"Sekali lagi aku minta maaf. Apa kau percaya jika aku mencintaimu. Hinata mulai sekarang dan selamanya kau adalah kekasihku yang sebenarnya. Jangan pedulikan Haku. Aku akan mengurusnya, jadi jangan khawatir. Aku dan yang lain sudah mencari strategi untuk menghapus jejak yang Haku miliki," ujar Naruto. Hinata mengangguk bahagia. "Ayo kita pulang, aku ingin tahu dimana tempat tinggalmu."
"Iya aku mengerti," ucap Hinata.
"Apa kapan-kapan kau ada waktu? Aku ingin pergi nonton film. Aku ingin kita berkencan seperti anak muda pada umumnya."
.
.
FIVE'S LOVE STORY
Genre : Romance, Drama, Friendship
Pair : NaruHina, SasuSaku, SaiIno, ShikaTema, NejiTen
.
Terima kasih bagi Reder yang setia menunggu FF ini. Mulai sekarang, aku akan fokus dengan FF ini. Banyak sekali perubahan yang aku lakukan di cerita ini. Memang di laptop sudah end tapi setelah aku baca lagi, banyak yang hancur dan tak layak publish mulai dari EYD sampai diksinya yang aneh. Jadi maaf jika kalian menunggu lama
.
Terima kasih buat semuanya, maaf aku tak pernah balas review. Aku tipe author yang suka membalas review via PM, aku nggak suka jika balasan review dijadikan satu FF yang aku publish. Kesannya, FF jadi berantakan. Untuk yang tidak login, aku sangat mengapresiasi kalian dan begitu terima kasih dengan kalian karena sudah baca FFku.
.
HAPPY READING
.
.
Sejak kejadian dimana Naruto membawa Hinata secara paksa, pembuatan video klip Toneri diundur sekitar satu minggu lagi. Jika sudah begini, otomatis peluncuran video clip juga mundur. Naruto mendapat ceramahan yang luar biasa dari Jiraiya yang merupakan presedir dari agensi yang menaunginya. Sebagai tanggung jawabnya, presedir memotong gaji Naruto untuk membayar semua ganti rugi. Bukan Naruto namanya kalau tidak mau mengambil masalah-masalah rumit seperti ini. Ia tak peduli, bahkan jika gajinya harus dipotong pun silahkan. Itu lebih baik daripada harus melihat Hinata berciuman dengan Toneri.
Seperti janjinya pada Hinata beberapa minggu yang lalu, hari ini Naruto dan Hinata akan pergi ke Tokyo-Disney Sea. Naruto ingin sekali pergi kencan ke tempat umum seperti pasangan lainnya. Untunglah hari ini jadwalnya tidak begitu padat, jadi Naruto punya waktu untuk dirinya sendiri. Tapi jangan harap Naruto pergi berkencan dengan menunjukan wajahnya didepan semua orang secara terang-terangan. Tentu saja, semua itu tidak akan pernah terjadi. Jika ia pergi ke keramaian, Naruto selalu memakai masker dan topi agar orang-orang tak mengenalinya. Tidak lucu bukan, kalau hubungan asmaranya dengan Hinata akan tersebar luas. Senyum Naruto mengembang, melihat Hinata yang sudah berada di depan dorm untuk menunggunya.
"Apa kau sudah menunggu lama, Hinata?"
"Tidak, aku disini baru lima menit yang lalu," jawab Hinata dengan senyum terindahnya.
"Ayo, kita pergi."
Naruto mulai berjalan sembari menggandeng tangan Hinata yang lembut. Rona merah di pipi keduanya terlihat begitu jelas. Perasaan mereka berbunga-bunga, di kelilingi oleh bunga-bunga cinta yang bermekaran. Mata lavender Hinata yang indah, melihat Naruto dengan hati berdebar. Walaupun wajahnya hampir tak terlihat karena topi dan maskernya, namun ia masih terlihat tampan. Hinata seperti mimpi, ketika ia menyadari bahwa kekasihnya adalah seorang anggota band yang begitu terkenal dan gilai banyak wanita. 'Apa tidak apa-apa, jika aku berpacaran dengannya?' ucap Hinata dalam hati.
