PACARKU JUNIORKU

Main Cast : Lu Han, Oh Se Hun (HunHan)

Genre : Romance, Drama, Family

Length : Chapter 1 0f ?

Summary :

Semua peristiwa yang di alami Luhan -siswi kelas 3 SMA- selama ini telah mengubah hidupnya. Pengkhianatan papa tirinya dan tak adanya figur seorang papa kandung membuat Luhan menjadi pribadi yang keras. Di mata Luhan, semua laki-laki brengsek. Makanya, Luhan nggak suka kalau ada cowok yang coba-coba mendekati dirinya. Prinsipnya : I don't need a man. Luhan nggak mau disakiti cowok seperti mamanya yang sudah disakiti papa tirinya, juga papa kandungnya yang sudah meninggalkan dirinya dan mamanya begitu saja.

Namun bagaimana jika Sehun -siswa kelas 1 SMA- mengusik kehidupannya dan tanpa malu menyatakan cintanya kepada Luhan secara blak-blakan?!

.

.

.

DISCLAIMER :

Hai Readers, sebelum kalian membaca FF ini, aku kasih tau dulu kalau FF ini aku ambil dari sebuah novel remaja dengan judul yang sama by Valleria Verawati.

Aku ngeposting cerita ini niatnya bukan untuk meng-COPAS tapi hanya untuk berbagi dengan kalian semua yang suka hunting cerita di FFN, terutama yang suka HunHan sebagai tokoh utamanya.

NB. Tulisan miring hanya untuk kata yang Berbahasa Inggris dan kata hati.

.

.

.

Happy Reading ^-^

.

.

.

CHAPTER 1

.

.

.

JOONMYEON berdiri di samping Luhan sambil menyisir rambutnya yang berdiri kayak duri landak dengan jari-jarinya.

"Lu, pokoknya kalo anak-anak baru itu udah pada datang, lo mesti ngeluarin seluruh kemampuan lo buat bikin mereka takut." ujarnya bak perwira yang sedang memerintah anak buahnya.

"Iya, gue tahu." respons Luhan singkat. Cewek bertubuh mungil itu berdiri tegak sambil celingak-celinguk memerhatikan gerbang sekolah.

Udara pagi itu masih terasa agak lembab. Jalanan masih basah bekas diguyur hujan semalaman. Tapi beberapa anak yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah SMA Negeri 1 Seoul udah pada kumpul di sekolah sejak jam 06.00 dengan semangat full. Nggak ada seorang pun yang pasang tampang lemas. Apalagi Luhan, yang lebih beken dengan panggilan "Lulu" (padahal itu nama kecilnya loh!), cewek mungil berambut sebahu yang udah hampir setahun ini memegang jabatan ketua OSIS. Dia udah tiba di sekolah sejak jam 05.30, waktu hujan masih dengan riangnya menyiram bumi dan gerbang sekolah belum dibuka oleh penjaga sekolah.

Hari ini adalah hari pertama MOS (Masa Orientasi Siswa) buat anak-anak kelas 1 yang untuk pertama kali mengenakan seragam putih abu-abunya. MOS ini sebenarnya diciptakan untuk mengakrabkan para guru dengan siswa baru, kakak-kakak kelas dengan adik-adik kelasnya, juga sarana untuk memperkenalkan siswa baru pada lingkungan sekolah dan program-program sekolah. Tapi bagi beberapa anggota OSIS, terkadang MOS disalahgunakan. Di balik tujuan baik penyelenggaraan MOS ini sering kali ada maksud terselubung, yaitu balas dendam.

Sudah menjadi tradisi turun-temurun bahwa selama MOS yang diadakan tiga hari ini, para anggota OSIS punya wewenang untuk "mengatur" adik-adik kelas mereka yang baru. Katanya sih biar para siswa baru itu punya mental kuat untuk menghadapi kerasnya dunia SMA kelak, juga biar mereka bisa menanggalkan sifat manja yang masih mereka bawa dari lingkungan SMP. Tapi sebenarnya tetap saja balas dendam menjadi tujuan utama para senior ini. Apalagi buat yang sudah duduk di kelas 3, MOS kali ini kan merupakan MOS terakhir buat mereka. Kapan lagi punya kesempatan bentak-bentak dan ngerjain orang tanpa perlu takut dibalas.

