Author's Talk : Hai! Ketemu lagi dengan author yang aneh ini~! /nak. Kali ini, saya akan buat fanfic romance sama history seperti fanfic yang lalu :v tapi kali ini, MidoxOC (Bagi yang pernah baca fanfic MidoxOC yang pernah saya publish, ini anggap saja sebagai penggantinya XD).

Nggak banyak ngomong lagi! Selamat membaca fanfic yang aneh ini XD

P.S : Author disini nggak membuat Midorima menjadi maniak Oho-Asa karena zaman perang mana ada begitu :v dan akan banyak skip time untuk mengikuti alur cerita /digeplak.

A Story in Cruel War

Warning : OOC (pasti(?)), Many OCs, Typo, dll.

Disclaimber : Kuroko no Basuke own to Fujimaki Tadatoshi

Settings : Diantara dua negera yaitu Jepang dan Indonesia.

Genre : Romance, Drama, Hurt-Comfort, Slightly-Humor (untuk sedikit hiburan), dll (Semua genre yang berhubungan perang intinya(?) :'D)

Chapter 1 : Pertemuan Pertama dengannya

-22 Desember 1942 di Jepang-

"Hei, kudengar Jepang baru menyerang angkatan laut Amerika, ya?" tanya seorang pria berumuran 40-an kepada temannya itu.

"Benar dan aku dengar lagi, Jepang akan menguasai Hindia Belanda karena kekuasaan Belanda sudah berakhir," jawab temannya itu sambil menyeruput teh hijaunya.

"Kita lihat saja nanti," kata pria yang bernama Midorima Shinnosuke itu. "Tapi kudengar, pemuda-pemuda akan juga dikirim ke Jepang untuk membantu Jepang disana, kan?" tanya Shinnosuke dengan tidak percaya karena dia memiliki seorang putra yang masih berumur 15 tahun.

Temannya itu pun berdeham sebentar untuk memberi rasa enak pada tenggorokkannya, "Iya, karena pasukan Jepang sedang kekurangan pasukan untuk disana nanti," jawab temannya itu dan Shinnosuke hanya menghela nafas berat.

Di sebuah taman kecil yang penuh dengan salju, "Midorimacchi, kau sudah dengar berita gak?" tanya seorang pemuda berambut pirang kepada temannya yang berambut hijau seperti lumut itu. Tidak, author hanya bercanda, Midorima-san.

"Sudahlah, aku bukan orang kudet sepertimu, Kise," jawabnya kepada pemuda yang bernama Kise Ryouta.

"Hidoii ssu!" gerutu Kise dengan muka cemberutnya yang minta dihajar oleh pemuda hijau bernama Midorima Shintarou itu.

Beberapa lama setelah suasana hening terjadi diantara mereka. "Midorimacchi... Entah kenapa, aku jadi sedikit khawatir..." ujar Kise sambil duduk disebelah temannya itu.

"Khawatir kenapa-nanodayo?" tanya Midorima sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Kita pasti akan dipanggil menjadi pasukan disana nanti..." jawab Kise sambil menatap lirih ke langit.

"Pasti-nanodayo.. Kita harus rela berkorban untuk negara kita sendiri dan itu sudah takdir kita kalau itu terjadi," kata Midorima sedari tadi membaca buku dan langsung menutup buku itu.

Kise mendesah kecewa dan menatap ke langit-langit itu dengan penuh harapan, Midorima juga begitu karena dia tidak ingin meninggalkan keluarganya dan negerinya walaupun dia tidak mau mengakuinya ke semua orang. Dasar tsundere.

Dua bulan kemudian dirumah keluarga Midorima, "Shintarou-kun! Ada surat untukmu!" teriak sang ibu, Midorima Haruhi sambil memegang surat dari seseorang.

Midorima pun langsung menghampiri ibunya dan mengambil suratnya dengan ketegangan dalam dirinya, "Bukalah surat, nak!" ucap Haruhi dengan penasaran dan Midorima hanya mengangguk kecil. Lalu dia pun membuka surat itu sambil menahan nafasnya beberapa saat dan membaca surat itu.

"Shintarou-kun? Apa isi surat itu?" tanya Haruhi yang semakin penasaran.

"Ibu... Aku dikirim ke Indonesia menjadi pasukan disana..." jawab Midorima sambil meremas kertas surat itu.

Haruhi pun terbelak ketika mendengarnya dan langsung memeluk anaknya, "Ibu cukup bangga denganmu tapi ibu juga takut apa yang akan terjadi denganmu disana," kata Haruhi sambil memeluk erat anaknya. Lalu Midorima pun memeluk balik ibunya dengan pelan, "Tenang, bu.. Aku akan menjaga diriku disana..." balas Midorima dengan datar tapi didalam hatinya, dia cukup sedih.

Tak lama kemudian, Haruhi pun melepaskan pelukkannya dan memegang lengan putranya itu. "Kapan kamu berangkat ke Indonesia?" tanya Haruhi sambil tersenyum kecil.