Setelah menyusuri jalan dan menaiki beberapa transportasi umum, sampailah Hinata dan Naruto di Tokyo Disney Sea. Suasana taman hiburan ini begitu ramai. Tokyo DisneySea adalah sebuah taman fantasi di Tokyo Disney Resort Jepang, tepatnya di Urayasu, Prefektur Chiba, Jepang. Ini adalah pertama kalinya Hinata pergi ke taman bermain selama ia tinggal di Tokyo. Hinata sangat bersyukur, pertama kali ia kesini bersama dengan pria yang begitu ia cintai. Tempat yang pertama kali Hinata kunjungi di Disney Sea adalah Mediterania Harbor. Mediterania Harbor merupakan pintu masuk taman yang bergaya kota pelabuhan Italia. Tepi yang memiliki gaya kanal Venice dan gondola ini adalah bangunan yang membentuk Tokyo DisneySea Hotel MiraCosta. Suasananya sama persis dengan venisia. Air yang tenang, bangunan yang ada disekeliling sungai membuat kesan romantic tersendiri.
"Tempat ini indah sekali," puji Hinata seraya bergumam.
"Venesia yang asli jauh lebih indah daripada ini," ucap Naruto santai.
"Benarkah, apa kau pernah kesana?"
"Pernah satu kali ketika kami mengadakan konser kecil-kecilan disana."
"Wah aku tak menyangka, FoxNine juga memiliki fans internasional," ucap Hinata takjub. Naruto hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Hinata yang terkesan sedikit meremehkan mereka. Namun, pandangan itu terlihat sedikit berbeda daripada pandangan sebelumnya. Senyum Hinata juga bukan lagi senyum yang bahagia.
"Hinata, ada apa? apa kau ingin mengatakan sesuatu?" tanya Naruto penasaran.
"Ehm.. itu, apa tidak apa-apa jika Naruto-kun pacaran denganku?" Entah kenapa Hinata merasa tak pantas mendampingi Naruto. Dia hanyalah seorang gadia biasa.
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Naruto-kun adalah anggota FoxNine, band yang begitu terkenal di Jepang. Bahkan, Naruto-kun di puji oleh banyak orang khususnya wanita. Kau begitu tampan, kau kaya, kau bisa memilih banyak gadis sesuai keinginanmu. Bukankah terlihat serasi jika Naruto-kun bersama Haku. Dia sangat cantik, seorang artis dan digilai banyak pria sedangkan aku…. ,"
Pembicaraan seperti inilah yang Naruto benci. Memang dia siapa? Apa menyandang gelar seorang artis berarti harus memilih pasangan yang sesuai dengan mereka? Naruto tak peduli jika kekasihnya itu hanyalah seorang gadis biasa dan seorang office girl. Jika Naruto sudah mencintai seseorang, dia akan selalu menjaga dan melindunginya.
"Hentikan!" gumam Naruto dengan wajah yang sedikit menakutkan. "Aku tidak peduli dengan semua itu. Jika aku berpacaran dengan seorang artis lantas aku akan bahagia, begitu? Aku hanya mengikuti kata hati dan perasaanku saja. Jika hatiku mencintaimu, maka orang yang berhak berada disampingku adalah kau. Jadi, jangan katakan hal-hal bodoh seperti itu lagi, Hinata."
Hinata tercengang mendengar penjelasan Naruto. Dengan begini, Hinata tak perlu meragukan apapun bahkan merasa tak pantas berada disamping Naruto. Benar, apapun yang orang katakana tentangnya ia tak mau ambil pusing. Hinata, mempercayai Naruto sepenuhnya. Gadis itu cantik itu mengekspresikan rasa senangnya dengan sebuah tawa kecil yang mengundang kecurigaan Naruto.
"Kenapa kau tertawa?"
"Heheh, tidak, aku hanya merasa lega setelah mendengar ucapanmu," ucap Hinata senang.