"Eh, Joon, anak-anak udah pada siap di posisi masing-masing?" tanya Luhan.

Joonmyeon menganggukkan kepalanya sambil berkata, "Lo tenang aja, semua udah stand by di tempat masing-masing."

Luhan manggut-manggut. Kepalanya masih sibuk bergerak dan matanya terus memantau gerbang sekolah tanpa berkedip.

"Itu mangsa kita udah datang!" seru Luhan senang. Bibirnya merekah memperlihatkan gigi rapinya yang putih bersih.

"Mana... mana...?" Joonmyeon maju beberapa langkah sambil melihat ke arah gerbang sekolah. "Iya... benar. Mereka udah datang."

"Siapa aja yang bertugas menjaga gerbang dan memeriksa kelengkapan atribut anak-anak baru itu?" tanya Luhan.

"Mmm... Jongdae, Chanyeol, Yixing, Kyungsoo... sama satu lagi... si Jonghyun"

Luhan tersenyum puas. Lima orang yang baru saja disebut Joonmyeon adalah anak buah kesayangannya. Soalnya selain bertampang sangar, mereka juga tegas, bermulut pedas, dan pantang disogok. Luhan yakin lima orang itu akan melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik.

.

.

.

"Woi, jalannya lelet banget sih? Keturunan siput semua, ya?!" Kyungsoo meneriaki segerombolan anak yang berjalan kaki ke arah gerbang sekolah.

Penampilan anak-anak itu terlihat sangat unik. Mereka memakai topi yang terbuat dari batok kelapa yang dibelah menjadi dua dengan warna yang berbeda-beda. Di atas batok kelapa itu ditempeli bulu-bulu ayam yang disusun berjajar sehingga membentuk kipas. Selain itu mereka juga mengenakan kalung dari jengkol dan pada kalung itu digantung karton putih yang bertuliskan nama julukan mereka. Buat siswa perempuan, rambut mereka dikucir kecil-kecil dan diikat pita berwarna senada dengan topi mereka. Tas yang menggantung di punggung terbuat dari sarung bantal yang nggak tahu gimana caranya bisa disulap jadi ransel. Benar-benar pemandangan yang begitu menarik perhatian. Lucu banget!

"Woi, anak siput! Kalau dalam hitungan ketiga kalian belum juga sampai dihadapan saya, saya suruh kalian lompat kodok dari situ!" ancam Jonghyun.

"Satu...!" Jonghyun mulai menghitung.

Gerombolan anak-anak itu bergegas berlari menuju kakak-kakak kelas mereka dengan wajah ketakutan.

"Tiga...! Cepat lompat kodok semuanya!" bentak Jonghyun.

Para siswa baru itu pada bengong. Perasaan tadi baru hitungan kesatu, kok sekarang udah tiga. Duanya dikemanain? Bukannya tetap berlari, mereka malah berhenti dan pasang tampang bloon.

"Kalian ngerti lompat kodok nggak sih? Cepat lompat kodok dari situ!" Jongdae ikut bentak-bentak.

Suara dan tampang Jongdae yang nyeremin bikin anak-anak baru itu langsung jongkok dan mulai melompat kayak kodok. Mereka meletakkan kedua tangan di belakang kepala dan mulai melompat dengan kedua kaki.

"Semuanya lompat sambil ikutin nyanyian saya ya! Harus yang keras!" perintah Yixing yang berdiri di depan barisan anak-anak yang mulai melompat.

Yixing memimpin barisan sambil bernyanyi, "Kodok ngorek kodok ngorek... ngorek di pinggir kali. Teot tet blung teot tet blung... teot teot tet blung."

