Hanya beberapa hal yang secara tak langsung mendekatkan keduanya.
BoBoiBoy adalah milik Animonsta Studio.
Things adalah milik AzuraRii.
Warning : Ide tak berkualitas, klise, saya kurang yakin tapi sepertinya kesan fluff -nya hilang diterbangkan Taufan. Oh! Pair nya BoBoiBoy x Fang (Dan sejujurnya, saya tidak menerima kebalikannya, maaf.), saya sarankan bagi anda yang kurang menyukai segala bentuk hal sejenis shonen-ai seperti yang saya buat ini untuk segera berpindah ke fiksi yang lainnya :3 ahahahaha, maaf ya kalau merasa terganggu.
Catatan : Terimakasih untuk kalian yang membaca cerita ini dan bahkan mau menyumbangkan prompt untuk saya yang kere akan ide. Terimakasih banyak!
Seperti biasa, selamat membaca! Semoga Anda menikmati cerita ini :3
…
…
…
Bagian 1 : Kebersihan
"Ini semua salah mu."
"He? Ini bukan sepenuhnya salahku, tahu? Kau juga terlibat disini!"
"Aku tidak mau tahu, ini semua tetap salah mu!"
Fang menunjuk Boboiboy tepat di hidung, matanya menatap sengit ; tetap merasa bahwa dirinya tak ikut ambil bagian dalam kejadian yang membuat kelas lima jujur itu menjadi sama berantakan nya dengan kapal terguling. Dan dia masih tidak terima hukuman dari Yaya untuk membersihkan semua kekacauan yang dibuatnya. Bersama dengan Boboiboy.
Sementara bocah bertopi dinosaurus itu menggenggam sapu di tangannya makin erat, menghentikan kegiatannya semula membersihkan debu-debu yang berserakan di lantai, "Halah, memangnya menurut mu siapa yang pertama kali mengeluarkan Elang Bayang untuk mematuk kepalaku, hah?" Salah satu tangannya kemudian menunjuk tepat ke arah kacamata Fang.
Dan mereka lagi-lagi beradu argumen, melupakan kegiatan semula membersihkan jendela dan lantai yang kotor.
"Hey kalian berdua, aku tak menyuruh kalian untuk kembali bertengkar, cepat bersihkan kelas nya!" Yaya kemudian membuka suara, di tangannya sudah terdapat pulpen dengan hiasan domba—atau mungkin kambing? Entahlah— yang bergerak-gerak ke arah kiri dan kanan, sudah bersiap untuk mencatat nama kedua bocah ke-kanakan itu di buku catatannya, "Atau aku akan memberikan hukuman tambahan~" Lanjut gadis merah muda itu, nada suaranya terdengar mengancam.
"Memangnya kau bisa apa, hah?"
Fang menyahut ke arah gadis itu, dan Boboiboy yang ada di hadapannya mengangguk pelan ; terlihat setuju dengan yang dikatakan rivalnya.
"Ho~ Aku bisa melakukan … ini!"
—Yaya kemudian memborgol tangan kanan Fang pada tangan kiri Boboiboy, membuat kedua anak lelaki itu memandang horror pada borgol yang mengikat pergelangan tangan mereka masing-masing, "Bagaimana? Masih berani membuat keributan?" Tanya gadis itu, ia kemudian memainkan sebuah kunci mencurigakan di tangannya, "Hahaha, beruntung Pak Guru memberikan benda ini padaku. Jadi aku akan membuat kalian menyesal telah merusuh dalam kelas!" Yaya berseru riang seperti merasa bahwa dirinya telah berhasil membuat keduanya jera.
"Heiii! Jangan menarik-narik tanganku!"
"Apa!? Kau yang menarik-narik tanganku tahu!"
"Bukan aku, tapi kau!"
"Arggghhhh! Awas kau!"
Dan bukannya berakhir jera dan tidak membuat keributan, mereka berdua malah bergulat dengan sebelah tangan yang saling ter-borgol satu sama lain, "Rasakan!" Beberapa saat bergulat dan sekarang mereka saling adu sikut, beberapa saat setelahnya mereka malah sudah hampir mengeluarkan Harimau Bayang dan golem tanah.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
"ARRRRGGGHHHH! TOLONG DIAMLAH ATAU AKU AKAN MENGUNCI KALIAN BERDUA DI GUDANG SEKOLAH! YA! KUKUNCI DAN SEKALIAN KUSURUH MEMBERSIHKAN TEMPAT ITU SAMPAI PULANG SEKOLAH!"
