Baekhyun melangkah dengan jantung berdebar keras. Semakin dekat ia dengan ruangan yang akan ia datangi, semakin gugup pula ia. Laki-laki mungil itu tidak sendirian. Di tangannya terdapat sebuket bunga mawar putih, dan di sebelahnya ada seorang laki-laki tinggi bertelinga lebar –Chanyeol. Mereka sedang berada di RS Kyunghee. Dan kedatangan mereka kesana bukan karena berita buruk seperti yang Baekhyun dapatkan kemarin, melainkan untuk memperbaiki suatu hubungan.

"Menurutmu Appa akan senang melihatku?" tanya Baekhyun gugup.

"Baek, kau sudah menanyakan hal itu sepuluh kali. Dan untuk yang kesepuluh kalinya pula, kukatakan kau akan baik-baik saja." ujar Chanyeol.

Baekhyun berhenti melangkah, kemudian menatap Chanyeol dengan raut kekhawatiran yang kentara. "Bagaimana kalau Appa tidak mau bertemu denganku?"

Chanyeol menghela napas kasar, kemudian menepuk kedua bahu Baekhyun. Ia tersenyum pada laki-laki mungil itu. "Kau mau taruhan?"

Baekhyun mengernyit. "Taruhan apa?"

"Kalau Appa-mu tidak mau bertemu denganmu, aku akan menuruti semua keinginanmu selama sehari penuh. Tapi kalau Appa-mu menyambut kehadiranmu dengan baik," Chanyeol tersenyum jahil, "Kau yang harus menuruti semua keinginanku untuk sehari penuh. Bagaimana?"

Bibir Baekhyun mengerucut lucu. "Taruhan macam apa itu?"

"Mau, tidak?"

Baekhyun berpikir sejenak, kemudian menatap Chanyeol curiga. "Tidak. Aku merasa akan kalah darimu."

Chanyeol tersenyum puas. "Menurutku juga begitu. Jadi," Chanyeol merangkul bahu Baekhyun dan menariknya untuk kembali berjalan, "Berhentilah khawatir, oke? Kau akan baik-baik saja. Aku janji."

Baekhyun tersenyum mendengarnya. Well, walaupun degup jantungnya masih berpacu cepat, tapi setidaknya Chanyeol ada di sisinya. Ia merasa lebih baik jika laki-laki tinggi itu berada di sisinya. Jadi, begitu ChanBaek sampai di depan ruang inap Tuan Kim, Baekhyun menghembuskan napasnya –sekedar untuk menetralkan debaran jantungnya, tangannya meraih kenop pintu, kemudian memutarnya ke kanan.

Pintupun terbuka.

.

.

.

###

BREAKING THE ENGAGEMENT

Chapter 13 (end) Happiness

by Pupuputri

Main Casts : Byun Baekhyun & Park Chanyeol

Support Casts : Kim Jongin, Wu Kris, Oh Sehun, Xi Luhan, Kim Jongdae

Genre : Romance, School Life, Fluff, Drama

Rate : T+

Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy

Note: Untuk semua readers yang sudah mengikuti FF ini sampai akhir, terima kasih banyak. Ini mungkin terdengar klise, tapi tanpa dukungan kalian, saya gak akan bisa namatin FF ini. Saya sudah sedekat ini untuk discontinue FF ini, tapi kemudian kalian datang dan memberi banyak dukungan *terharu*. Karenanya, saya sangat bersyukur akan kehadiran kalian yang selalu ngasih review dan klik fav/follow. Untuk chap terakhir ini, saya kasih rating T+. So, hope you like it and satisfied with the ending~

###

.

.

.