Anak-anak yang melompat di belakangnya ikut bernyanyi mengikuti Yixing. Warga yang tinggal di sekitar gedung sekolah serentak keluar dari rumah masing-masing karena mendengar keramaian yang terasa sangat aneh. Para pengguna jalan juga berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan itu. Sebagian besar dari mereka tersenyum dan berusaha mengulum tawa, tapi ada juga sekelompok ibu-ibu yang mengumpat karena merasa kegiatan ini konyol dan nggak ada gunanya.

Namun apa mau dikata, ini kan tradisi turun-temurun. Lagi pula tradisi ini, walaupun kelihatannya agak kejam, nggak pernah sampai menimbulkan korban jiwa kok. Malah biasanya membawa keuntungan tersendiri. Misalnya, pernah ada orang tua murid yang datang ke sekolah untuk berterima kasih, karena anak mereka yang pemalu dan pendiam, setelah digojlok lewat program MOS selama tiga hari, anak itu malah bisa lebih terbuka dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru.

Dan efek positif yang lain, selesai MOS, anak-anak baru bisa langsung akrab dengan kakak kelas. Malah terkadang ada yang terlibat cinlok alias cinta lokasi. Makanya sampai sekarang, di saat tradisi MOS mulai dihapus di beberapa sekolah, SMA Negeri 1 Seoul tetap mempertahankannya.

"Nyanyinya yang keras dong! Mana suaranya!" bentak Kyungsoo. "Yang udah sampai di hadapan kakak yang rambutnya jabrik itu langsung berdiri dan buat barisan."

Jongdae, yang tahu bahwa dirinya lah yang dimaksud Kyungsoo, langsung mengambil posisi dan mengatur beberapa anak yang sudah sampai di hadapannya.

"Kalian yang baru datang, langsung lompat kodok dan ikutan nyanyi!" seru Jongdae kepada sekelompok anak yang baru saja tiba.

"Hei! Kamu ngapain lompat kayak gitu?" tegur Chanyeol dengan mata melotot ke arah seorang cowok yang sedang asyik melompat dengan kedua tangan terjulur ke depan, bukan di belakang kepala.

"Saya, kak?" tanya cowok itu dengan tampang heran.

"Iya, kamu!" Chanyeol membaca karton nama yang menggantung di leher anak baru itu. "KATRO, ke sini kamu!" ujar Chanyeol ketus.

"Lho, salah saya apa, kak?" tanya cowok itu.

"Berdiri kamu, dan ikut saya!" perintah Chanyeol.

Cowok itu menurut dan mengikuti Chanyeol keluar dari kelompoknya.

"Kamu nggak tau cara lompat kodok, ya?" tanya Chanyeol berusaha sabar begitu berhadapan dengan anak baru itu.

"Tau, kak. Bahkan saya pernah melakukan observasi khusus pada kodok-kodok yang sering numpang nginep di kolam ikan rumah saya."

"Saya nggak minta kamu melucu! Kamu mau sok jagoan, ya?" Chanyeol mulai kehilangan kesabaran.

"Saya kan cuma melakukan observasi aja, kak. Kok dibilang sok jagoan sih? Emang sih saya kurang kerjaan. Tapi saya sama sekali nggak ada maksud untuk sok jagoan kok. Nah, kebetulan tadi saya disuruh lompat kodok, ya saya terapkan aja hasil observasi saya itu. Soalnya, menurut hasil observasi saya, kodok tuh melompat dengan menggunakan keempat kakinya. Kedua kaki depannya bukan ditaruh di belakang kepala kayak teman-teman saya. Mereka salah, kak. Yang benar ya kedua tangan kita juga harus digunakan untuk melompat supaya mirip kodok. Makanya saya melompat seperti itu. Kan disuruhnya lompat kodok." cowok itu menjelaskan dengan tampang serius.

