Title : I'M SORRY

Author : Dyan Rosdiana

Cast :

- Luhan as Oh Luhan

- Oh Sehun (EXO) as Oh Sehun

- Kim Jongin (EXO) as Kim Jongin / Kai

- Byun Baekhyun (EXO) as Byun Baekhyun

- Kim Taehyung (BTS) as Byun Taehyung

- Wu Yi Fan / Kris as Kris

Genre : Brothership, Sad, Family

Rating : T

Lenght : Chaptered

WARNING! Cerita gaje, typo, penulisan tidak menggunakan EYD

.

.

.

.

.

HAPPY READING! :)

.

.

.

.

.

"Apa? Hal penting? Kalau memang hal penting, katakan saja sekarang melalui telpon"

"Tidak bisa. Ini benar-benar penting. Aku harus mengatakannya langsung padamu"

"Memangnya tentang apa huh? Apa itu tentang gadis cantik?"

"Apa kau bilang? Ayolah, aku sedang serius sobat. Ini bukan apapun tentangmu atau gadis-gadis cantik disana"

"Lalu tentang apa? Apa itu berhubungan denganmu dan juga keluargamu?"

"Jangan banyak tanya! Cepat kembali ke rumah, Kim Jongin!"

"Ish—Aku sedang berada di rumah Jeongmin. Tapi, baiklah. Sebentar lagi aku akan kembali ke rumah"

"Cepatlah! Aku tidak terlalu suka untuk menunggu"

Tuuttt... Tuuuttt... Tuuuttt...

Sehun pun berjalan mendekati sebuah laptop yang terletak diatas meja belajar milik Kai. Lalu ia pun menyalakan laptop itu. Ia tersenyum saat melihat wallpaper yang tepasang di layar laptop milikinya itu. "Aku rindu kalian"

.

.

.

I'M SORRY (Chapter 6 - Mimpi Buruk)

.

.

.

"Luhan, anak eomma sudah besar dan dewasa ne? Empat bulan tak bertemu denganmu, kurasa sekarang kau bertambah tampan" Ucap seorang wanita paruh baya sambil melirik Luhan melalui kaca didalam mobil tersebut.

"Eomma jangan memujiku seperti itu. Itu sangat berlebihan"

"Kenapa? Bukankah anak lelaki sangat suka dibilang tampan eoh?" Tanyanya jail. Kali ini ia menatap wajah Luhan, putra sulungnya yang tengah duduk di kursi belakang mobil itu.

"Ah... B—Bukan begitu, eomma. Tapi, kalau eomma memujiku seperti itu. Nanti appa bisa marah" Ucap Luhan terkekeh. Matanya melirik ke arah appanya yang tengah mengemudikan mobil.

"Ah? Begitu ne? Biar saja. Kalau appamu marah, eomma tak mau menemaninya kembali ke New York"

"Aish—Ancaman macam apa itu yeobo?"

"Itu bukanlah sebuah ancaman, tapi akan kulakukan jika kau marah padaku. Kkkk—" Ucap wanita itu sambil terkekeh geli.

"Aish—Luhan, eommamu ini benar-benar"

"Ne, appa. Eomma memang benar-benar cantik. Pantas saja appa jatuh cinta pada eomma" Sahutnya.

"Ish—Anak dan eomma sama saja" Pria itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah istri dan putra sulungnya itu. "Oh iya, apa kau jadi bekerja ditempat yang sama dengan Kris?"

Luhan mengangguk. "Uhm—Ne appa. Sudah satu bulan, aku bekerja di tempat yang sama dengan Kris"

"Baguslah. Kau harus bekerja dengan giat"

"Tentu saja appa" Luhan mengangguk.

"Uhm—Luhan"

"Ne appa"

"Kalau kau sudah lulus kuliah nanti, kau harus mengurus perusahaan keluarga kita yang ada di New York ne?"

Luhan terkejut. Ia membulatkan mulutnya nyaris berbentuk huruf O. Namun, kemudian ia mengangguk. "Uhm—Tentu saja appa"

"Oh ya, bagaimana kabar Kris? Sudah lama sekali, eomma tidak bertemu dengan anak itu"

"Dia baik-baik saja eomma. Dan kurasa... Dia semakin tinggi"

"Apa kau bilang?" Wanita itu menolehkan wajahnya ke arah Luhan. "Bukankah terakhir kali aku bertemu dengannya, dia sudah sangat tinggi?"

