ada yang membuka pembicaraan. Mereka sama-sama menyibukkan diri dengan makanan mereka, walaupun Jongin sesekali menatap Sehun diam-diam.
Jongin mengulum senyum mendapati Sehun yang selalu meminum air mineral setiap setelah menyuap ramyunnya. Itu kebiasaan Sehun sejak kecil. Namja Oh itu selalu bilang jika ia tidak terlalu menyukai rasa ramyun instan yang terlalu berbumbu, jadi ia menyelinginya dengan air putih.
Setelah selesai makan, mereka kembali ke ruang inap Tuan Kim. Pria paruh baya itu masih terlihat damai di buaian mimpinya. Jongin tersenyum simpul memperhatikan ayahnya. Wajah pria itu tak berubah banyak dibandingkan saat terakhir kali Jongin bertemu dengannya. Jongin ingat sekali, malam itu ayahnya pulang sangat larut, kemudian ayah dan ibunya bertengkar entah tentang apa, Jongin yang baru bangun dari tidur lelapnya hanya berani menilik dari balik pintu kamarnya. Ayahnya mengatakan sesuatu yang terdengar seperti "Aku muak denganmu!" sambil meninju permukaan meja makan mereka. Jongin hampir menangis melihat ayahnya yang kemudian membanting pintu rumah mereka. Dan sejak saat itulah ia tak pernah melihat ayahnya lagi, hingga hari ini.
"Sehun, terima kasih banyak karena sudah menemukan appa untukku." ucap Jongin tulus. Matanya berair, tetapi air mata yang memenuhi pelupuk matanya itu bukan hanya air mata bahagia. Nyatanya, Jongin tahu jika Sehun nekad mencari ayahnya agar Nyonya Oh membatalkan niatnya untuk mengadopsi Jongin.
Sehun hanya mengangguk, tanpa membalas ucapan Jongin. Kemudian Jongin sibuk memperhatikan ayahnya, dan Sehun sibuk memandangi Jongin diam-diam.
"Aku selalu ingin tahu kenapa appa pergi waktu itu." ucap Jongin lirih. "Appa tidak pernah mengucapkan selamat tinggal. Jadi kupikir, dia akan kembali. Aku terus menunggu, hingga akhirnya aku tahu kalau appa tidak akan pernah pulang."
Sehun mengelus pelipis Jongin dengan lembut. Ibu jarinya bergerak menghapus air mata yang mulai mengalir dari pelupuk matanya.
"Eomma sering menangis sambil memeluk foto appa. Aku selalu mendengarnya berdoa agar appa cepat kembali." lanjut Jongin. Suaranya bergetar dan terdengar memilukan. "Aku berusaha membencinya. Tetapi setelah bertemu dengannya―" Jongin melirik pria yang terbaring dengan wajah agak pucat itu dengan senyum pahit. "―aku tahu kalau aku tidak bisa."
Hati Sehun rasanya hancur melihat Jongin yang sekarang begitu rapuh. Ia tidak pernah tahu jika Jongin menyimpan perasaan seperti itu sendirian selama ini. Jongin selalu tampak ceria dan penuh semangat, namun ternyata hatinya dipenuhi kelabu.
"Aku beberapa kali memimpikan appa, dia tersenyum dan memberiku sebuah pelukan hangat. Setelah aku terbangun, aku hanya bisa menangis, karena aku tahu jika semua itu tak akan pernah terjadi." telapak tangan Jongin menutupi wajahnya yang mulai memerah karena menangis. "Dan sekarang, hal itu mungkin saja menjadi sungguhan. Walaupun belum tentu appa masih mengenali dan menyayangiku, yang terpenting aku masih memiliki kesempatan. Semuanya berkat kau, Sehun."
Sehun tersenyum mendengar perkataan Jongin. Namja Oh itu merasa bagai di atas awan karena dipuji seolah ia adalah pahlawan bagi Jongin.
Kau perlu tahu, jika aku akan melakukan apapun untukmu, Jongin.
.::.
Woo Bin mengerjapkan matanya. Cahaya lampu di ruang rawat yang terang membuatnya silau. Pria itu berusaha menggerakkan tangannya, namun ada sesuatu yang menghalangi. Dan perasaannya menjadi hangat melihat kalau Jongin sedang tertidur sambil memegangi tangan kanannya.