Chanyeol menarik napas panjang. Dia agak bingung. Sebenarnya nih cowok memang bermaksud melawan atau memang agak tulalit. Soalnya kalau dilihat dari tampang innocent-nya, cowok ini tampaknya sama sekali nggak ada niat untuk memberontak. Chanyeol berpikir sejenak, dan ia merasa ada baiknya kalau nih anak aneh langsung diserahkan aja ke Luhan dari pada dia salah mengambil keputusan.

"Kamu ikut saya!" perintah Chanyeol.

"Ke mana, kak? Saya jangan diapa-apain, ya. Nanti mama saya marah kalau saya melakukan hal yang berlawanan dengan agama. Lagi pula kalo boleh jujur, saya masih suka sama cewek, kak," kata cowok itu dengan tampang memelas.

Chanyeol melotot memandang cowok aneh yang berdiri dihadapannya. "Lo pikir gue cowok apaan?"

"Iih, kakak... Gitu aja kok marah sih?"

Chanyeol benar-benar nggak tahan. Tangannya terkepal menahan marah. Dia langsung berbalik lagi dan berjalan menuju pos yang ditempati Luhan dan Joonmyeon selaku dewan pengadilan yang bertugas mengatur anak-anak aneh yang suka melanggar aturan MOS.

Si cowok aneh itu berjalan di belakang Chanyeol, tetap dengan wajah tanpa dosa.

"Lu, ada pasien buat lo nih! Namanya Katro!" ujar Chanyeol kesal ketika sudah sampai di pos Luhan.

Cowok aneh itu berdiri agak jauh dari tempat Luhan, Joonmyeon, dan Chanyeol. Tapi tatapan tajamnya lurus ke arah Luhan. Senyumnya merekah dan memperlihatkan eye smilenya.

"Apa kasusnya?" tanya Joonmyeon.

"Anak aneh," jawab Chanyeol singkat. "Cocok banget sama julukannya."

Luhan menatap cowok yang berdiri nggak jauh dari hadapannya. Anak aneh? Apa yang aneh dari cowok itu? Bahkan menurut Luhan, tampangnya oke kok. Badannya yang tinggi dan tegap bikin tu cowok jadi kelihatan keren. Luhan yakin banget, nggak lama lagi nih cowok pasti bakal jadi salah satu idola sekolah. Tampangnya innocent banget, apalagi senyumnya itu. Tapi entah kenapa, Luhan merasa wajah cowok itu mirip dengan orang yang dikenalnya.

Mm... siapa ya?

"Memangnya dia bikin salah apa, Yeol, sampai lo bilang dia anak aneh?" tanya Luhan heran. "Apa atribut yang dipakainya nggak lengkap?"

"Kalau soal atribut sih gue nggak tau ya, soalnya gue sama sekali belum periksa," jelas Chanyeol. "Tapi yang pasti gue serahin dia ke elo karena dia... asli banget... orang aneh."

"Apanya yang aneh sih?" Joonmyeon penasaran.

"Lo tanya aja sendiri," kata Chanyeol. "Gue mau balik ke pos gue."

Joonmyeon dan Luhan berpandangan heran. Chanyeol berjalan menjauh dan kembali bergabung dengan timnya yang sedang berteriak-teriak ke arah anak-anak baru.

Joonmyeon menatap "cowok aneh" yang masih berdiri di tempatnya tadi, lalu memanggilnya, "Heh, Katro, cepat ke sini!"

Cowok itu celingak-celinguk ke kanan dan kiri, lalu kembali menatap Joonmyeon sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia seperti hendak memastikan bahwa memang dia yang dipanggil Joonmyeon barusan.

"Iya, kamu. Memang kamu kira siapa lagi? Baca dong papan nama di dada kamu!" Joonmyeon jadi agak sewot.

Cowok itu berjalan mendekati Joonmyeon dan Luhan.

"Kamu tahu kenapa kamu dibawa menghadap kami?" tanya Joonmyeon begitu cowok itu udah berdiri di hadapannya.

