ENDING
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pair : Sasuke U. Dan Hinata H.
Genre : Romance & Hurt Comfort
Warning : Anda pasti tau sendiri jika baca. Hehe :D
Summary :
Kehidupan yang Hinata alami akan berbeda dari sebelumnya.
Setiap ia salah melangkah ia akan masuk ke dalam perangkap dua orang yang berpengaruh dalam kehidupannya.
Setiap awal memiliki akhir.
Awal buruk membawa kemalangan.
Awal baik membawa keberuntungan.
Entah apa yang akan dialami olehnya akan berbuah manis atau apa?
Chapter 1 : AWAL TAKDIR
HAPPY READING
.
.
.
Normal POV
Hinata yang terlihat memasang sepatunya dan mengunyah roti di mulutnya dengan terburu-buru. Seragam yang ia pakai pun entah pernah di setrika atau tidak, terlihat kusut tak terawat. Rok pendek berwarna biru kusam, kaus kaki putih pendek dan sepatu yang terlihat banyak jahitan dimana-dimana. Entah orang mau bilang apa kepada Hinata tentang penampilanny, tapi ia yang mengalami ini sendiri kan jadi kenapa difikirkan. Ia tetap tersenyum lebar dan memakai topinya dan bergegas lari berangkat sekolah. Sebelum itu ia tak lupa menutup apartemen yang ia tinggali. Walaupun di dalamnya tak ada barang mewah tapikan masih ada barang-barang yang memiliki kenangan berharga misal baju seadanya yang ia beli dari uang sendiri ataupun barang bekas. Terlihat sentimenti mungkin.
Jarak antara sekolahnya lumayan jauh kira-kira 2 km, tapi dengan senang hati Hinata tetap jalan kaki karena menurutnya selain hemat itu juga sangat berguna bagi kesehatan. Semua olahraga ia kuasai entah lari, renang, beladiri maupun samurai. Hadeh jadi jangan berani macam-macam sama Hinata.
Saat berlarian sekilas ia melihat dari arah belakang terdengar suara deru sepeda motor yang kencang sampai ke telinganya, ia menoleh ke arah belakang.
Craaat..
Genangan air yang ada di lubang jalan menyiprat ke baju Hinata dan sepeda motor berwarna biru kehitaman itu berhenti sejenak. Orang yang mengendarai itu memiliki rambut yang aneh seperti― pantat ayam. Setelah menoleh dan ku pelototi ia langsung melaju pergi.
Hinata POV
Baju yang awalnya ku gunakan bersih sekarang kotor penuh dengan lumpur.
Ch , siapa laki-laki brengsek itu. Dasar anak jaman sekarang mainnya kebut-kebutan.
Awas saja ya kalau aku menemukan siapa pemilik motor itu aku tak akan tinggal diam.
'Mati kau!'
Aku terus berjalan ke arah sekolah dengan lunglai dan terus berjalan sambil menggerutu. Pintu gerbang sudah terlihat dan sudah dapat dipastikan gerbang itu tutup.
Aku sebal kenapa hari ini ia sial sekali. Perempatan di dahiku makin terlihat sampai ke pos satpam penjaga gebang. Ia yang terdapat sedikit goretan apa gitu di sebelah kanan kiri hidungnya. Dan ia juga anak dari seorang yang berjasa disini dulu, namanya Iruka.
"Ehm iruka-san." Aku menegurnya terlebih dahulu.
"Eh Hinata kenapa kau datang terlambat, tumben." Katanya kepadaku dengan terlihat mengamatiku.
"Gomen, tadi kesiangan. Dan lihat bajuku kotor tadi ada seseorang yang seenak udelnya nyipratin lumpur." Ucapku seraya cemberut dan mengerucutkan bibir.