Kris baru saja memasuki kamar inap Tuan Kim. Laki-laki berambut pirang itu tidak menyadari kehadiran orang lain disana selain Appa-nya. Namun ketika wajahnya mendongak di antara langkahnya yang mendekati ranjang Tuan Kim, Kris menghentikan langkahnya ketika matanya bertemu mata sipit Baekhyun. Kris tentu saja terkejut dengan kehadiran Baekhyun disana, terlebih lagi laki-laki mungil itu tidak membuang wajahnya seperti biasa, melainkan tersenyum tipis padanya.

Kris menganga kecil.

Baekhyun tersenyum padanya. Apa ini hanya mimpi?

"B–Baekhyun?" Kris terbata, antara tidak percaya dengan kehadiran adiknya dan terkejut dengan senyuman Baekhyun yang ditujukan padanya.

"Kris." Tuan Kim memanggil putra sulungnya, membuatnya menoleh ke arah pria paruh baya itu. "Sedang apa kau disana? Kemarilah."

Kris merasa tenggorokannya kering. Meskipun agak ragu, ia tetap menuruti keinginan Appa-nya. Ia berjalan mendekati ranjang pria paruh baya itu dan berdiri tepat di seberang Baekhyun –yang masih menatapnya.

"Ada apa dengan ekspresi wajahmu itu? Seperti baru bertemu Baekhyun saja." celetuk Tuan Kim.

"Ah, i–itu..aku tidak menyangka kau datang kemari sendiri."

"EKHEM." Chanyeol yang berdiri tak jauh dari mereka berdehem cepat, seolah ingin menyadarkan Kris bahwa ia datang bersama Baekhyun. Tapi yang dilakukan Kris adalah memutar bola matanya.

"Baekhyun tidak datang sendiri. Dia datang bersama kekasihnya, iya'kan?"

Candaan Tuan Kim tentu saja membuat pipi Baekhyun merona hebat, sedangkan Chanyeol hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal –sebagai bentuk salah tingkah– seraya mengamini yang diucapkan Tuan Kim barusan dalam hati.

"Lihat ini, Kris. Baekhyun membawakan bunga untukku, bukankah dia begitu manis?" ucap Tuan Kim seraya mengelus tangan Baekhyun. Baekhyun terkekeh pelan karena ucapan Appa-nya. Dan Kris tercengang dibuatnya. Ini pertama kalinya ia melihat Baekhyun tertawa bersama Tuan Kim. Kris tidak bisa memungkiri bahwa hatinya begitu senang melihat pemandangan itu dan ia harap itu bukanlah khayalan ataupun sebuah mimpi.

"Ah, aku jadi ingin cepat-cepat keluar dari sini. Pokoknya sepulangnya dari RS, kita harus makan-makan sekeluarga." kata Tuan Kim. Ia tersenyum pada Baekhyun juga pada Kris. "Aku, Kris, Baekhyun, Minah, Wu Eomma, dan Byun Eomma."

Baekhyun dan Kris ikut tersenyum mendengarnya. Chanyeol-pun tak kuasa untuk tidak tersenyum melihat keharmonisan keluarga itu.

"Aku akan sangat menantikannya." ujar Baekhyun.

"Aku juga." Kris menimpali.

.

.

Baekhyun dan Kris sama-sama menatap air mancur di taman RS Kyunghee. Mereka berdua sedang duduk di sebuah kursi taman disana, hendak bicara satu sama lain. Laki-laki yang lebih tua melirik sekilas pada yang lebih muda. Ini sudah tiga menit mereka lewati dengan diam. Satu sama lain merasa gugup dan canggung karena mereka sudah lama tidak saling bicara. Tidak nyaman dengan kecanggungan ini, Kris berinisiatif untuk memulai pembicaraan.

"Hey, bagaimana kabarmu?"

Baekhyun tersenyum tipis. "Baik." Ia melirik Kris, kemudian balik bertanya, "Kau sendiri?"

Kris tersenyum manis. "Aku juga baik."

Hening kembali.

Baekhyun menggigit bibir bawahnya. Well, sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia bicarakan, tapi ia bingung memulainya dari mana. Tapi itu tidak untuk waktu yang lama. Ia teringat akan rencana Kris yang akan kuliah di Amerika.