Yaya Yah, 12 tahun. Gadis malang yang menjadi ketua kelas lima jujur, tempat dimana ada dua anak berkekuatan super yang sangat lengket satu sama lainnya.
Lengket sih, tapi bukan dalam arti yang positif— Nyatanya mereka lebih parah dari kucing dan anjing ataupun pertarungan seratus tahun antara Inggris dan Perancis. Serius.
Oh, Yaya. Seandainya saja kau benar-benar mengunci mereka disana.
...
…
Bagian 2 : Akrab
"Mau ku bantu mengangkatnya?"
"Eh?" Tangan-tangan mekanik itu terlihat menghentikan aktifitas awalnya mengangkat beberapa kotak berisi kaleng cokelat, Ochobot menatap Fang sebentar, nada bicaranya menunjukkan sedikit kebingungan pada awalnya, "Ah, terimakasih, Fang, tolong angkat beberapa kotak ini untukku." Sebelum dia melanjutkan nya dengan ramah dan kemudian memindahkan beberapa kotak di tangannya itu pada Fang, yang dengan segera membawa itu ke kedai Kek Aba.
Boboiboy lalu melihat betapa seru nya mereka berdua mengangkat kotak-kotak itu bersama, tertawa dan berbincang seperti mereka telah begitu lama mengenal, seperti kejadian Ochobot pingsan dan menganggap Fang jahat itu tak pernah terjadi diantara mereka berdua.
Mereka terlihat begitu akrab. Dan entah kenapa Boboiboy merasa risih karenanya.
"Eh, Ochobot, kau dipanggil oleh Kakek!" Seru anak bertopi itu pada robot kuning dengan kotak-kotak cokelat di tangannya.
"Baiklah," Jawab si robot mekanik, "Kalau begitu kau harus menggantikan ku sebentar memindahkan kotak-kotak cokelat ini ke kedai bersama Fang," Ochobot lalu melirik pada tumpukan kotak cokelat yang tersisa, robot itu lalu segera pergi ke kedai dengan kotak cokelat yang dibawanya.
"Siap!" Boboiboy menjawab mantap, ia kemudian bertransformasi menjadi tiga untuk menghemat waktu mengangkat kotak-kotak cokelat itu.
"Ayo, Fang" Kata Gempa sambil mengangkat tiga kotak sekaligus.
Tapi Fang malah mengembalikan kotak cokelat yang dipegangnya ke tumpukan yang lainnya, "Aku hanya membantu Ochobot, jadi karena dia sudah tak mengangkut kotak-kotak ini, aku juga tidak akan mengangkatnya." Jelas Fang sebelum kemudian melangkah menuju ke kedai Kek Aba ; sepertinya dia akan mengikuti Ochobot.
Dan sebuah seringai-an muncul di wajah Taufan, "Hooo~ Jadi kau tidak mau membantu kami ya~?" Kata si pengendali angin itu mengkonfirmasi, nada bicaranya masih sama cempreng nya seperti biasanya.
"Ya." Fang menjawab yakin, "Kalian ada tiga dan tentunya itu berarti kalian sudah lebih dari cukup untuk mengangkat semua ini, aku tak ingin membuang tenagaku dengan percuma, maaf saja."
"Tsk, angkatlah kotak-kotak cokelat itu," Kali ini Halilintar yang berbicara, perlahan ia mulai mendekat ke arah Fang, "Atau aku yang akan mengangkat mu," Kedua tangannya kemudian bergerak dan mengangkat paksa Fang dengan kedua tangan nya, "Bagaimana?"
Ya, anak dengan topi hitam-merah itu menaruh kembali kotak-kotak cokelat dari tangannya dan mengangkat Fang dengan enteng nya, seperti anak itu sama sekali tidak memiliki beban yang berarti baginya.
"Omong-omong, kau lebih memilih kuangkat dengan cara biasa atau sekalian saja Bridal style?"
—Entah mengapa sepertinya ada yang rusak di dalam kepala si pengendali petir saat ini.
"T-turunkan aku sekarang juga!" Fang menggeliat tak nyaman ketika kedua tangan Halilintar membuatnya digendong secara paksa, ugh… Fang bersumpah kalau anak itu pasti akan membayar harga yang sangat mahal atas apa yang dilakukannya, "Baiklah, kau menang, aku akan membantu mu!"
Halilintar lalu dengan hati-hati menurunkan anak itu dari gendongannya, dan Taufan menepuk bahu Fang singkat setelahnya, "Jadi~? Ayo kita mulai bekerja!"