Melihat Hinata tertawa seperti ini, membuat hati Naruto terasa damai dan nyaman. Tak ada yang lebih membahagiakan selain senyum kekasihnya. Ini pertama kalinya Naruto jatuh cinta, ia berjanji pada dirinya sendiri akan melindungi Hinata. Dia tak mau jika kehidupan pribadi Hinata terusik karena ulah media yang penasaran dia kehidupan asmaranya.
ooOOoo
Selama berada di Disney Sea, banyak sekali wahana yang mereka kunjungi. Kencan mereka hari ini terasa begitu lepas dan menyenangkan. Dan sejauh ini, tak ada satu orang pun yang mengenali Naruto. Acara mereka berdua begitu lancar tanpa gangguan. Sekarang Naruto berdiri agak jauh dari luar toilet wanita, ia menunggu Hinata yang sudah tak tahan lagi untuk buang air kecil. Perut Naruto mulai bergemerucuk, ia sudah tak tahan lagi menahan lapar yang mulai melilit lambungnya. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terdapat beberapa ruko yang menjual makanan kecil khususnya Takoyaki. Naruto sangat menyukai cemilan ini. Tanpa ragu pria tampan itu, membeli beberapa tusuk Takoyaki. Karena terlalu lapar, ia tak memikirkan apa dampak yang akan ia terima ketika membuka maskernya secara terang-terangan ditengah keramaian.
"Ehhh, bukankah orang itu Uzumaki Naruto dari FoxNine?" tanya seorang gadis berambut panjang kepada temannya. Gadis yang berambut pendek itu tak langsung menjawab, ia meneliti terlebih dahulu secara rinci.
"Ehhh, iya benar, dia Naruto FoxNine."
Tanpa peduli apapun, Naruto melahap beberapa tusuk takoyaki dengan rakus. Sampai akhirnya ia menyadari sesuatu. Bunyi cekrikan kamera terdengar jelas di telinganya beberapa kali. Perlahan Naruto mulai menengadahkan wajah, ia begitu terkejut melihat lima gadis yang berdiri tepat dihadapannya. Mereka asik mengambil gambar Naruto yang mulai kebingungan.
"Yabai!" gumam Naruto panik
"Naruto-kun, aku sudah sele…. ." Belum sempat Hinata menyelesaikan ucapannya, Naruto sudah berlari mendekatinya dengan wajah gelisah, takut dan khawatir. Tangannya yang ramping dengan cekatan memakaikan topinya pada Hinata, "Ada apa ini?"
"Lari!" teriak Naruto seraya menggandeng tangan Hinata kemudian berusaha menghindar dari kejaran beberapa orang.
"Kyaaaaa, Naruto-kun, tunggu kami!"
Lima gadis itu terus berteriak memanggil nama Naruto. Teriakan para gadis itu menjadi pusat perhatian semua orang, bahkan mengundang beberapa remaja putri lainnya ikut mengejarnya. Jumlah gadis yang mengejar Naruto sekarang sekitar dua puluh orang. Karena kegaduhan, taman bermain Disney Sea terlihat semakin ramai. Naruto, kebingungan dimana dia harus sembunyi. Pria tampan itu seakan mendapatkan sebuah wahyu ketika melihat toilet pria yang tak jauh darinya.
"Hinata, ayo kita kesana?!"
"Ehh tapi itu toilet pria!"
Tak peduli jika Hinata protes, Naruto mengajak Hinata masuk ke dalam toilet pria tanpa basa-basi. Sebagai seorang wanita, tentunya ia malu masuk begitu saja ke area pria. Apalagi ini adalah toilet, tempat dimana para pria berkumpul untuk buang air kecil. Untuk mengantisipasi suatu hal dan menjaga kesucian mata Hinata, Naruto semakin membenamkan topinya ke wajah Hinata yang tampak memerah. Ia kemudian membuka sebuah kamar mandi khusus untuk buang air besar. Disanalah mereka terjebak, parahnya lagi para penggemar Naruto menerobos masuk ke toilet pria tanpa peduli apapun, seolah urat malu mereka sudah putus.
"Naruto-kun, buka pintunya?! Aku penggemar beratmu. Maukah kau berfoto denganku?!" Teriak salah satu gadis berambut pendek dengan perawakan sedikit gendut.
"Naruto-kun, buka pintunya! Siapa gadis yang bersamamu itu!" sekarang gadis berambut panjang mulai berteriak dengan sedikit menggedor-gedor pintunya.
"Kami tidak akan pergi jika kau tidak keluar!"
"Siapa gadis itu? apa dia kekasihmu!"