"Kudengar kau akan kuliah di Amerika?" Baekhyun membuka topik baru.

"Uh..ya, begitulah."

"Kau mau mengambil jurusan apa?"

"Kedokteran." sahut Kris mantap.

Baekhyun terkekeh kecil. "Benar-benar mencerminkan kau."

Kris ikut terkekeh. Ia senang suasana yang canggung ini sudah berakhir. Rasanya atmosfer di antara keduanya sudah membaik.

Baekhyun menghela napas, kemudian menatap lurus ke air mancur di hadapannya. "Maaf."

Kris sontak menoleh pada Baekhyun karena terkejut dengan ucapannya itu.

"Telah menjadi sosok yang keras kepala juga egois, aku minta maaf..," Laki-laki mungil itu menunduk, "Aku bukanlah adik yang baik."

"Aku tidak berpikir begitu." bantah Kris, membuat Baekhyun menoleh padanya. Laki-laki berambut pirang itu tersenyum tulus pada Baekhyun. "Aku senang memiliki adik sepertimu. Justru akulah yang tak bisa menjadi sosok Hyung yang baik untukmu. Maafkan aku, Baek.."

Baekhyun merasa matanya begitu perih dan dadanya terasa sangat sesak. Selama ini, bagaimana mungkin Baekhyun baru menyadari kebaikan Kris padanya? Hanya karena kebenciannya terhadap masa lalu orangtuanya, Baekhyun malah membenci orang yang salah. Padahal Kris begitu menyayanginya, perhatian padanya, juga peduli padanya. Bagaimana mungkin Baekhyun baru merasakannya sekarang?

Sosok Hyung yang ia rindukan.

Baekhyun memeluk Kris. "Maafkan aku.."

Kris terkejut awalnya, tapi kemudian ia membalas pelukan Baekhyun. Dielusnya pelan puncak kepala adiknya itu, berusaha menenangkannya yang tengah terisak.

"Maafkan aku, Hyung.." ucap Baekhyun lirih.

Kris tersenyum. Dadanya juga merasakan sesak karena rasa bahagia yang teramat sangat dan itu membuat matanya tergenang airmata. Laki-laki tinggi itupun mempererat pelukannya di tubuh Baekhyun, seraya berkata, "Hyung juga minta maaf, Baek.."

Tak ada kata yang terucap detik berikutnya, hanya ada adik-kakak yang saling berpelukan, menyalurkan rasa rindu juga kasih sayang yang pernah tertimbun untuk kemudian dikeluarkan.

.

.

Baekhyun mengetuk pintu kamar Chanyeol. Setelah Chanyeol mengizinkannya masuk, Baekhyun masuk ke dalam kamar tersebut. Ia tidak duduk, hanya berdiri di depan Chanyeol yang sedang duduk di kursi meja belajarnya.

"Hey, ada apa?" tanya Chanyeol seraya menutup komik yang tadi dibacanya, kemudian menatap Baekhyun. Ia mengernyit karena Baekhyun hanya berdiri saja sambil menggigit bibir bawahnya. "Kau tidak mau duduk?"

"Um..tidak, terima kasih. Aku hanya sebentar kok."

"Oke, ada apa?"

Baekhyun menggigit bibir bawahnya sekali lagi. Pipinya samar-samar merona. "Um..aku hanya ingin mengatakan terima kasih. Kau tahu, karena telah menemaniku ke RS."

Chanyeol tersenyum. "Sama-sama. Aku turut senang kau sudah rukun kembali dengan keluargamu, terutama dengan Kris Hyung. Aku benar-benar kaget ternyata kalian kakak-adik. Kupikir dia memiliki perasaan padamu."

Baekhyun terkekeh. "Ya, terkadang perhatiannya membuat orang salah paham."