Dan mereka kemudian bersama mengangkut kotak-kotak cokelat, saling berlomba siapa yang lebih banyak membawanya dan kembali beradu argumen setelah menyelesaikan semuanya, mengabaikan Kek Aba dan Ochobot yang hanya menghela napas mendengarkan kata-kata tentang 'lebih populer' dan 'akan menghabisi mu' keluar dari mulut keduanya seperti rentetan peluru.
Nah, sekarang siapa yang lebih akrab dengan siapa?
…
Bagian 3 : Undian
"Dasar tak berguna kau, Gopal!"
"HYAAAAH, TOLONG AKU BOBOIBOY!"
"Cakaran Bayang!"
Terdengar ocehan-ocehan bising di kelas lima jujur, Boboiboy, Ying, dan Yaya, terlihat sibuk menghentikan aksi kejar-kejaran antara Gopal dan Fang yang tengah berlangsung dari lima menit yang lalu.
"A—AMPUN!"
Gopal yang berlarian tanpa arah itu akhirnya tertangkap oleh tangan-tangan bayangan yang begitu panjang milik Fang, bocah berkacamata itu terlihat mengepalkan tangannya dengan empat buah tanda siku-siku tercetak jelas di dahi, "Apa kau bilang? Ampun?" Aura-aura di sekitar si anak berambut hitam itu semakin pekat.
"Maafkan saja dia, Fang!"
"Iya, Maafkan saja dia!"
Boboiboy berseru, mencoba untuk menengahi diikuti Ying dan Yaya yang berkata nyaris bersamaan.
"Hey, bagaimana bisa aku memaafkan nya semudah itu, hah!?" Fang segera menyergah, tangannya bersiap-siap untuk memerintahkan tangan-tangan bayangan miliknya untuk mencakar Gopal hingga tamat, "APA KAU TIDAK LIHAT TADI, HAH? DIA LUPA MEMBEDAKAN PERAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN! DAN KARENA DIA, AKU DAPAT PERAN ITU!"
"TUNGGU APA LAGI? AYO SERANG DIA!"
"HYAAAAAHHH!"
Satu perintah bernada tinggi terdengar dan Cakar Bayang itu lalu mencakari wajah Gopal, sebuah ganjaran yang pantas untuk orang yang dengan lalai-nya lupa memisahkan peran untuk laki-laki dan perempuan.
Oh, dan untuk sekedar informasi : Fang yang jadi Putri Salju.
( Ckckckck… Tapi Sayang sekali, Ying yang jadi pangeran –nya dan Boboiboy malah dapat peran kurcaci )
…
Bagian 4 : Peran
Pak Guru mereka menolak untuk mengganti peran si-a-pa-pun dalam drama mereka, meskipun kebanyakan peran yang didapatkan malah tidak sesuai dengan gender masing-masing kru drama.
"Kebenaran tidak pernah mundur meskipun salah peran!" —Ucap guru jagoan mereka itu berkobar-kobar, dan satu-satunya yang mendukung aksinya hanyalah Gopal, sang fans setia.
( Sebenarnya dia mendukung mentang-mentang dirinya dapat peran kurcaci bersama dengan Boboiboy, setidaknya peran itu tak begitu terlihat dan dia tak perlu menghapal banyak dialog. )
"Hah, jika sudah begini, satu-satunya pilihan bagi kita hanyalah berusaha." Yaya, 12 tahun— mendapatkan peran tokoh seorang Raja dan untungnya masih tetap tabah menjalaninya.
"Tapi Pak Guru, Aku bahkan lebih tinggi dari gadis ini!" Si tokoh utama wanita kemudian berseru, menunjuk ke arah Ying yang mencoba memakai kostum nya yang kebesaran, sepertinya dia lagi-lagi telah mendapatkan celah untuk menolak perannya, "Ayo lah! Setidaknya biarkan kami berdua bertukar peran!"
"Sekali lagi kau menolak dan Kebenaran ini akan memaksa mu untuk memakai kostum di setiap kali latihan!"
—Ancaman Mantan tokoh game itu terdengar bersungguh-sungguh dan Fang akhirnya memilih untuk bungkam : menyelamatkan secuil harga diri miliknya yang masih tersisa.
Hooo, sungguh. Mereka benar-benar tak sabar menunggu drama ini dipentaskan.
Dan sejujurnya, mereka jauh lebih tak sabar lagi untuk menunggu drama ini selesai.
…
…
Bagian 5 : Pentas
Hari yang mereka ingin lompati itu sudah tiba.