Baik Hinata maupun Naruto terlihat begitu panik. Ucapan mereka bukan hal yang bagus, namun sebuah ancaman yang begitu menakutkan. Bagaikan buah simalakama, jika mereka nekat keluar, itu akan membuat keduanya dalam mara bahaya dan juga tidak mungkin mereka akan berduaan di toilet semalaman.
"Bagaimana ini Naruto-kun?" tanya Hinata kebingungan.
"Aku juga tidak tahu, tapi kita masih ada satu cara," ucap Naruto sembari mengambil ponselnya dari saku celana. Naruto menekan nama kontak manajer dan meminta untuk menjemputnya. "Halo, manajer, tolong jemput aku di taman bermain Disney Sea. Kami terjebak di toilet!"
"Bagaimana bisa kau terjebak di toilet taman bermain? tunggu, kami? Dengan siapa kau disana?!" teriak manajer yang terlihat emosional karena kecerobohan Naruto.
"Tidak ada waktu untuk menjelaskan, cepatlah datang!"
Naruto menutup ponselnya kesal. Sempat-sempatnya manajer mengintrogasinya disaat genting seperti ini. Tiga puluh menit berlalu, para fans Naruto masih bertahan di luar toilet. Mereka benar-benar mengerikan. Hinata dan Naruto sampai tak bisa berkutik atau berbicara apapun karena jarak mereka terlalu dekat. Ia tampak kesal karena sang manajer tak kunjung datang. Dua puluh lima menit kemudian, tiba-tiba kegaduhan terdengar dari luar.
"Naruto, ini aku, Kakashi. Cepat keluarlah!" teriak Kakashi dari luar.
Baik Naruto maupun Hinata begitu lega mendengar suara Kakasihi dari luar. Sejenak mereka saling berpandangan dan mengangguk, seolah mengerti apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Hinata kembali membenamkan topi Naruto untuk menutupi wajahnya, sedangkan Naruto keluar tanpa mengenakan apapun karena semua itu tak ada gunanya. Orang-orang sudah tahu kalau yang ada di dalam toilet adalah dirinya. Ia keluar sedikit menunduk karena malu. Teriakan histeris mulai menggema diseluruh ruangan. Untunglah Kakashi tak datang sendirian, dia meminta security taman bermain untuk mengawal mereka. Para gadis yang berkerumun, mencoba memotret Hinata. Namun gadis bermarga Hyuga itu memegang erat topinya, agar tak ada orang yang bisa melihat wajahnya.
Sesampainya di mobil Van FoxNine, manajer Kakashi tampak marah dan kesal terhadap Naruto. Bagaimana ia bisa seceroboh itu, apalagi dia terjebak bersama seorang wanita. Kakashi yakin, dalam hitungan menit saja, kabar ini akan cepat menyebar di Internet dan media elektronik lain. Hinata hanya diam mendengarkan Naruto dan Kakashi adu mulut untuk mencari pembenaran masing-masing. Hinata tak tahan melihat keadaan seperti ini.
"Hentikan!" ucap Hinata dengan nada tinggi. Keduanya melihat kearah Hinata dan berhenti mengoceh. "Ini semua salahku. Aku yang mengajak Naruto-kun keluar," ucap Hinata dengan perasaan gelisah.
"Sudah aku duga. Hinata, apa kau tahu Naruto adalah seorang penyanyi terkenal. Seharusnya kau tak mengajaknya berduaan di tempat keramaian. Tidak baik bagi karir Naruto jika memiliki sebuah skandal, itu akan menurunkan populiritas mereka. Sebenarnya hubungan seperti apa yang kalian jalin?!" Kakashi benar-benar marah, ia sudah tak tahan lagi.
"Dia pacarku dan bukan Hinata yang mengajakku keluar tapi aku. Jadi jangan sekali-kali kau membentak Hinata seperti itu!" ucap Naruto yang nadanya tak kalah tinggi dengan Kakashi.
"Hah, cinta memang mambuat orang gila dan tak mengerti mana yang lebih penting untuk kehidupan masa depan. Memuakkan sekali!"