"Ya, termasuk aku. Untung saja dia bukan sainganku." Chanyeol tertawa di ujung kalimatnya. Tapi laki-laki mungil di hadapannya malah salah tingkah. Beruntung Chanyeol tidak menyadarinya karena ia sibuk tertawa.

"Um..baiklah, kupikir itu saja." ucap Baekhyun, menghentikan tawa Chanyeol.

"Oke, selamat malam."

Baekhyun baru saja berbalik dan hendak mendekati pintu, tapi kemudian ia berubah pikiran. Diputarnya kembali tubuhnya, lalu tanpa perhitungan atau pertimbangan apapun, Baekhyun mengecup pipi Chanyeol cepat. Chanyeol tentu saja kaget. Baekhyun segera membalikkan badannya untuk pergi dari sana sebelum wajahnya kebakaran saking malunya, tapi tangan Chanyeol bergerak lebih cepat. Laki-laki tinggi itu menahan tangan Baekhyun, membalikkan badannya agar menghadapnya, kemudian mendorong tubuh mungil itu sehingga menempel dengan pintu. Baekhyun tidak siap dengan pergerakan itu, terlebih ketika Chanyeol mencium bibirnya. Baekhyun sontak melotot, wajahnya bahkan semakin merah. Laki-laki tinggi itu mulai menggerakkan bibirnya di atas bibir Baekhyun, mengecup dan memberikan sedikit lumatan. Dan Baekhyun terlena. Jadi, perlahan ia menutup matanya, memegang kaos Chanyeol sebagai pegangan, dan membalas ciuman laki-laki tinggi tersebut. Chanyeol yang mendapatkan respon positif, menjadi lebih bersemangat untuk mencium Baekhyun. Ia telusupkan tangan kanannya di tengkuk Baekhyun dan tangan kirinya di pinggang si mungil agar ciuman mereka semakin dalam.

"Mnnhh.." Baekhyun sedikit mendesah ketika Chanyeol menggigit pelan bibir bawahnya, meminta akses ke dalam mulutnya. Dan Baekhyun sendiri tidak tahu apa yang merasukinya, jadi ia buka saja mulutnya di tengah-tengah acara ciuman itu. Maka, terjadilah perang lidah disana. Baekhyun merasa kakinya berubah menjadi jelly karena pergerakan lidah Chanyeol di dalam rongga mulutnya. Ia mengabsen deretan gigi Baekhyun, melilitkan lidahnya di lidah Baekhyun, bahkan menghisap lidah Baekhyun. French kiss itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya Baekhyun membutuhkan udara untuk paru-parunya. Jadi, ia dorong dada Chanyeol sehingga ciuman mereka terputus. Baekhyun bisa merasakan deru napas hangat Chanyeol menerpa wajahnya, begitupun dengan Chanyeol. Jantung mereka sama-sama berdebar kencang, terutama ketika mata mereka bertemu. Dan yang membuat adrenalin Chanyeol semakin berpacu adalah rona pipi Baekhyun. Oh astaga, kenapa Baekhyun terlihat begitu manis ketika sedang merona?

"A–aku harus pergi." Baekhyun memecahkan keheningan yang ada. Chanyeol sendiri tidak sempat menahan laki-laki mungil itu karena Baekhyun segera keluar dari sana setelah ia bicara tadi. Chanyeol mengartikan sikap Baekhyun sebagai bentuk penolakan, padahal sebenarnya tidak. Well, Baekhyun harus segera keluar dari sana karena ia rasa jantungnya tidak bisa bertahan lebih lama lagi saking cepatnya itu berpacu. Lihat saja wajah Baekhyun yang memerah sampai ke telinga ketika ia menutup pintu kamarnya.

"Astaga.." bisik Baekhyun. Tangan kirinya memegangi bibirnya yang masih basah, sedangkan tangan kanannya memegangi dada dirinya –tepatnya di jantungnya. "Tadi itu benar-benar–" Baekhyun menggigit bibir bawahnya seraya menangkup pipinya yang sangat merah. "Astaga.."