Setelah beberapa belas menit waktu terpangkas hanya untuk membuat semua pemeran benar-benar bersedia memakai kostum mereka, dan akhirnya, pentas drama yang konon katanya terkutuk tersebut dimulai.
—Oh, dan wajah si pemeran utama wanita malah terlihat jauh lebih kelam dengan kesan menakutkan, lebih daripada tokoh antagonis mereka. Semua hanya saling pandang dan beradu sikut melihat betapa buruknya mood si pengendali bayangan hari ini.
"Nah … Ini baru anak-anak murid penegak kebenaran!"
Bersamaan dengan seruan nyaring itu, mereka kemudian bersiap untuk memusnahkan seluruh harga diri yang masih tersisa di dalam diri mereka.
"Dan sambutlah pentas drama dari kelas lima jujur!"
Suara pembawa acara terdengar begitu meriah, dan dengan itu, mereka pun mulai bersiap pada posisi mereka masing-masing.
Pentas drama klasik yang menceritakan kisah Putri salju pun dimulai— Action!
Adegan pertama adalah bagaimana diceritakan sebuah wilayah kerajaan yang makmur dengan seorang ratu yang begitu dikasihi akhirnya memiliki seorang putri (Ke-sampingkan fakta bahwa pemeran putri itu adalah seorang laki-laki), sang Raja lalu terlihat begitu bahagia dan blablablabla— Akhirnya si Ratu meninggal saat melahirkan putrinya, akibatnya sang raja terlihat begitu desperate dan akhirnya entah bagaimana bisa seluruh isi kerajaan jadi terlihat kacau dan tanpa harapan hanya karena kehilangan sosok seorang ratu.
( Oh, apa ada yang merasa aneh dengan bagian pertama cerita ini? Jika ada, maka salahkan lah Pak Guru Papa Zola yang bertugas membuat naskahnya. )
Setidaknya, bagian ini berjalan dengan cukup baik karena Yaya yang tetap berhasil tabah menjalankan peran raja nya dengan baik— sangat baik karena dia bersumpah akan mencatat nama siapapun yang berani menghancurkan adegannya.
Setting di dalam panggung pun segera berubah dalam adegan kedua, dimana diceritakan si Putri (—lebih tepatnya Putra) Salju akhirnya tumbuh menjadi anak yang baik, senang menolong sesama dan sebagaimana rupa putri seharusnya, dia terlihat cantik ( Berterimakasih lah pada Mama Zila yang begitu hebat hingga dapat menyulap bocah laki-laki itu menjadi boneka barbie hidup yang bisa mencakar siapapun dengan harimau bayang nya jika orang tersebut mengatakannya imut, lucu, manis atau sejenisnya. )
Pada bagian ketiga, terlihat Iwan yang mendapatkan peran penyihir jahat yang gila kecantikan —seseorang harus menghukum Papa Zola untuk membuat anak malang itu mendapatkan peran yang begitu menyedihkan— Iwan lalu bertanya pada cermin dan konflik cerita yang sebenarnya pun dimulai, dimana seorang pembunuh disuruh untuk membunuh Putri Salju.
Bla-bla-bla dan bla, akhirnya orang itu tak sanggup membunuh sang Putri dan akhirnya gadis malang itu entah bagaimana bisa menemukan gubuk kurcaci dan tinggal disana.
Adegan ini entah kenapa berlangsung cukup lama, atau kalau boleh jujur bisa dibilang sangat lama karena sang Putri dan salah satu kurcaci bertopi dinosaurus terus saja lupa dengan dialog mereka dan akhirnya bertengkar. Saling beradu sikut dan bersaing dalam adegan mencuci, menyapu rumah, memasak dan sebagainya.
Dan bagian yang paling ditunggu pun akhirnya terjadi, adegan ketika Putri Salju tanpa diketahui telah memakan donat lobak merah beracun dan berakhir di dalam peti kaca penuh bunga.
( Ya, donat lobak merah beracun. Memangnya apa yang kau harapkan dari Fang? Menyuruhnya memakan Apel merah dan pingsan terbatuk? Tidak, dia tidak mau. Dan Papa Zola terlihat tidak keberatan mengganti sedikit adegan ceritanya. )
Tapi pangeran yang ditunggu-tunggu kehadirannya malah belum juga tiba di atas panggung, seseorang mengatakan kalau ternyata Ying terlalu demam panggung dan akhirnya ia harus digotong ke UKS karena pingsan saking malu nya. Pak guru dan beberapa murid di bagian setting panggung lalu kalang kabut melihat bagaimana pentas bisa jadi sangat kacau saat ini.