"Empat hari lagi," jawab Midorima sambil menatap ibunya.

"Kalau begitu, kamu siap-siap, ya.." ujar Haruhi yang langsung tersenyum penuh keibuan dan Midorima hanya mengangguk.

Dia pun berjalan ke kamarnya untuk berkemas dan pas dia masuk ke dalam kamarnya, dia melihat seragam tentaranya yang dia gunakan waktu latihan pas beberapa bulan yang lalu.

"Waktunya telah tiba..." gumamnya sambil memegang seragam tentaranya dan meremas seragamnya itu sambil mendecih kecil.

Keesokan harinya, dia berkumpul bersama teman-temannya di tempat mereka biasa berkumpul. "Nggak nyangka, kita bakal dikirim ke Indonesia," kata pemuda berkulit coklat (atau hitam lebih tepatnya) dan berambut biru tua bernama Aomine Daki, eh, maksudnya Daiki dengan santai.

"Aku juga ssu..." balas Kise dengan lesu.

"Ryouta, kau semestinya bangga karena bisa membantu negara untuk menjaga negara lain," kata pemuda berambut merah dengan arogan bernama Akashi Seijuurou yang merupakan seorang anak perwira tentara yang termuka.

Kise pun menghela nafas berat karena sahabatnya itu yang hampir mirip dengan ayahnya yaitu pikiran dan sifatnya. "Akashicchi tidak kasihan dengan keluarga yang khawatir dengan Akashicchi?" tanya Kise kepada Akashi dengan nada sedih.

"Tidak, untuk apa? Akukan hanya menjalankan tugasku sebagai pasukan disana," jawab Akashi dengan santai.

"Kau emang tidak memikirkan itu-nanodayo," kata Midorima yang sedikit geram dengan temannya.

"Aku emang tidak memikirkannya," balas Akashi yang masih santai.

Dasar tidak punya hati, dia emang mirip ayahnya yang tidak punya hati itu, batin Kise dan Midorima dengan sedikit kesal.

"Bagaimana habis ini kita ke kuil untuk berdoa keselamatan kita disana?" saran Kise sambil tersenyum.

"Nyam.. Boleh, tuh.. Nyam.. Nyam.." balas mahluk raksasa (setelah itu author dihantam sama orangnya) atau pemuda jangkung berwarna ungu sambil memakan cemilannya yang dia beli.

"E, e, etto... Apakah akan ada cemilan disana...? Nyam..." tanya pemuda ungu bernama Murasakibara Atsushi tersebut dengan tatapannya yang selalu sayu itu.

"Aku tidak tau ssu..." jawab Kise dengan sweatdrop. "Ya udah, ayo kita ke kuil!" Mereka berlima pun ke kuil untuk berdoa keselamatan mereka di negara yang akan mereka tugas nanti.

Tiga hari kemudian dipelabuhan, semua keluarga pasukan kumpul dipelabuhan untuk mengantar putra-putra mereka yang akan bertugas dinegara kekuasaan Jepang yang baru yaitu Indonesia.

"Shintarou-kun, jaga diri baik-baik disana, ya..." nasehat Haruhi sambil membetulkan seragam putranya.

"Iya, bu.." ujar Midorima sambil mengangguk kecil. Lalu adik perempuannya yang berusia 6 tahun bernama Midorima Shina sambil memeluknya, "Nii-chan... Jangan lupain aku, ya... Terus nii-chan harus jaga diri.." kata Shina sambil menatap kakaknya dengan sedih.

Midorima pun menggendong Shina sambil tersenyum lembut kepada adiknya, "Tenang, Shina... Nii-chan akan jaga diri baik-baik.. Kau juga harus baik-baik dan jangan nakal disini..." nasehat Midorima dan Shina pun memeluk Midorima dengan sedikit terisak-isak.

Shinnosuke yang sedari tadi diam hanya bisa menatap putranya dengan lirih karena dia harus melepaskannya untuk tugas negara dan itu tidak bisa dibantah lagi.

Dunia ini emang kejam.

"Shina, ayo, gendong sama ayah," ujar Shinnosuke sambil membujuk putri kecilnya itu. Lalu Midorima pun memberikan Shina kepada ayahnya itu.

"Midorima! Ayo, kita berangkat!" teriak Aomine dari kejauhan dan sudah siap untuk naik kapal.

"Ayah, ibu, aku pergi dulu, ittekimasu.." pamit Midorima sambil membungkuk kecil.

"Itterashai, Shintarou(-kun)," balas Shinnosuke dan Haruhi sambil tersenyum kecil. Lalu Midorima pun menyusul Aomine dan naik ke kapal bersama dengan yang lainnya.

"Nii-chan! Kalau udah punya kekasih, nii-chan kenalin Shina sama nee-chan itu, ya!" teriak Shina sambil tersenyum polos, Shinnosuke dan Haruhi langsung menatap putrinya, "Apa?"

Midorima yang mendengarnya hanya bisa diam dan wajahnya sedikit merona karena teriakkan adik kecilnya.