"Uhm—Mungkin itu karena kau terlalu pendek Lu" Sahut Appanya sambil terkekeh.

"Ish... Appa ini menyebalkan sekali" Ucap Luhan sambil mempoutkan bibirnya.

"Oh iya, Luhannie. Eomma juga ingin, ketika kami berdua kembali ke New York nanti. Kau harus menjaga Sehun, adikmu. Dia itu sangat manja, terlebih lagi ia baru saja memulai masa kuliahnya. Jadi, kau harus bisa membantunya bersikap mandiri dan dewasa. Bagaimana?"

Luhan mengangguk sambil tersenyum manis. "Aku akan menjaganya. Kami berdua akan tumbuh menjadi pria dewasa yang sukses. Kami tak akan mengecewakan eomma dan appa"

"Bagus. Kau memang hyung yang baik"

"Ah—Aku jadi tak sabar ingin cepat tiba di rumah. Aku ingin bertemu dengan Sehun"

"Sabar eomma. Lagi pula Sehun sedang kuliah. Dan baru akan pulang nanti sore"

"Tapi eomma ingin bertemu dengannya sekarang, Luhannie"

"Aish—Eomma ini selalu saja tak sabar. Kkk—Baiklah, aku akan menelpon Sehun sekarang" Luhan pun mengeluarkan ponsel dari saku jaket yang ia kenakan. Ia pun mencari kontak milik Sehun dan ingin memberikan ponsel itu pada eommanya. Namun, disaat ia hendak memberikan ponsel itu kepada eommanya. Ia melihat sebuah truk melaju kencang dari arah yang berlawanan. Tapi hey, bukankah truk itu seharusnya tidak berada di jalur yang sama dengan mobil yang ditumpanginya itu? Truk itu melanggar lalu lintas! Mungkinkah supirnya sedang mengantuk atau sedang—Mabuk? "Appa, APPA AWAS DI DEPAN!"

Tiiiiinnnnn...

.

.

.

"Eomma... Appa..."

Luhan terbangun dari mimpi buruknya. Keringat yang bercucuran dan juga napasnya yang tak beraturan. Ia melihat sekelilingnya. Masih sama. Keadaannya masih sama seperti beberapa menit yang lalu. Ia masih berada didalam bus yang ditumpanginya itu. Ia mengusap wajahnya frustasi. Kecelakaan itu, kecelakaan yang terjadi sekitar sebulan yang lalu. Kecelakaan yang menyebabkan ia dan Sehun harus kehilangan dua sosok orang yang paling dicintainya. Dua sosok yang paling berharga dalam hidupnya. Entah, sudah berapa kali ia bermimpi buruk seperti itu.

'Mau sampai kapan mimpi itu akan datang terus menerus seperti itu?' Batinnya. Jujur saja, ia selalu dihantui rasa bersalah ketika mengingat insiden itu. "Eomma... Appa... Maafkan aku"

.

.

.

Ceklek...

Pintu kamar itu telah terbuka. Menampakan sesosok namja tampan berkulit tan. Ia menatap kesal kepada sahabatnya yang tengah asyik bermain dengan laptopnya. "Hey bodoh! Kemana saja kau tadi? Kenapa kau pergi meninggalkanku begitu saja?" Ucapnya sambil berjalan mendekati tempat tidur miliknya.

Oh Sehun, namja itu hanya terdiam. Ia tetap fokus pada laptop kesayangannya. Bersikap seolah-olah tak peduli dengan kedatangan seorang Kai, sahabatnya.

"Kau tahu? Aku mencarimu kemana-mana seperti anak yang kehilangan induknya. Kau benar-benar membuatku terlihat seperti orang bodoh" Gumamnya lagi sambil merebahkan tubuhnya itu di tempat tidur miliknya.

"Kau memang bodoh, Jongin-ah!" Ucap Sehun tanpa mengalihkan pandangannya tersebut.

"Apa kau bilang?!"

"Tidak ada"

"Huh? Tidak ada katamu? Menyebalkan sekali" Ucap Kai kesal. Ia pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Hening.

Setelah tak ada percakapan, keduanya pun fokus pada kegiatannya masing-masing. Sehun tetap sibuk memainkan laptopnya, sedangkan Kai sibuk untuk memainkan ponselnya. Hingga...

"Apa-apaan ini? Kenapa bisa game ini berakhir begitu saja? Padahal aku yakin sudah mengatur strategi dengan baik. Menyebalkan sekali!" Gerutunya setelah mendapati tulisan 'Game Over' pada layar ponsel miliknya.