Saat Naruto ingin membantah ucapan Kakashi, Hinata mencegahnya. Ia tak ingin hubungan Naruto akan menjadi buruk dengan sang manajer. Lagipula Kakashi umurnya lebih tua dari Naruto, jadi tak baik jika membantah orang tua seperti itu. Ponsel Kakashi tiba-tiba berdering, wajahnya tampak pucat ketika melihat nama yang tertera di layar ponselnya.
"Moshi-moshi-iya-saya mengerti-baik," jawab Kakashi dengan wajah ketakutan. "Jiraiya menelponku dan menanyakan skandal yang telah menyebar di Internet. Dia ingin aku dan kau menemuinya. Jika aku dipecat gara-gara ini, aku akan membunuhmu!"
ooOOoo
Di ruangan yang dominan warna putih dengan kursi yang serba hitam, terlihat Naruto dan Kakashi duduk manis di sofa. Wajah Kakashi begitu tegang, sedangkan Naruto terlihat santai seolah tidak ada hal besar yang terjadi. Jiraiya berjalan mulai mendekati meja mereka dengan beberapalembar kertas yang ada digenggaman tangannya. Wajahnya tampak datar, tidak terlihat marah atau pun namun tatapan matanya yang tajam membuat jantung Kakashi seolah tertusuk pedang. Pria dewasa berambut putih duduk santai dihadapan mereka. Ia melemparkah lembaran kertas itu dimeja.
"Naruto dan Kakashi, bisa kalian jelaskan apa maksud dari artikel ini?"
"Direktur, aku bisa jelaskan, ini…. ."
"Tidak perlu kau jelaskan pun aku tahu. Kakashi, sebenarnya bagaimana caramu mengawasi mereka? dan kau Naruto, apa yang sebenarnya kau pikirkan? FoxNine adalah band baru yang berdiri tiga tahun lalu. Tak disangka kalian cepat mencapai popularitas, bagaimana kalau popularitas kalian menurun gara-gara skandal ini? Aku benar-benar tak mengerti!" ucap Jiraiya kesal seraya memijat pelipis kepalanya.
"Aku tak peduli jika popularitas FoxNine turun. Artis juga manusia yang butuh kasih sayang dan cinta untuk hidupnya. Artis bukan mesin pencetak uang?!"
"Naruto!" sergah Kakashi yang mencoba menghentikan ocehan Naruto.
"Begitukah, lalu siapa gadis itu?" tanya Jiraiya dengan tatapan tak menyenangkan kepada Naruto. Pria tampan berambut pirang itu tak mengatakan apapun. Ia hanya diam mematung, Naruto sudah berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan melindungi Hinata. Jiraiya tersenyum sinis, ia menekan beberapa tombol telepon yang berada disampingnya.
"Halo, keluarkan pegawai yang bernama Hyuga Hinata hari ini juga." Setelah mengucapkan kalimat seperti itu, Jiraya menutup ponselnya tanpa beban dan tanpa rasa kasihan.
"Apa? apa yang kau lakukan?! Ini salahku, bukan salah Hinata!"
"Kau pikir aku tak tahu jati diri gadis itu. Aku tidak peduli, siapa yang memulai. Aku hanya peduli dengan masa depan artis yang berada dibawah naungan agensiku."
ooOOoo
Dari ruang ganti pakaian khusus pegawai, Hinata tampak terlihat banyak pikiran. Ia masih mengkhawatirkan Naruto. Apa yang terjadi dengan Naruto sekarang? Apa pria itu baik-baik saja? Hinata terlihat gelisah, karena ia yakin, Naruto berada dalam masalah besar. Hinata tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa mendoakan Naruto agar permasalahan ini cepat selesai. Sudah ia pikirkan dari awal, bahwa hubungan ini tak akan berjalan lancar. Naruto seorang artis terkenal sedangkan dirinya hanyalah gadis biasa yang bekerja sebagai kembali sebagai office girl. Dia tak lagi menjadi asisten Toneri karena Naruto melarangnya.
"Hyuga Hinata!" ucap seorang gadis dari sudut ruangan. Saat Hinata menoleh, ia melihat Haku yang berdiri tak jauh darinya. Pandangan gadis itu terlihat begitu menakutkan.