"Midorimacchi, semoga kau dapat kekasih, ya! Adikmu nunggui, tuh~" ejek Kise sambil menyikut Midorima.

"Diam kau, Kise," tegur Midorima dengan menahan malunya.

"Kapal siap!" teriak anak buah kapal lalu kain layar pun langsung dikibarkan, semua keluarga langsung memberi salam perpisahan sambil melambaikan tangan dan dibalas oleh beberapa orang yang ada didalam kapal.

Semoga aku bisa menjalankannya dengan baik, batin Midorima sambil menatap langit biru dengan penuh harapan.

"Midorimacchi, semoga kita bisa menjalankannya dengan baik ssu!" kata Kise dengan semangat dan Midorima pun mengangguk mantap walaupun ekspresinya tetap datar.

Ketika pas malam hari dan semua awak kapal sedang tertidur lelap, "Midorimacchi, bangun ssu...!" bisik Kise sambil menggoyangkan badan sahabatnya itu.

"Ada apa, Kise? Aku masih mau tidur-nanodayo," balas Midorima sambil mengibaskan tangannya yang bertanda dia tidak mau diganggu.

"Tapi kau akan menyesal jika tidak melihat, Midorimacchi..!" bisik Kise yang masih menggoyangkan badan sahabatnya itu.

Midorima yang sudah geram pun langsung bangun dan memakai kacamatanya itu, "Baiklah..! Apa yang ingin kau perlihatkan-nodayo..?" tanya Midorima dengan sedikit berbisik dan kesal, Kise pun hanya cengengesan tidak bersalah.

"Ayo, kita keluar ssu..!" Kise pun menarik tangan Midorima dan keluar dari ruangan untuk mereka tidur, "Kise..! Jangan menarik tanganku..!" tegur Midorima yang masih kesal dengannya karena membangunkannya tanpa alasan yang jelas.

"Lihatlah!"

"Apa ya- Wow..." Midorima pun harus terpaku dengan langit malam yang penuh dengan bintang-bintang yang bercahaya sangatlah terang dan beda sekali dengan bintang-bintang yang dia lihat di tempat tinggalnya.

"Gimana, Midorimacchi?"

"Terbayar juga, kau membangunkanku malam-malam seperti ini-nanodayo,"

Kise hanya menyengir sambil menggarukkan pipinya dengan malu dan mereka pun menikmati malam sambil memandangi bintang-bintang yang kerlap-kerlip.

Andaikan saja, aku bisa melihat bintang-bintang ini terus, batin Midorima sambil memandangi bintang-bintang itu.

Beberapa lama kemudian, semua pasukan dari Jepang pun sampai di Indonesia dan mereka pun langsung disambut oleh beberapa pasukan Jepang yang sudah ada disana dan warga Indonesia yang juga ikut menyambut mereka.

Waktu itu, Indonesia masih manganggap Jepang merupakan saudara tua dari Indonesia dan maka itu, Indonesia masih menyambut baik Jepang sebagai 'saudara', walaupun mereka tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.

Kise yang sedang melambaikan tangannya kepada para gadis Indonesia yang sepertinya langsung nge-fans sama Kise, sedangkan Midorima melihat seorang gadis Tiongkok-Indonesia dengan rambut hitam kelam dikuncir kepang dua kebawah yang menatapnya penuh arti.

Gadis itu aneh sekali, pikir Midorima sambil melihat gadis itu dan ketika, dia ingin menghampirinya, gadis itupun langsung kabur dari kerumunan.

"Cih! Dia pergi..." ujar Midorima dengan jengkel.

"Ada apa, Midorimacchi?" tanya Kise dengan bingung.

"Tidak ada apa-apa-nanodayo," jawab Midorima dengan datar.

Midorima pun mulai penasaran dengan gadis yang dia temuinya tadi dan gadis itu menatapnya dengan arti yang dalam tapi itu hanya perasaannya saja.

Tapi rasa penasarannya yang tidak bisa hilang itu membuatnya ingin bertemu dengan gadis itu lagi.

-To be Contunie-

Author's Talk : Hai! Gimana ceritanya? Aneh? Pasti! /plak. Sebenarnya, author terinspirasi dari salah satu gambar di fandom sebelah dan author ingin coba nulis fanfic yang berbeda dengan fanfic yang author tulis~!

Emang agak aneh dan ini pun author harus berbekal pengetahuan sejarah karena akan juga diceritakan juga tentang penderitaan Indonesia pas kedudukan Jepang sampai akhir penderitaan Indonesa.

Btw, Happy Birthday Akashi! Maaf, saya tidak membuatkan hadiah (baca : Fanfic) untukmu! (Akashi : Nggak perlu, thor.. Gua udah menganggap hadiah pas gua muncul di cerita ini) Tumben, Akashi baik! /dilemparguntingsakti.

Itu saja, sih~! Maaf kalau masih ada yang kurang! Terima kasih sudah membaca dan jangan lupa!

Read and Review?

(P.S : Nggak review juga gak apa-apa)