Keadaan terus berlangsung kacau sampai akhirnya seseorang ingat bahwa ada salah satu jagoan pulau Rintis yang bisa mentransformasikan dirinya menjadi tiga.
Seseorang segera menarik si kurcaci bertopi dinosaurus itu masuk ke dalam ruang setting, memaksanya berubah menjadi tiga dan akhirnya ketiga kurcaci bertopi dinosaurus itu melakukan hompimpa untuk menentukan siapa yang pantas menjadi pangeran.
Halilintar mendesis pelan saat Taufan yang jago dalam apapun yang bisa disebut permainan tersebut memenangkan hompimpa nya. Si pengendali petir dan tanah akhirnya kembali memakai baju kurcaci.
"Oh … Putri Salju, aku datang~"
—Taufan berkata sekenanya, lagipula tidak ada waktu untuknya menghapal dialog dan akhirnya si bocah angin hanya datang mendekat, mencium pipi si tokoh utama wanita dan ceritanya berakhir dengan 'happily ever after'.
( Dan sedikit kabar gembira untuk Fang, dia sekarang sudah punya penggemar baru. Em… Meskipun semuanya laki-laki, sih. )
…
…
Bagian 6 : Pertanyaan
Suatu hari, ada seorang gadis kurang ajar yang pernah bertanya padanya.
"Hey, apa kau seorang gay?"
Gadis itu berkata dengan nada yang begitu antusias, mata abu-abu di balik kacamata berbingkai merah salmon itu memandangnya lekat. Membuat Fang merasakan suasana yang ada di sekitarnya menjadi sangat tidak nyaman dan jujur saja, jika si penanya itu bukanlah seorang gadis, dia pasti sudah menghajar anak itu hingga tamat.
"Tentu saja tidak, Bodoh!"
Sergah nya waktu itu, kedua tangannya terkepal erat menahan emosi yang terasa meletup-letup sampai ke ubun-ubun.
Dia sangat ingin menghajar nya.
Ya, dulunya memang itulah yang akan dilakukannya jika ada lagi orang gila (apalagi jika orang itu laki-laki) yang entah berasal dari sudut bumi bagian mana yang tiba-tiba menanyakannya sebuah hal yang begitu… Entah kenapa begitu membuatnya merasa sangat marah.
Tapi sekarang, justru satu-satunya orang yang ingin dihajar nya adalah dirinya sendiri.
"Heiiii~ Fang! Lihat, soal nomor tiga puluh lima ini sudah kukerjakan tiga hari bersama Gopal, tahu!" Seseorang tiba-tiba saja menggebrak meja Fang penuh semangat yang entah apa sebabnya, "Dan kami berdua sama sekali tak bisa untuk mengerjakannya! Bagaimana ini!?"
Bocah berambut hitam bertopi dinosaurus berwarna jingga.
Fang lalu memandang bocah itu kesal, mati-matian menahan darah yang terasa naik ke pipinya ketika anak di hadapannya itu menatapnya begitu lekat dan penuh harapan.
"Memangnya apa urusannya denganku, hah? Sana pergi jauh-jauh!"
Ucapnya kasar, membuat Boboiboy merasa kalau dirinya cukup mengganggu Fang dan akhirnya segera pergi untuk menanyakan soal yang sama pada Ying dan Yaya.
Dan lagi, sekarang ia mati-matian menahan dirinya untuk tidak merasa bersalah atas ucapannya sendiri.
"Hey, apakah kau seorang gay?"
—Pertanyaan gadis itu kembali terngiang-ngiang di kepalanya.
( Dan jujur saja— Fang tidak yakin kalau dirinya akan bisa menjawab dengan penolakan yang sama jika gadis itu datang dan kembali menanyakan pertanyaan itu padanya. )
…
…
Bagian 7 : Cairan Emosi Z
"Yeeeaaayy! Ayo kita panggil Harimauuuuuu~ mau mau mau mau mau—"
"Hey, cepatlah."
"Bayang!"
Terdengar keributan di dalam kelas lima Jujur, seruan binatang buas bermata merah nyalang dan teriakan nyaring seorang bocah bertubuh gempal yang tadi sempat berkomentar tanpa dosa tentang bagaimana lama nya si Pengendali Bayangan memanggil sosok Harimau bayangan yang tengah memporak-porandakan kelas mereka menjadi sama rapinya dengan sebuah kapal terguling.