"Haku, ada apa?" tanya Hinata bingung, karena tak biasanya gadis ini datang untuk bicara padanya. Ada hal yang terasa sedikit aneh.
"Kau pasti senang menjadi buah bibir banyak orang. Bagaimana rasanya setelah terlibat skandal dengan artis ternama. Apa kau merasa bahagia?"
"Apa maksud ucapanmu, Haku?"
"Jangan pura-pura seolah kau tak tahu apa-apa." Haku mengambil ponsel dari tas kecilnya, ia menggeser layar ponsel beberapa kali lalu melihatkan sebuah berita infotaiment ternama pada Hinata. "Lihat, gadis ini kau kan? Walaupun berita ini mengatakan kau adalah gadis misterius, tapi aku tahu bahwa itu kau. Seluruh Jepang membicarakanmu sekarang, khususnya para Foxy (sebutan fans FoxNine). Kalau kau menyukai Naruto, seharusnya kau tidak mengunjungi tempat semcam itu, itu sama saja kau menyuruh Naruto bunuh diri. Jika karir Naruto hancur, itu semua karena kau dan ingat, jangan lagi mendekati Naruto. Dan lihat ini?" Haku memperlihatkan sesuatu yang sedikit tidak senonoh kepada Hinata. Foto dimana Naruto dan haku berbalut selimut. Di dalam foto, Naruto tampak tertidur pulas, sedangkan Haku asyik berfoto ria.
"Aku dan Naruto tak terpisahkan. Jadi jangan mencoba-coba mengganggu kami. Ah jika kau masih mendekati Naruto, aku akan menyebarkan foto ini di internet," ucap Haku enteng kemudian pergi.
Hinata tak bisa mengatakan apapun, mata indah lavendernya menatap Haku yang pergi menjauh darinya. Apa benar jika karir Naruto akan hancur karena masalah ini? Hinata merasa dirinya terlalu bodoh, kenapa ia tak melarang Naruto untuk bepergian ke tempat semacam itu? kenapa dia mengiyakan apapun yang Naruto katakan? Sebagai seorang kekasih, seharusnya dia tahu mana yang baik untuk Naruto dan mana yang tidak. Dia benar-benar tak berguna. Lalu foto itu apa maksudnya? Apa benar Haku dan Naruto telah melakukan hal itu. Langkah Hinata sedikit lunglai, ia masih begitu shock mendengar ucapan Haku yang terlalu memojokkannya.
"Hyuga Hinata," sekarang suara laki-laki dewasa terdengar ditelinganya. Saat Hinata menengadahkan kepala, ia melihat atasannya.
"Iya ada apa?"
"Hinata-chan, mulai sekarang kau tak perlu bekerja disini lagi. Ini gaji terakhirmu." Pria berkaca itu mengulurkan sebuah amplop pada Hinata dengan ekspresi sedih.
"Kenapa begini? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Hinata tak percaya.
"Aku tidak tahu, aku hanya menjalankan perintah dari direktur Jiraiya. Maafkan aku Hinata."
Pria berkaca mata itu kemudian pergi, meninggalkan Hinata yang terlihat kebingungan. Butuh waktu beberapa menit untuk mencerna semuanya. Hinata masih tak mengerti, kenapa tiba-tiba ia di keluarkan dari pekerjaan. Apa ini ada kaitannya dengan Naruto? Jika memang itu benar, Hinata akan menerima semua ini dengan lapang dada, karena ini juga demi masa depan Naruto. Tak apa jika dia yang dikeluarkan asal jangan bibinya, karena bibinya tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini. Hinata mendengus pelan, ia kemudian berbalik dan mengganti pakaian seperti sedia kala. Menjalin sebuah hubungan dengan seorang artis memang tak seharusnya ia lakukan. Ia harus tahu tempat dan melihat dirinya sendiri.
Gadis berwajah cantik itu berjalan sendirian menyusuri koridor, tatapan orang-orang terasa sedikit aneh. Ah, mungkin rumor itu sudah menyebar luas. Koridor ini terlihat ramai, tapi entah kenapa ia merasa kesepian dan sendirian. Sejenak ia memandang ponselnya, ingin sekali Hinata menanyakan keadaan Naruto sekarang. Apa dia baik-baik saja? Tiba-tiba ponsel Hinata berbunyi, sebuah pesan singkat ia dapat.