Wajah Jongin terlihat polos dan damai sekali, hingga Woo Bin tidak tega membangunkannya. Ia hanya memperhatikan namja tan itu tidur. Woo Bin tidak tahu apa yang ia pikirkan saat meninggalkan Jongin dan istrinya, dulu. Ia merasa menjadi pria terbodoh karena menyia-nyiakan anak semanis Jongin.
Tiba-tiba saja Jongin terjaga. Woo Bin tidak tahu harus bersikap bagaimana. Ia hanya terdiam menatap Jongin, yang sibuk mengucek-ucek matanya sambil menguap kecil.
Tanpa sadar, Woo Bin menahan nafasnya. Pria itu menunggu reaksi Jongin terhadapnya.
"A-appa?" Woo Bin merasakan jantungnya berhenti berdetak sekali atau dua kali. Ia tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk Jongin dan mengecup puncak kepalanya dengan sayang, karena namja tan itu memberinya sebuah senyum simpul yang cantik.
Woo Bin tahu jika dirinya tak pantas menerima senyuman manis dari Jongin, ia bahkan tidak seharusnya memeluk Jongin seolah ia tidak pernah meninggalkan namja itu. Tetapi rasa rindu yang ada di dalam dirinya membuat Woo Bin tidak memerdulikan semuanya. Yang ia pikirkan hanya tentang bagaimana hubungannya dan Jongin selanjutnya, apakah ia memiliki kesempatan untuk menebus kesalahannya, apakah Jongin sudi memaafkannya.
"Jongin-ah." panggil Woo Bin berulangkali. Rasanya seperti mimpi, memiliki anaknya di dalam pelukannya seperti ini setelah sekian lama. "Maafkan appa."
Senyum Jongin semakin lebar, memiliki orang tua yang memeluknya dengan erat terasa begitu nyaman, terakhir kali Jongin dipeluk oleh ibunya empat tahun lalu. Andaikan saja ibunya masih hidup, keluarganya bisa berkumpul seperti bagaimana seharusnya, ia akan bisa memiliki orang tua yang lengkap.
"Jongin sudah memaafkan appa." gumam Jongin terendam. Ia menenggelamkan wajahnya ke dada bidang ayahnya dengan manja. "Andaikan eomma disini. Pelukan kalian pasti sangat hangat."
Air mata Woo Bin mengalir perlahan. Ia sangat merindukan keluarganya, dan hanya ketika Jongin berada dipelukannya seperti inilah ia menyadari semuanya. Istrinya pasti sedang menyaksikan mereka dari surga, Woo Bin yakin wanita itu juga ikut senang untuknya dan Jongin.
.::.
"Kau tidak akan berhenti bekerja disini kan?" tanya Zitao, yang sengaja menghampiri Jongin di dapur. Namja itu memperhatikan Jongin yang sedang memasak sup untuk makan malam. Jongin mengulum senyum, kemudian menggeleng, "Tidak, gege. Appa bilang tidak keberatan jika Jongin tinggal disini dan bekerja."
Zitao tertawa kecil. Ia tidak bisa membayangkan jika Jongin berhenti bekerja di kediaman Oh, sepupunya pasti akan menjadi gila karenanya, dan auntynya juga akan merasa kesepian. Jongin itu sudah seperti penghibur di kediaman Oh, tingkahnya lucu dan menggemaskan, seperti anak kecil, membuatnya disayangi oleh siapa saja.
"Baguslah." Zitao berdiri dan mengambil sekaleng soda dari dalam kulkas, lalu kembali duduk dan memperhatikan Jongin yang kini sibuk merebus ayam dan daging. "Appamu sudah keluar dari rumah sakit?"
Jongin menutup tudung panci, kemudian ikut duduk di sebelah Zitao. Namja itu tersenyum simpul sambil mengangguk-angguk kecil. "Ya, tadi pagi appa sudah diperbolehkan pulang."
Zitao menyodorkan kaleng sodanya, menawari Jongin, yang direspon dengan sebuah gelengan dan "Aku tidak terlalu suka soda, ge." serta wajah cemberut yang menggemaskan. Zitao tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubiti pipi Jongin. Namja tan itu merengek kesakitan, dan pipinya juga memerah karena Zitao.