"Bukankah sudah kukatakan kalau kau itu tak pandai bermain games?"

"Ish—Kau ini. Sama-sama menyebalkan" Ucapnya sambil melempar ponsel ke atas sebuah bantal yang berada didekatnya.

"Bodoh! Kenapa tidak kau lempar saja ke lantai?" Ucap Sehun terkekeh.

"Yak! Kalau kulempar ke lantai, ponselku bisa rusak! Memangnya kau mau menggantinya dengan yang baru?"

Sehun menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak"

"Kalau begitu, jangan menyuruhku melakukan hal bodoh seperti itu"

"Terserah kau saja"

"Oh iya. Sehun-ah, apa yang ingin kau katakan, uhm—mengenai hal penting itu?"

.

.

.

I need you girl

wae honja saranghago honjaseoman ibyeolhae

I need you girl

wae dachil geol almyeonseo jakku niga piryeohae

I need you girl neon areumdawo

I need you girl neomu chagawo

I need you girl

I need you girl

Byun Taehyung.

Namja tampan bersurai hitam itu, tampak bersenandung kecil. Ia baru saja turun dari bus yang ditumpanginya. Ia pun berjalan menuju rumah Luhan –hyungnya- yang tak jauh dari sana.

"Hmm—Apakah benar ini jalannya ya? Hampir sebulan tak kesini rasanya ada yang berubah" Gumamnya sambil melihat bangunan rumah yang berada disekelilingnya. Ia merasa bahwa daerah rumah saudara sepupunya ini ada yang berubah, tapi ia sama sekali tak tahu apa yang berubah. Hingga pada sebuah rumah yang tak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat sesosok yang dikenalnya. Sosok itu tengah sibuk membuka pagar rumah tersebut. Sepertinya ia baru saja tiba di rumah.

"Hyung..." Panggilnya. Sosok yang dipanggilnya hyung itu pun menoleh. Namja itu tampak terkejut dengan kehadiran Taehyung saat ini. "Annyeong hyung..." Sapa Taehyung sambil tersenyum manis. Ia berjalan mendekati namja itu.

"Ta—Taehyung?"

.

.

.

"Mwo? Taehyung?" Kai pun langsung merubah posisinya dari tiduran menjadi duduk. "Taehyung... Taehyung... Uhm... Dia itu adik sepupumu kan?" Tanyanya berusaha mengingat-ingat.

Sehun mengangguk. "Ne, Taehyung" Ucap Sehun sambil menekan tulisan Shut down pada laptop kesayangannya itu.

"Bukankah seharusnya dia berada di—"

"Tadi aku bertemu dengannya di toko buku"

"Toko buku?" Kedua mata Kai membulat seketika. Ia berdecak kesal. "Jadi itu alasanmu menghilang begitu saja"

"Hmm—" Sehun mengangguk. "Jadi sekarang kau sudah tahu kan alasannya. Lagipula Taehyung memang sering berkunjung ke toko buku"

"Lalu, apa hal penting yang ingin kau bicarakan? Kupikir ini bukanlah topik utamanya"

"Sebenarnya, Taehyung memberitahuku sesuatu" Sehun pun membalik posisi duduknya. Kini ia duduk menghadap Kai. "Dia bilang ahjussi dan ahjumma akan pulang ke Korea besok"

"Be—Benarkah?" Tanya Kai memastikan.

Sehun menggelengkan kepalanya. "Entahlah. Aku tak tahu apakah dia berbicara bohong atau jujur"

"Tapi bohong atau jujur, kupikir kau harus kembali ke rumahmu, Oh Sehun! Bukankah kedua orang tua Taehyung tidak mengetahui bahwa kau sedang menjauhi hyungmu itu?"

Sehun hanya terdiam tanpa berniat membalas ucapan sahabatnya itu.

"Lagipula mau sampai kapan kau berada di tempat tinggalku? Bukankah sudah hampir sebulan setelah kejadian itu? Mau sampai kapan kau terus menerus lari dari kenyataan ini huh? Apa kau mau terlihat seperti seorang—"

"Aku tidak pernah lari dari kenyataan, Kim Jongin!" Sahut Sehun dengan nada dingin. Ia menatap tajam sahabatnya itu.