"Mm... awalnya sih saya kira kakak yang tadi itu naksir sama saya dan punya maksud jelek sama saya, tapi sekarang saya sadar...," jawab cowok itu menggantung kalimatnya.

"Sadar apaan?" tanya Luhan tegas.

"Saya sadar... bahwa kakak tadi ternyata hanya ingin mengantar saya untuk bertemu dengan bidadari yang selama ini saya cari... yang selama ini selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpi saya. Dan sekarang bidadari itu sudah berdiri tepat di hadapan saya," jawab cowok itu enteng. Ia terus menatap Luhan dengan sorot memuja.

"Terima kasih atas pujiannya, tapi sayang banget, saya nggak mempan sama rayuan gombal. Kamu harus tahu, ini bukan tempat pelatihan buat pelawak atau badut. Kalau kamu mau jadi pelawak atau badut, kamu salah tempat. Kamu mesti bilang sama orangtua kamu untuk segera memindahkan kamu dari sekolah ini. Sekolah ini nggak butuh manusia konyol kayak kamu!" jelas Luhan dengan nada pedas.

"Saya nggak pernah berminat jadi badut atau pelawak, kak. Saya cuma ingin jadi... pacar kakak."

"Kamu kira kamu itu lucu, apa?!" bentak Luhan.

"Sama sekali nggak lucu, kak, tapi ada juga sih orang yang bilang kalau saya lucu dan manis," jawab cowok itu sambil tetap tersenyum manis.

"Kalau begitu, orang-orang yang menganggap kamu lucu itu adalah manusia-manusia katro kayak kamu!" maki Luhan.

"Wah, kalau itu sih saya nggak tahu, kak."

"Udah, Lu... periksa perlengkapannya aja dulu," saran Joonmyeon.

Luhan menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. Benar kata Chanyeol, cowok di hadapannya ini aneh. Luhan juga nggak tahu apakah cowok itu bermaksud cari-cari masalah atau bukan. Semua masih nggak jelas.

"Keluarin semua perlengkapan yang harus kamu bawa hari ini!" perintah Joonmyeon.

Cowok itu menurut. Dia mengeluarkan berbagai macam barang dari dalam tasnya. Joonmyeon mulai memeriksanya satu per satu. Semuanya lengkap, nggak ada yang kurang.

"Tunggu dulu! Kalung apa yang kamu pakai itu?" tanya Luhan sambil menunjuk kalung yang menggantung di leher cowok itu. "Bukannya yang disuruh itu kalung dari jengkol?"

"Oh... begini kak ceritanya. Saya udah suruh pembantu saya beli jengkol buat dibikin kalung. Tapi dia salah pengertian. Dia kira saya lagi pengin makan semur jengkol. Jadinya jengkolnya dimasak deh sama dia. Tapi saya nggak bisa marah, soalnya semur jengkol buatan pembantu saya itu emang enak banget. Berhubung yang ada di rumah tinggal pete, ya udah saya bikin aja dari pete. Gitu kak ceritanya."

Joonmyeon berdiri di samping Luhan sambil berusaha mengulum tawa. Gaya bicara si Katro ini memang asli lucu. Mimik mukanya yang innocent bikin orang yang mendengar ceritanya mau nggak mau jadi percaya. Tapi itu nggak berlaku buat Luhan.

"Kamu pikir saya percaya sama cerita kamu itu?" tanya Luhan.

"Harus percaya kak, karena saya memang jujur kok. Apa muka saya kayak muka penipu? Nggak, kan? Kalau mau, kakak boleh tanya sama pembantu saya di rumah... atau saya suruh dia bikin semur jengkol lagi buat kakak. Saya yakin, kalau kakak udah mencicipinya sedikit saja, kakak juga nggak akan bisa marah sama pembantu saya itu."

"Saya nggak peduli dan jangan coba-coba mempermainkan saya...! Sekarang juga saya minta kamu push-up tiga puluh kali!" perintah Luhan.