Iruka yang melihat tingkah tersenyum dan mengelus topiku, aku dan dia memang seperti seorang ayah dan anak. Karena dari kecil aku sama sekali tak tahu siapa orangtuaku maupun saudara dan itu artinya aku melakukan apapun sendiri tanpa bantuan oranglain dalam artian kasih sayang keluarga. Tapi iruka-san sudah baik selama ini terhadapku dan pernah sempat mengajakku kerumahnya bersama istri dan anaknya. Dan kami slalu bermain bersama saat kecil. Itu sudahcukup ku anggap keluarga.
"Karena ini pertama kalinya kau telat jangan paksakan dirimu untuk tidur larut malam ya."
"Oke." Aku tersenyum ke arahnya dan pergi masuk. Pelajaran pertama sekarang adalah kerajinan, bolos sajalah.
Aku melangkah ke koridor lewat tempat dimana seseorang dapat menuju ruang perpustakaan. Aku sering kesana entah untuk membaca atau mungkin hanya iseng-iseng jadi petugas disana, untung-untung bisa diberi uang untuk tambahan jajan.
Kreek..
Ku buka pelan, hmm bisa ditebak masih sepi karena ini kan masih waktunya pelajaran. Dan Azuma-san penjaga perpustakan itu malah asik tidur.
Aku berjalan pelan sambil melihat-lihat di rak deretan buku bahasa ―hm lewati yah kamus― hmm walaupun suka tapi aku rada malas. Kulirik bosan semua tak ada yang menarik.
Ku lihat ditempat pojokan perpustakan terdapat tempat duduk panjang.
'Akhirnya ketemu juga tempat yang pas untuk tidur' Aku tertawa dalam hati. Aku bersihkan sedikit kotoran di bajuku yang terlihat mulai mengering dan mencoba tidur.
Sasuke POV
Terjebak di ruang kepala sekolah adalah hal yang paling membosankan dalam hidupku ― tapi juga menyenangkan karena membuat orang di depannya kesal.
"Kau sebagai anakku disini, seorang Uchiha. Tingkahmu sama sekali tak mencerminkan hal itu." Terlihat wajah penuh emosi dari seseorang dihadapannya.
'Memang ini yang harus aku lakukan tou-san, supaya kau melihatku.'
Aku tertawa dihadapannya, dan sengaja pura-pura tak mendengarkan sambil mengeluarkan ponsel dari dalam saku.
"Tou-san, apa salahnya aku membawa sepeda motor dari sekolah. Dan melakukan hal yang sewajarnya aku lakukan pada fans perempuanku." Aku menunjukkan seringaianku kepadanya. Aku memang sengaja tebar pesona dengan para fans di depan dia.
Terlihat raut wajah Fugaku mengeras dan ia mengepalkan tangannya di hadapanku.
"Aku nanti malam tidak pulang,"
Aku kembali memfokuskan pandangan ke arah ponsel milikku, entah ku gunakan untuk apa.
PLAAK
Tamparannya terasa panas dan perih di pipiku, begini rasanya tidak sakit. Aku melengkungkan bibirku ke atas dan menatap ke arah Fugaku seolah menantang.
Aku sudah terlalu sering mendapatkan perlakuan seperti ini, jadi jangan harap aku akan berubah ke arah yang kau inginkan Tou-san.
"Apa hanya itu yang bisa kau lakukan! Puas―
PLAAK
Suara tamparan itu terdengar semakin nyaring ke gendang telingaku. Aku terhempas dan jatuh dengan keras. Ku pegang pelan pipiku dan ku usap bibirku.
"Sasuke gomen tadi—" suaranya terdengar seperti merasa bersalah atas apa yang telah ia lakukan.
Tangannya mencoba menyentuh pipiku, tapi aku segera menepisnya.
―Darah
Itu yang dilihat Fugaku.
Aku melangkah pergi meninggalkannya entah ucapan apa yang terakhir ia ucapkan padaku tak ku hiraukan.
Aku berjalan menyusuri koridor yang terlihat sepi.
Terasa ada aliran air yang mengalir dari mata ke pipiku.
Aku menangis.
Entah aku harus segera bersembunyi dimana untuk menyembunyikan wajahku yang terpuruk ini.
