Stop Sehan.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

Sehan sudah berumur dua tahun lebih. Batita itu sangat aktif saat ini. Berjalan sudah lancar bahkan sudah bisa berlari. Ia juga bisa bisa memanjat sofa yang tingginya lebih dari bahu mungilnya. Sehan juga sudah bisa minta makan sendiri keorangtuanya dengan ucapan bukan lagi dengan tangisan. Batita itu benar-benar sangat lincah dan kata orang-orang sudah memasukki masa 'nakal'nya. Yah nakal disini yang sangat aktif dan lincah yang sangat sukses membuat Papa dan Mama nya menjadi kewalahan mengawasinya.

Tapi ada satu dari kebiasaan Sehan yang masih belum bisa hilang. Meski sudah berusia dua tahun lebih, Sehan masih saja minta susu kepada Sehun. Sekalipun ia sudah dibiasakan untuk minum susu dari botol dot. Oke sebenarnya wajar kalau ia masih belum bisa lepas dari pengaruh ASI mamanya itu. Tidak peduli apakah dada Sehun masih mengalirkan ASI kemulutnya atau tidak. Pokoknya ia harus tetap menyusu kepada Sehun.

Hal inilah yang membuat Luhan kadang kewalahan. Iya kewalahan memberi pengertian kepada anaknya ini. Sudah pada tahukan kondisi mereka bagaimana. Dalam hitungan bulan Sehan akan mendapat gelar baru yaitu sebagai seorang kakak. Tentu nantinya ia tidak lagi bisa minta disusui oleh Sehun. Karena itu akan menjadi jatahnya adiknya kelak.

Sudah berbagai macam cara dilakukan oleh sepasang suami istri ini agar Sehan mau berhenti menyusui kepada Sehun. Selain ASI Sehun nantinya untuk adik Sehan kelak, keadaan Sehun berbadan dua juga tidak memungkinkan lagi untuk memangku Sehan sambil menyusui. Kan Sehan menyusuinya lama dan tidak mau kalau sambil berbaring dikasur. Maunya dipangku oleh sang Mama.

"Sehan minum susu dari botol ini saja ya." Bujuk Luhan melihat anaknya ini sedang merengek minta dipangku dan disusui oleh Sehun.

"chiello Papa." Kepala Sehan menggeleng-geleng. Tangannya masih asyik menarik-narik dress Sehun yang sedang menyalin kue kering dari loyang oven ke dalam topless.

"Sehannie ayolah. Dada mama tidak ada susunya lagi." Luhan berucap dengan segala ke frustasiannya.

"mama hiks..hiks.." Sehan tidak mengindahkan papanya yang sudah frustasi membujuknya. Ia lebih memilih merengek kepada Sehun yang sedari tadi mendiamkannya.

Sebenarnya Sehun tidak tega melihat anaknya ini merengek seperti itu, tapi kan ini juga untuk kebaikan mereka juga. Perutnya sudah mulai kelihatan buncit karena usia kehamilannya sudah memasuki bulan keempat. Jadilah ia begini, memilih menyibukkan diri dan berpura tidak mendengar rengekan Sehan.

Luhan yang melihat Sehan sudah menangis pun mengangkat batita itu menjauhi Sehun. Membawa Sehan keruang tengah dan membujuk Sehan agar minum susu dari botol saja. Bukannya diam, tangisan Sehan semakin kencang dan semakin memberontak. Luhan semakin kewalahan jadinya. Sehan itu bertubuh gempal dan tentu saja kalau ia mengamuk tenaganya sangat kuat. Luhan menjadi salut kepada istrinya bisa menenangkan amukan Sehan dalam pelukannya.

"mama hiks ... hiks.." tangisan Sehan menjadi.

Sehun yang tidak tega akhirnya menyusul keruang tengah. Duduk disofa dan meminta Luhan agar menaruh Sehan kepangkuannya.

"Hubby, taruh Sehan disini." Sehun menepuk pahanya.

"kamu gila? Tidak usah. Aku bisa mendiamkan Sehan." Ujar Luhan keras.

"sekali ini saja Hubby, kasihan Sehan." Ujar Sehun.

"Sayang, Sehan berat, aku tidak mau perut kamu kenapa-kenapa."