"Push-up, kak?" tanya cowok itu.

"Iya. Cepat!" bentak Luhan. Suaranya yang keras membuat semua mata memandang ke arahnya.

Cowok itu tersenyum manis lalu berkata, "Kalau kakak yang suruh, apa pun akan saya lakukan." Dia meletakkan tasnya di tanah dan mulai mengambil posisi push-up. Lalu perlahan dia mulai push-up di bawah hitungan Luhan.

.

.

.

"Oke, semuanya!" perintah Jongdae yang menempatkan diri di tengah aula. "Bikin lingkaran besar!"

Anak-anak baru itu mulai bergerak dan membuat lingkaran sesuai perintah senior mereka.

"Woi, pada tau lingkaran besar nggak sih!" bentak Chanyeol. "Atau masih kayak anak TK, bikin lingkarannya harus sambil pakai nyanyian baru ngerti?!"

"Yang di sana!" seru Joonmyeon, "bikin lingkaran besar ya, bukan malah ngumpul dan ngobrol sendiri!"

Teriakan demi teriakan bergema di seluruh aula. Seandainya saja boleh, anak-anak kelas satu itu pasti akan sangat berterima kasih bila diizinkan menyumpal telinga mereka dengan kapas. Padahal mereka udah sebisa mungkin melaksanakan perintah kakak-kakak senior itu dengan baik. Tapi tetap aja ada yang salah.

"Kamu yang kecil kayak tuyul!" teriak Jonghyun. "Jangan malah mendem di pojok. Nanti kalau kamu ilang digondol jin bisa bikin repot, tau!"

Tawa anak-anak meledak.

"Siapa yang suruh ketawa!" bentak Yixing. "Keterlaluan sekali kalian, ngetawain teman sendiri!"

Aula mendadak sunyi senyap. Nggak ada yang berani bersuara apalagi ketawa.

"Oke, sekarang semuanya dengar baik-baik!" suara Kyungsoo memecah keheningan. "Tadi pagi kalian telah diminta untuk mengumpulkan surat cinta dan surat benci untuk kakak senior kalian kepada wali kelas masing-masing..."

"Tapi ada satu surat yang rasanya aneh dan saya mau pengirim surat itu maju ke tengah lingkaran," lanjut Kyungsoo. "Oh Sehun dari kelas 1 D."

Cowok yang namanya disebut itu celingak-celinguk nggak jelas. Dan setelah tubuhnya didorong oleh teman-temannya, dia pun maju ke tengah lingkaran.

"Kamu yang namanya Oh Sehun?" tanya Kyungsoo begitu Sehun sudah berdiri di hadapannya.

"Iya kak." jawab cowok itu sambil cengengesan dan garuk-garuk kepala.

"Kenapa kamu garuk-garuk kepala?" tanya Kyungsoo ketus. "Ketombean, atau memang kamu keturunan monyet?"

Weits, kasar!

"Ih, kakak kok ngomongnya gitu sih?" jawab Sehun. "Saya kan cuma sedikit salting karena harus berdiri di tengah-tengah orang banyak gini. Kesannya kayak lagi jumpa fans gitu deh. Mmm... kakak mau minta tanda tangan saya?"

Anak-anak kembali tertawa.

"Diam semuanya!" bentak Jongdae.

Ruangan kembali hening.

Jonghyun maju mendekati Sehun. "Lo mau ngelawan ya?!"

Sehun menggeleng sambil tersenyum.

Joonmyeon buru-buru menarik Jonghyun. Dia nggak mau sampai terjadi keributan. "Sabar, Hyun, dia emang rada aneh. Cocok sama nama julukannya : Katro. Tadi dia habis kena hukuman push-up lagi dari Luhan. Tapi kelihatannya dia nggak berniat melawan kok."

Jonghyun menurut meski dengan setengah hati.

Kali ini giliran Yixing yang maju dan mendekati Sehun dengan sepucuk surat di tangannya.

