Trouble Class, Trouble Love

.

.

.

.

.

Disclaimer Masashi Kishimoto

Story from Akemi Miharu

Rate : T+

Pairing : SasuSaku

Warning : AU, OCC, TYPO, GeJe, dls

.

.

.

.

Happy Reading ^_^

.

.

.

.

.

Epilog

.

.

.

.

.

Tap tap tap

Derap kaki terdengar jelas disepanjang lorong itu. Nafas seorang gadis terdengar memburu, diikuti langkah kakinya yang semakin cepat. Surai merah mudanya sedikit berantakan dan basah akibat keringat yang mulai mengalir di pelipisnya.

Brak !

Suasana kelas yang semula ramai mendadak hening ketika gadis itu membuka pintu dengan kasar.

"Hah.. Hah.. A-apa aku terlambat?" tanya gadis itu entah pada siapa.

Salah satu pemuda disana segera bangkit dari tempatnya. Melangkahkan kakinya ringan kearah gadis itu. Tangannya terulur untuk menghilangkan keringat yang menetes di pelipis gadis bersurai merah muda.

"Tenanglah Sakura. Kakashi-sensei telat seperti biasa," Sakura menghela nafas lega. Dipandangnya pemuda berambut raven dark blue yang sudah beberapa bulan menjadi kekasihnya.

"Hei kalian berdua, jika ingin pacaran jangan didepan kelas," hardik Ino dengan wajah kesal.

Sakura tersenyum tipis kepada sahabatnya itu. Paham sekali jika gadis Yamanaka itu sedang iri dan kesal. Yah, dari empat gadis di kelas Sains Two hanya Ino yang masih setia menjadi single fighter.

"Hehe, gomenasai Pig,"

"Tch, kalian ini selalu saja," gerutu Ino. Sakura menepuk pelan pundak sahabat pirangnya sebelum ia duduk ditempat duduknya (yang persisnya di depan tempat duduk Sasuke dan berada di sisi kiri tempat duduk Ino).

Brak !

Pintu kelas itu kembali terbuka dengan keras, namun kali ini seorang pria paruh baya dengan masker di wajahnya dan buku berwarna hijau lumut ditangannya.

"Ohayou minna~ Maaf hari ini sepertinya Sensei terlambat lagi," canda Kakashi sambil tersenyum dibalik maskernya. Yang pastinya mendapat deathglare mematikan dari seluruh muridnya.

"Kenapa Kakashi-sensei yang jadi wali kelas kami lagi?" tanya Lee, menyuarakan pikiran teman-temannya yang lain.

"Yah, sepertinya memang sudah menjadi tugasku untuk mengawal kalian hingga akhir tahun ini," ucap Kakashi seraya menyandarkan punggungnya di depan meja guru. "Kuucapkan selamat karena kalian sudah naik ke tingkat tiga. Belajarlah yang rajin dan lulus dengan baik dari sini, aku tidak ingin melihat wajah kalian di kelas ini tahun depan,"

"Dan sebagai permintaan maafku karena terlambat hari ini, serta sebagai hadiahku karena kalian naik kelas dengan nilai diatas rata-rata, akan ku traktir kalian semua makan di Konoha Secret Cafe. Jam 7 malam ini," sorak sorai menggema di kelas itu. Hanya tiga anak saja yang terlihat tak tertarik.

"Tapi dengan syarat," kelas kembali hening dengan tatapan tajam yang menusuk wali kelas yang misterius ini. "Shikamaru harus tetap menjadi ketua kelas kalian,"

Pandangan anak-anak kelas itu kontan beralih pada pemuda nanas yang tengah menopang dagu dengan satu tangannya. Pandangan yang mengintimidasi dan menuntut, seakan siap membunuh jika pemuda itu menolak.

"Ck, mendokusai," ucap Shilamaru malas.

"Baiklah. Jangan lupa jam 7 di Konoha Secret Cafe, aku harus pergi karena ada urusan lain. Sampai bertemu nanti malam,"

"Cih sialan kau Kakashi," hardik Kiba sambil melempar gumpalan kertas ke arah pintu yang baru saja dilewati oleh sensei mereka itu. "Datang terlambat dan pergi seenaknya. Kenapa wali kelas kita tidak pernah beres sih?"

"Karena kelas kita tidak beres Kiba. Dan bukannya kau senang jika Kakashi-sensei seperti itu?" ucap Shino yang tengah sibuk dengan buku bertema serangganya.

"Tch, kita sudah tingkat tiga. Dan bukan saatnya main-main lagi Shino,"

Naruto menatap heran pemuda bertato segitiga itu. Tangan tan-nya terulur mengecek suhu tubuh bungsu Inuzuka itu. "Tidak panas. Kau baik-baik saja Kiba?"