Naruto-kun
Hinata apa kau baik-baik saja? Apa sesuatu terjadi padamu?
Hinata tak langsung membalas pesan itu. Banyak hal yang Hinata pertimbangkan sekarang tentang hubungannya dengan Naruto. Apalagi mendengar ancaman Haku, membuat Hinata begitu tak tenang. Jari jemari Hinata yang lentik, perlahan menahan beberapa tombol ponsel. "Temui aku di atap, sekarang." Setelah menulis pesan, Hinata menekan tombol send dengan perasaan sedih.
"Gomen, Naruto-kun."
ooOOoo
Semilir angin yang sepoi-sepoi dan terasa sedikit dingin menyentuh pori-pori Hinata. Gadis itu berdiri, sembari merentangkan tangan dan memejamkan mata. Hinata begitu menikmatinya, ia bahkan lupa masalah apa yang telah ia alami. Ia bertekad tak akan menyesal dengan pilihannya. Semua demi kebaikan mereka berdua.
"Hinata," panggil Naruto dengan suara khas tenornya. Hinata perlahan membuka mata dan membalikkan badan ke arah Naruto. Pria tampan itu tersenyum, melihat senyumnya yang indah membuat Hinata tak tega untuk mengatakan semuanya tapi mau bagaimana lagi. "Ada apa? apa kau baik-baik saja. Kau tidak dikeluarkan dari sini kan?" mendengar pertanyaan Naruto membuat Hinata tersenyum tipis.
"Aku sudah tidak bekerja disini lagi. Iya, aku dikeluarkan," ucap Hinata penuh senyum yang terlihat begitu menyakitkan. Greb, sebuah pelukan hangat tiba-tiba Hinata rasakan. Pelukan yang penuh cinta dan kasih sayang dari Naruto.
"Aku akan melindungimu, aku akan menjagamu Hinata. Aku mohon jangan takut!"
Pelukan Naruto ini membuat Hinata kembali bimbang dengan keputusannya. Jujur saja, ia begitu mencintai pria ini. Sulit rasanya untuk mengkahiri ini semua. Tapi semuanya demi kebaikan Naruto. Kadang cinta tak harus memiliki itu benar, kalau kau mencintai seseorang, kebahagiaan dialah yang lebih penting. Gadis bersurai ungu itu mendorong pelan Naruto untuk menjauh dari dirinya. Naruto tampak kebingungan, tak biasanya Hinata menolak pelukannya.
"Eh Hinata, ada apa?" tanya Naruto heran.
"Mou wakaremashou (ayo kita putus saja)" ucap Hinata tanpa berani menatap Naruto.
"Eh, Naze (kenapa)?" kebingungan Naruto semakin menjadi-jadi dengan perubahan sikap Hinata yang mendadak. Terlebih lagi, Hinata minta putus darinya.
"Sebelumnya aku sudah mengatakan, apa tidak apa-apa aku berpcaran dengan Naruto-kun? Aku bertanya begitu karena aku merasa hubungan ini akan sulit. Dan memang seperti itu, karena aku, Naruto-kun mendapat masalah besar, bahkan karirmu juga terancam. Ini semua demi kebaikan kita. Aku yakin Naruto-kun… ."
"Aku tidak mau, terus saja berbicara sesukamu. Aku tidak pernah dan tak akan pernah menganggap kita putus," ucap Naruto tegas.
"Tapi Naruto-kun, kau …. ."
Belum selesai Hinata berbicara, Naruto sudah menghentikan ucapan kekasihnya dengan sebuah ciuman. Ciuman yang menggambarkan perasaan Naruto padanya. Ciuman yang begitu lembut, yang membuat semua wanita melayang jika merasakannya. Tanpa Hinata sadari, dia membalas ciuman itu dengan segenap perasaan dan jiwanya. Iya, ucapan putus hanya ada dibibirnya saja, namun hati Hinata tidak demikian. Sudah berapa kali Hinata katakan pada dirinya sendiri, bahwa ia sangat mencintai Naruto. Sesaat Naruto menghentikan ciumannya.