Kai pun membalas tatapan itu. Ia kesal pada namja dihadapannya itu. Ia kesal karena Sehun telah berubah, semenjak kematian kedua orang tuanya. Terlebih lagi sikapnya pada Luhan, hyungnya. "Lalu apa kalau bukan lari dari kenyataan huh? Bukankah kau terus saja menghindari Luhan hanya karena kau membencinya. Kau selalu berpikir bahwa hyungmu itu penyebab semuanya. Kenapa? Kenapa huh? Itu murni kecelakaan! Jika kau menginginkan seseorang untuk kau benci, maka bukan Luhan orangnya! Bukan dia!"

"DIAMLAH, KIM JONGIN!" Sehun berteriak kesal. Kedua tangannya mengepal sangat keras. Ia pun segera bangkit dari tempat duduknya, lalu beranjak pergi meninggalkan kamar itu.

"Yak! Aku belum selesai berbicara, Oh Sehun!"

.

.

.

"Kenapa kau tidak mengatakan bahwa kau akan kemari Taehyung-ah?" Tanya Baekhyun sambil membuka pintu. Ia berjalan masuk ke dalam rumah dengan Taehyung yang setia berada dibelakangnya. "Dan... Dimana Daehyun?" Langkah Baekhyun terhenti. Ia membalik badannya. Menatap Taehyung yang sedang menatapnya bingung.

"Daehyun—hyung?"

Baekhyun mengangguk. "Ne... Bukankah tadi dia bersamamu?"

"Bersama...ku?"

Baekhyun memutar bola matanya kesal. Memang butuh kesabaran penuh untuk berbicara dengan dongsaengnya yang satu ini. "Kau ini pura-pura bodoh atau bagaimana sih?" Tanyanya gemas sambil berkacak pinggang. "Sekitar setengah jam yang lalu. Bukankah kau bersama Daehyun?"

Taehyung hanya terdiam menatap Baekhyun. Ia sama sekali tak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh hyungnya itu. Karena, seingatnya setengah jam yang lalu ia berada di kedai bubble tea. Ya, kedai bubble tea bersama Sehun.

Baekhyun hanya mendengus kesal. "Tadi saat kau menelpon. Bukankah kau meributkan sesuatu dengan Daehyun huh?"

"Ah? Itu... Itu bukan suara Daehyun hyung"

"Lalu?"

"Itu suara Sehun hyung"

"Sehun?" Kini giliran Baekhyun yang dibuat bingung oleh adiknya.

Taehyung mengangguk. "Ne, tadi aku tak sengaja bertemu dengan Sehun hyung"

"Benarkah? Jadi yang tadi itu adalah Sehun?"

Taehyung mengangguk. "Ne, hyung. Itu Sehun hyung. Dia terus menggangguku saat aku menelponmu. Aku benar-benar kesal padanya" Taehyung mempoutkan bibirnya imut.

"Jangan menunjukkan wajah jelekmu itu!"

"Ish—hyung ini menyebalkan"

"Lebih menyebalkan siapa? Aku atau Sehun huh?" Sahut Baekhyun sambil merangkul pundak adiknya itu.

"Uhm—Itu... Kupikir kalian berdua sama saja"

"Benarkah?"

"Uhm—Tentu saja"

"Kau ini... Ayo kita ke kamarku! Kau harus membereskan isi tasmu itu" Baekhyun mengacak pelan surai adiknya itu.

"Yak! Jangan menyentuh rambutku!" Ucapnya sambil menyingkirkan tangan Baekhyun dari rambutnya. "Oh iya... Dimana Luhan hyung? Sepertinya aku belum melihatnya"

"Dia baru saja pergi bekerja"

"Baru? Tapi, kenapa aku tidak melihatnya?"

"Uhm—Sebenarnya dia sudah berangkat sekitar 15 menit yang lalu" Ucap Baekhyun sambil terkekeh.

.

.

.

Terdengar suara lonceng berbunyi ketika seseorang membuka pintu cafe itu. Luhan, namja manis itu baru saja tiba di cafe tempatnya bekerja. Ia pun langsung bergegas menuju ruang karyawan.

"Annyeong Lu" Sapa seorang namja.

Luhan tersenyum ketika melihat orang yang menyapanya itu. "Ah... Ternyata kau. Sudah tiba sejak tadi hmm?"

"Menurutmu bagaimana?" Sahut namja itu sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya.

"Sepertinya begitu, Kris"

"Uhm—Bagaimana kabarmu Lu?"