"Ya. Dan jauhkan tanganmu dariku Naruto, kau tak mau Hinata menganggapmu homo kan?" ucap Kiba tajam.

"Hei, hei.. I'm straight, lagi pula jika aku homo aku tidak akan memilihmu. Tentu aku akan memilih si Teme,"

Bletak ! Bletak !

Double Jacpot melayang di kepala Naruto.

"ITTAI~" teriak Naruto sambil memegang kepala pirangnya. Hinata menatap melas kekasihnya dan segera menghampiri pemuda itu, mengusap kepala pirang dan berharap itu bisa mengurangi rasa sakit akibat jitakan Sakura dan Sasuke.

"Jaga mulutmu Naruto," hardik Sakura dengan tangan yang masih terkepal ke arah Naruto.

"Cih, aku tak sudi denganmu Dobe," sambung Sasuke dengan nada dingin nan menusuk. Kembali kelas itu ramai dengan pertengkaran kecil yang dilakukan oleh penghuninya.

Sementara sang ketua kelas hanya memandang malas, menguap pelan kemudian menundukkan kepalanya diantara kedua tangannya yang kini sudah terlipat diatas meja.

"Cih, sekali troubel class, tetap akan menjadi troubel class," ucap Shikamaru sebelum tenggelam ke alam mimpinya.

.

.

.

.

.

Bel pulang sekolah telah berdenting sejak tadi, namun Sakura masih terdiam didalam kelas ditemani kursi yang sudah ditinggal penghuninya pulang. Tangannya memainkan smartphonenya dengan malas dan bosan. Bagaimana tidak, dia dipaksa Sasuke untuk tinggal di kelas sementara pemuda itu mengurus beberapa hal di ruang OSIS. Ino dan Hinata juga tidak bisa menemaninya karena ada urusan lain (yang teganya tidak mengajak gadis itu ikut karena ancamam Sasuke).

"ARRGGHH... DASAR UCHIHA MENYEBALKAN," teriak Sakura frustasi.

"Sakura?"

Gadis merah muda itu terkisap sesaat ketika mendengar namanya dipanggil. Iris emeraldnya berusaha mencari asal suara yang ternyata adalah seorang gadis yang belum lama ini menjadi sahabatnya, Konan.

"Sedang apa kau disini sendiri Sakura?" tanya Konan menghampiri gadis merah muda yang sedang menekuk wajahnya sebal.

"Sedang menunggu Uchiha menyebalkan itu," gerutu Sakura yang membuat Konan tersenyum lembut. "Lalu kenapa kau juga masih ada disekolah Konan?"

"Oh, aku baru selesai kegiatan club," kata Konan sembari duduk di kursi yang biasa ditempati Ino. "Hah, sudah lama aku tidak berbincang denganmu Sakura,"

"Ya, dan salahkan si Uchiha itu yang tidak memperbolehkanku lepas dari pengawasannya,"

Konan terdiam sejenak, kemudian tertawa renyah mendengar curhatan gadis musim semi itu. "Dia hanya ingin menjagamu, Sakura,"

"Dengan cara seperti itu? Aku bukan anak kecil Konan," ucap Sakura tak terima. "Lalu bagaimana hubunganmu dengan..." Sakura terdiam sejenak, mengingat nama kekasih gadis dihadapannya itu.

"Yahiko?" sambung Konan cepat.

"Ah, ya Yahiko,"

"Untuk sekarang baik-baik saja. Dia sudah tidak seliar dulu. Dia juga jarang berkelahi sekarang," ucap Konan ceria, namun Sakura dapat merasakan getir disana.

"Sakura," panggil Konan pelan.

"Hn? Ada apa Konan?"

"Aku minta maaf," ujar Konan pelan, kembali Sakura merasakan nada getir dan penyesalan disetiap katanya. "Aku ingin meminta maaf atas nama Yahiko karena dia telah berbuat jahat padamu dan Sasuke. Dan terima kasih karena kalian tidak melaporkannya ke polisi," ujar Konan menundukkan kepalanya, menahan air mata yang telah menggantung dipelupuk matanya.

"Sudahlah Konan, itu masa lalu. Jangan dibahas lagi," ucap Sakura sambil memeluk gadis dihadapannya.

"Arigatou Sakura," ujar Konan sambil melepaskan pelukan Sakura. Matanya masih basah dengan air mata.

"Dou itashimashite. Oh ya, aku dengar Karin pindah ke Akatsuki High School. Bukankah itu sekolah kekasihmu? Bagaimana kabarnya?"