Ku lihat ruang itu, perpustakan. Iya mungkin itulah jawaban atasku tadi kalau aku akan kesana menumpahkan semua perasaanku.
Normal POV
Sasuke masuk ke dalam pelan, ia melihat di dalam masih sepi tak ada orang.
Ia mencari sudut di dalam ruangan ini yang biasa ia gunakan selama ini.
Terlihat ada seorang perempuan yang sedang menempati tempatnya itu, kalau di lihat-lihat ia pernah tau wajah ini.
'Entahlah, dia juga tidak penting.'
Sasuke mengambil kamus bahasa inggris kecil di rak buku itu dan ia lemparkan ke arah Hinata.
Terlihat Hinata menggerakan sedikit tubuhnya dan tetap tak bergeming dari tidur nyenyaknya.
'Ck, perempuan apa kebo ini.'
Sasuke mengambil kamus yang lumayan tebal dan ia melempar buku itu.
DUUK
Buku itu tepat mengenai kepala Hinata dan ia bangun sambil sedikit meringis mengelus kepalanya yang terasa sakit. Entah ada apa gerangan.
Hinata terbangun dan berdiri sambil melihat siapa yang melemparinya buku itu.
Hinata menatap Sasuke dan begitu pula sebaliknya.
'Sepertinya aku mengenalnya.' Batin mereka berdua.
'Rambut pantat ayam itu.' Pikir Hinata
'Baju yang lusuh dan tatapan yang tajam.' Pikir Sasuke
"KAUUU!" ucap mereka bersamaan.
'Akhirnya aku menemukannya.' Hinata menyeringai ke arah Sasuke.
"Jadi kau perempuan kampung yang lewat di depan sepeda motorku tadi ya." Sasuke memberikan tatapan mengejek ke arah Hinata.
Hinata mendelik ke arah Sasuke. Tangan Hinata sudah sangat gatal untuk dapat cepat-cepat memukul Sasuke hingga babak belur.
Saat ia mencoba memukul Sasuke. Ia melihat ada sedikit luka di bibirnya dan ia urungkan untuk melakukan hal itu.
"Kalau kau ingin memukulku lakukan saja." Sasuke berkata sinis ke Hinata.
"Arigatou, tapi aku tak mau mengotori tanganku untuk orang yang sedang terluka." Hinata berbicara tak kalah sinisnya sambil menjulurkan lidahnya.
'Begitukah, kenapa dia baik terhadap orang asing.'
Hinata terlihat merogoh saku dan berjalan ke arah laci pinggir ruangan. Ia mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka laci itu dan di sana terdapat obat luka yang seingatnya pernah ia taruh situ karena UKS sedang di adakan perbaikan. Walau Hinata masih kesal tapi ia masih punya perasaan.
Ia membuka kotak obat dan merogoh isi dalam tasnya kain dan air. Kain itu ia tetes-tetesi dengan air.
"Sini sebelum ku obati, kubersihkan dulu."
"Tidak usah nanti juga sembuh sendiri." Kata Sasuke mengacuhkan Hinata.
Padahal dalam hati Sasuke mulai ada getaran-getaran aneh di dadanya. Ia sama sekali tak pernah merasakan hal ini sebelumnya.
Hinata yang merasa ia diabaikan hanya menggelengkan kepala dan menarik tubuh Sasuke mendekat ke arahnya. Sasuke yang berada sedekat ini dengan perempuan mencium wangi yang khas menguar dari tubuh Hinata. Aroma lavender yang lembut, jarang ada perempuan yang ia ketahui memakai parfum seperti ini. Hinata yang merasa tubuh Sasuke mendekat ke arahnya merasa risih, dan mendorong pelan dada Sasuke.
"Chh aku mau mengobatimu." Hinata mengerucutkan bibirnya.
Hinata menempelkan kain itu keras ke sudut bibir Sasuke. Sontak Sasuke merasakan sakit dan menjerit pelan.
"Kau dendam padaku!"
"Haha gomeen" Hinata menyunggingkan senyuman 2 jarinya yang manis.