"Jongin, apa kau sudah―" Chanyeol mengatup mulutnya dengan canggung melihat Zitao bersama Jongin, mereka terlihat dekat sekali. Jongin pernah bercerita padanya kalau Zitao dekat dengannya seperti saudara sendiri, namun jika melihat interaksi keduanya yang sama sekali tidak merasa terganggu dengan skinship satu sama lain, membuat Chanyeol berpikir jika Jongin dan Zitao lebih dari sekedar seperti saudara. Tetapi lagi, Chanyeol rasa, tidak mungkin Zitao dan Jongin saling menyukai, mengingat Jongin masih sangat suka dengan Sehun, dan Zitao adalah sepupu dari Sehun sendiri. "Maaf Zitao-ssi, aku tidak―"
Jongin tertawa melihat Chanyeol yang salah tingkah. Bisa ditebak, kalau Chanyeol merasa canggung dengan Zitao yang notebenenya adalah sepupu majikan mereka. "Hyung, santai saja. Ada apa hyung kesini?"
Chanyeol melirik ke arah Zitao, dan ketika namja itu memberinya senyum sambil mengangguk kecil, mengisyaratkan bahwa dirinya tak masalah dengan pembicaraan Chanyeol dan Jongin, barulah Chanyeol menjawab pertanyaan Jongin. "Apa kau sudah selesai memasak untuk makan malam? Sehun memintaku mengecek mesin mobil Porsche-nya, jadi aku tidak bisa ikut makan malam disini nanti."
"Oh, hyung mau makan malam di garasi?" Jongin cemberut, dan Zitao mencubit pipinya sekali lagi. "Apa tidak bisa ikut makan malam, kemudian menyelesaikannya?"
Chanyeol hanya memperhatikan interaksi Zitao dan Jongin, lalu ia menggeleng dengan sebuah senyum masam. Sehun baru saja mendatanginya, dan tiba-tiba saja memerintahkannya untuk mengecek mesin mobil Porsche-nya sebelum pukul delapan malam. Dia pikir pekerjaanku mudah? Seenaknya saja! rutuk Chanyeol dalam hati. Tapi apa boleh buat, Sehun itu majikannya, dia tak bisa membantah apapun perintahnya.
"Mau bagaimana lagi?" gumam Chanyeol sebal. Namja itu sedikit terlonjak ketika Zitao menepuk pundaknya, kemudian tersenyum simpul. "Aku bisa bicara pada Sehun nanti. Kau bisa ikut makan malam seperti biasanya, kalau kau mau."
Satu hal yang datang pada pikiran Chanyeol waktu itu, kenapa Jongin bisa lebih menyukai Sehun dibanding Zitao? Chanyeol rasa otak Jongin sudah rusak oleh virus menyebalkan dari namja Oh itu. Karena, jelas sekali Zitao lebih baik dan ramah dibanding Sehun yang suka semaunya sendiri dan gak egois itu.
"Eh? Apa aku tidak merepotkan, Zitao-ssi?"
"Tentu saja tidak."
.::.
Ponsel Jongin berdering. Namja tan itu mengambil ponselnya dari meja nakas dengan antusias. Senyumnya mengembang melihat nama pemanggil yang tertera di layar ponsel.
"Appa!" serunya senang setelah mengangkat panggilan itu. Ayahnya tertawa kecil mendengarnya. "Hai, Jongin-ah. Uhm, kau tidak sedang sibuk, kan?"
"Tidak, appa. Jongin bahkan sudah bersiap untuk tidur tadi."
"Baguslah. Jangan bekerja terlalu lelah, Jongin-ah." Jongin merasa senang sekali. Setelah bertahun-tahun tumbuh tanpa orang tua, mendengar kalimat perhatian dari ayahnya hampir terasa seperti mimpi. "Dan, Jongin?"
"Ya, appa?"
"Appa menyayangimu. Tidur yang nyenyak."
"Jongin juga menyayangi appa." dan panggilan itu terputus sampai disitu. Air mata Jongin mengalir tanpa bisa ditahan. Ia merasa sangat bahagia hingga menangis seperti sekarang.
Ketukan pelan terdengar dari pintu kamar Jongin. Ia segera menghapus air matanya. Namja tan itu melihat ke arah pintu, dan tersedak oleh salivanya sendiri saat mendapati Sehun ada disana. Jongin mengira kalau yang mengetuk pintunya hanya Zitao, tidak terpikir sama sekali olehnya jika Sehun yang akan mendatanginya.
"Sehun-ah?" suara Jongin terdengar agak serak, efek dari menangis beberapa saat yang lalu. Dia berdoa dalam hati agar Sehun tidak menyadarinya.