"Lihat, kau masih mencintaiku. Jadi kita tidak akan pernah putus. Aku akan setuju kita putus, jika kau tidak mencintaiku lagi," ucap Naruto dengan senyum manisnya. Hinata tak kuasa menahan air mata yang sudah membasahi pelupuk matanya. Gadis itu hanya bisa menangis dan memeluk Naruto. "Aku bertanggung jawab atas ini semua," ujar Naruto seraya memeluk Hinata dengan penuh kasih sayang.
"Tapi Naruto-kun aku ingin menanyakan sesuatu?" tanya Hinata ragu.
"Apa?"
"Benarkah kau dan Haku, sudah melakukan hal itu?"
"Melakukan hal apa?" Naruto diam sejenak. Mencerna pertanyaan ganjil yang dari Hinata. Selang beberapa detik Naruto paham. Ternyata Haku sudah menunjukan foto itu pada Hinata. "Apa yang Haku katakan padamu?"
"Dia bilang, jika aku masih mendekatimu, dia akan menyebarkan foto itu ke internet. Maka dari itu, aku tak mau hal itu terjadi. Karena itu…. ."
"Karena hal itu, kau ingin melindungiku dan putus denganku?" tanya Naruto yang terlihat begitu gemas melihat tingkah polos Hinata. Gadis cantik itu hanya mengangguk pasrah. "Jangan melakukan hal-hal konyol seperti ini lagi. Kau tidak usah khawatir, aku dan teman-temanku sudah menyusun rencana untuk menghapus gambar itu di ponsel Haku. Lagipula foto itu hanya jebakan, aku dan dia tak pernah melakukan hal itu. Saat itu, aku mabuk berat dan pingsan, karena itu dia memanfaatkan keadaanku yang tak berdaya."
"Ehh, benarkah?!" tanya Hinata seikit tak percaya. Namun anggukan Naruto dan senyuman manisnya membuat rasa khawatir Hinata hilang.
ooOOoo
Karena dia sudah tak bekerja lagi di Konoha Entertaiment, Hinata pulang lebih pagi dari biasanya. Sepertinya bibi belum tahu kalau dirinya dikeluarkan secara sepihak oleh perusahaan. Pasca pertemuannya dengan Naruto diatap, perasaan Hinata jauh lebih lega. Pada akhirnya, dia tidak melakukan apa yang sudah ia putuskan sebelumnya. Hubungannya bersama Naruto akan terus berjalan, tak peduli jika badai menghadang dan ombak berdatangan. Mereka akan tetap bertahan. Hinata termenung seorang diri di Halte, hanya musik yang bisa membuang rasa bosannya. Mata lavender Hinata terhenti disebuah mobil yang tiba-tiba berhenti dihadapannya. Saat kaca mobil terbuka, terlihat sosok Toneri didalamnya. "untuk apa dia disini?" batin Hinata.
"Hinata," panggil Toneri.
"Oh kau, ada apa?"
"Masuklah," teriak Toneri dalam mobilnya. Daripada lihat banyak orang yang berlalu lalang, lebih baik Hinata melakukan apa yang Toneri perintahkan. Pria berambut putih itu menatap Hinata penuh arti, bahkan tatapan itu menggambarkan perasaan prihatin di dalam dirinya.
"Aku dengar kau dikeluarkan dari perusahaan karena skandalmu dengan Naruto?" tanya Toneri panjang lebar.
"Iya, kenapa? aku tak masalah dengan itu. Naruto akan mencarikan pekerjaan untukku."
"Benarkah? Sepertinya ia lelaki yang memiliki tanggung jawab. Jujur saja, aku tidak suka dia merebutmu begitu saja dariku. Gara-gara dia, perilisan MV-ku ditunda."
"Sebenarnya ada perlu apa kau menemuiku?" tanya Hinata gemas. Entah kenapa setiap kali ia bertemu dengan Toneri, emosinya mudah tersulut bahkan jika pria itu berbicara baik pun selalu membuat Hinata marah. Tomeri mendengus pelan, sejenak ia memejamkan lalu beralih memandang Hinata dengan tatapan tajam. "Apa? kenapa kau menatapku seperti itu?"
"Hinata, menikahlah denganku!" ucap Toneri tanpa keraguan.
"Heeeeeeeeeee!"
TO BE CONTINUE