###

Chanyeol menatap salah satu maid di rumahnya dengan mimik terkejut. "Baekhyun sudah berangkat tadi pagi?"

Maid itu mengangguk yakin. "Sekitar lima belas menit yang lalu, Tuan."

Chanyeol menghela napas kasar. Ia berpikir Baekhyun berangkat pagi karena ingin menghindarinya gara-gara ciuman mereka kemarin. Padahal Chanyeol berharap kemarin adalah pertanda baik, tapi sepertinya dia salah. Yang ada, Baekhyun malah semakin canggung padanya. Apakah setelah ini Baekhyun mogok bicara dengannya lagi?

Sebenarnya pemikiran Chanyeol itu salah besar.

Baekhyun berangkat pagi-pagi ke sekolah –sendirian– karena ia sudah janjian dengan Jongin. Tadi malam, ia mengirim pesan pada Jongin untuk bertemu di sekolah pagi-pagi. Ada yang ingin ia bicarakan, katanya. Sesuatu yang penting.

Jongin menatap Baekhyun dengan alis bertautan sempurna. "Kenapa kau mengembalikannya?" tanyanya ketika Baekhyun memberikan kalung pemberiannya waktu itu.

Baekhyun menghembuskan napas panjang terlebih dahulu, kemudian menjawab, "Aku tidak bisa menerima perasaanmu, Jongin. Maaf."

Jongin tidak menjawab untuk beberapa saat. Dia justru menatap Baekhyun tajam, seolah sedang mencari kebohongan di manik coklat si mungil.

"Kenapa?" tanyanya kemudian.

"Karena aku menyukai orang lain."

Jongin mendengus. "Apa kau akan berkata itu adalah Chanyeol?"

"Ya, itu memang Chanyeol. Aku menyukainya, karena itu aku tidak bisa–"

"Sampai kapan kau akan memainkan permainan ini, Baek? Kita sama-sama tahu hubungan kalian itu tidak sunggu–"

"Perasaanku padanya sungguhan, Jongin." Baekhyun memotong cepat, dan berhasil membuat Jongin tercengang. Baekhyun kemudian melanjutkan, "Aku sungguh-sungguh menyukai Chanyeol."

Jongin ingin sekali melihat kebohongan yang biasa Baekhyun pancarkan ketika membicarakan perasaannya pada Chanyeol, tapi ia sendiri tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa hanya kejujuran yang ia lihat di mata Baekhyun saat ini.

"Kau benar-benar menyukai laki-laki itu?"

"Ya."

"Tak bisakah aku mendapat kesempatan lain?" pinta Jongin.

"Maafkan aku, Jongin." Baekhyun nampak menyesal. "Aku..aku tak bisa membuatmu terus berharap. Ini keputusan terakhirku. Karena itu, kuharap kau mengerti."

Jongin sungguh tak tahu harus berkata apa. Hatinya sungguh sakit, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Baekhyun bersungguh-sungguh akan keputusannya dan ia tidak bisa memaksanya. Jadi, yang dilakukan Jongin selanjutnya adalah tersenyum –meski terlihat sangat dipaksakan, kemudian menghembuskan napas panjang sekedar untuk mengurangi rasa sesak di dadanya –meski tidak terlalu membantu.

"Aku yakin suatu saat nanti kau akan menemukan pemilik kalung ini." ucap Baekhyun seraya tersenyum lembut. Ia kemudian menyimpan kalung pemberian Jongin di tangan laki-laki berkulit tan itu –mengembalikannya.

Jongin tersenyum miring. "Sepertinya akan sulit."

"Kau laki-laki yang baik, Jongin," Baekhyun menepuk pundak Jongin –mencoba memberikan kekuatan, "Mungkin akan membutuhkan sedikit waktu, tapi kau pantas mendapatkan yang lebih baik. Banyak yang menyukaimu, kau tahu?" candanya.