"HIYYAAAAAAAH!"
Gopal kembali berteriak dengan seluruh kemampuan getar yang dimiliki pita suaranya.
Intinya kelas mereka bisa saja akan musnah dalam hitungan Satu… Dua… Tig—
"Apa yang tengah terjadi disini!?"
—Seseorang sepertinya harus bersyukur karena Boboiboy akhirnya tiba di kelas tepat pada waktunya.
Bruuukkk!
"Awwww … Yang tadi itu sakit sekali."
Orang-orang sepertinya juga harus bersyukur karena Boboiboy berdiri tepat di ambang pintu masuk kelas itu, karena di detik berikutnya, ia telah berhasil menghentikan Fang yang tengah berusaha untuk berlari keluar kelas menghindari Ying dan Yaya yang ingin menghentikannya.
"Boboiboy! Cepat pegang dia!" Yaya berseru, ia terlihat sedang berkonsentrasi untuk membuat medan gravitasi di sekitar Fang agar anak itu tidak dapat bergerak dengan leluasa.
"Hah? Apa? B-baiklah!" Boboiboy yang tak mengetahui situasi dan kondisi hanya bisa menuruti ucapan Yaya, kedua tangannya lalu dengan sigap mengunci gerakan kedua tangan Fang. Dengan sengaja agar anak itu tidak dapat menciptakan bayangan.
"Ahahahahaha~ Tidak! Aku telah tertangkap~"
Tapi anak berkacamata yang tangannya dikunci ke belakang itu malah tertawa renyah melihat semua kekacauan yang telah diperbuatnya, Yaya lalu dengan segera membuat medan gravitasi mem-berat di sekitar tubuh Fang, hal itu berhasil membuat Harimau Bayang yang sempat dipanggilnya tadi menghilang dan kini yang tersisa hanyalah kelas yang kacau dan para beberapa anak dengan jam kuasa yang tengah terengah kelelahan.
Boboiboy lalu menatap ke arah Ying yang ada di sampingnya, meminta penjelasan.
"Haiya, dia memakan donat lobak merah yang sudah diberikan cairan emosi jenis baru oleh Adu Du, emosinya kacau dan sekarang dia hilang ingatan tahu!"
Gadis Chinese itu berseru sambil menunjuk ke arah meja milik Fang, ada sebuah donat dengan bekas gigitan di atas meja itu.
Boboiboy lalu menghela napasnya pelan, "Hah … Terbaik lah." Ia lalu melepaskan genggaman tangannya dari Fang, sepertinya anak itu sudah mulai tenang saat ini. Hah
"Hahahaha … Terbaik-terbaik-terbaik!" Kata Fang semangat, ia masih tetap terkekeh kecil dengan aura bunga-bunga musim semi yang ganjil nampak di sekelilingnya, "Oh! Hey kau yang topinya punya tanduk, pipimu terluka lho~" Dengan gerakan yang sepertinya begitu kesusahan, anak berkacamata itu mendekatkan tangannya ke arah pipi Boboiboy yang sepertinya tadi tidak sengaja tergores salah satu bangku murid, tepat ketika mereka berdua terjatuh tadi.
"Aw! Hey, sakit tahu!"
"Hehehehehe~ Kau menyenangkan, Topi Dinosaurus! Aku suka~!"
Anak itu terus tertawa renyah dan akhirnya mereka semua harus membawa Fang ke UKS, membuatnya pingsan disana hingga pulang sekolah dan akhirnya efek dari donat itu menghilang sepenuhnya.
Diam-diam, Boboiboy mengusap bekas goresan yang ada di pipinya.
"Hey! Kenapa kau tersenyum-senyum aneh seperti itu, hah? Mau menertawakan ku lagi ya!?"
—Oh, rasanya sayang sekali kalau Fang harus begitu cepat kehilangan efek dari cairan baru buatan Adu du itu.
Boboiboy lalu mengambil sesuatu dari saku celananya.
"Hey," Boboiboy berkata pelan memanggil Fang, sebuah donat dengan sebuah bekas gigitan di sisinya terlihat begitu familiar digenggam oleh Boboiboy, "Mau makan donat ini lagi?"
Bocah bertopi itu mengatakannya dengan santai lengkap dengan senyuman polos terpasang di pipi : Sama sekali tak terlihat kapok melihat kondisi kelas mereka tadi pagi.
"BOBOIBOY! JANGAN BERIKAN ITU PADANYA!"
…
…
[ Satu prompt tambahan berdasarkan hasil permintaan terbanyak. ]
…
Bagian 8 : Pilihan.