"Iya, kebetulan mereka satu kelas. Dia baik-baik saja. Dan menurut Yahiko dia sering bertengkar dengan Suigetsu. Aku yakin itu hanya akal-akalan Sui agar mereka dekat. Aku harap mereka jadian saja,"

"Yah, aku harap dia menemukan orang yang tepat. Orang yang mencintainya dengan tulus dan apa adanya. Titip salamku untuk Karin jika kau bertemu dengannya," ujar Sakura tersenyum tulus.

"Baiklah, pasti akan aku sampaikan," kedua gadis itu kemudian tersenyum, tak menyadari sesosok pemuda tengah menghampiri mereka.

"Sakura,"

"Ah, Sasuke. Sudah selesai urusannya?"

"Hn," jawab Sasuke singkat.

"Etto~ aku pulang dulu Sakura. Pasti Yahiko sudah menungguku," ujar Konan kemudian beranjak meninggalkan Sakura dan Sasuke.

Sasuke memandang kepergian gadis mawar itu dengan tatapan curiga. "Untuk apa dia disini?"

"Hei, dia hanya menemaniku selagi kau sibuk dengan urusanmu, tuan Uchiha," ketus Sakura. "Jadi jangan berfikiran buruk tentang Konan,"

"Hn, aku hanya waspada,"

"Tapi kau waspada pada orang yang salah Sasuke. Kau tidak ingat jika Konan-lah yang menyelamatkan kita beberapa bulan lalu. Jika Konan tidak datang, kita tidak akan tahu kebenarannya kan? Terutama Yahiko,"

"Ya ya. Berhentilah membela dia," ucap Sasuke malas, tangannya segera menarik Sakura keluar dari ruang itu. "Kita pulang,"

"Kau cemburu karena aku lebih membela Konan dan Yahiko?" kata Sakura dengan nada jail.

Sasuke tak menjawab, malah semakin mempercepat langkahnya dan mengeratkan genggamannya pada tangan Sakura.

"Oh, ayolah Sasuke. Kau tahu benar hanya dirimu yang ada dihatiku. Aneh sekali kau cemburu pada mereka berdua karena aku lebih membela mereka,"

Langkah Sasuke terhenti. Dengan sekali sentakan, pemuda itu membawa Sakura ke dalam pelukannya.

"Dan kau tahu benar jika aku tidak suka saat dirimu lebih mementingkan orang lain daripada diriku," bisik Sasuke tepat ditelinga gadis itu.

"Hai, hai Uchiha-sama," ucap Sakura malas. Susah sekali berhadapan dengan kekasihnya yang posesif ini.

"Sekarang waktunya hukuman," seringai iblis nampak di wajah tampan Sasuke, membuat Sakuta membeku dan bergidik ngeri. Tangan kiri bungsu Uchiha itu segera beralih kebelakang tengkuk Sakura, sedangkan tangan kanannya semakin mengeratkan pekukannya.

Bibir Sakura segera hilang diantara bibir Sasuke. Dengan gemas Sasuke menggigit bibir bawah gadis itu. Ciuman singkat, dalam dan sangat memabukkan bagi Sakura. Wajah Sakura sudah berubah semerah tomat ketika Sasuke melepaskan pagutannya.

"Untuk sekarang hanya itu, Nona Uchiha," wajah Sakura semakin memerah mendengar panggilan Sasuke untuknya. "Jika kau pulang terlambat aku pasti mendapat ceramah dari pemuda merah itu. Dan hari ini aku sedang malas mendengar ceramah Baka Aniki-mu,"

Sakura hendak memprotes ketika Sasuke berbicara seperti itu. Namun ia urungkan niatnya, karena pasti dirinya akan mendapat hukuman lebih jika ia membela sang kakak.

"Dasar Uchiha," hanya itu yang keluar dari bibir Sakura.

"Hn," Sasuke kembali menarik tangan gadis itu. Mereka berjalan beriringan dengan Sasuke yang mendekap pinggang Sakura dengan posesifnya.

Satu yang perlu dicatat. Uchiha ingin menjadi nomer satu dan mereka tidak akan berbagi apapun yang berharga dalam hidupnya. Jika kau menyentuh milik Uchiha (walau hanya seujung bulu), dapat dipastikan kau akan berakhir saat itu juga. Dan itu yang Sakura pelajari selama ini dari kekasihnya itu.

That's a troubel? Tidak, bagi Sakura itu tidak menjadi masalah. Karena itu membuktikan bahwa Sasuke akan selalu menjaga dan mencintainya.

.

.

.

.

.

Fin

.

.

.

.

.

A/N :

Ehem, epilog yang telat sekali dari Akemi. Yah, setidaknya ini menjawab beberapa pertanyaan dari readers sekalian. Please jangan marahi saya karena baru buat epilog-nya sekarang hehehe :p

Akemi kabur sebelum diamuk readers

Jaa nee minna~ see u next time :)