"Dengar baik-baik, Oh Sehun!" seru Yixing. "Kamu diperintahkan untuk menulis surat cinta dan surat benci. Tapi kenapa yang kamu kumpulkan cuma satu surat doang?"

"Ooo... itu karena di dalamnya udah lengkap terdapat ungkapan cinta dan ungkapan benci untuk bidadari yang telah menawan hati saya."

"Oke kalau begitu," kata Yixing. "Sekarang saya minta kamu bacakan surat yang udah kamu tulis ini dengan suara lantang."

Semua pengurus OSIS yang berkumpul di tengah lingkaran bertepuk tangan dan berteriak riuh. Cuma Luhan yang berdiri dengan kedua tangan terlipat di depan dada dan tampangnya manyun luar biasa.

"Tapi kak, surat ini nggak bisa saya bacakan," sahut Sehun.

"Kenapa?" Yixing bertanya. "Kamu malu?"

"Bukan, kak," jawab Sehun. "Tapi surat ini harus dinyanyikan."

"Dinyanyikan?" Yixing jadi heran.

Sehun mengangguk. "Karena surat ini adalah lagu cinta. Jadi akan menjadi lebih indah dan bermakna apabila dinyanyikan."

"Kalau begitu, ya nyanyikan aja," celetuk Kyungsoo.

"Mmm... boleh nggak kalau saya menyanyikannya sambil memainkan piano itu?" Sehun meminta izin sambil menunjuk ke arah piano yang ada di depan aula.

Piano itu memang selalu berada di situ. Biasanya sih digunakan saat ada acara-acara sekolah yang membutuhkan iringan musik.

"Boleh aja kalau kamu memang bisa," jawab Kyungsoo.

Sehun tersenyum lalu berjalan mendekati piano itu. Dia duduk dan membuka tutup piano, lalu menempatkan jemarinya di atas deretan tuts berwarna hitam dan putih itu.

Beberapa anggota OSIS berjalan mendekat dan memasang mikrofon di dekat piano. Mereka juga memberikan mikrofon kecil yang kemudian dipasang di kerah baju Sehun agar suara Sehun dapat terdengar ke seluruh sudut aula.

"Tes... tes... satu dua tiga...," Sehun mencoba mikrofonnya. "Oke, lagu sederhana ini saya persembahkan kepada seorang gadis yang telah membuat saya jatuh cinta. Luhan alias Kak Lulu."

Tepuk tangan memenuhi aula. Ada yang berteriak, ada yang bersiul, bahkan ada yang melompat-lompat nggak jelas.

Luhan merengut kesal. Dia beranjak hendak meninggalkan aula, tapi teman-temannya langsung mencegat langkahnya. Luhan pun mengurungkan niatnya. Dia cuma bisa berdiri diam dengan tampang jutek. Jelas banget niat teman-temannya pengen ngerjain dia. Soalnya, di antara surat-surat yang diterima wali kelas satu, cuma ada satu surat cinta yang ditujukan untuk Luhan. Ya surat dari Sehun ini. Selebihnya Luhan cuma menerima setumpuk surat benci.

Selama MOS berlangsung, Luhan menjadi senior yang paling ditakuti. Dia nggak terlalu suka ngomel atau ngebentak-bentak, tapi kalau udah bersuara nyeremin banget. Dia juga yang paling tega ngasih hukuman lari sepuluh kali keliling lapangan. Kalau ngomong pedesnya minta ampun. Dan sorot matanya itu lho, tajam banget. Nggak ada satu pun junior yang nggak disiplin bisa lolos dari cengkeraman Luhan. Bagi Luhan, nggak ada tuh yang namanya kompromi. Senior lain sih ada juga yang galak, tapi nggak ada yang semenakutkan Luhan.

Nada-nada yang mengalun dari piano membuat semua orang terdiam. Sehun memainkan jemarinya di atas piano sambil tersenyum menatap Luhan. Luhan buang muka. Tapi Sehun tetap menatapnya, melantunkan lagu cinta dari bibirnya.