"tidak apa-apa. Ayo taruh Sehan disini, lihat wajahnya sudah memerah."

Ibu mana yang tega melihat anaknya menangis tersedu-sedu begitu. Suami dan ayah mana juga yang tega melihat istri dan anaknya yang memohon-mohon begitu.

Akhirnya Luhan menaruh Sehan hati-hati dipangkuan Sehun. Sehun membuka kancing depan dressnya dan mengeluarkan sumber kekacauan yang dibuat Sehan. Dengan sayang Sehun menghapus lelehan airmata dipipi batitanya ini. Sedangkan Luhan hanya diam memperhatikan, sesekali ia akan memperbaiki posisi Sehan agar tidak menindih kuat perut Sehun.

.

.

.

Keesokkan malamnya, Luhan membuka pintu apartemennya. Ia baru saja pulang dari sekolah. Yah hari ini ada jadwal latihan bola jadi Luhan lama pulangnya. Ia berjalan masuk ke ruang tengah dan tebak apa yang ia dapati disana.

Sehan sedang meminum susu dari botol dotnya dan akan menjauh jika didekati Sehun.

'Tumben.' Inner Luhan.

"wah sayang ada apa ini?" tanya Luhan. Antara takjub dan bingung. Takjub karena Sehan minum susu dari botol dan bingung kenapa Sehan menjauhi Sehun.

"oh, sedikit kena shock teraphy Hubby." Jawab Sehun sambil terkekeh dan mendekati Sehan lagi.

"hah? Maksudnya?" Luhan semakin bingung.

Sehun menceritakan apa yang terjadi tadi sore kepada Luhan.

Semenjak hamil, Luhan pasti akan selalu mengantarkan Sehun pulang. Sebelumnya mereka akan kerumah orangtua Sehun dulu mengambil Sehan dan lanjut keapartemen lalu Luhan akan kembali ke sekolah. Tadi Sehun bercerita kepada ibunya kalau Sehan masih minta disusui dan minta saran kepada ibunya bagaimana menyuruh Sehan berhenti. Lalu nyonya Oh memberikan sarannya kepada Sehun.

Begitu sampai diapartemen sore tadi, Sehun langsung mengerjakan saran ibunya. Dan hasilnya luar biasa, Sehan tidak lagi minta disusui bahkan ia menolak mentah-mentah sampai menjauh.

"daebak. Ide omma benar-benar hebat." Ujar Luhan dengan mata berbinar senang dan kagum kepada ibu mertuanya itu.

Sehun kembali terkekeh dan menggelayut manja ditangan Luhan. Maklum ibu hamil.

Memang dasarnya otak Luhan itu jahil, ia pun berniat menjahili putranya.

"Sehannie." Panggil Luhan kepada Sehan yang telah menghabiskan susu dari botol yang bervolume 600ml itu.

Sehan hanya menatap papanya penuh tanya dan berjalan mendekati Luhan. Menyerahkan botolnya yang kosong ketangan Luhan.

"tidak mau susu mama?" tanya Luhan tersenyum jahil.

Wajah Sehan langsung berubah. Kepalanya menggeleng dan sambil berujar "tidak mau."

"waeyo? Biasanya Sehan merengek minta sama mama." Tanya Luhan semakin jahil.

"cucu mama pait, pa." Ujar Sehan lesu.

Dan langsung meledaklah tawa Luhan mendengarnya.

"cucu mama juga item jelek." Tambah Sehan.

Makin menjadilah tawa Luhan.

Sehun bahkan sampai menepuk keras punggung Luhan yang masih menertawai anaknya.

"jadi tidak mau cucu mama lagi?" tanya Luhan lagi setelah mengontrol tawanya.

"bagus-bagus. Tidak sia-sia mamamu melumuri dadanya dengan kopi." Luhan mengangkat Sehan dan masuk kedalam kamar mandi, mengajak putranya mandi bersama.

"bagus-bagus? Dasar rusa mesum"cibir Sehun melanjutkan tontonannya dan pasrah saja pikiran mesum suaminya itu.

'aku akan puas dengan dada Sehun setelah ini'

Kalau ini tahu lah ya pikiran siapa.

END