"Well, kuharap kau salah satunya."

"Aku menyukaimu," Baekhyun tersenyum, "Tapi hanya sebatas teman." Ia tiba-tiba terpikirkan satu ide. "Hey, mau kucarikan laki-laki manis untukmu?"

"Oh, tidak. Lebih baik aku cari sendiri saja." Jongin menolak cepat.

Baekhyun tersenyum lebar. "Itu baru semangat~"

Senyuman Jongin terlihat tulus sekarang. "Hey, boleh aku memelukmu sebelum kita resmi menjadi teman biasa?"

Baekhyun tak menjawabnya. Laki-laki mungil itu mendekati Jongin, kemudian memeluk laki-laki berkulit tan itu. Jongin balas memeluk Baekhyun. Itu hanya pelukan antar teman, tapi sepertinya seseorang salah mengartikan pelukan itu. Seorang laki-laki tinggi bertelinga lebar tepatnya. Well, siapa lagi selain Park Chanyeol? Dia sedang mengintip Baekhyun dan Jongin dari jendela kelas mereka. Dan melihat JongBaek berpelukan membuat hati Chanyeol panas. Kedua tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya. Pikirnya apakah Baekhyun pada akhirnya malah memilih Jongin daripada dirinya? Lalu untuk apa mereka berpura-pura pacaran untuk membatalkan pertunangan bodoh itu? Apa ini semacam lelucon?

.

.

Baekhyun terkejut ketika seseorang menariknya ke dalam lab. Ia tidak sempat berteriak atau protes karena matanya segera bertemu dengan mata orang yang menariknya kesana –Chanyeol. Laki-laki mungil itu menghela napas lega, tapi kemudian menatap Chanyeol kesal.

"Astaga, Chanyeol. Tak bisakah kau bersikap normal? Kupikir kau seorang maniak!" protesnya.

"Mungkin jika kau bisa bersikap normal padaku, aku akan memperlakukanmu demikian."

Dahi Baekhyun berkerut. "Apa?"

"Kau menghindariku lagi, Baek. Kau sadar itu?"

"Apa maksudmu?" Baekhyun semakin bingung.

"Ciuman kemarin. Kau menghindariku pagi ini karena itu'kan?"

Baekhyun menghela napas kasar. Ia menatap Chanyeol setengah tak percaya. "Itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan..hal itu, Chanyeol." Baekhyun sedikit terhenti di tengah-tengah, agak malu menyebutkan kata 'ciuman'. "Aku hanya ada keperluan pagi ini, karena itu–"

"Keperluan untuk bertemu Jongin?" tukas Chanyeol –memotong ucapan Baekhyun– dan itu membuat si mungil terkejut. Chanyeol melipat kedua tangannya di dada. "Aku melihat kalian di halaman belakang sekolah tadi. Kau pikir aku tidak tahu?"

"Ah, itu..aku hanya ingin mengembalikan sesuatu padanya."

"Oh ya? Apa itu?" Chanyeol menantang.

"Itu tidak penting, Chanyeol. Yang penting urusanku dengan Jongin sudah selesai."

"Maksudmu selesai menjadi teman dan mulai menjadi sepasang kekasih?" Chanyeol menuduh.

Dahi Baekhyun berkerut kembali. "Kau ini kenapa sih?"

"Baek, kau memintaku untuk membatalkan perjodohan bodoh itu dan kita berhasil, tapi apa yang kau lakukan? Kau malah pacaran dengan si Kim Jongin itu!"

"Aku tidak pacaran dengan Kim Jongin, Park Chanyeol, dan tidak akan pernah. Demi Tuhan, ada apa denganmu?!" Baekhyun mulai kesal.