Ketika pagi datang

Ku tak pernah mengira

Kan bertemu denganmu

Di depan sekolahku

Jantungku pun berdetak

Sungguh sangat cepatnya

Dan ku tahu ku tlah jatuh cinta

Ketika malam datang

Sepi yang kurasakan

Tanpamu di sisiku

Galau selimuti kalbu

Ingin ku membencimu

Karna kau curi hatiku

Dan buatku tergila-gila

Tuk mencintaimu

Reff :

Percayalah sayangku

Kan kubawa kau ke surga

Ku berjanji padamu

Takkan meninggalkanmu

Meskipun dunia tak inginkan dirimu

Ku akan slalu di sisimu

Tepuk tangan membahana di seluruh sudut aula. Sorakan riuh rendah menutup pertunjukan singkat Sehun. Sehun berdiri dan berjalan ke sisi kanan piano. Sambil tersenyum lebar dia membungkukkan badannya berulang kali layaknya selebriti yang habis ngadain konser. Ia melambaikan tangannya dan meniupkan ciuman ke sekelilingnya. Gelak tawa, sorakan, siulan, dan tepuk tangan terus mengalir.

"Diam semuanya!" bentakan Luhan yang tiba-tiba membuat seisi aula mendadak hening. Anak-anak terdiam karena kaget.

Kyungsoo mendekati Luhan lalu berbisik heran, "Kenapa sih, Lu?"

Luhan nggak menjawab. Dia malah berjalan mendekati Sehun yang masih berdiri di sisi piano sambil tersenyum.

"Kenapa kamu senyum-senyum?" tanya Luhan sinis.

"Karena kakak cantik," Sehun langsung menjawab tanpa ragu.

SUIT... SUIT...!

Siulan terdengar dari arah anak-anak kelas satu yang sedang berdiri.

"Siapa yang bersiul?" tanya Luhan dengan suara keras dan tegas. Matanya melotot ke arah asal suara.

Hening. Nggak ada yang berani ngaku.

Luhan kembali menatap Sehun yang masih berdiri dan tersenyum di depannya.

"Apa lagu itu kamu ciptakan buat saya?" kali ini suara Luhan terdengar lebih halus.

Sehun mengangguk. "Iya, lagu itu saya ciptakan khusus untuk kakak."

"Kalau begitu saya sarankan, jangan pernah kamu menyanyikan lagu itu di sekolah ini," kata Luhan dengan nada mengancam. "Lebih baik kamu nyanyi di bus kota aja, itung-itung bisa dapat uang saku ekstra. Karena kalau kamu berani menyanyikan lagu itu di sekolah ini lagi, saya tidak akan memberikan kamu uang recehan, tapi air comberan!"

"Kok gitu sih, kak?" tanya Sehun. "Padahal Yesung Super Junior pernah memuji suara saya loh waktu saya ikut audisi Korean Idol 1. Katanya suara saya khas dan unik. Teknik falseto saya juga top. Tapi sayangnya, waktu itu saya mundur gara-gara takut peserta lain merasa tersaingi dengan saya. Maklumlah, saya ini orangnya suka nggak enakan."

Tawa kembali meledak. Para senior alias anggota OSIS berusaha sebisa mungkin mengulum tawa. Bagaimana pun Luhan kan ketua mereka. Kalau mereka ikut tertawa, itu sama aja mereka ngetawain Luhan.

Luhan benar-benar keki. Kalau saat ini bukan acara MOS, Luhan yakin tinjunya sudah bersarang di wajah cowok jayus ini.

"Semua diam!" bentak Luhan kesal. "Dan kamu... kembali ke kelompok kamu!"

Kayaknya, cowok satu ini akan benar-benar mengusik kehidupan Luhan.

.

.

.

T B C

.

.

.

Review Please ^-^

.

.

.

"161214"