Luhan lagi-lagi tersenyum manis. "Aku baik-baik saja. Ayo kita bekeja! Jangan sampai kau kena marah, hanya karena terus bertanya hal yang sudah kau ketahui" Ucap Luhan sambil berkacak pinggang.

"Kau ini... Aku kan hanya ing—"

"Aku tak mau bertanggung jawab jika tiba-tiba saja gajimu bulan ini dipotong, Kris!"

"Ah—Baiklah... Baiklah..." Kris hanya terkekeh melihat sahabatnya itu.

.

.

.

"Yak! Turunkan kakimu itu!" Gerutu Baekhyun sambil memukul kaki adiknya dengan botol minuman yang digenggamnya.

Sedangkan Taehyung, korban pemukulan dari namja bernama Byun Baekhyun itu pun hanya menatap sang pelaku dengan kesal. Ia pun menurunkan kaki kirinya itu dari atas meja. Lalu kembali melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Ketahuilah, saat ini mereka berdua sedang berada di ruang keluarga. Baekhyun yang baru saja kembali dari dapur, menatap sebal dengan kelakuan dongsaengnya itu. Bagaimana tidak? Taehyung tengah asyik membaca manga yang baru saja dibelinya di toko buku. Dan masalahnya adalah ia membaca sambil duduk di sofa dengan kedua kakinya yang berada diatas meja.

"Turunkan kaki kananmu eoh!" Lagi. Baekhyun memukul kaki Taehyung menggunakan botol minuman itu.

Taehyung mendengus kesal. "Ish—Hyung ini... Tidak bisa ya tidak memukulku?"

"Biar saja... Cepat turunkan kakimu!"

Taehyung menggeleng. "Tidak mau. Memangnya hyung tidak lihat ya? Aku ini sedang membaca. Jadi tolong, jangan menggangguku!" Ia pun kembali menaiki kaki kirinya ke atas meja dan melanjutkan membaca.

"Ish—Anak ini benar-benar"

Pletak...

"Appo..." Taehyung meringis ketika Baekhyun menjitak kepalanya cukup keras. Ia pun mengusap kepalanya itu. "Yak! Kembalikan! Itu milikku hyung!" Taehyung membulatkan kedua bola matanya.

"Tidak, sebelum kau turunkan kedua kakimu itu dari atas meja!"

Taehyung mempoutkan bibirnya lucu. "Ish—Baiklah" Ia menurunkan kedua kakinya itu. "Sekarang kembalikan komiknya!"

"Ini..." Baekhyun mengembalikan manga itu kepada sang pemilik. Ia pun menghempaskan tubuhnya di sofa yang sama dengan Taehyung. Membuat Taehyung merasa kesal akan tingkah lakunya itu.

"Kenapa hari ini semua orang terlihat begitu menyebalkan?" Gumamnya pelan. Namun, masih dapat di dengar dengan jelas oleh Baekhyun.

"Apa katamu?"

"Ah—Tidak, tidak... Bukan apa-apa" Sahutnya sambil terkekeh. "Uhm—Hyung, sebaiknya kau menonton tv saja. Mungkin ada acara yang bagus" Tawarnya.

Baekhyun hanya menatap Taehyung kesal. Ia pun segera mengambil remote tv yang terletak diatas meja tersebut dan mulai mencari acara yang mungkin menarik perhatiannya.

"Hyung..." Taehyung meletakan komik miliknya diatas meja. Lalu menatap hyungnya yang sibuk dengan remote tv ditangannya. "Hmm..." Sahut Baekhyun.

"Kapan Luhan hyung pulang?"

"Nanti malam" Ucapnya. Ia meletakan remote tv itu diatas meja. "Kenapa? Kau merindukannya hmm?" Tanyanya sambil menatap Taehyung jahil.

Taehyung mengangguk cepat. "Tentu saja... Aku sangat merindukannya"

.

.

.

.

.

To Be Continued

.

.

.

.

.

Huah... Maafkan saya telat update -_- Untuk chapter ini sampai segitu dulu ya. Udah mentok mikirin alurnya. Hohoho... Lanjutannya masih dalam proses pengetikan dan pengembangan (?).

Oh iya, aku ada rencana bikin FF BTS EXO brothership. Pemainnya aku ambil beberapa orang aja dari kedua grup itu. Kira-kira ada yang berminat baca engga ya? Oh iya... Makasih banyak ya buat semuanya yang udah bersedia baca dan review ff aku :)