"Ikut denganku." ucap Sehun setelah beberapa saat diam. Namja Oh itu kemudian berlalu begitu saja, dan Jongin mengikutinya dengan patuh. Mereka berjalan beriringan, hingga sampai ke taman belakang kediaman Oh. Jongin mengira Sehun ingin bicara dengannya seperti yang mereka lakukan minggu lalu, duduk di kursi kayu panjang itu berdua sambil menatap langit, tetapi kemudian, Sehun berjalan melewatinya. Jongin mengerutkan keningnya, dan baru ketika Sehun mengunlock mobilnya lah Jongin menyadari sebuah mobil hitam terparkir tak jauh dari sana.
Itu adalah mobil Porsche milik Sehun. Mobil pertama yang Sehun miliki, dan pada hari pertama ia mendapatkan mobil itu, Sehun mengajak Jongin berjalan-jalan seharian mengendarainya. Jongin masih ingat, saat itu keduanya baru duduk di kelas dua sekolah menengah pertama. Sudah lama sekali, rasanya waktu berputar terlalu cepat.
"Kita mau kemana?" tanya Jongin setelah mereka sudah lima belas menit berkendara. Jongin tahu jika mereka tidak sedang menuju arah kota, karena semakin lama, rumah dan bangunan semakin jarang terlihat di pinggiran jalan, hanya ada banyak pohon-pohon besar dan satu atau dua buah bukit kecil.
Sehun tersenyum kecil, "Lihat saja nanti."
Entah berapa lama mereka berada diperjalanan itu. Sehun pikir sudah hampir satu jam, mengingat lagu-lagu yang didengarnya melalui radio sudah berjumlah dua puluhan, mungkin lebih. Perjalanan mereka tinggal sedikit lagi. Sehun melirik ke sampingnya, dan mendapati Jongin masih terlelap tidur, wajahnya terlihat polos dan menggemaskan, selain itu, Sehun juga bisa memandanginya selama yang ia mau, karena itulah Sehun sangat menyukai saat Jongin tertidur nyenyak seperti ini dan memperhatikannya diam-diam.
Alasan Sehun memakai mobil ini juga karena Jongin, karena mereka sudah menggunakan mobil Porsche-nya ini kebanyak tempat. Dulu, jika Sehun bosan berada di rumah atau sekedar ingin menghindari ayahnya, Sehun akan mengajak Jongin berkeliling. Jongin juga selalu bilang kalau Sehun tampak keren mengemudikan Porsche. Jadi bukan tanpa alasan Sehun meminta Chanyeol mempersiapkan mobilnya ini dengan mendadak.
Sehun kembali memperhatikan Jongin. Tubuh Jongin sesekali menggigil, kedua tangannya juga memeluk badannya sendiri. Jongin kedinginan. Sehun tidak tega juga melihatnya seperti itu, padahal Sehun sudah mematikan pendingin yang ada di depan Jongin, tapi sepertinya itu belum cukup. Namja Oh itu menepikan mobilnya, dan melepas jaket kulit yang ia pakai, lalu menyelimutkannya pada Jongin.
Sehun mengelus kening Jongin, kemudian menciumnya disana. "Mimpikan aku." bisiknya tepat di telinga Jongin, dan namja tan itu hanya merespon dengan sedikit menggeliatkan badannya, mungkin terusik oleh ulah Sehun.
Mobil itu kembali berjalan, dan tak butuh waktu lama setelah mereka sampai di tempat tujuan. Sehun memarkirkan mobilnya di bahu jalan, dan membangunkan Jongin kemudian. Namja tan itu membalasnya dengan gerutuan tidak jelas sebelum benar-benar membuka matanya dan terjaga. Sehun hanya mengulum tawa melihat tingkah Jongin.
"Sehun, apa kita sudah sampai?" suara Jongin masih serak akibat bangun tidur, dan matanya juga sedikit membengkak. Tetapi jika kau tanya pada Sehun, menurutnya Jongin tetap terlihat manis seperti biasanya.
Sehun menuntun Jongin berjalan, karena tubuh namja tan itu masih oleng, mungkin belum sepenuhnya sadar dari tidurnya barusan. Tangan kanan Sehun melingkar manis di pinggang Jongin, dan ketika Jongin menyadarinya, kantuknya hilang, menguap entah kemana, digantikan oleh rona merah dikedua pipi chubbynya.
"A-aku bisa jalan sendiri, Sehun-ah." Jongin mencoba melepaskan tangan Sehun dari pinggangnya, namun Sehun tetap mempertahankan posisi mereka. Namja Oh itu sedikit menunduk, mensejajarkan wajah mereka, kemudian berbisik, "Aku tak mau kau jatuh."