"Jadi, siapa yang kau pilih?"
—Seru ketiga bocah bertopi itu terdengar bersamaan.
Dan Fang lalu menghela napasnya pelan, seperti menyesalkan apapun yang terjadi sebelumnya.
Oh… Andai saja ia tak begitu jijik menatap makhluk mengerikan berwarna hijau itu. Andai saja itu tidak terjadi maka Harimau Bayang –nya tentu tidak akan ikut merasakan kejijikan yang sama dengannya dan pasti bisa mengalahkan makhluk menjijikkan berwarna hijau yang memegang sebuah pipa air raksasa.
Ya, jika saja itu terjadi maka ia tidak perlu diselamatkan oleh ketiga pengendali elemen ini.
"Hey, bukankah aku yang seharusnya mendapatkan hadiah darinya?" Ucap Taufan penuh percaya diri, kedua tangannya terangkat sejajar tepat membelakangi tubuh Fang sebagai sebuah sikap defensif— ia terlihat persis seperti seekor tupai yang tengah melindungi jatah makanan musim dinginnya agar tak dicuri oleh tupai pohon sebelah, "Memangnya siapa yang melempar bola topan untuk menghalau monster jelek tadi, huh?" Lanjut anak itu memberi sebuah alasan.
Dan entah kenapa kata-kata itu terlihat membuat sebuah kernyitan tak suka tercetak samar di kening Gempa, yang dengan segera maju beberapa langkah mendekati Taufan, "Akulah yang melindunginya dari serangan mendadak si monster hijau itu, jadi sudah sepantasnya hadiah itu menjadi milikku, bukan?" Katanya dengan nada yang masih sabar seperti biasanya, hanya saja kernyitan ganjil di keningnya itu masih terlihat meskipun tetap samar.
Lalu aura-aura aneh terasa menyebar diantara kedua pengendali tanah dan angin itu, membuat Fang semakin malas dan berencana untuk segera pergi secepat yang ia bisa, berharap mereka terlalu sibuk dengan urusan tatap menatap yang berlangsung cukup lama diantara keduanya.
Dan Fang nyaris saja menjerit ketika merasakan kehadiran seseorang yang secara tiba-tiba tepat berada di belakang punggungnya, "Kurasa kalian tidak sebaiknya bertengkar untuk masalah yang cukup sepele." Ucap orang di belakangnya, yang kemudian ia asumsikan sebagai Halilintar karena adanya kilatan-kilatan merah yang cukup ganjil terlihat menyambar-nyambar di belakangnya.
Fang cukup bersyukur kalau ternyata masih ada orang yang cukup dewasa berada di antara kedua Boboiboy yang lainnya.
"Oh dan masalah hadiah, itu sudah sepantasnya diberikan padaku bukan? Lagipula akulah yang menyerang monster itu hingga hangus tadi."
—Fang seketika menarik pemikirannya tadi, Halilintar sama saja dengan dua yang lainnya.
Oh bahkan dia lebih parah dari dua yang lainnya : Seseorang harus mengikat tangan anak itu dengan kuat supaya dia berhenti membuat percikan-percikan petir merah di tangannya.
"Hey!" Seru Fang mengalihkan perhatian ketiga Boboiboy, "Bisakah kalian tidak bertengkar karena hadiah-hadiah yang kalian ucapkan dari tadi, huh? Lagi pula, siapa yang mau memberikan hadiah pada kalian!?"
"… Kau yang harus mau memberikannya, dan kau yang harus memilih ; siapa yang akan kau berikan?"
Ketiganya lagi-lagi berucap nyaris bersamaan, dengan nada yang menuntut dan dengan pandangan tajam yang sama.
Gulp.
Fang meneguk ludahnya dengan susah payah.
"Jadi? Pada siapa kau akan memberikannya, Fang?" Kata ketiganya, entah apa yang merasuki mereka tapi tiba-tiba sama mereka berjejer dan mendekat ke arahnya nyaris bersamaan, "Pasti aku, 'kan?" Oh— Ini sudah entah ke-berapa kalinya mereka telah mengatakan suatu hal secara bersamaan.
Mendengar kalimat-kalimat yang mereka bertiga ucapkan bersama itu, Fang memijat pelipis nya pelan. Tsk, sungguh. Ia menyesal telah dikalahkan oleh betapa menjijikkan nya monster itu.
Dan yang pasti, makhluk itu harus membayarnya untuk apa yang dia lakukan selanjutnya. Bayaran yang sangat— amat sangat ultra ekstra mahal untuk ini.