"Aku menyukaimu, Byun Baekhyun! Apa ciuman kita kemarin tidak ada artinya bagimu? Aku benar-benar menyukaimu, Baek!" Chanyeol terdengar frustasi. Napasnya mulai tidak teratur pasca berteriak. Sedangkan Baekhyun? Dia hanya bisa menatap Chanyeol dengan pipi memerah.

Hening.

"Aku sangat menyukaimu, Baek," Chanyeol menatap Baekhyun sendu seraya mengelus pipinya lembut, "Dan aku bersungguh-sungguh.."

Baekhyun merasa jantungnya berpacu cepat. Apalagi Chanyeol menatapnya begitu intens. Dan yang bisa dilakukan Baekhyun adalah menggigit bibir bawahnya untuk menyembunyikan rasa gugupnya. Laki-laki mungil itu kemudian menundukkan wajahnya yang memerah sempurna. "Aku tahu itu, bodoh. Tapi kenapa..," Baekhyun perlahan menatap mata Chanyeol, "Kenapa kau tidak menyadari perasaanku?"

"Eh?" Chanyeol agak bingung.

"Kau pikir kenapa aku membalas ciumanmu kemarin?" Baekhyun melanjuti. Wajahnya semakin merah sampai ke telinga. "Aku juga menyukaimu, bodoh!"

Kali ini Chanyeol yang merona. "Su–sungguh? Benarkah itu, Baek?"

Baekhyun mengangguk pelan. Ia kembali menunduk. "Aku bertemu Jongin untuk menolaknya secara tegas. Kami hanya berteman sekarang. Kau saja yang mengambil kesimpulan seenaknya!" cibirnya.

Senyuman Chanyeol mulai melebar. "Jadi, kita benar-benar pacaran sekarang?"

Baekhyun benar-benar malu sekarang. Ia tidak menjawab Chanyeol, hanya memalingkan wajahnya yang serasa terbakar. Well, meski tanpa jawaban sekalipun, Chanyeol sudah mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Dan itu membuat jantungnya berdebar tak karuan saking bahagianya, senyumannya bahkan terlihat semakin lebar seperti seorang idiot. Tapi apa pedulinya? Yang terpenting adalah perasaannya telah terbalaskan sekarang.

"Sudah'kan? Aku mau ke ruangan OS–"

Ucapan Baekhyun terputus karena Chanyeol tiba-tiba mencium bibirnya. Begitu lembut juga manis, membuat Baekhyun terlena. Laki-laki mungil itu mulai memejamkan matanya, membalas ciuman Chanyeol juga menikmati debaran jantungnya yang berpacu semakin cepat. Tak lama setelah itu, Chanyeol melepaskan tautan bibir mereka, kemudian memeluk Baekhyun erat.

"Terima kasih, Baek~" serunya. Nada kebahagiaan terdengar kentara di suara Chanyeol dan itu membuat Baekhyun ikut senang. Laki-laki mungil itupun membalas pelukan Chanyeol dan tersenyum manis. Samar-samar Baekhyun bisa merasakan debaran jantung Chanyeol yang sama cepatnya dengan miliknya, menandakan mereka merasakan hal yang sama terhadap satu sama lain –cinta.

"Aku menyukaimu, Baekhyun-ah~"

"Aku tahu."

"Kau milikku mulai sekarang~"

"Hentikan, bodoh. Itu memalukan."

"Aku sangat menyukaimu, Baek~"

"Aku tidak tuli, bodoh. Jadi–"

"Astaga, aku jadi ingin menciummu lagi~"

"Ap–mmpph!"

Sepertinya mulai sekarang jantung Baekhyun akan selalu berpacu cepat karena kehadiran Chanyeol –sebagai kekasih sungguhannya– di sisinya. Tapi tidak apa. Selama itu adalah kebahagiaan yang sesungguhnya, Baekhyun akan menerimanya.