Jarak mereka sangat dekat, membuat jantung Jongin bertalu-talu karena gugup. Oh astaga, lama-lama Jongin bisa pingsan jika begini.
Jongin memperhatikan ke arah depan, mengalihkan pandangannya dari wajah Sehun yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya, dan barulah ia sadar kemana Sehun membawanya.
"S-Sehun?" lirih Jongin dengan suara bergetar, matanya berkaca-kaca. Ia menatap tak percaya ke arah Sehun, tidak menyangka jika namja Oh itu membawanya mengujugi makan ibunya.
Sehun mengusap pelipis Jongin lembut, "Kupikir setelah bertemu dengan appamu, kau juga ingin mengunjungi eommamu. Jadi aku membawamu kesini."
.::.
Chanyeol meminta Jongin untuk datang ke garasi saat makan siang. Namja tan itu tersenyum dan menyapa Chanyeol seperti biasanya, ia sama sekali tidak menyadari wajah gelisah Chanyeol.
"Jongin-ah?" nada Chanyeol terdengar tidak yakin, dan suaranya juga gemetar. "Aku menyukaimu."
Mata Jongin membulat tak percaya. "A-apa, hyung?"
"Aku tahu kalau kau menyukai Oh Sehun. Aku hanya ingin mengatakan perasaanku padamu. Menurutku, kau seseorang yang sangat istimewa dan sempurna." Chanyeol tertawa kecil, tetapi tidak ada humor sama sekali di dalamnya, yang Jongin dengar hanya kekosongan yang hampa. Namja Park itu menyodorkan sebuah boneka beruang berukuran lumayan besar, dan Jongin mengambilnya dengan ragu. "Anggap boneka itu sebagai aku, agar kau tidak kesepian. Aku sering melihatmu menatap langit dari jendela kamar dengan ekspresi sedih. Berjanjilah padaku untuk selalu bahagia, ne?"
"Hyung, maafkan aku." Jongin tidak bisa menahan tangisnya. Chanyeol terlalu baik dan perhatian, dan Jongin merasa bersalah karena tak bisa membalas perasaannya. "A-aku―"
"Hey, berhentilah menangis. Aku mengerti keadaanmu, Jongin. Jadi jangan pernah menyalahkan dirimu karena aku, kau mengerti?" Jongin mengangguk. Kemudian Chanyeol memeluknya dengan erat, dan Jongin membalas pelukannya sama eratnya. "Ingatlah, aku selalu ada disini untukmu. Kau selalu memiliki bahuku untuk bersandar."
Chanyeol mengecup puncak kepala Jongin lama. "Aku mencintaimu, Jongin."
"Kita akan tetap sama seperti dulu kan, hyung? Kau tidak akan membenciku, kan?"
"Kau selalu memiliki aku jika kau membutuhkan aku. Dan, Jongin, aku tidak menyesal mencintaimu, tidak akan pernah. Satu hal yang membuatku merelakanmu adalah bahwa aku menyadari jika Sehun memang pantas mendapatkanmu." Chanyeol tersenyum simpul. Dan Jongin berusaha untuk tersenyum juga, walaupun hatinya berdesir sakit, ia tetap merasa bersalah pada Chanyeol.
.::.
.
.
.::To be continued::.
.
.
Note: Annyeong! Mian karena updatenya (lagi-lagi) lama :c sebenernya Rin selese nulis dari beberapa hari yang lalu, tapi wifi error terus waktu mau ngupload chap barunya :c btw, kayaknya ff ini tinggal satu chap lagi, jd chap depan udah end hihi makasih bnyk ya yang udah selalu ngasih reviewnya /kisses/
Makasih banyak buat Kamong Jjong, gea, yesaya . mei, novisaputri09, asmayae, Guest, cute, MutiaraPark, KaiNieris, steffifebri, Mizuka Sakura-chan, realpbh, nha . shawol, parkwu, jungdongah, Guest, LM90, FTafsih, maya han, Guest, Wiwitdyas1, dhantieee, jonginisa, sejin kimkai, aliyya, BabyWolf Jonginnie'Kim, afranabilacantik, youngimongi, rofi . mvpshawol, teleporters01, ling-ling pandabear, Jongin48, askasufa, lutfiatul96, utsukushii02, dan Keepbeef Chiken Chubu buat reviewnya /big hug/ makasih banyak juga doa-doanya buat sepupunya Rin c': maaf ya reviewnya ga dibalas satu2 kayak biasanya, tapi Rin baca semua kok reviewnya :D
Keep review-ing, chingu-ya! ~\(^o^)/~
.