Fang kemudian menghela napasnya lagi sebelum mulai menutup matanya erat.
Cup— Sesuatu yang terasa lembut dan basah menyentuh pipi Taufan.
Dan anak itu tersenyum sumringah, melirik sebentar pada Halilintar yang mendesis seram sebelum kembali menatap anak berkacamata di hadapannya. Binar-binar di matanya nampak antusias seperti biasanya.
"Yeeeeaaaay! Aku sudah menduga nya! Ahahahaha, aku memang pantas dapat hadiah, bukan~?"
—Dan untuk beberapa alasan, Halilintar dan bahkan Gempa terlihat memutar bola mata mereka.
Cup. Cup.
Halilintar dan Gempa menatap Fang di hadapan mereka, dua pasang bola mata coral cerah dan karamel menatap tak percaya ke arah seorang bocah yang tengah menutupi separuh wajahnya dengan tangan berlapis sarung tangan magenta gelap.
"Apa lihat-lihat, hah!?"
Anak itu berseru galak dan segera membelakangi ketiga pengendali elemen, "Aku hanya berpikir kalau kalian mungkin pantas mendapatkannya. Jadi terimakasih." Fang lalu berjalan menjauhi ketiganya, terdengar gumaman-gumaman tentang sesuatu seperti "Monster bau oli sialan!" dan "Kau akan membayar untuk ini!" dan akhirnya anak itu menghilang sepenuhnya di sempit nya gang-gang di sekitar sana.
"Hahahaha … Apa kalian lihat? Cuping nya sangat merah tadi! Ahahahaha~ seperti … Em seperti … Ha! Seperti matanya Halilintar kalau dia sudah ku tipu! Hahaha! Ya! Seperti itu!"
"Hei!"
Taufan tertawa renyah tepat ketika Fang sudah menghilang sepenuhnya dari pandangannya, sementara Halilintar hanya membenarkan topinya sambil mendesis galak pada si angin dan Gempa hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul.
Mereka bertiga akhirnya kembali menyatu.
"Hahaha … Terbaik."
…
…
A/N :
*pingsan bareng Iwan*
*tibatibabangun* Haiiiiiiiiiiiiii~ Pa Poi! :3
Apakah masih ada yang berminat membaca cerita yang nyaris berdebu ini? Wwwwww saya harap masih, sih.
Kesimpulan di chapter ini ( Warning : paragraf ini mengandung alibi dan curhatan kurang bermutu, waspadalah! Waspadalah! ) : Saya moody parah, lima menit sebelumnya semangat empat-lima, lima menit setelahnya mager tiada tara, dan berangsur-angsur akhirnya sudah lewat setengah jam dan ujung-ujungnya baru selesai cuman satu prompt. SATU PROMPT DOANG LAMANYA SETENGAH MAMPUS, YAAMPUN YING, MINTA JURUS KELAJUAN MASA DONG! TOLONG SAYA—! #dicakar
Ohok, dan alasan telat apdet sebenarnya ialah Wi-Fi di sekitar saya pada rusak. Ini beneran lho! Sebenarnya things 4 (Iya, saya akan melanjutkan nya sampai yang ke-4 karena masih banyak ide prompt yang belum dimasukkan di yang tiga ini, lagian ini sudah melar menurut saya. Wwwww. ) pun sudah hampir selesai saat ini dan saya baru apdet things 3 nya malah hari ini … Ckckckck, tak patut-tak patut.
Er … Benarkah masih ada yang berminat baca? #Nanyalagi #UdahanRii.
Omong-omong, kalau ada yang mau protes soal Prompt Pertanyaan dan Pilihan … Duh, saya sendiri sebenarnya rada eneg dan kesel liat dua yang itu. Tapi lumayan lah mereka bisa dijadiin penambah word~ Hahaha! :3 #DASAR
Omong-omong lagi, apakah ada yang terganggu sama panjangnya AN saya? Wwwww kalo ada yang terganggu ya maaf ya~ Saya memang banyak omong. Ahahahaha~ Banyak omong tapi nulis nya sehari cuman se-imprit. Tak patut dicontoh~ Tak patut-Tak patut~
Terakhir, terimakasih telah membaca! Salam tomat dan semoga hari kalian menyenangkan~ Oh! Dan cepet sembuh juga untuk beberapa orang yang lagi sakit~ Hahaha, maaf telat :3
*Ajak Iwan Pingsan Lagi*
AzuraRii.