Lalu ia kembali membersihkan luka itu pelan, setelah selesai ia menempelken plester di ujung bibir yang luka tersebut.
Selama Hinata mengobati mata Sasuke terasa terhipnotis seakan-akan Hinata adalah objek yang sulit untuk ditemui, jika beralih maka semua akan hilang.
"Sudah selesai, ehm kalau boleh tau namamu siapa? Maaf aku kasar tadi. Aku Hinata Hyuuga."
"Aku Sasuke emm— uchiha."
"Ohh.. salam kenal Sasuke" Hinata tersenyum tulus ke Sasuke.
'Tunggu, reaksinya sama sekali tak sama dengan perempuan jalang. Maaf aku salah menilaimu. Kau menarik.'
"Hinata, arigatou." Sasuke melenggang pergi, tapi sebelum itu Sasuke sekilas mencium Hinata di pipi.
Hinata yang mendapatkan perlakuan itu hanya mampu merona dan membeku tak bisa menggerakan badannya. Setelah Sasuke pergi ia baru sadar dan ia kesal sekaligus malu atas kejadia tadi.
.
.
Waktu berpulang sekolah sudah berbunyi, Hinata membereskan buku dan paket fisika yang ia bawa. Dengan langkah bersemangat ia keluar kelas.
Saat di depan kelas Hinata terkejut karena ia tidak diperbolehkan untuk pulang dahulu karena dipanggil ke ruang kepala sekolah.
'Masalah apa yang ku perbuat sampai-sampai aku diseret ke ruang itu,' Pikir Hinata bingung.
Hinata masuk sambil mengucapkan permisi dan sudah terdapat Fugaku-san di sana, ia pemilik sekaligus kepala sekolah disini.
"Silahkan duduk."
"Ha'i." Hinata membungkuk hormat di hadapannya.
"Selama ini anda tau kan disini meskipun dapat beasiswa tapi harus tetap membayar uang gedung. Anda tau nominalnya sangat besar. Saya mohon maaf secepatnya anda harus melunasi semuanya."
Hinata menggigit bibir bawahnya gugup, dia sudah bekerja lembur kemarin tapi gajinya sama sekali tak cukup untuk membayar sebanyak itu.
KREEK
Pintu terbuka sontak Hinata dan menoleh ke arah orang yang melakukan itu. Ia lihat dia Sasuke. Pipi Hinata merona. Ia kembali mengingat kejadin di perpustakaan.
'Kenapa dia disini?'
"Memangnya dia kenapa kalau tak membayar tadi tiba-tiba aku datang mendengar kalian bicara." Kata Sasuke.
Hinata merasa Sasuke tidak sopan dan melotot ke arahnya, Sasuke yang merasa ditatap seperti itu hanya mampu menyeringai dan mengedipkan matanya. Hinata menepuk jidatnya.
'Benar-benar nih anak.' Batin Hinata
"Dia akan dikeluarkan." Kata Fugaku tegas.
Hinata mendelik, pekerjaan apa yang harus ia lakukan sehingga mendapatkan uang sebanyak itu. Apa pekerjaan penghibur, atau wanita― ck ia tak bisa membayangkan itu semua.
"Lebih baik dia jadi guru les ku, nilaiku turun dan aku jarang belajar tou-san."
'Tousan? Eh jadi Sasuke anak pemilik sekolah ini. Aku tak menyangka hal itu, tapi dari penampilan ia terlihat seperti anak orang kaya sih.'
"Baik kalau itu maumu, Hinata kutugaskan kau menjadi guru les Sasuke. Jika kau berhasil buat dia dapat nilai bagus dan tidak membolos kau akan dibebaskan dari semua tuntutan ini."
'EEEEEEHHH'
"Baik." Suara Sasuke yang menjawab.
'HAAAA'
TBC
Nasib apa yang mengakhiri kehidupan Hinata ya? xD
Jangan lupa tinggalkan jejak alias review. . .
RnR Please ! ! ^_^