THE END

Jadi, beginilah tamatnya. Kalian nanya gimana nasib Jongin? Well, biarkan dia sendiri dulu, nak. Dia baru patah hati soalnya *dipelototin Jongin* atau kalau ada yang mau, Jongin buat kalian aja *dijambak Jongin*

Dan seperti biasa, bonus epilog buat readers tercinta~

.

.

.

EPILOGUE

"Oh ya, ngomong-ngomong, apa yang kau kembalikan pada si Kim Jongin? Kau meminjam sesuatu darinya?" tanya Chanyeol.

"Tidak, dia memberiku sebuah kalung."

"Kalung? Kapan dia memberikan kalung padamu?" Chanyeol penasaran sekaligus bingung.

"Saat kami kencan."

"SAAT KALIAN APA?!" Suara Chanyeol menggelegar tepat di samping telinga Baekhyun. Matanya bahkan melotot saking kagetnya.

"Chanyeol, pelankan suaramu. Aku tidak tuli." kata Baekhyun seraya menutup telinganya yang agak berdengung.

"Kencan apa? Kenapa aku baru dengar?"

"Well..," Baekhyun menggaruk pipinya kikuk, "Ingat saat kubilang aku ada janji dengan temanku sewaktu SD?" Chanyeol mengangguk ragu, sedikit memicing curiga ke arah Baekhyun. "Sebenarnya aku kencan dengan Jongin." cicitnya.

Chanyeol menganga tak percaya.

"Dan..dia sempat menciumku."

Mata Chanyeol seolah mau keluar mendengarnya.

"Dia menciumku duluan, tapi aku tidak membalasnya, aku bersumpah!" Baekhyun segera membelanya dirinya cepat sebelum Chanyeol menuduh yang macam-macam. Ia sebisa mungkin menunjukkan mimik seriusnya.

Chanyeol speechless.

Baekhyun menggigit bibir bawahnya gugup karena Chanyeol tak kunjung merespon. "Dia membantuku waktu itu, jadi aku mengiyakan ajakannya sebagai bentuk terima kasih. Tapi aku janji tidak ada apa-apa di antara kami, aku sudah menegaskan perasaanku padanya tadi. Kau percaya'kan?"

Masih nol respon dari Chanyeol.

"Kau tidak marah'kan?" Baekhyun bertanya kembali, sekedar memastikan. Ia agak khawatir karena Chanyeol diam terus. "Chanyeol-ah–"

"Dimana dia menciummu?"

"Hah?"

"Apa dia mencium bibirmu?"

Baekhyun menelan ludahnya sesaat, kemudian mengangguk pelan. Tapi sedetik kemudian, Baekhyun menyesali keputusannya mengakui semua itu pada Chanyeol. Kenapa? Karena saat ini Chanyeol tengah menyeringai padanya. Dan seringaian Chanyeol adalah firasat buruk Baekhyun.

"Kalau begitu, akan kubersihkan sekarang juga." Seringaian Chanyeol semakin lebar. "Dan akan kupastikan tidak ada jejak yang tersisa~"

Uh-oh.

"C–Chanyeol-ah, kau tidak–mpppphhhh!"

Well, sepertinya Baekhyun hanya tinggal belajar mengontrol ucapannya jika tidak mau diterjang(?) terus-menerus oleh kekasihnya ini.

(seriusan) THE END

.

.

.

Puas gak sama endingnya? Saya pikir saya nggak perlu menceritakan pendapat orangtua BaekYeol karena toh mereka memang menganggap BaekYeol pacaran, jadi cepat atau lambat, pertunangan BaekYeol pasti terjadi. Tapi saya gak akan ceritakan pertunangan mereka gimana karena pasti bakal manjang lagi ceritanya (dan saya harus mikir lagi). Asal inti permasalahannya beres dan ChanBaek bersatu, semuanya hepi'kan? *alibi* #plakk!

Oke, tinggalkan review sekali lagi untuk FF ini ya, gomawo~ #bow